Senin, 3 September 2012 pukul 14.00 WIB terselenggara acara “Temu Wicara bersama Vajra Acarya Lian Ning (Mi Fa Yan Xi Ban – 密法研習班)”. Temu wicara bersama Vajra Acarya Lian Ning ini di dampingi oleh Vajra Acarya Lian Yuan dan Vajra Acarya Lian Dian. Kurang lebih pukul 14.00 WIB, ruangan Bhaktisala sudah dipadati oleh umat, ketiga Vajra Acarya telah hadir juga di ruang Bhaktisala.
Temu Wicara ini di awali dengan ketiga Vajra Acarya mempersembahkan dupa, dilanjutkan dengan Bernamaskara kepada altar Mandala. Kemudian Vajra Acarya Lian Yuan berterima kasih atas kehadiran umat sekalian dalam temu wicara ini, dilanjutkan dengan melafalkan mantra Mahaguru tujuh kali. Kemudian Vajra Acarya Lian Yuan menginformasikan bahwa dalam temu wicara ini kita boleh mengutarakan pertanyaan kita seputar dharma.
Vajra Acarya Lian Ning memulai temu wicara ini. Inti dari penjelasan Vajra Acarya Lian Ning adalah setelah kita bersarana, harus bersadhana setiap hari, menjalankan sila. Jika terlalu sibuk, bagaimana menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Di dalam Tantrayana Zhenfo Zong terdapat Trimula, pertama adalah Mula Guru yaitu Maha Mulacarya Lian Sheng, kita harus ingat Mula Guru kita tidak perduli bahwa kita sedang sibuk atau kita sedang di toko atau kita malas melatih diri atau kita tidak mengerti apa itu Tantrayana Zhenfo Zong, kita harus tetap mengingat Mula Guru kita yaitu Maha Mulacarya Lian Seng dengan bervisualisasi Mahaguru duduk di atas kepala dan memancarkan sinar memberkati kita, serta melafalkan mantra Mahaguru yaitu Om Gu Lu Lian Sheng Xi Di Hum. Kita tidak boleh lupa dan harus membiasakan diri untuk bervisualisasi seperti itu. Cara seperti ini terdengar sepertinya mudah, tapi inilah sadhana yang paling dalam. Namun, pada awalnya kita sering visualisasi tersebut tetapi ketika pada suatu hari kita telah bersadhana ke tingkat yang tinggi atau lebih tinggi lagi mungkin kita akan melupakan hal ini. Kebanyakan orang bila telah melatih diri hingga mencapai tingkat tinggi seperti kerasukan mara, itu karena lupa gurunya. Banyak orang yang melatih diri beranggapan bahwa dirinya mempunyai kekuatan, setiap orang harus mematuhinya, bila tidak maka akan mencelakainya. Dia lupa, dan mengatakan bahwa sadhana yang didapatkan adalah dari yidam bukan dari gurunya, bila berpikir seperti itu maka habislah. Maka dari itu, jangan lupa selalu mengingat Mahaguru dan bervisualisasi Beliau duduk di atas kepala kita dan memancarkan cahaya pemberkahan kepada kita serta melafalkan mantranya, hal ini berlaku untuk semua walaupun Vajra Acarya, Bhikkhu Lhama atau para dharmaduta lainnya. Dalam Tantrayana yang paling penting adalah Mulaguru.
Berikutnya yang kedua adalah yidam dan yang ketiga adalah dharmapala, tetapi tidak diterangkan Vajra Acarya dikarenakan Mahaguru sudah bisa mewakili Yidam dan Dharmapala. Bagi yang telah bersarana, bila kita mempunyai waktu luang, kita bervisualisasi Mahaguru di atas kepala kita lalu di cakra hati Beliau terdapat bijaksara HUM kemudian HUM tersebut berubah menjadi sebuah teratai, teratai tersebut dari akarnya seperti layaknya tetesan air masuk sampai cakra hati kita, kemudian di cakra hati kita keluar sebuah teratai. Atau visualisasi Mahaguru memancarkan cahaya ke tubuh kita. Atau visualisasi tricahaya memberkati di cakra kening, leher, dan tenggorokan. Yang paling penting kita harus mengingat guru kita, bila kita melupakan Buddha Bodhisattva lain tidak apa – apa, karena guru kita akan membawa atau mendatangkan para Buddha Bodhisatva. Jika kita visualisasi Mahaguru, tapi yang keluar adalah Buddha Bodhisattva lain, kita harus melafalkan mantra hati Mahaguru. Walaupun sepele, tapi dari Mahaguru lah kita dapat berhasil. Jika kita bertemu kesulitan dalam hidup, kita boleh melakukan metode ini, asalkan kita tekun bersadhana, banyak baca mantra, namun bila kita melanggar sila, bukan adhistana dari Mahaguru itu tidak sampai ke kita tetapi dharmapala kita tidak akan membantu kita, ada lagi bila kita memiliki banyak penagih utang, kita merasa bahwa melafalkan mantra itu tidak ada guna-nya, sebenarnya mantra itu ada kekuatannya tetapi karena kita memiliki banyak penagih hutang maka mereka yang menghalangi kita.
Vajra Acarya Lian Ning juga mengatakan ada hal yang penting lainnya adalah kita tekun bersadhana tetapi apakah kita ada melatih hati? kita bersadhana juga harus melatih hati kita, menanamkan dharma dalam hati kita, serta mengamalkan dalam hati kita. Contohnya melakukan persembahan, setiap kali bersadhana kita ada mempersembahkan persembahan. Gunanya memang untuk menambah berkah, namun apakah kita melakukan persembahan tersebut ada menambah berkah kita? ada, tetapi sedikit, ada juga yang telah melakukan persembahan tetapi belum mendapatkan berkah. Mengapa demikian? bukankah kita bervisualisasi persembahan tersebut bertambah banyak. Karena dalam melakukan sadhana persembahan kita melatih hati untuk berdana paramitha, mengikis kikir dalam hati kita, namun juga harus sesuai dengan kemampuan pribadi. Dalam catur prayoga diminta kita melakukan 100 ribu kali, oleh karena itu kita melakukan persembahan tidak hanya di depan altar saja, namun juga di luar altar, contohnya mempersembahkan tubuh untuk membersihkan kamar mandi di vihara tanpa pamrih, dengan hati yang terbuka untuk umat banyak dan ikhlas serta tidak mengharapkan balasan, berkah akan datang lebih cepat. Namun, dilakukan sesuai dengan kemampuan. Mengapa ada orang yang pada kehidupan kali ini memiliki berkah yang melimpah, karena berkah tersebut berasal dari kehidupan lampau yang telah dia tanam. Ada lagi satu macam lagi persembahan, yaitu waktu dan jiwa, menggunakan waktu kita untuk bersadhana memberikan manfaat untuk para insan. Sehingga membantu vihara tanpa pamrih juga termasuk persembahan, begitu juga seorang Bhikkhu, mengapa seorang Bhikkhu memiliki berkah karena seorang Bikkhu mempersembahkan tubuh, ucapan, dan pikiran untuk umat dan juga untuk bersadhana. Sehingga seorang bhikkhu sangatlah berharga dan agung. Ada 4 tingkat visualisasi Mahaguru: paling awal adalah Visualisasi Mahaguru berada di seberang kita, kemudian tingkat berikutnya bervisualisasi Mahaguru berada di atas kepala kita, tingkat berikutnya bervisualisasi Mahaguru berada di dalam hati kita, lalu terakhir bervisualisasi diri kita menyatu dengan Mahaguru, Mahaguru adalah kita dan kita adalah Mahaguru. Bersadhana untuk melatih hati, mengikis karma. Kita melatih diri setahap demi setahap sekaligus melatih hati dan tidak bisa instant. Jadi kita harus ingat pertama visualisasi mahaguru dan menjapa mantra Mahaguru, kedua hal ini tidak boleh lupa. kedua dalam bersadhana juga harus melatih hati. Karena bersadhana sekaligus melatih hati baru akan berhasil, tanpa melatih hati akan menjadi mara.
Setelah Vajra Acarya Lian Ning selesai menjelaskan, giliran Vajra Acarya Lian Dian untuk menjelaskan. Inti dari penjelasan Beliau adalah setelah kita mendengarkan penjelasan dari Vajra Acarya Lian Ning mengenai pentingnya silsilah, bersarana, lalu melatih sadhana Tantrayana Satya Buddha. Sekarang, apakah anda percaya nasib bisa berubah atau nasib bisa dengan mudah berubah atau sulit berubah? Ada umat yang bertanya pada Mahaguru, Mahaguru saya ingin merubah nasib saya. Nasib saya kurang bagus, apakah bisa diubah? Mahaguru menjawab, nasib tidak semudah itu diubah. Lewat beberapa waktu kemudian, ada yang menanyakan pertanyaan yang sama, Mahaguru apakah nasib bisa berubah? saya ingin mengubah nasib saya, karena kurang bagus. Mahaguru menjawab tentu saja bisa, siapa bilang nasib tidak bisa dirubah, nasib itu mudah sekali diubah. Dari kedua jawaban Mahaguru tentunya kita bingung sebenarnya nasib bisa dirubah atau nasib tidak bisa dirubah? Mahaguru menjawab, sebenarnya nasib bisa berubah tergantung dari karma orang tersebut. Untuk jawaban Mahaguru mengenai nasib itu sulit dirubah itu dikarenakan orang tersebut adalah orang yang keras kepala, bagaimanapun Mahaguru mengatakan orang tersebut tidak akan atau tidak mau mendengar nasihat Mahaguru. Tetapi terhadap umat yang diberikan jawaban oleh Mahaguru bahwa nasib bisa berubah, dikarenakan orang tersebut bisa mendengarkan nasihat dari Mahaguru sehingga nasibnya bisa berubah. Para Buddha bersabda, sabda dari Mahaguru, perkataan atau ceramah dari para Vajra Acarya, kadang – kadang kita tidak mendengarnya atau mentaatinya karena hati kita keras, contohnya orang yang suka merokok, seberapa tekun anda melarang orang tersebut namun tetap sulit sekali diubah walaupun orang tua-nya sendiri yang melarang. Contoh yang lain adalah ibu yang menyuruh anaknya untuk belajar atau membuat pekerjaan rumah (PR), tetapi sang anak bilang ingin main game. Mahaguru dan Vajra Acarya berkata kita harus bersadhana, satu hari satu kali bersadhana uda cukup, kita juga sulit melakukannya, tidak banyak orang yang dapat melakukannya. Bukankah sama dengan orang yang merokok dan anak kecil tersebut. Mahaguru mengatakan, kepada murid tersebut bahwa nasib bisa berubah, murid tersebut menuruti apa yang Mahaguru katakan maka nasib dia bisa berubah. Sedangkan umat yang satu lagi bagaimanapun Mahaguru mengatakan atau mengajarinya dia tidak akan mendengar, maka dari itu nasib sulit dirubah. Jadi nasib itu apakah bisa kita rubah dengan mudah? kita harus menjawab bisa! karena kita harus menjadi penentu dari nasib kita atau nasib itu berada di tangan kita sendiri.
Vajra Acarya mengatakan dalam kehidupan kita sekarang bisa bersarana kepada seorang Mahaguru Lian Sheng adalah sebuah berkah yang luarbiasa itu dikarenakan berkah atau pahala yang luar biasa dari kehidupan kita yang lampau. Hari ini kita bisa mendengar tentang buddhadharma, silsilah, menjalankan sila, cara mengubah nasib karena kita pernah berbuat pahala yang sangat besar dalam kehidupan lampau kita. Jangan menganggap remeh atau menghina diri kita sendiri atau orang lain, karena kita semua adalah orang yang pernah berbuat pahala yang luar biasa. Jadi, mulai hari ini kita harus merubah diri kita, yang terpenting pertama adalah kita selalu menempatkan Mahaguru berada di atas kepala kita, di hati kita, dan kita adalah Mahaguru selama – lamanya, kita harus mendengarkan Mahaguru, apakah kita mau atau tidak merubah nasib kita, tergantung dari diri kita sendiri dan kita merupakan pengendali dari diri kita sendiri, kita adalah yidam. Yidam bukan berarti yang dimaksud adalah 8 yidam, tetapi yidam yang sesungguhnya adalah diri kita. Guru kita berada di atas kepala kita, di dalam hati kita, diri kita adalah yidam. Bila kita adalah yidam, tetapi kita masih banyak permasalahan seperti belum membayar hutang, ada rumah yang masih belum kita beli, masih ada lagi pimpinan kurang baik terhadap kita, dll. Bagaimana itu? sebenarnya kita harus sering bersadhana, dan saat bersadhana kita memohon kepada yidam. Yidam ada dua yaitu yidam yang berada di angkasa atau jagad raya dan juga yidam dari diri sendiri. Yang terpenting adalah kita harus menghormati kepada Mahaguru, para Buddha Bodhisattva yang berada di altar Mandala, para bhikku, orang tua, anak, saudara, teman, kolega, insan dan juga harus menghormati atau menghargai diri kita sendiri. Yang terpenting kedua adalah kita harus memberi persembahan, memberi persembahan kepada Mahaguru, para Buddha Bodhisattva yang berada di altar Mandala, memberi persembahan kepada para bhikku, orang tua, anak, saudara, teman, kolega, insan dan juga harus memberi persembahan dan menjaga serta merawat diri kita kita sendiri karena diri kita adalah yidam. Yang terpenting ketiga adalah memuji, kita harus memuji Mahaguru, memuji para Buddha Bodhisattva yang berada di altar mandala, memuji para pembabar dharma, memuji pimpinan kita, orang tua, anak, saudara, teman, kolega, insan dan terakhir harus memuji diri kita sendiri. Yang terpenting keempat dan yang ini adalah paling penting adalah kita harus konsisten, dan dengan sepenuh hati melalukannya maka ketiga hal yang disebutkan sebelumnya akan bermanfaat dan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Ada yang menulis surat ingin memohon berkah, rezeki, jodoh, dll kepada Mahaguru, kemudian Mahaguru memberikan cahaya pemberkahan dan dirasakan oleh umat tersebut terdapat perubahan atau terlihat hasilnya, tetapi ada juga umat lain yang memohon tetapi tidak terlihat hasilnya. Ada juga umat yang memohon pemberkatan atau jamah kepala dari mahaguru, ada yang efektif dan ada yang tidak efektif. Mengapa seperti itu? Mahaguru mengatakan efektif dikarenakan umat tersebut mempunyai karma buruknya ringan, sehingga Mahaguru memberi pemberkahan bisa melampaui dari karma buruk orang tersebut. Untuk yang tidak efektif bukan berarti Mahaguru tidak adil dalam memberikan pemberkahan melainkan kekuatan dari karma buruk orang tersebut lebih besar dari Mahaguru. Maka dari itu karma buruk selain dikikis oleh mahaguru, karma hanya bisa dikikis oleh diri sendiri. Bila karma buruk kita terkikis, maka berkah pasti akan datang dengan sendirinya. Bagaimana berkah tersebut bisa bertambah dan bagaimana agar doa kita bisa dikabulkan? keempat hal terpenting yang sebelumnya disebutkan itu tidak boleh dilupakan, kemudian ditambah berberapa hal yaitu pertama harus memohon dengan tulus dan sungguh – sungguh. Ada satu umat terkena tumor dan memohon kepada Mahaguru untuk memberkati. Mahaguru memberikan pemberkahan dan berpesan agar pulang nanti melafalkan mantra Maha Dewi Yao Chi. Setelah pulang, umat tersebut melafalkan mantra Maha Dewi Yao Chi, satu kurun waktu kemudian ternyata tumor tersebut masih ada. Lalu umat tersebut menemui Mahaguru kembali dan mengatakan tidak efektif. Mahaguru bertanya kepadanya apakah anda melafalkan mantra Maha Dewi Yao Chi dan apakah dengan banyak kali? umat tersebut menjawab iya. Mahaguru bingung dan kemudian bertanya kepada Maha Dewi Yao Chi. Ternyata Maha Dewi Yao Chi menjawab dia tidak mendengar mantra yang dijapanya. Mahaguru bertanya kepada umat tersebut bagaimana cara dia melafalkan mantra. Umat tersebut mengatakan saat mandi saya melafalkan, saat mengangkat telepon, menonton televisi, saat mengobrol dengan tetangga juga saya melafalkan. Mahaguru mengatakan itu tidak boleh, kita harus memohon dengan tulus di depan altar, tenangkan hati kita, beranjali, kemudian dengan serius dan konsentrasi melafalkan mantra dan berdoa. Saat kita dengan setulus hati melafalkan, maka dakini dan dharmapala di langit akan mendengarnya. Setelah murid ini mendengar apa yang Mahaguru sampaikan, begitu pulang dia mulai menjapa mantra setulus hati dan sungguh – sungguh, mukjizat pun terjadi.
Kita tidak bisa mengandalkan Vajra Acarya sendiri. Saat puja api homa, dimana Vajra Acarya sedang melakukan ritual puja api homa, para Buddha Bodhisattva, para Dharmapala dan para Dhakini turun dan melihat kita. Saat itu kita harus berkonsentrasi dan dengan sungguh – sungguh memohon. Bila kita melihat orang yang dengan berkonsentrasi, secara tulus dan sungguh – sungguh memohon, kita sendiri pun terharu apalagi para Buddha Bodhisattva.
Kemarin V.A. Lianning menyampaikan poin penting, saat Beliau memberikan abhiseka atau guan ding, Beliau melakukan visualisasi Yidam turun ke atas alat dharma, kita juga harus tulus dan fokus berdoa. Sehingga menghasilkan kekuatan ikrar. Bila sekali permohonan tidak terkabul maka jangan putus asa, mohon terus, yang terpenting dengan penuh konsentrasi dan tulus.
Kemudian yang kedua adalah doa permohonan kita harus sesuai dengan berkah kita. Contohnya ada orang yang memohon ingin mendapatkan undian nomer satu. Tetapi orang tersebut merupakan orang yang pelit, dan kikir, bahkan sebuah pena pun tidak mau dipinjamkan ke orang yang membutuhkan. Bagaimana orang tersebut bisa memiliki berkah untuk mendapatkan undian tersebut. Kecuali ia bersedia menjalankan cara mengubah nasib. Bila hati semakin luas, berkah makin luas.
Yang ketiga, kita harus ingat, permohonan kita harus sesuai dengan norma, kondisi, kemampuan. Contohnya di dalam kayu homa atau formulir pemberkahan kita menulis permohonan agar mendapatkan gaji satu bulan Rp. 1 miliar atau ratusan juta, itu tidak boleh. Dalam permohonan juga harus melihat kondisi, misalnya kita dapat memohon agar gaji kita naik setengah dari gaji yang diterima sekarang. Atau apabila memohon ingin memiliki istri sehingga melakukan permohonan ingin memiliki istri yang banyak, itu tidak boleh. Atau juga memohon perusahan tersebut bisa menjadi milik kita, itu tidak boleh. Atau juga memohon agar tubuh kita tidak ada penyakit sama sekali, itu tidak mungkin, lebih baik memohon permasalahan yang besar bisa menjadi kecil, atau jodoh saya yang kurang baik bisa berubah menjadi lebih baik, atau memohon agar banyak orang yang membantu. Kita harus menuliskan masalah kita dengan fokus pada masalah kita tersebut.
Yang terakhir adalah kita harus mentaati sila. Sila terlihat sangat mudah, tetapi tidak gampang untuk dilaksanakan atau dijaga. Contohnya kemarin Vajra Acarya ada mengatakan harus mengucapkan hal yang baik atau bagus dan melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Kedua hal ini dilakukan maka dapat mengikis karma kita secara perlahan – lahan, dan nasib pun bisa berubah serta orang yang membantu akan muncul secara tidak terduga. Akhir kata jangan sampai lupa diri sendiri yang merubah nasib, jangan lupa untuk menghormati, melakukan persembahan, menghormati serta dengan konsisten melakukannya.
Setelah penjelasan dari Vajra Acarya, diadakan sesi tanya jawab. Beberapa pertanyaan diajukan oleh umat yang akan dijelaskan oleh Vajra Acarya. Dari pertanyaan – pertanyaan tersebut, intinya adalah bila orang tua kita atau leluhur kita telah meninggal lama kita tetap boleh disembahyangi atau menggantung foto mereka, atau boleh juga memberikan pelimpahan jasa kepada mereka agar bisa terseberangkan dan terlahir di alam yang lebih baik. Asalkan ada rasa bakti, anak dan cucu kita akan melihatnya dan belajar dari kita. Vajra Acarya berbagi pengalaman beliau saat di upacara api homa Raibow Temple, ada umat yang mendaftarkan semua nama leluhur-leluhurnya tetapi tidak memberikan persembahan, saat Mahaguru melakukan penyeberangan, para leluhur tersebut hadir dan ingin makan tetapi berhubung umat tersebut tidak memberikan persembahan. Lalu dalam ceramah-Nya, Mahaguru mengatakan saat melakukan penyeberangan, kita harus mempersembahkan barang persembahan kepada leluhur. Saat leluhur hadir dan melihat tidak ada persembahan, leluhur tersebut marah-marah pada anak cucunya mengapa tidak memberikan persembahan.
Kita memohon kepada para Bhikkhu atau vihara untuk melakukan pembacaan doa bagi keluarga kita yang telah meninggal, pertama kita harus membeli persembahan untuk para Buddha dan Bodhisattva yang berada di altar mandala, para Buddha Bodhisattva juga tidak hanya satu melainkan banyak. Kedua kita harus membeli persembahan untuk leluhur yang meninggal, tetapi bukan berarti yang akan menerima persembahan tersebut hanya leluhur yang meninggal saat itu saja, melainkan para leluhur lainnya dan arwah penagih hutang juga akan hadir, karena saat melakukan ritual penyeberangan bukan hanya orang yang meninggal saja yang hadir, melainkan leluhur serta arwah penagih hutang juga akan hadir. Selain itu juga memberikan persembahan kepada para Bhikkhu, bukan berarti Bhikkhu tersebut ingin uang anda, tetapi para Bhikkhu tersebut dengan dana persembahan tersebut mengubah/menggantikan karmanya sehingga bisa terseberangkan. Sebenarnya terkadang ada orang mengatakan vihara xxx bila ingin melakukan ritual pembacaan doa untuk orang meninggal tarifnya sekian, atau vihara xxx, dan sebagainya. Itu suatu kesalahpahaman. Dalam hal ini, kita harus mengalihkan pikiran kita dan berpikir secara positif, vihara tidak menggunakan uang tersebut untuk kepentingan vihara, melainkan vihara memberikan kemudahan bagi anda dimana uang tersebut dimanfaatkan untuk proses ritual pembacaan doa seperti membelikan persembahan untuk di altar mandala, pesembahan untuk altar leluhur, mempersiapkan teratai, kertas sembayang dan sebagainya sehingga anda tidak perlu repot lagi, semua telah tersedia untuk melakukan ritual penyeberangan bagi leluhur kita. Tetapi bila kita kurang mampu maka anda bisa mengatakan kepada vihara, maka vihara akan memberikan kemudahan, tetapi sebaiknya nanti kita tetap harus membayar kembali uang tersebut, bila tidak berkah kita yang akan menggantikannya dan kita juga akan sulit mendapatkan berkah dan leluhur kita juga akan menderita.
Mengapa hanya di Zhenfozong baru ada dharma maha tinggi seperti Kalacakra dan lain sebagainya? Mahaguru telah belajar tao, eksoterik, dan esoterik, Beliau telah mencapai pencerahan, tingkat keberhasilan yang sangat tinggi, Beliau juga mempunyai banyak guru, menguasai banyak sadhana. Intinya adalah segala dharma berasal dari hati.
Mengapa umat vihara ada yang memiliki hati yang membeda-bedakan dan tidak kompak? Sebenarnya kita semua adalah murid Zhenfo Zong. Dari pengalaman Vajra Acarya, Beliau tidak pernah bertemu masalah seperti ini, namun ada Acarya yang pernah bertemu masalah ini, namun vihara tidak seharusnya menolak kedatangan Acarya. Namun seorang Acarya atau Dharmaduta terdapat aturan tersendiri, harus memberitahu terlebih dahulu sebelum hadir. Terutama sadhaka Bhikkhu, seperti Acarya, Dharmacarya, atau Bhikkhu. Ada aturan untuk datang ke sebuah tempat ibadah. Kita melatih diri untuk mengecilkan masalah besar, menghilangkan masalah kecil. Bukan sebaliknya. Mahaguru menghendaki kita bersadhana, melatih hati, membantu insan mengembangkan Buddhadharma. Jika ada yang menolak umat vihara lain, itu karma masing-masing. Ini juga masalah jodoh antar manusia, ini masalah hati. Bodhisattva Nagarjuna mengatakan melatih diri itu memutuskan hubungan buruk, menjalin hubungan baik, dan menyarankan orang lain menjalin hubungan baik.
Apa yang harus kita lakukan jika kita melanggar sila? kita harus bertobat dan mengembalikan kesucian lewat sadhana pertobatan Catur Prayoga.
Ada orang tua yang tidak mengizinkan anaknya bersarana kepada Mahaguru karena Mahaguru adalah orang hidup. Bagaimana menjelaskan hal tersebut kepada orang tuanya? Dalam Tantra bersarana kepada Guru, Buddha, Dharma, dan Sangha. Dalam Tantra, bersujud kepada Guru berarti kita menghormati Buddha, Dharma, dan Sangha, dengan memberi hormat kepada guru akan mengikis karma buruk, menaklukan kesombongan, apalagi Guru kita telah mencapai Kebuddhaan, terlebih harus memberi hormat, supaya kita bisa mencapai keberhasilan yang sama seperti Mahaguru kita.
Bila orang tua kita atau ada keluarga yang meninggal lebih baik kremasi atau dimakamkan? Karena ada ajaran yang mengajarkan bahwa tanah kembali ke tanah. Sebenarnya paling baik sesuai dengan permintaan sang mendiang, namun jika mendiang tidak memilih, lebih baik keluarga memilih. Namun menurut agama Buddha yang paling bersih dan lebih baik adalah kremasi, namun harus dijalankan sesuai ritual, berapa hari baru boleh dikremasi, dan lain-lain. Namun jika abunya dapat ditaruh di tempat yang bagus fengshuinya, akan berdampak positif untuk keturunannya. Jika makam, lebih repot, harus ada musyawarah keluarga, jika digusur juga repot.
Apakah membakar kertas sembahyang dapat diterima oleh alam akherat? Bisa diterima. Jika kita mampu, kita bisa membakar kertas sembahyang untuk leluhur, Dewa Bumi, bahkan para Buddha Bodhisattva. Contoh ada foto sinar prajna yang padat, bahkan ada yang besar. Foto sinar prajna tersebut diperoleh di vihara Fa Ming TongXiuHui. Mereka setiap tahun melakukan penyaluran jasa pembacaan Sutra Ksitigarbha sebanyak 500 kali, hal ini sudah berjalan 5 tahun, Foto – foto tersebut di bawa ke hadapan Mahaguru, Mahaguru mengatakan tanda turunnya para Buddha Bodhisattva. Jadi ini bukti alam akhirat bisa menerimanya. Pada sesi awal diceritakan ada umat yang terkena tumor dan mahaguru memintanya melafalkan mantra YaoChi JinMu. Hal ini diperjelas bahwa saat kita sakit, kita harus pergi ke dokter. Jangan berpikir bahwa kita tidak perlu ke dokter, cukup melafalkan mantra atau sutra atau bahkan minum fu, itu tidak bisa seperti itu. Sebenarnya kita harus menggunakan Prajna, bila kita sakit, kita harus segera berobat ke dokter, selain itu kita juga bersadhana dan melafalkan mantra atau sutra, kedua hal tersebut baru bisa.
Ada yang bertanya kepada Vajra Acarya, Mahaguru mengatakan Acarya si A sebagai titisan, Acarya si B sebagai titisan, lalu Vajra Acarya sendiri sebagai titisan apa? Mahaguru mengatakan seperti itu sebagai motivasi, Mahaguru adalah guru akar kita, generasi pertama, sedangkan Acarya, Dharmacarya, Bhikkhu, Dharmaduta adalah generasi kedua. Semua satu generasi, yang penting kita berhubungan langsung antara guru dan murid, jangan hiraukan orang lain titisan sebagai apa, keberhasilannya bagaimana, karena tidak ada hubungan dengan kita pribadi, yang penting kita berlindung pada ajaran Guru akar. Ajaran Acarya lain jika berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Mahaguru, jangan dihiraukan. kita tetap harus berpedoman pada ajaran dari Guru akar yaitu Mahaguru kita.
Vajra Acarya Lian Dian menambahkan, tadi telah dijelaskan tentang Trimula, yang terpenting adalah Mula Guru, kedua adalah Mula Yidam yaitu yidam tak berwujud dan yidam berwujud yaitu diri kita sendiri, ketiga adalah Mula Dharmapala, sebagai Dharmaduta wajib baca mantra Dharmapala, karena Dharmapala merupakan sosok yang menyukseskan usaha kita, yang melindungi Dharmaduta dalam usaha pembabaran dharmanya. Ada yang bertanya, bagaimana kalau saya digunai-gunai orang, dipelet orang, dijebak orang jahat? Saya katakan, jika tidak berjodoh, kita tidak akan kena, tetapi bila berjodoh, walau kita ke ujung dunia, tetap akan kena. Sehingga peranan Dharmapala sangat penting, yang terpenting dalam Dharmapala adalah pikiran benar. Pengalaman pribadi Acarya Lian Dian, sejak bersarana sampai sekarang 20 tahun saya tidak pernah melupakannya. Pernah hampir terjadi tabrakan, Dharmapala saya muncul dan menolong saya dan seisi penumpang. Sebaiknya sebelum tidur, atau menghadiri pernikahan atau pemakaman, bersadhana pun harus melakukan perlindungan diri (Om Bo Ru Lan Zhe Li). Tanpa Dharmapala, kita sebagai sadhaka juga tidak dapat berhasil. Jika dalam proses melatih diri atau kehidupan sehari-hari kita menemui kesulitan, kita harus berdoa dengan tulus pada Trimula. Di dalam tantra lain, tidak diturunkan sadhana Dharmapala, Tambahan dari Acarya Lian Ning seminar hari ini sangat dasar dan sangat berguna sekali, walau terlihat mudah atau sepele tetapi hal ini merupakan sebagai fondasi yang dasar. Di dalam Tantrayana sebenarnya ada suatu tingkatan – tingkatan dalam pelatihan dan harus kita ikuti, tentunya harus dimulai dari dasar terlebih dahulu perlahan – lahan baru menaiki tingkat, walaupun ada sadhana Dharmapala atau sadhana Yidam Yoga, tetapi yang terpenting harus melatih dasar terlebih dahulu untuk fondasi kita. Jadi yang paling dasar adalah Catur Prayoga, kemudian baru Guruyonga, dan seterusnya. Harus diingat bahwa jangan lupa terpenting kita menjalankan sila dan membangkitkan bodhicitta.
Temu Wicara telah selesai dengan sukses dan sempurna, berbagai pengetahuan mengenai dasar – dasar dalam Tantrayana Satya Buddha di dapatkan dalam temu wicara ini, walau hanya sebentar, begitu banyak pelajaran yang bisa di dapatkan, semoga hal ini bisa bermanfaat untuk kita semua dalam melatih diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar