Pendahuluan
Dalam
suatu faham, kepercayaan ataupun agama tentunya memiliki ciri khas
dalam ide, konsep ataupun ajarannya yang membedakannya satu dengan yang
lain. Meskipun dalam suatu faham, kepercayaan ataupun agama tersebut
memiliki aliran atau mazab atau tradisi yang beraneka ragam, namun
pastilah memiliki ciri khas, kesamaan beberapa konsep ajaran yang
mendasar yang menghubungan satu dengan yang lain sehingga aliran-aliran
tersebut masih dapat digolongkan dalam faham, kepercayaan ataupun agama
induknya.
Buddhisme
merupakan agama yang juga tidak lepas dari keberagaman aliran ataupun
tradisi. Mayoritas, terdapat dua aliran atau tradisi dalam Buddhisme,
yaitu Theravada dan Mahayana (dengan mempertimbangkan Vajrayana
merupakan bagian dari Mahayana). Digolongkannya aliran Theravada maupun
Mahayana sebagai bagian dari Buddhisme tidak lepas dari adanya kesamaan
yang mendasar dalam beberapa konsep ajaran yang merupakan inti sari dari
Buddha Dhamma.
Dalam
tulisan kali ini, kita disuguhkan persamaan pokok-pokok dasar yang
terdapat dua aliran besar dalam Buddhisme yang menjadi pemersatu
keduanya. Pokok-pokok dasar pemersatu ini terdapat dalam rumusan-rumusan
yang sebelumnya telah dipelajari, disusun, dan diterima oleh para
rohaniawan khususnya yang tergabung dalam Dewan Sangha Buddhis Sedunia.
Rumusan Oleh Dewan Sangha Buddhis Sedunia
Pada
tahun 1966, Dewan Sangha Buddhis Sedunia atau World Buddhist Sangha
Council (WBSC) terbentuk di Colombo, Sri Lanka pada bulan Mei. WBSC
merupakan organisasi internasional non-pemerintah yang keanggotaannya
terdiri dari sangha-sangha dari seluruh dunia.
WBSC
memiliki perwakilan dari tradisi Theravada, Mahayana, dan Vajrayana,
yang berasal dari berbagai negara yaitu: Australia, Bangladesh, Kanada,
Denmark, Perancis, Jerman, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea,
Macao, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, New Zealand, Philipina,
Singapura, Sri Lanka, Sweden, Taiwan, Thailand, Inggris dan Amerika
Serikat.
Pada
Kongres WBSC Pertama, salah satu pendirinya, Sekretaris-jendral,
almarhum Y.M. Pandita Pimbure Sorata Thera meminta Y.M. Walpola Rahula
untuk memberikan rumusan ringkas untuk mempersatukan tradisi-tradisi
yang berbeda, yang kemudian secara bulat disetujui oleh Dewan. Inilah
sembilan “Pokok-Pokok Dasar Pemersatu Theravada dan Mahayana”:
- Sang Buddha hanyalah satu-satunya Guru dan Penunjuk Jalan.
- Kami berlindung dalam Ti Ratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha).[1]
- Kami tidak mempercayai dunia ini diciptakan dan diatur oleh tuhan.[2]
- Kami
mengingat bahwa tujuan hidup adalah mengembangkan belas kasih
untuk semua makhluk tanpa diskriminasi dan berusaha untuk kebaikan,
kebahagiaan, dan kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan
kebijaksanaan yang mengarah pada perealisasian Kebenaran
Tertinggi.Kami menerima Empat Kebenaran Arya, yaitu dukkha,
penyebab timbulnya dukkha, padamnya dukkha, dan jalan menuju pada
padamnya dukkha; dan menerima hukum sebab dan akibat
(Paticcasamuppada/ Pratityasamutpada).
- Segala
sesuatu yang berkondisi (sankhara / samskara) adalah tidak kekal
(anicca / anitya) dan dukkha, dan segala sesuatu yang berkondisi
dan yang tidak berkondisi (dhamma) adalah tanpa inti, bukan diri
sejati (anatta / anatma).
- Kami
menerima Tigapuluh Tujuh (37) kualitas yang membantu menuju
Pencerahan (Bodhipakkhika Dhamma / Bodhipaksa Dharma) sebagai
segi-segi yang berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha
yang mengarah pada Pencerahan.
- Ada
tiga jalan mencapai bodhi atau Pencerahan: yaitu sebagai
Savakabuddha / Sravakabuddha, sebagai Paccekabuddha /
Pratyekabuddha, dan sebagai Samyaksambuddha / Sammasambuddha. Kami
menerimanya sebagai yang tertinggi, termulia dan terheroik untuk
mengikuti karir Bodhisattva dan untuk menjadi seorang
Sammasambuddha dalam rangka menyelamatkan makhluk lain. [3]
- Kami
mengakui bahwa di negara yang berbeda terdapat perbedaan pandangan
kepercayaan-kepercayaan dan praktik Buddhis. Bentuk dan ekspresi
luar ini seharusnya tidak boleh dicampuradukkan/dikelirukan (perlu
dipisahkan) dengan esensi/inti ajaran-ajaran Sang Buddha.
Perluasan Rumusan
Pada
tahun 1981 Y.M. Walpola Sri Rahula mengajukan alternatif rumusan yang
mengacu pada 9 dasar dalam rumusan terdahulu. Rumusan tersebut berisi:
- Apapun
aliran, kelompok atau sistem kami, sebagai Buddhis kami semua
menerima Sang Buddha sebagai Guru kami yang memberikan kami
ajaranNya.
- Kami
semua berlindung pada Tiga Permata (Tiratana): Sang Buddha, Guru
kami; Dhamma, ajaranNya; dan Sangha, Komunitas para Arya (suciwan).
Dengan kata lain, kami berlindung pada Pengajar, Pengajaran, dan
Hasil Pengajaran.
- Baik
Theravada ataupun Mahayana, kami tidak mempercayai bahwa dunia ini
diciptakan dan diatur oleh tuhan atas kehendaknya.
- Mengikuti
keteladanan Sang Buddha, Guru kami yang merupakan perwujudan dari
Belas kasih Agung (Maha Karuna) dan Kebijaksanaan Agung (Maha
Prajna), kami menyadari bahwa tujuan dari hidup adalah untuk
mengembangkan belas kasih bagi semua makhluk hidup tanpa
diskriminasi dan untuk bekerja untuk kebaikan, kebahagiaan, dan
kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang
mengarah pada realisasi Kebenaran Tertinggi.
- Kami
menerima Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Sang Buddha,
yaitu, Dukkha , kebenaran bahwa keberadaan kita di dunia ini berada
dalam kesukaran, tidak kekal, tidak sempurna, tidak memuaskan,
penuh dengan konflik; Samudaya , kebenaran bahwa kondisi-kondisi
ini merupakan hasil dari sifat egois kita yang mementingkan diri
sendiri berdasarkan pada ide yang salah mengenai diri; Niroda ,
kebenaran bahwa adanya kepastian akan kemungkinan pelepasan,
pembebasan, kemerdekaan dari kesukaran ini dengan pemberantasan
secara total sifat egois yang mementingkan diri sendiri; dan Magga ,
kebenaran bahwa pembebasan ini dapat dicapai melalui Jalan Tengah
yang terdiri dari delapan faktor, yang mendorong ke arah kesempurnaan
akan kemoralan (sila), disiplin mental (samadhi), dan kebijaksanaan
(panna).
- Kami
menerima hukum semesta sebab akibat yang terdapat dalam
Paticcasamuppada (Skt. Pratityasamutpada, Sebab Musabab Yang Saling
Bergantungan), dan oleh karena itu kami menerima bahwa segala
sesuatu bersifat relatif, saling berhubungan, saling berkaitan dan
tidak ada yang mutlak, tetap, dan kekal di alam semesta ini.
- Kami
memahami, berdasarkan pada ajaran Sang Buddha, bahwa segala
sesuatu yang berkondisi (sankhara) adalah tidak kekal (anicca),
tidak sempurna dan tidak memuaskan (dukkha), dan segala sesuatu
yang berkondisi dan tidak berkondisi (dhamma) adalah bukan diri/
tanpa inti (anatta).
- Kami
menerima Tigapuluh Tujuh kualitas yang berguna bagi pencapaian
Pencerahan (Bodhipakkhiya Dhamma) sebagai beragam aspek yang
berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha yang mendorong
ke arah Pencerahan, yaitu:
- Empat Bentuk Landasan Perhatian Benar (Pali: satipatthana; Skt. smrtyupasthana);
- Empat Daya Upaya Benar (Pali. sammappadhana; Skt. samyakpradhana);
- Empat Dasar Kekuatan Batin (Pali. iddhipada; Skt. rddhipada);
- Lima
Macam Kemampuan (indriya: Pali. saddha, viriya, sati, samadhi,
panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
- Lima Macam Kekuatan (bala: saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
- Tujuh Faktor Pencerahan Agung (Pali. bojjhanga; Skt. bodhianga);
- Delapan Ruas pada Jalan Mulia (Pali. ariyamagga; Skt. aryamarga).
- Ada
tiga jalan untuk mencapai Bodhi atau Pencerahan Agung berdasarkan
pada kemampuan/kecakapan dan kapasitas dari masing-masing individu,
yaitu: sebagai seorang Sravaka (Yang melaksanakan ajaran
Sammasambuddha ), sebagai seorang Pratyekabuddha (Buddha Yang tidak
memberikan pengajaran) dan sebagai seorang Samyaksambuddha (Buddha
Yang Sempurna). Kami menerima jika mengikuti karir seorang
Boddhisattva adalah untuk menjadi seorang Samyaksambuddha dalam
rangka menyelamatkan yang lain, merupakan sesuatu yang tertinggi,
mulia dan paling heroik. Tetapi ketiga kondisi ini berada dalam
Jalan yang sama, tidak berada dalam jalan yang berbeda.
Sesungguhnya, Sandhinirmocana Sutra, salah satu sutra Mahayana yang
penting, secara jelas dan tegas mengatakan bahwa mereka yang
mengikuti garis Sravaka-yana (Wahana Sravaka) atau garis
Pratyekabuddha-yana (Wahana Pratyekabuddha) atau garis Para
Tathagata (Mahayana) mencapai Nibbana tertinggi dengan Jalan yang
sama, dan oleh karena itu bagi mereka semua hanya ada satu Jalan
Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan
tidak ada yang lain, dan oleh karena itu mereka bukanlah jalan yang
berbeda dan pemurnian yang berbeda, dan oleh karena itu
Sravakayana dan Mahayana merupakan Satu Wahana, Satu Yana (eka-yana)
dan bukanlah wahana atau yana yang berbeda.
- Kami
mengakui bahwa dalam negara-negara yang berbeda ada perbedaan
mengenai tata cara hidup dari para biarawan Buddhis, kepercayaan
dan praktik, upacara dan ritual-ritual, seremonial, adat istiadat
dan kebiasaan umat Buddha yang bersifat umum. Bentuk eksternal
(luar) dan ekspresi ini semestinya tidak boleh
dicampuradukkan/dikelirukan (perlu dipisahkan) dengan esensi/inti
ajaran-ajaran Sang Buddha.
Rumusan Lain
Ada
beberapa tokoh ataupun sarjana Buddhis yang juga merumuskan persamaan
ajaran antara Theravada dan Mahayana yang isinya sebagian besar sama
dengan rumusan WBSC.
Y.M. K. Sri Dhammananda memberikan rumusan seperti berikut:
- Kedua aliran menerima Buddha Sakyamuni sebagai Guru.
- Empat Kebenaran Arya adalah sama persis dikedua aliran.
- Jalan Utama Berunsur Delapan adalah sama persis dikedua aliran.
- Paticcasamuppada atau ajaran akan Sebab-Musabab Yang Bergantungan adalah sama persis dikedua aliran.
- Kedua aliran menolak ide akan “makhluk tertinggi” yang menciptakan dan mengatur dunia ini.
- Kedua aliran menerima Anicca, Dukkha, Anatta dan Sila, Samadhi, Panna tanpa adanya perbedaan.
Rumusan dari Oo Maung:
- Kesamaan dalam menerima Empat Kebenaran Arya.
- Kesamaan dalam menerima Jalan Utama Berunsur Delapan.
- Kesamaan dalam menerima Paticcasamuppada atau Sebab-Musabab Yang Bergantungan.
- Kesamaan dalam menerima Anicca, Dukkha, Anatta.
- Kesamaan dalam menerima Sila, Samadhi, Panna.
- Kesamaan dalam menolak konsep tuhan tertinggi.
Rumusan dari Tan Swee Eng:
- Buddha Sakyamuni merupakan pendiri Buddhisme yang asli dan berdasarkan sejarah.
- Tiga
Corak Universal (Dukkha, Anica, dan Anatta), Empat Kebenaran Arya,
Jalan Utama Berunsur Delapan, dan 12 rantai Sebab-Musabab Yang
Bergantungan, merupakan fondasi dasar bagi seluruh aliran Buddhisme
termasuk aliran Tibet dari Vajrayana.
- Tiga
unsur latihan yaitu Kemoralan (sila), Meditasi (samadhi) dan
Kebijaksanaan (prajna) adalah hal yang universal bagi semua aliran.
- Pengorganisasian
Ajaran Buddha / Dharma terbagi menjadi tiga klasifikasi
(Sutra/Sutta, Vinaya, dan sastra) terdapat pada kanon Buddhis di
berbagai negara.
- Konsep
pikiran melampaui materi. Pikiran sebagai hal yang mendasar dari
penjinakan dan kontrol adalah hal yang fundamental bagi semua
aliran.
Penutup
Dengan
rumusan pokok-pokok dasar pemersatu ini, diharapkan kita dapat memahami
ciri khas ajaran yang ada dalam Buddhisme yang membedakan agama besar
ini dengan agama atau kepercayaan lainnya yang ada di dunia. Kita dapat
memahami bahwa meskipun terdapat perbedaan antar aliran, namun memiliki
ajaran pokok yang sama yang apabila diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dapat mengarahkan kita pada akhir penderitaan, Nibbana /
Nirvana.
Catatan:
- Berlindung
dalam Ti Ratana bukan berarti berserah diri. Buddha dalam
pengertian Guru pembimbing, dimana Sakyamuni Buddha adalah Buddha
Sejarah. Dan Buddha dalam pengertian Kesadaran. Dhamma dalam
pengertian Kebenaran ataupun Ajaran Buddha. Sangha dalam pengertian
persaudaraan / perkumpulan para Bhikkhu Arya.
- tuhan
yang dimaksud adalah yang memiliki definisi: berpersonal, pencipta
semesta, prima causa, ayah/ibu dari semua makhluk, paramatman,
yang maha segalanya.
- Savakabuddha
: pencapaian Pencerahan melalui mendengar ajaran dari
Sammasambuddha. Paccekabuddha : pencapaian Pencerahan dengan
usaha sendiri tanpa mengajar. Sammasambuddha : pencapaian
pencerahan dengan usaha sendiri dan mengajar.
Literatur:
- The Heritage of the Bhikkhu ; Walpola Rahula; New York, Grove Press, 1974; hal. 100, 137-138.
- Two Main Schools of Buddhism ; K. Sri Dhammananda; Brickfields, Kuala Lumpur.
- Common Ground Between Theravada and Mahayana Buddhism ; Tan Swee Eng; www.buddhanet.net
- Theravada Versus Mahayana ; Oo Maung, 2006
Pendahuluan
Dalam
suatu faham, kepercayaan ataupun agama tentunya memiliki ciri khas
dalam ide, konsep ataupun ajarannya yang membedakannya satu dengan yang
lain. Meskipun dalam suatu faham, kepercayaan ataupun agama tersebut
memiliki aliran atau mazab atau tradisi yang beraneka ragam, namun
pastilah memiliki ciri khas, kesamaan beberapa konsep ajaran yang
mendasar yang menghubungan satu dengan yang lain sehingga aliran-aliran
tersebut masih dapat digolongkan dalam faham, kepercayaan ataupun agama
induknya.
Buddhisme
merupakan agama yang juga tidak lepas dari keberagaman aliran ataupun
tradisi. Mayoritas, terdapat dua aliran atau tradisi dalam Buddhisme,
yaitu Theravada dan Mahayana (dengan mempertimbangkan Vajrayana
merupakan bagian dari Mahayana). Digolongkannya aliran Theravada maupun
Mahayana sebagai bagian dari Buddhisme tidak lepas dari adanya kesamaan
yang mendasar dalam beberapa konsep ajaran yang merupakan inti sari dari
Buddha Dhamma.
Dalam
tulisan kali ini, kita disuguhkan persamaan pokok-pokok dasar yang
terdapat dua aliran besar dalam Buddhisme yang menjadi pemersatu
keduanya. Pokok-pokok dasar pemersatu ini terdapat dalam rumusan-rumusan
yang sebelumnya telah dipelajari, disusun, dan diterima oleh para
rohaniawan khususnya yang tergabung dalam Dewan Sangha Buddhis Sedunia.
Rumusan Oleh Dewan Sangha Buddhis Sedunia
Pada
tahun 1966, Dewan Sangha Buddhis Sedunia atau World Buddhist Sangha
Council (WBSC) terbentuk di Colombo, Sri Lanka pada bulan Mei. WBSC
merupakan organisasi internasional non-pemerintah yang keanggotaannya
terdiri dari sangha-sangha dari seluruh dunia.
WBSC
memiliki perwakilan dari tradisi Theravada, Mahayana, dan Vajrayana,
yang berasal dari berbagai negara yaitu: Australia, Bangladesh, Kanada,
Denmark, Perancis, Jerman, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea,
Macao, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, New Zealand, Philipina,
Singapura, Sri Lanka, Sweden, Taiwan, Thailand, Inggris dan Amerika
Serikat.
Pada
Kongres WBSC Pertama, salah satu pendirinya, Sekretaris-jendral,
almarhum Y.M. Pandita Pimbure Sorata Thera meminta Y.M. Walpola Rahula
untuk memberikan rumusan ringkas untuk mempersatukan tradisi-tradisi
yang berbeda, yang kemudian secara bulat disetujui oleh Dewan. Inilah
sembilan “Pokok-Pokok Dasar Pemersatu Theravada dan Mahayana”:
- Sang Buddha hanyalah satu-satunya Guru dan Penunjuk Jalan.
- Kami berlindung dalam Ti Ratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha).[1]
- Kami tidak mempercayai dunia ini diciptakan dan diatur oleh tuhan.[2]
- Kami mengingat bahwa tujuan hidup adalah mengembangkan belas kasih untuk semua makhluk tanpa diskriminasi dan berusaha untuk kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang mengarah pada perealisasian Kebenaran Tertinggi.Kami menerima Empat Kebenaran Arya, yaitu dukkha, penyebab timbulnya dukkha, padamnya dukkha, dan jalan menuju pada padamnya dukkha; dan menerima hukum sebab dan akibat (Paticcasamuppada/ Pratityasamutpada).
- Segala sesuatu yang berkondisi (sankhara / samskara) adalah tidak kekal (anicca / anitya) dan dukkha, dan segala sesuatu yang berkondisi dan yang tidak berkondisi (dhamma) adalah tanpa inti, bukan diri sejati (anatta / anatma).
- Kami menerima Tigapuluh Tujuh (37) kualitas yang membantu menuju Pencerahan (Bodhipakkhika Dhamma / Bodhipaksa Dharma) sebagai segi-segi yang berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha yang mengarah pada Pencerahan.
- Ada tiga jalan mencapai bodhi atau Pencerahan: yaitu sebagai Savakabuddha / Sravakabuddha, sebagai Paccekabuddha / Pratyekabuddha, dan sebagai Samyaksambuddha / Sammasambuddha. Kami menerimanya sebagai yang tertinggi, termulia dan terheroik untuk mengikuti karir Bodhisattva dan untuk menjadi seorang Sammasambuddha dalam rangka menyelamatkan makhluk lain. [3]
- Kami mengakui bahwa di negara yang berbeda terdapat perbedaan pandangan kepercayaan-kepercayaan dan praktik Buddhis. Bentuk dan ekspresi luar ini seharusnya tidak boleh dicampuradukkan/dikelirukan (perlu dipisahkan) dengan esensi/inti ajaran-ajaran Sang Buddha.
Perluasan Rumusan
Pada
tahun 1981 Y.M. Walpola Sri Rahula mengajukan alternatif rumusan yang
mengacu pada 9 dasar dalam rumusan terdahulu. Rumusan tersebut berisi:
- Apapun aliran, kelompok atau sistem kami, sebagai Buddhis kami semua menerima Sang Buddha sebagai Guru kami yang memberikan kami ajaranNya.
- Kami semua berlindung pada Tiga Permata (Tiratana): Sang Buddha, Guru kami; Dhamma, ajaranNya; dan Sangha, Komunitas para Arya (suciwan). Dengan kata lain, kami berlindung pada Pengajar, Pengajaran, dan Hasil Pengajaran.
- Baik Theravada ataupun Mahayana, kami tidak mempercayai bahwa dunia ini diciptakan dan diatur oleh tuhan atas kehendaknya.
- Mengikuti keteladanan Sang Buddha, Guru kami yang merupakan perwujudan dari Belas kasih Agung (Maha Karuna) dan Kebijaksanaan Agung (Maha Prajna), kami menyadari bahwa tujuan dari hidup adalah untuk mengembangkan belas kasih bagi semua makhluk hidup tanpa diskriminasi dan untuk bekerja untuk kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang mengarah pada realisasi Kebenaran Tertinggi.
- Kami menerima Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Sang Buddha, yaitu, Dukkha , kebenaran bahwa keberadaan kita di dunia ini berada dalam kesukaran, tidak kekal, tidak sempurna, tidak memuaskan, penuh dengan konflik; Samudaya , kebenaran bahwa kondisi-kondisi ini merupakan hasil dari sifat egois kita yang mementingkan diri sendiri berdasarkan pada ide yang salah mengenai diri; Niroda , kebenaran bahwa adanya kepastian akan kemungkinan pelepasan, pembebasan, kemerdekaan dari kesukaran ini dengan pemberantasan secara total sifat egois yang mementingkan diri sendiri; dan Magga , kebenaran bahwa pembebasan ini dapat dicapai melalui Jalan Tengah yang terdiri dari delapan faktor, yang mendorong ke arah kesempurnaan akan kemoralan (sila), disiplin mental (samadhi), dan kebijaksanaan (panna).
- Kami menerima hukum semesta sebab akibat yang terdapat dalam Paticcasamuppada (Skt. Pratityasamutpada, Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan), dan oleh karena itu kami menerima bahwa segala sesuatu bersifat relatif, saling berhubungan, saling berkaitan dan tidak ada yang mutlak, tetap, dan kekal di alam semesta ini.
- Kami memahami, berdasarkan pada ajaran Sang Buddha, bahwa segala sesuatu yang berkondisi (sankhara) adalah tidak kekal (anicca), tidak sempurna dan tidak memuaskan (dukkha), dan segala sesuatu yang berkondisi dan tidak berkondisi (dhamma) adalah bukan diri/ tanpa inti (anatta).
- Kami menerima Tigapuluh Tujuh kualitas yang berguna bagi pencapaian Pencerahan (Bodhipakkhiya Dhamma) sebagai beragam aspek yang berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha yang mendorong ke arah Pencerahan, yaitu:
- Empat Bentuk Landasan Perhatian Benar (Pali: satipatthana; Skt. smrtyupasthana);
- Empat Daya Upaya Benar (Pali. sammappadhana; Skt. samyakpradhana);
- Empat Dasar Kekuatan Batin (Pali. iddhipada; Skt. rddhipada);
- Lima Macam Kemampuan (indriya: Pali. saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
- Lima Macam Kekuatan (bala: saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
- Tujuh Faktor Pencerahan Agung (Pali. bojjhanga; Skt. bodhianga);
- Delapan Ruas pada Jalan Mulia (Pali. ariyamagga; Skt. aryamarga).
- Ada tiga jalan untuk mencapai Bodhi atau Pencerahan Agung berdasarkan pada kemampuan/kecakapan dan kapasitas dari masing-masing individu, yaitu: sebagai seorang Sravaka (Yang melaksanakan ajaran Sammasambuddha ), sebagai seorang Pratyekabuddha (Buddha Yang tidak memberikan pengajaran) dan sebagai seorang Samyaksambuddha (Buddha Yang Sempurna). Kami menerima jika mengikuti karir seorang Boddhisattva adalah untuk menjadi seorang Samyaksambuddha dalam rangka menyelamatkan yang lain, merupakan sesuatu yang tertinggi, mulia dan paling heroik. Tetapi ketiga kondisi ini berada dalam Jalan yang sama, tidak berada dalam jalan yang berbeda. Sesungguhnya, Sandhinirmocana Sutra, salah satu sutra Mahayana yang penting, secara jelas dan tegas mengatakan bahwa mereka yang mengikuti garis Sravaka-yana (Wahana Sravaka) atau garis Pratyekabuddha-yana (Wahana Pratyekabuddha) atau garis Para Tathagata (Mahayana) mencapai Nibbana tertinggi dengan Jalan yang sama, dan oleh karena itu bagi mereka semua hanya ada satu Jalan Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan tidak ada yang lain, dan oleh karena itu mereka bukanlah jalan yang berbeda dan pemurnian yang berbeda, dan oleh karena itu Sravakayana dan Mahayana merupakan Satu Wahana, Satu Yana (eka-yana) dan bukanlah wahana atau yana yang berbeda.
- Kami mengakui bahwa dalam negara-negara yang berbeda ada perbedaan mengenai tata cara hidup dari para biarawan Buddhis, kepercayaan dan praktik, upacara dan ritual-ritual, seremonial, adat istiadat dan kebiasaan umat Buddha yang bersifat umum. Bentuk eksternal (luar) dan ekspresi ini semestinya tidak boleh dicampuradukkan/dikelirukan (perlu dipisahkan) dengan esensi/inti ajaran-ajaran Sang Buddha.
Rumusan Lain
Ada
beberapa tokoh ataupun sarjana Buddhis yang juga merumuskan persamaan
ajaran antara Theravada dan Mahayana yang isinya sebagian besar sama
dengan rumusan WBSC.
Y.M. K. Sri Dhammananda memberikan rumusan seperti berikut:
- Kedua aliran menerima Buddha Sakyamuni sebagai Guru.
- Empat Kebenaran Arya adalah sama persis dikedua aliran.
- Jalan Utama Berunsur Delapan adalah sama persis dikedua aliran.
- Paticcasamuppada atau ajaran akan Sebab-Musabab Yang Bergantungan adalah sama persis dikedua aliran.
- Kedua aliran menolak ide akan “makhluk tertinggi” yang menciptakan dan mengatur dunia ini.
- Kedua aliran menerima Anicca, Dukkha, Anatta dan Sila, Samadhi, Panna tanpa adanya perbedaan.
Rumusan dari Oo Maung:
- Kesamaan dalam menerima Empat Kebenaran Arya.
- Kesamaan dalam menerima Jalan Utama Berunsur Delapan.
- Kesamaan dalam menerima Paticcasamuppada atau Sebab-Musabab Yang Bergantungan.
- Kesamaan dalam menerima Anicca, Dukkha, Anatta.
- Kesamaan dalam menerima Sila, Samadhi, Panna.
- Kesamaan dalam menolak konsep tuhan tertinggi.
Rumusan dari Tan Swee Eng:
- Buddha Sakyamuni merupakan pendiri Buddhisme yang asli dan berdasarkan sejarah.
- Tiga Corak Universal (Dukkha, Anica, dan Anatta), Empat Kebenaran Arya, Jalan Utama Berunsur Delapan, dan 12 rantai Sebab-Musabab Yang Bergantungan, merupakan fondasi dasar bagi seluruh aliran Buddhisme termasuk aliran Tibet dari Vajrayana.
- Tiga unsur latihan yaitu Kemoralan (sila), Meditasi (samadhi) dan Kebijaksanaan (prajna) adalah hal yang universal bagi semua aliran.
- Pengorganisasian Ajaran Buddha / Dharma terbagi menjadi tiga klasifikasi (Sutra/Sutta, Vinaya, dan sastra) terdapat pada kanon Buddhis di berbagai negara.
- Konsep pikiran melampaui materi. Pikiran sebagai hal yang mendasar dari penjinakan dan kontrol adalah hal yang fundamental bagi semua aliran.
Penutup
Dengan
rumusan pokok-pokok dasar pemersatu ini, diharapkan kita dapat memahami
ciri khas ajaran yang ada dalam Buddhisme yang membedakan agama besar
ini dengan agama atau kepercayaan lainnya yang ada di dunia. Kita dapat
memahami bahwa meskipun terdapat perbedaan antar aliran, namun memiliki
ajaran pokok yang sama yang apabila diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dapat mengarahkan kita pada akhir penderitaan, Nibbana /
Nirvana.
Catatan:
- Berlindung dalam Ti Ratana bukan berarti berserah diri. Buddha dalam pengertian Guru pembimbing, dimana Sakyamuni Buddha adalah Buddha Sejarah. Dan Buddha dalam pengertian Kesadaran. Dhamma dalam pengertian Kebenaran ataupun Ajaran Buddha. Sangha dalam pengertian persaudaraan / perkumpulan para Bhikkhu Arya.
- tuhan yang dimaksud adalah yang memiliki definisi: berpersonal, pencipta semesta, prima causa, ayah/ibu dari semua makhluk, paramatman, yang maha segalanya.
- Savakabuddha : pencapaian Pencerahan melalui mendengar ajaran dari Sammasambuddha. Paccekabuddha : pencapaian Pencerahan dengan usaha sendiri tanpa mengajar. Sammasambuddha : pencapaian pencerahan dengan usaha sendiri dan mengajar.
Literatur:
- The Heritage of the Bhikkhu ; Walpola Rahula; New York, Grove Press, 1974; hal. 100, 137-138.
- Two Main Schools of Buddhism ; K. Sri Dhammananda; Brickfields, Kuala Lumpur.
- Common Ground Between Theravada and Mahayana Buddhism ; Tan Swee Eng; www.buddhanet.net
- Theravada Versus Mahayana ; Oo Maung, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar