Pages - Menu

Pages

Kamis, 19 Juli 2012

Offline GandalfTheElder Moderator KalyanaMitta ***** Thank You -Given: 156 -Receive: 344 Posts: 1.449 Reputasi: 74 Gender: Male Exactly who we are is just enough (C. Underwood) Makan Daging Diizinkan oleh Pandit Mahayana Bhavaviveka

Bhavaviveka : Tentang Makan Daging

Bhavaviveka (500-578 M), pendiri Svatantrika Madhyamika, salah satu aliran dalam Mahayana pernah menulis dalam karyanya Madhyamaka-hrdaya-karika tentang makan daging sebagai berikut:

Na mansa bhaksanam bhoktum bhujyate papa karanat
Ksut pratikara hetutvad yad rcchagata bhaktavat


133. “Tindakan memakan daging dengan tujuan sebagai nutrisi, obat bagi penyakit atau sebagai pemulih kelaparan tidak menyebabkan karma buruk.”

Asucitvad abahksyam cen mansam kayo pi cintyatam
Bija sthanad upastambhad asuci vitkrimir yatha


134. “Larangan memakan daging dengan alasan ketidaksucian itu tidak dapat diterapkan. Tubuh kita sendiri dilahirkan dengan tidak suci dan terus menerus tidak suci, tidak peduli apakah seseorang makan daging ataupun tidak. Tubuh manusia ini tidak suci, seperti cacing di tumpukan kotoran.”

Sukradi sambhavad eva matsya mansam vigarhitam
Tam ghrta ksiradir hetoh syad evam vyabhicarita


135. "Larangan memakan ikan dengan alasan bahwa ikan adalah gabungan dari sperma dan darah tidak dapat diterapkan. Ketika ikan dilarang untuk dimakan, kenapa ghee dan susu, yang merupakan produk dari penyatuan sperma dan darah, tidak dilarang?”

Mansadah prani ghati cet tan nimittatvato matah
Ajinadi dharair hetoh syad evam vyabhicarita


136. “Larangan memakan daging dengan alasan mengambil kehidupan hewan tidak dapat diterapkan. Jika seoarng petapa tidak memakai bulu dan kulit binatang, seekor rusa Sarabha akan selamat. Hidup seekor hewan yang diambil, tidak hanya dengan tujuan memakan dagingnya.”

Na mansa bhaksanam dustam tadanim prany aduhkhanat
Mukta barhi kalapadi tandulambupayogavat


137. “Larangan memakan daging dengan alasan bahwa ketakutan dan penderitaan makhluk tidak dapat diterapkan. Ketika dimakan, hewan tersebut telah dipukul sampai mati. Tindakan memakan daging bukanlah sebuah tindakan yang negatif seperti halnya tindakan memakan beras dan meminum air bukan tindakan yang negatif. Hewan tersebut tidak tersiksa oleh tindakan memakan daging mereka, sama seperti merak yang tidak menderita apabila bulunya diambil. Sama seperti gajah yang tidak meninggal karena gadingnya dicabut. Sama seperti ibu kerang yang tidak menderita dan mati oleh karena mutiaranya diambil. Jika hal memakan daging [yang telah mati] adalah berdosa, mengapa kremasi tubuh yang telah mati tidak berdosa [membuat karma buruk]?"

Samkalpa jatvad ragasya na hetur [mansa bhaksanam]
[tad]vinapi tad utpatter gavam iva trnasinam


138. “Larangan memakan daging dengan alasan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan nafsu seksual tidak dapat diterapkan. Meskipun merupakan seekor hewan pemakan tumbuhan (herbivora), seekor lembu atau kuda di sini diketahui memiliki hasrat seksual yang menggebu-gebu.”

Bhavaviveka, selaku pakar Mahayana mengizinkan makan daging dan menganjurkan Tri-koti-suddha-mamsa bagi para Buddhis yaitu untuk tidak memakan daging di mana kita melihat, mendengar dan mencurigai binatang itu dibunuh untuk dimakan oleh kita.

Bhavaviveka ditahbiskan sendiri oleh YA Nagarjuna, pendiri aliran Madhyamika. Menurut tradisi Vajrayana, Bhavaviveka merupakan salah satu dari 17 Maha Pandita.

Bhavaviveka juga mengetahui keberadaan Hastikaksya Sutra, Mahamegha sutra, Lankavatara Sutra dan Angulimaliya sutra, yang merupakan sutra-sutra Mahayana yang berisi anjuran vegetarian. Hal ini dapat diketahui lewat Tarkajvala yang ditulis Bhavaviveka.

Hal ini sekaligus membenarkan isi artikel yang ditulis oleh surya Wijaya dan diposting oleh bro. Hikoza:
"Dalam teks nya yang berjudul Esensi dari Jalan Tengah (Madhyamaka-hrdayakarika), Bhaviveka --seorang Guru Besar Mahayana dari India-- mengajukan permasalahan apakah vegetarian itu penting dalam cara hidup seorang Buddhis. Beliau mengemukakan alasan bahwa karena pada saat memakan daging, binatang tersebut telah mati, tindakan memakan daging tersebut tidak menyebabkan rasa sakit secara langsung terhadap binatang tersebut. Yang secara khusus dilarang adalah memakan daging dari binatang yang anda perintahkan untuk dibunuh, atau anda curiga, mendengar, atau melihat bahwa binatang tersebut dibunuh khusus untuk anda. Daging tersebut tidak seharusnya kita makan. (Syarat ini jelas sama dengan yang tercantum dalam ajaran Theravada)"

 _/\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar