Pages - Menu

Pages

Selasa, 06 November 2012

Sutra Kelenyapan Dharma

Demikianlah yang telah kudengar.

Pada saat itu Buddha ada di negeri Kusinagara. Tathagata akan parinirvana dalam tiga bulan dan para bhiksu dan Boddhisattva berikut banyak sekali makhluk hidup lain sudah datang untuk menyembah dan bersujud kepada Buddha. Sang Bhagavan dalam keadaan tenang dan diam. Buddha tidak bicara satu kata pun dan cahayaNya tidak muncul.


Ananda bersujud dan bertanya kepada Buddha, "Oh Bhagavan, sebelum
ini setiap kali Tathagata memberikan Dharma, cahaya mempesona muncul. Namun hari ini dalam persamuan besar ini tidak ada pancaran cahaya. Pasti ada sebab musabab untuk ini dan kami ingin mendengar penjelasan Bhagavan."


Buddha tetap diam dan tidak menjawab sampai permintaan diulang tiga
kali. Buddha kemudian memberitahu Ananda. "Setelah saya parinirvana, ketika Dharma sudah menjelang lenyap, pada waktu Lima Kemerosotan (kemerosotan kalpa, kemerosotan pandangan, kemerosotan kekotoran batin, kemerosotan makhluk hidup dan kemerosotan usia) sedang melanda dunia, gaya hidup sesat akan tumbuh dengan subur.
Mara-mara akan berpura-pura menjadi Sramana; mereka akan menyesatkan dan merusak ajaran saya, mengenakan pakaian orang awam, mereka lebih suka berjubah indah yang terbuat dari kain yang
berwarna-warni. Mereka akan minum minuman keras, makan daging, membunuh makhluk lain, dan mereka akan menurutkan nafsu mereka memakan makanan yang dibumbui dengan beraneka ragam rasa. Tidak berbelas kasih dan bahkan saling membenci di antara mereka.


"Pada waktu itu akan ada Boddhisattva, Pratyekabuddha, dan Arhat yang akan dengan hormat dan tekun menanam kebajikan yang tak ternoda. Mereka akan dihormati orang dan ajaran mereka akan adil dan sederajat. Mereka akan menaruh belas kasihan terhadap orang miskin, teringat kepada orang yang sudah lanjut usia, dan mereka akan
menyelamatkan dan memberi wejangan kepada orang yang dalam kesusahan. Mereka akan selalu memotivasi orang lain untuk menghormati dan melindungi Sutra dan pratima Buddha. Mereka akan melakukan hal yang bermanfaat, tegas dan baik hati dan tidak pernah mencelakakan orang lain. Mereka akan mengorbankan jasmaninya untuk kemaslahatan makhluk hidup. Mereka tidak akan memperdulikan keadaannya sendiri tetapi akan sabar, mengalah, manusiawi dan damai."


"Jika orang seperti ini ada, gerombolan bhiksu jahat akan iri hati. Yang jahat akan mengejek, memfitnah dan mencemarkan nama baik mereka, mengusir dan merendahkan derajat mereka. Yang jahat akan mengasingkan bhiksu yang baik dari masyarakat biara. Kemudian yang jahat ini tidak akan menanam jalan kebajikan. Vihara dan caitya mereka akan kosong dan tak terawat. Karena tidak dipelihara, tempat itu lama kelamaan akan menjadi puing reruntuhan dan dilupakan orang. Bhiksu yang jahat hanya haus akan kekayaan dan menimbun harta benda. Mereka akan menolak membagikan kekayaannya satu bagian pun atau menggunakannya untuk memperoleh berkah dan kebajikan."


"Pada waktu ini, bhiksu jahat akan membeli dan menjual budak untuk
bercocok tanam dan membuka hutan gunung dengan cara tebas-bakar. Mereka akan mencelakakan makhluk hidup dan tidak ada rasa belas kasihan sedikit pun. Budak-budak ini akan menjadi bhiksu dan pelayan
wanita menjadi bhiksuni. Sama sekali tidak berkelakukan baik, mereka
akan bertindak sesuka hati dan berkelakuan amoral. Dalam kondisi
pikiran yang kacau, mereka tidak akan memisahkan laki-laki dan wanita di masyarakat vihara. Merekalah biang kemerosotan Dharma. Buronan akan mencari perlindungan di Jalan-Ku, ingin menjadi Sramana tetapi tidak mau mematuhi vinaya (sila). Walaupun Pratimoksa Sila dibacakan dua kali sebulan, tetapi hanya dalam nama saja. Karena mereka malas dan lemah, tidak ada orang yang mau mendengar ajaran lagi. Sramana yang jahat ini tidak akan sudi membacakan seluruh ajaran Sutra melainkan akan meringkas di bagian depan dan di bagian belakang teks sesuka hati. Tidak lama kemudian praktek pembacaan Sutra akan berhenti sama sekali. Sekalipun ada yang membacakan teks, mereka tidak akan berpendidikan, tidak memenuhi syarat, namun bersikeras
bahwa merekalah yang betul. Tidak mau bertanya kepada yang paham,
bersikap sombong dan angkuh, orang ini cenderung mencari kemasyhuran dan keagungan. Mereka suka berpura-pura dan bergaya alim dengan harapan bisa menarik sumbangan dari orang lain."


"Ketika bhiksu jahat ini wafat mereka akan jatuh ke neraka Avici. Berbuat lima dosa besar, mereka akan terlahir sebagai hantu kelaparan
dan hewan selama berkalpa-kalpa sebanyak jumlah pasir di sungai Gangga. Setelah karma mereka sudah selesai dilaksanakan, mereka akan dilahirkan di tempat terpencil yang tidak ada Triratna."


"Waktu Dharma akan berakhir, wanita akan menjadi giat dan selalu
berbuat kebajikan. Sebaliknya laki-laki akan menjadi malas dan tidak
lagi mempraktekkan Dharma. Mereka akan melihat Sramana seperti kotoran hewan dan tidak beriman. Ketika Dharma sudah akan berakhir, semua dewa akan mulai menangis. Sungai-sungai akan menjadi kering
dan lima jenis padi tidak akan matang. Penyakit epidemik akan bersimaharajarela, jumlah korban banyak sekali. Banyak orang akan bekerja membanting tulang dan menderita sedangkan pejabat daerah akan bersekongkol dan membuat rencana jahat. Tidak ada yang mematuhi peraturan; semuanya hanya bersenang-senang saja. Orang jahat makin banyak, sebanyak pasir di dasar laut. Orang baik susah dicari; paling banyak hanya ada satu atau dua orang saja. Ketika akhir zaman sudah mendekat, revolusi matahari dan bulan menjadi lebih pendek dan umur manusia menjadi lebih pendek. Rambut akan memutih waktu umur empat puluh. Disebabkan kelakukan tidak bermoral yang sudah berlebihan, laki-laki menghabiskan spermanya sehingga wafat
di waktu umur muda, biasanya sebelum enam puluh tahun. Walau umur
laki-laki turun, umur wanita akan naik menjadi tujuh puluh, delapan
puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun."

"Sungai-sungai besar akan bergolak melawan siklus alam sehingga
tidak harmonis, namun manusia tidak perduli memperhatikannya dan tidak merasa khawatir. Iklim yang berfluktuasi secara ekstrim akan segera dianggap biasa. Manusia dari semua ras akan bercampur aduk secara sembarangan, tanpa perduli terhadap yang baik dan jahat. Mereka akan timbul tenggelam seperti makhluk yang diberi makanan di air."


"Saat itu, ada Boddhisattva, Pratyekabuddha, dan Arhat, karena diusir para Mara, tak dapat menghadiri pertemuan umat. Ketiga yana (kereta) terpaksa masuk gunung, tempat kebajikan bersemayam. Mereka bahagia dalam hidup yang sederhana, usia mereka pun menjadi panjang. Dewa akan melindungi dan bulan akan menyinari mereka. Tiga kereta akan mempunyai kesempatan untuk berkumpul dan Jalan Kebenaran akan berkembang walaupun sebentar. Namun dalam kurun waktu lima puluh dua tahun, Sutra Suranggama dan Sutra Pratyutpanna-buddha-sammukhavasthita-samadi akan lenyap terlebih dahulu. Dua belas divisi dari ajaran Buddha akan berangsur-angsur ikut hilang, takkan pernah muncul lagi. Kata-kata dan kitabnya tidak akan ditemukan selamanya. Jubah Sramana akan berubah warna menjadi putih. Ketika DharmaKu musnah, polanya diibaratkan seperti lampu minyak yang menyala sangat terang sesaat sebelum padam. Demikian
juga Dharma saya akan seperti padamnya lampu tersebut. Setelah itu susah dikatakan dengan pasti apa yang akan terjadi berikutnya."

"Jadi ini akan berlanjut sampai beberapa puluh juta tahun kemudian. Saat Maitreya akan lahir di dunia untuk menjadi Buddha yang berikut, segenap bumi ini akan damai. Hawa jahat pun menghilang, hujan akan turun teratur, panen akan berlimpah. Pohon akan tumbuh sangat tinggi dan manusia akan tumbuh setinggi delapan puluh kaki (24 meter). Umur
rata-rata akan menjadi 84.000 tahun
. Makhluk hidup yang terbebaskan tak terhitung jumlahnya."


Ananda bertanya kepada Buddha, "Apa yang kita sebutkan untuk Sutra
ini dan bagaimanakah kita akan menegakkannya?" Buddha berkata, Ananda, Sutra ini disebut Sutra Kelenyapan Dharma. Beritahu semua orang agar menjadi maklum; berkah dari perbuatanmu tak akan terhitung."
Setelah mendengar penjelasan Buddha tentang Sutra ini, keempat golongan siswa menjadi sedih dan menangis. Mereka semua bertekad
mencapai kesucian menyelami kebenaran. Setelah bersujud kepada Buddha, mereka kembali ke tempat masing-masing.


--------------------------------------
Dikutip dari Sutra Suranggama. Jilid I
Terbitan Yayasan Triyanavardhana Indonesia
Ekayana Buddhist Centre, Jakarta
Edisi pertama, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar