Kamis, 23 Agustus 2012
Meditasi Shadu
CERAMAH DHARMARAJA LIANSHENG
Kita sembah sujud pada Guru-Guru Silsilah, sembah sujud pada Bhiksu Liaoming, sembah sujud Guru Sakya Dezhung, sembah sujud pada Gyalwa Karmapa XVI, sembah sujud pada Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala di Vihara Purnama Bali, sembah sujud pada Para Adinata Abhiseka.
Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, tamu agung hari ini, perwakilan Kementerian Agama Provinsi Bali Bpk. Budi Girirakana, Kepala Kepolisian Resor Kota Denpasar, Komisaris Besar Polisi I Wayan Sunartha, Ketua DPD Walubi Propinsi Nusa Tenggara Barat Bpk. Slamet, Ketua Umum Madha Tantri Sdr. Rahmat Hartanto, Komisaris Budaya Daden Indonesia Sdr. Chan Ardjoen, True Buddha Indonesia Pdt. Supardi, ketua Vihara Purnama Bali Sdr. Huang Kangfu, ketua yayasan Sdr. Lin Jinshan, Ibu Duta Besar Liao Dongzhou TETO di Houston Judy. Dan masih banyak lagi tamu agung dan hadirin.
Saat saya baru keluar, gerbang Vihara Purnama Bali itu tertutup, di luar sepertinya banyak orang, apakah mereka dibiarkan masuk? Mereka semua adalah saudara-saudari se-Dharma kita, jangan menghalangi mereka masuk ke dalam gerbang. Kadang-kadang, yang berdiri di luar gerbang, selalu ingin masuk, kita yang terkurung di dalam, selalu ingin keluar, inilah tanah pusaka, ibarat menikah, banyak orang ingin menikah, banyak orang ingin bercerai, yang loncat ke dalam tembok, ingin loncat keluar tembok, tadinya di luar tembok, mati-matian ingin loncat ke dalam tembok; orang pintar, pasti berdiri di atas tembok.
Rencana awal lebih dulu tiba di Vihara Vajra Sasana Dharma (Bao Hui Leizangsi), di sana melakukan pemberkatan kaiguang, ritual sederhana, kemudian putar ke Vihara Purnama Bali, rencana awal seperti itu, namun, Dharmabala di Vihara Purnama Bali lebih kuat, lebih dulu ditarik ke dalam, maaf! Karena pertama kali datang ke tempat ini, ada sebagian orang tidak tahu bagaimana prosedurnya, langsung membawa mobil ke sini, sebenarnya, ini adalah suatu tempat yang penting, Vihara Purnama Bali adalah sebuah lokasi penting, sedangkan Vihara Vajra Sasana Dharma adalah sebuah lokasi penting yang kelak akan berkembang, lebih dulu ke tempat yang akan berkembang, kemudian, baru ke tempat yang telah berkembang.
Pintu Zhenfozong kita selalu terbuka, siapapun boleh masuk, tidak mengabaikan satu insan pun. Saya barusan dari Vihara Dharma Agung (Ben Yuan Leizangsi), Makassar, saya juga mengatakan seperti ini, saya hanya membiarkan orang masuk, tidak pernah menyuruh orang keluar, inilah tidak mengabaikan satu insan pun. Jika Anda sendiri mengira di sini bukan lingkungan yang cocok untuk Anda, Anda keluar sendiri, semoga Anda kembali lagi sendiri.
Semua Dharma Zhenfozong, juga terbuka, tidak ada rahasia khusus, jadi, tidak ada tempat terlarang, dengan kata lain, Zhenfozong kita terbuka, adil, jujur, semuanya berada di bawah pancaran sinar mentari. Ibu Xiaoming sedang memakai masker wajah, kita tahu, wanita suka sekali memakai masker wajah, wajah diusap dengan berbagai benda, kelihatan putih putih, kelihatan sangat menyeramkan. Saat ini, seseorang mengetuk pintu, ibu pun menyuruh putranya yang berumur 6 tahun, "Buka pintu, lihat siapa, katakan ibu sedang ada urusan." Pintu dibuka, seorang sales, sales bertanya pada Xiaoming, "Apakah ayah dan ibumu di rumah?" Xiaoming pun menjawab, "Ayah saya di kantor, ibu saya sedang melakukan hal yang tidak boleh dilihat orang." Maksud saya menceritakan cerita lucu ini adalah Zhenfozong kita tidak memakai masker atau kerudung, juga tidak melakukan sesuatu yang misterius, semua yang kita lakukan boleh dilihat orang. Zhenfozong mengajari kita untuk sungguh-sungguh berbuat kebajikan, mengajari kita sungguh-sungguh menjadi manusia yang benar, sikap harus benar, Zhenfozong mengajari kita melatih tubuh kita, agar tubuh kita sehat, Zhenfozong mengajari kita dapat memahami hati dan menyaksikan Buddhata, dapat memahami Buddhadharma, menekuni Buddhadharma.
Setiap manusia, jika sakit harus disembuhkan, yang tidak sakit harus memperkuat tubuh, sebenarnya insan di dunia ini, semuanya sakit, justru harus disembuhkan dengan Buddhadharma, baru akan berubah menjadi tidak sakit. Kita tidak sakit, Buddhadharma Zhenfozong tidak sakit, melainkan Buddhadharma yang sangat sehat. Ada seorang dokter, bertemu seorang penderita sakit jiwa, dan berkata pada penderita sakit jiwa, "Biasanya orang yang menderita penyakit ini, tidak akan mengaku dirinya sakit." Penderita sakit jiwa pun bertanya pada dokter, "Kalau begitu, apakah dokter sakit?" Dokter berkata, "Saya tentu tidak sakit." Kadang-kadang begini, orang yang sakit mengatakan dirinya tidak sakit, orang yang tidak sakit, mengatakan dirinya sakit. Oleh karena itu, Buddhadharma justru menghendaki agar kita mengerti, diri kita tidak sakit, ini adalah sebuah titik berat. Buddhadharma justru sebuah cermin, agar diri kita melihat diri kita sendiri, apakah diri kita sakit atau tidak.
Umat Zhenfozong adalah orang miskin, namun juga orang kaya. (Hadirin tepuk tangan) Apa itu orang miskin? Kerisauan orang miskin adalah tidak ada pilihan, apa itu orang kaya? Orang kaya, karena pilihan terlalu banyak, sehingga risau. Oleh karena itu, orang miskin dan orang kaya itu setara. Kesetaraan yang saya maksud, adalah kerisauan mereka adalah setara. Di dalam penekunan Zhenfozong, yang Anda dapatkan adalah kebijaksanaan yang paling berharga, kebijaksanaan mahatinggi, ketika Anda mendapatkan kebijaksanaan mahatinggi, Anda pun mendapatkan "kestabilan". Kata "stabil", sangat penting, karena yang menentukan apakah Anda bisa terlahir di alam suci, apakah bisa mencapai kebuddhaan, semua tergantung dari kata "stabil", setelah Anda mendapatkan "kestabilan", artinya Buddha akan memberitahu Anda, "Shadu! Shadu!". "Stabil" dan "Shadu" digabungkan menjadi Ding Shan Leizangsi (Vihara Purnama Bali). (Hadirin tepuk tangan)
Mari saya ceritakan sebuah cerita lucu, mungkin Anda tidak merasa lucu, karena, ini tergolong cerita lucu dalam aspek bahasa, Orang Taiwan atau orang yang bicara Bahasa Hokkian baru mengerti, jika mengerti Bahasa Melayu atau bahasa lainnya, kurang mengerti. Ada seorang Bhiksu Senior, setelah Beliau keluar dari pertapaan, berkumpul dengan beberapa muridnya, Beliau pun berkata pada muridnya, "Hao Jiu Bu Jian (lama tak jumpa) (kata Jiu, senada dengan kata arak yang berarti arak bagus hilang) Dengan kata lain, arak yang diam-diam disimpannya telah hilang, seorang murid berdiri dan berkata, "Shanzai! Shanzai! (Shadu! Shadu!)!" Bahasa Taiwannya berarti "Siapa tahu! Siapa tahu!" Seorang murid lain lagi berdiri dan berkata, "Wo Fo Ci Bei" (Sang Buddha welas asih) Bahasa Taiwan berarti, "Saya minum 10 gelas." Murid ketiga berdiri, berkata, "Zui Guo! Zui Guo!" (Durhaka! Durhaka!) Bahasa Taiwan berarti, "Saya pernah mabuk." Murid keempat pun berdiri, berkata, "Amituofo!" (Amitabha) Bahasa Taiwan berarti, "Saya tidak curi minum."
Buddha sendiri memiliki sila yang sangat penting, semua sila bermula dari sila ini. Pertama, membunuh, kemudian mencuri, berjinah, berdusta, terakhir mabuk-mabukan. Kita sebagai umat Zhenfozong, sebaiknya menaati kelima sila ini, penting sekali, sangat penting. Jika, Anda berdusta, mengadu domba, bermulut jahat, bicara cabul, semua itu tidak baik, mudah sekali melakukan kesalahan ini. Lima sila adalah dasar melatih diri, selanjutnya, kita harus melakukan sepuluh kebajikan, Theravada harus menjalankan Empat Kebenaran Mulia (catvāri...ārya-satyāni), Delapan Jalan Kebenaran (aṣṭâṅga-mārga), Mahayana harus membangktikan Bodhicitta, maitri-karuna-mudita-upeksa, Bodhisattva sendiri harus menjalankan Sadparamita, Buddha harus melihat Buddhata sendiri dan mencapai kebuddhaan. Semua yang disabdakan Sang Buddha, tergolong Buddhadharma, semua adalah Dharma yang benar, Ia tidak berbohong. Ada sebuah cerita lucu sebagai berikut, ada seorang bos penjual burung beo, ia mengatakan beo yang dijualnya sangat pintar, apapun bisa diucapkan, begitu Xiaoming mendengar beo ini sangat pintar, ia pun beli. Sepulangnya ke rumah, Xiaoming sangat senang, ia pun bicara dengan beo, mengujinya pintar atau tidak, Xiaoming pun berkata, "Saya bisa berjalan!" Beo menjawab, "Saya juga bisa berjalan." Xiaoming berkata lagi, "Saya bisa berlari!" Beo juga berkata, "Saya juga bisa berlari." Xiaoming berkata, "Saya bisa bernyanyi." Beo juga berkata, "Saya juga bisa bernyanyi." Xiaoming melanjutkan, "Saya bisa terbang." Beo pun berkata, "Kamu membual." Ini Bahasa Taiwan, artinya kamu membual. Kini, Sang Buddha berceramah Dharma selama 49 tahun, Ia bukan membual, Ia mencapai keberhasilan nyata, Ia mencapai kebuddhaan, dengan kata lain, Ia mencapai Samyaksambodhi, benar-benar seorang Buddha. (Hadirin tepuk tangan)
Saya melihat gambarupang di dalam Vihara Purnama Bali, mengandung warna Tantra dan Hindu, sangat agung. (Hadirin tepuk tangan) Orang yang melatih diri di sini, pasti sangat menghargai Dharma, menghormati Guru, dan berlatih sungguh-sungguh. Saat saya mewariskan Phurba (Vajrakilaya), pratima Phurba ini sudah ada? Baru direnovasi? Saya mengira orang Vihara Purnama Bali bisa memprediksi, semata-mata pratima Vajrakilaya ini saja, "OM. BIEZHA. JILIJILAYA. SARWA. BIKANIAN. BANG. HUMPEI." Semata-mata pratima Phurba ini saja, sudah ada 12 macam cara melatih diri. Kita menyanyikan Pujian Pendupaan, terakhir ada "OM. BIEZHA. DUBIE. A. HUM." Oh! "Dubie" adala dupa! Saya kira mantra Padmasambhava, karena "OM. BIEZHA. BEIMA. HUM." adalah mantra hati Padmasambhava, "OM. A. HUM. BIEZHA. GURU. BEIMA. XIDI. HUM. XIE." Adalah mantra hati Padmasambhava yang lebih panjang. Padmasambhava dan Phurba sangat berjodoh, selain Vajrasattva dan Phurba, masih ada Padmasambhava dan Phurba, boleh dikatakan, Padmasambhava pernah masuk ke dalam samadhi Purbha, memperoleh 12 Dharma, kekuatan Phurba itu sendiri sangat besar.
Selanjutnya, Rahula, Rahula adalah salah satu benda angkasa, yaitu ekor komet, disebut juga "Ji Du Xing", Rahula tadinya sangat jahat, asalkan ada komet yang muncul, maka akan terjadi hal yang tidak mujur, kekuatan-Nya sangat besar, belakangan berubah menjadi Dharmapala Agama Buddha, kekuatan-Nya tidak terhingga. Lantas, "Mantra 9 Aksara" adalah "Sadhana Qie", menggunakan Mudra 4 Vertikal dan 5 Horisontal yang sangat kuat, "Lin, Bing, Dou, Zhe, Jie, Zhen, Lie, Zai, Qian", jika dijapa, berubah menjadi sebidang jaring Vajra, Anda japa sekali di sisi timur, japa sekali di sisi barat, japa sekali di sisi utara, japa sekali di sisi selatan, Anda berada di tengah-tengahnya, mara sesat, siluman apapun, siapapun, tidak dapat masuk ke dalam Sadhana Aksara Qie dari Mantra 9 Aksara. Sadhana Mantra 9 Aksara dari Acalanatha, saat kekuatannya kecil, bisa melindungi seseorang, saat menengah, bisa melindungi sebuah keluarga, saat besar, bisa melindungi sebidang lahan yang luas, seperti Pulau Bali. "Lin, Bing, Dou, Zhe, Jie, Zhen, Lie, Zai, Qian", sisi timur, selatan, barat, utara, menggunakan Sadhana Aksara Qie, seperti ini, masih bisa lebih besar lagi, bisa melindungi sebuah negara.
Sadhana yang dimohon oleh Vihara Purnama Bali hari ini, semua adalah Mahasadhana, (hadirin tepuk tangan) oleh karena itu, menurut saya, semua umat Vihara Purnama Bali adalah penekun sejati, benar-benar melatih diri, (hadirin tepuk tangan) Sadhana yang mereka mohon, semua tidak gampang. Mereka bahkan memohon abhiseka Puja Api Homa, puja api adalah fire offering, persembahan api. Puja api sebenarnya berasal dari Agama Hindu, di Brahma Hindu, mereka lewat mulut Dewa Agni (Dewa Api), memberikan persembahan kepada Brahma, Wisnu, dan Siwa, merupakan semacam permohonan, sedangkan Sadhana Puja Api, fire offering itu sendiri di dalam Agama Hindu terdapat ratusan jenis. Dulu, Sang Buddha sedang mengajari semua murid, awalnya, Beliau tidak berharap kita umat Buddha melakukan Puja Api, karena puja api adalah semacam permohonan, memohon pada dewa, langit, ibarat memohon hujan pada musim kemarau, atau memohon langit cerah saat hujan turun terlalu banyak, kemudian meredamkan bencana, ada yang untuk tujuan penyembuhan! Menaklukkan hal-hal negatif, serta meningkatkan kekayaan, meningkatkan kebijaksanaan. Puja api ternyata awalnya adalah doa, merupakan cara doa lewat persembahan api, itulah Agama Hindu. Pada awalnya, Buddha Sakyamuni melarang puja api, karena Agama Buddha mengajarkan tidak memohon apa-apa, segalanya alami, cukup belajar Buddhadharma saja, jangan memohon apa-apa, awalnya begitu. Namun, murid-murid-Nya seperti Moggalana, Sariputra, Mahakasyapa, Ananda, dan masih banyak murid utama lainnya, sepuluh murid utama ini, awalnya adalah Brahma, mereka tadinya menekuni Puja Api, ketika Sang Buddha tidak melihat mereka, mereka pun melatih Puja Api, begitu Buddha Sakyamuni melihat, aduh! Sulit sekali dilarang, karena murid-murid Sang Buddha awalnya berasal dari Brahma, mereka sudah terbiasa melakukan Puja Api, oleh karena itu, apa boleh buat, Sang Buddha pun menetapkan beberapa cara, ada lebih dari 40 cara, Ia menyusutkan ratusan jenis puja api menjadi beberapa jenis puja api saja, "Kalian pun cukup menekuni beberapa jenis ini saja", demikianlah, karena Sang Buddha juga tahu, kita diajarkan Dharma yang paling mulia, namun, kita juga tidak mungkin disuruh meninggalkan semua Dharma kemudahan di dunia ini, jadi, Tantra kita baru ada puja api.
Tadi, ketua yayasan sempat mengatakan, saat pertama kali saya datang ke Bali, saya sempat bertemu seorang Kulapati, Kulapati ini sudah parinirvana. Kulapati ini adalah ketua Walubi yang pertama, saya sudah lupa pernah bertemu Beliau, saya terus mengingat nama Beliau. Sekarang, ketua umum Walubi Ibu S. Hartati Murdaya, yaitu penerus tongkat estafet kedua dari Kulapati ini, Beliau sekarang adalah ketua umum Walubi. Setelah upacara agung usai, saya ke rumahnya untuk berbincang-bincang, bicara sampai tengah malam, kira-kira pukul 3. Selain itu, suatu kali, kami makan bersama, Beliau terakhir baru datang, Beliau berkata pada saya, "Tujuan utama kedatangan saya adalah bicara dengan Anda saja, saya tidak makan." Beliau datang paling akhir, Beliau berkata, "Saya bukan datang untuk makan dengan Anda, saya mau bicara dengan Anda." Beliau pun mengundang saya ke rumahnya, dan berbincang-bincang selama berjam-jam, mengobrol-ngobrol. Beliau juga terus-menerus mengundang saya, bahkan Beliau mengikuti upacara kita, dari awal hingga akhir, hingga abhiseka, Beliau pernah mengucapkan satu pernyataan, bahwa Beliau tidak pernah mengikuti satu upacara pun dari awal hingga akhir, bahkan tidak pernah diabhiseka orang lain, Beliau duduk dari awal hingga akhir, bahkan menerima abhiseka, ini hanya sekali seumur hidupnya. (Hadirin tepuk tangan) Biasanya, Beliau hanya naik pentas, memberikan beberapa patah kata sambutan, langsung pergi, tidak pernah mengikuti upacara dari awal hingga akhir, saya katakan pada kalian, upacara dimulai pukul 2 sore, Beliau datang paling awal, Beliau pukul 12 sudah datang, kemudian sampai pukul berapa baru pulang? Sampai abhiseka selesai, kira-kira pukul 7 baru pulang, selama itulah, oleh karena itu, kita sangat berterima kasih pada Beliau. (Hadirin tepuk tangan) Beliau juga memohon pada Mahaguru saat upacara, berdoa untuk pemerintah Indonesia "Segalanya damai, segalanya mujur, iklim teratur, kelak Indonesia dapat berubah menjadi negara yang memiliki ekonomi dunia yang sangat kuat, rakyat sangat makmur, semua orang hidup dalam perdamaian, berubah menjadi sebuah negara demokrasi yang paling modern di seluruh dunia." (Hadirin tepuk tangan)
Kita di Vihara Purnama Bali memohon pada Buddha Bodhisattva, memohon pemberkatan, memberkati Indonesia agar makmur dan damai, iklim teratur, rakyat sejahtera, selamanya menjadi negara demokrasi yang modern.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar