Tingkat kesucian dalam agama Buddha dapat dibagi dalam dua golongan : · Puthujjana - Ialah para bhikkhu dan orang-orang berkeluarga yang belum mencapai tingkat kesucian. · Ariya-puggala - Ialah para bhikkhu dan orang-orang berkeluarga yang setidak-tidaknya telah mencapai tingkat kesucian pertama. Setiap orang yang belum menapaki jalan kesucian dikenal sebagai puthujjana, yang secara harafiah berarti "orang awam". Jika dibandingkan dengan orang yang telah menapaki jalan kesucian (ariya-magga), maka puthujjana akan terkesan "gila" atau "kacau", oleh karena belum memiliki keseimbangan batin. 1. Empat Tingkat Kesucian Buddhisme mengenal empat jenis orang suci (ariya) yang terdiri dari Sotapanna (Skt Srotapanna), Sakadagami (Skt Sakrdagamin), Anagami, dan Arahat. 2. Derajat kesucian ini didasarkan atas jumlah belenggu (samyojana) yang telah mereka patahkan. Aliran Theravada mengenal adanya sepuluh belenggu yang menyebabkan para makhluk terus berputar-putar dalam samsara. Kesepuluh belenggu itu adalah: 1. Sakkayaditthi : Pandangan sesat tentang adanya pribadi, jiwa atau aku yang kekal. 2. Vicikiccha: Keragu-raguan terhadap Sang Buddha dan AjaranNya. 3. Silabbataparamasa : Kepercayaan tahyul bahwa upacara agama saja dapat membebaskan manusia dari penderitaan. 4. Kamaraga : Nafsu Indriya. 5. Vyapada : Benci, keinginan tidak baik. 6. Ruparaga = Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam bentuk. (rupa-raga). 7. Aruparaga = Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam tanpa bentuk. 8. Mana = Ketinggian hati yang halus, Perasaan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain . 9. Uddhacca = Bathin yang belum seimbang benar. 10. Avijja = Kegelapan bathin, Suatu kondisi batin yang halus sekali karena yang bersangkutan belum mencapai tingkat kebebasan sempurna (arahat). 1. Sotapanna Kebanyakan umat Buddhis berusaha melatih sila dasar dan menjadi sempurna hanya dalam diri orang-orang yang telah mendekati tingkatan Sotapanna (Skt Srotapanna), dimana kata ini secara harafiah berarti "Pemasuk Arus". Pada tingkatan Sotapanna, seorang mendapatkan sekilas pandangan yang pertama atas Nibbana dan mulai menapaki jalan kesucian. Seorang Sotapanna diyakini telah mematahkan tiga belenggu pertama (Samyutta-Nikaya) , yaitu : 1. Sakkayaditthi : Pandangan sesat tentang adanya pribadi, jiwa atau aku yang kekal. 2. Vicikiccha: Keragu-raguan terhadap Sang Buddha dan AjaranNya. 3. Silabbataparamasa : Kepercayaan tahyul bahwa upacara agama saja dapat membebaskan manusia dari penderitaan. Tetapi Ia belum berhasil membebaskan dirinya dari hawa nafsu. la telah terbebas dari kelahiran kembali sebagai makhluk neraka, hantu, binatang, atau asura. la dipastikan menjadi Arahat setelah mengalami kelahiran kembali maksimum tujuh kali lagi (Anguttara-Nikaya). Belenggu pertama dihancurkan dengan penembusan mendalam ke dalam Empat Kebenaran mulia dan Sebab Musabab yang Saling Bergantungan. Belenggu kedua dihancurkan karena ia telah "melihat" dan "terjun ke dalam" Dhamma (Majjhima-Nikaya). Belenggu ketiga dihancurkan karena kendati moralnya murni, namun ia menyadari bahwa itu saja masih belum memadai untuk mencapai Nibbana. Ada tiga macam Sotapanna : a) Ekabiji Sotapanna adalah Sotapanna yang akan terlahir kembali sekali lagi. b) Kolamkola Sotapanna adalah Sotapanna yang akan terlahir kembali dua atau tiga kali lagi. c) Sattakkhattuparana Sotapanna adalah Sotapanna yang akan terlahir kembali tujuh kali lagi. 2. Sakadagami Dengan memperdalam penembusan pandangan terangnya, seseorang bisa mencapai tingkatan Sakadagami ("Yang Hanya Kembali Sekali Lagi"). Seorang Sakadagami telah mematahkan tiga belenggu Sotapanna (Sakkayaditthi, Vicikiccha , Silabbataparamasa) dan melemahkan belenggu-belenggu Anagami , yaitu : 4. Kamaraga : Nafsu Indriya. 5. Vyapada : Benci, keinginan tidak baik. Seorang Sakadagami dilahirkan kembali maksimum sekali lagi di dalam dunia alam nafsu keinginan (kamadhatu) sebagai manusia atau makhluk surga tingkat bawah sebelum mencapai Nibbana. 3. Anagami Seorang Anagami ("Yang Tidak Terlahir Kembali") telah mematahkan sepenuhnya kelima belenggu (Sakkayaditthi, Vicikiccha , Silabbataparamasa, Kamaraga dan Vyapada). Ia tidak lagi dilahirkan di alam nafsu (manusia). Namun pencapaiannya belumlah memadai untuk menjadikannya seorang Arahat, dan bila ia belum sanggup untuk menjadi seorang Arahat pada kelahiran berikutnya, maka ia akan terlahir kembali di surga pertama dari "lima kediaman suci" (Alam Suddhavasa), atau surga-surga terhalus dan termurni di antara surga-surga di Alam Berwujud. Hanya seorang Anagami- lah yang dilahirkan di sana. Di surga ini ia akan mengembangkan penembusannya hingga mencapai tingkat kesucian Arahat dan mencapai parinibbana. Ada lima macam Anagami : 1. Mereka yang mencapai penerangan selama pertengahan pertama dari masa kehidupan mereka ( Antaraparinibbayi ). 2. Mereka yang mencapai penerangan selama pertengahan kedua dari masa kehidupan mereka ( Antaraparinibbayi ). 3. Mereka yang mencapai penerangan melalui usaha keras ( Sasankhara parinibbayi ) 4. Mereka yang mencapai penerangan melalui usaha ringan ( Asankhara parinibbayi) 5. Mereka yang mencapai alam kehidupan akanittha, yaitu alam kehidupan yang tertinggi (Uddham-soto-akanitthagami) Dua yang pertama digolongkan berdasarkan atas masa kehidupan mereka, sedangkan yang ketiga dan keempat berdasarkan usaha-usaha mereka, sedangkan yang kelima ditandai melalui alam tujuan mereka. 4. Arahat Seorang Arahat telah mematahkan seluruh sepuluh belenggu ini , sehingga dengan demikian mengakhiri dukkha dan semua kelahiran kembali dalam pengalaman Nibbana yang penuh kebahagiaan. Seorang Arahat mempunyai kemampuan terbang dengan tubuh jasmaninya, sedangkan tingkatan-tingkatan yang lebih rendah daripadanya hanya dapat terbang dengan menggunakan kesadarannya. Catatan: - Untuk Belenggu ruparaga dan aruparaga, Apabila ia meninggal sewaktu dalam keadaan samadhi dan telah mencapai Jhana I, Jhana II, Jhana III atau Jhana IV , maka ia dilahirkan di Alam bentuk (rupa-raga). Lima Samyojana/Belenggu pada Sotapanna dan Anagami dikenal sebagai lima belenggu rendah atau Orambhagiya-samyojana, Lima samyojana berikutnya pada Belenggu arahat dikenal dengan nama belenggu tinggi atau Uddhambhagiya-samyojana. Orambhagiya-samyojana dan Uddhambhagiya-samyojana telah dimusnahkan oleh Arahat. | |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
sayang sekali saya pernah baca 1000 thn sejak Buddha parinirvana tidak ada lagi pencapaian Arahat, hanya tinggal Sotapana, Sakadagami dan Anagami
kutipan :
Sang Buddha kemudian meneruskan penjelasan tentang bagaimana proses kejadiannya :“ Setelah Aku Parinibbana, akan ada terlebih dahulu lima kelenyapan. Apakah lima kelenyapan itu?
1. Lenyapnya pencapaian tingkat kesucian (masih dalam era buddha Gotama)
2. Lenyapnya pelaksanaan benar
3. Lenyapnya Ajaran
4. Lenyapnya simbol / bentuk luar
5. Lenyapnya Relik
Inilah lima kelenyapan yang akan terjadi”
“ Di sini, pencapaian berarti bahwa hanya selama seribu tahun setelah Aku Parinibbana, para bhikkhu masih dapat mencapai Pengetahuan Analitis (Patisambhida)atau tingkat Arahat. Sejalan dengan waktu, para siswaKu adalah Anagami, Sakadagami dan Sotapana. Tingkat pencapaian ini tidak akan lenyap sampai pencapaian Sotapana terakhir meninggal. Setelah itu pencapaian tingkat kesucianpun turut lenyap.
” Inilah Sariputta, lenyapnya pencapaian tingkat kesucian.”
“ Lenyapnya pelaksanaan benar berarti bahwa : tidak mampu mencapai jhana, pandangan terang, Jalan dan Buah (Magga dan Phala), mereka hanya menjaga empat kemurnian perilaku (catuparisuddhi sila), yaitu : patimokkha-samvara-sila (sila kebhikkhuan), indriya-samvara-sila (yang berhubungan dengan indera), ajiva-parisudhi-sila (kemurnian penghidupan), paccaya-sannissita-sila (yang berhubungan dengan empat kebutuhan pokok).
“ Seiring dengan jalannya waktu mereka hanya akan menjaga empat pelanggaran berat (parajika) : menahan diri dari hubungan seksual, mencuri, membunuh, menyatakan diri telah mencapai tingkat kesucian.”
“ Selama masih ada ratusan atau ribuan bhikkhu yang menjaga dan mengingat empat pelanggaran berat maka pelaksanaan benar belum lenyap. Dengan terjadinya pelanggaran berat oleh bhikkhu terakhir atau dengan meninggalnya bhikkhu tersebut maka pelaksanaan benar juga turut lenyap.”
Posting Komentar