Buddha
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan umum mengenai Buddha:Apakah Buddha Itu?
Kata "Buddha" berarti 'Yang Sadar' atau 'Yang Tercerahkan'. Sesosok Buddha sebelumnya adalah seorang manusia seperti kita, yang berhasil mencapai puncak tertinggi pengembangan spiritual, melalui pemurnian dan pengendalian pikiran, mencapai penyempurnaan tertinggi yang juga dimungkinkan bagi siapa saja. Setelah menyadari Kebenaran, Ia adalah sosok yang telah menemukan Kebahagiaan Sejati dalam menyadari hakikat sejati dari segala sesuatu. Dengan pencapaian Pencerahan (menyadari Kebenaran dari segala sesuatu), Kebijaksanaan dan Welas Asih menjadi sempurna, di samping sifat-sifat positif lain yang tak terhitung jumlahnya. Sesudah menjadi sesosok Buddha, yang bersangkutan melampaui keterbatasan manusia dan menjadi jauh lebih agung daripada seorang manusia, meraih kedamaian dan pembebasan tertinggi.Dapatkah Kita Menjadi Buddha?
Potensi pencapaian Pencerahan atau Ke-Buddha-an ada pada setiap makhluk (termasuk kita). Kita semua memiliki sifat-sifat sempurna Buddha (benih-benih Ke-Buddha-an) di dalam diri kita, seperti bulan purnama yang terang benderang. Jalan menuju Pencerahan adalah membersihkan awan kelam kekotoran batin (sifat-sifat negatif, yakni ketamakan, kebencian, dan kegelapan batin) yang selalu menyelimuti benih Ke-Buddha-an kita, menghalanginya untuk bersinar cerah. Sudah ada tak terhitung banyaknya Buddha, dan akan lebih banyak lagi selama masih ada mereka yang sungguh-sungguh mencari Kebenaran.Siapakah Buddha Itu?
Buddha adalah karakter terbesar yang pernah muncul dalam sejarah umat manusia-menjadi perwujudan seseorang yang sempurna dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Ia merupakan sosok yang paling bijaksana dan penuh Cinta Kasih yang pernah terlahirkan di bumi ini, sebuah teladan bagaimana kita semua bisa menjadi sedemikian mulia. "Buddha" merujuk pada Buddha Sakyamuni yang lahir di India Utara lebih dari 2.500 tahun silam (sekitar 623 SM). Ia adalah pendiri ajaran Buddha dalam dunia kita ini. Ia adalah seorang pangeran Sakya bernama Siddhattha Gotama, pewaris tahta kerajaan yang kaya raya, yang memilih untuk meninggalkan warisan-Nya pada usia 29 tahun dalam usaha pencarian Pencerahan (penyadaran hakikat segala sesuatu sebagaimana adanya dan Kebahagiaan Sejati) karena Welas Asih-Nya kepada semua makhluk.Suatu peristiwa peninggalan keduniawian yang belum pernah terjadi dalam sejarah; Ia tidak meninggalkan keduniawian pada usia senja, tetapi pada usia kejayaan dalam hidup manusia; bukan dalam kemiskinan, tetapi dalam kelimpahan. Sebagaimana dipercaya pada zaman dahulu bahwa pembebasan tidak akan tercapai kalau tidak menjalani hidup pertapaan yang keras, Ia dengan sungguh-sungguh menjalani semua bentuk penyiksaan diri yang keras. Ia melakukan usaha di luar ambang kemampuan manusia biasa selama enam tahun.
Tubuh-Nya menyusut menjadi seperti kerangka. Semakin Ia menyiksa tubuh-Nya, tujuan semakin jauh dari-Nya. Penyiksaan diri yang menyakitkan dan tanpa hasil yang Ia jalani dengan keras terbukti sia-sia belaka. Melalui pengalaman pribadi, Ia sekarang yakin sepenuhnya akan kesia-siaan menyakiti diri sendiri yang hanya melemahkan tubuh dan mengakibatkan luruhnya semangat.
Dengan mengambil pelajaran dari pengalaman yang berharga ini, Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan sendiri, menghindari kedua ekstrem, yaitu pemuasan diri dan penyiksaan diri. Jalan baru yang ditemukan-Nya sendiri adalah "Jalan Tengah", yang kelak menjadi ciri utama dari ajaran Buddha.
Suatu pagi, ketika Ia tengah memasuki meditasi yang mendalam, tak dibantu dan tak dibimbing oleh kekuatan adikodrati apa pun dan semata-mata mengandalkan usaha dan Kebijaksanaan-Nya sendiri, Ia memberantas semua kekotoran batin, memurnikan diri, dan menyadari segala sesuatu sebagaimana adanya, mencapai Pencerahan (ke-Buddha-an) pada penghujung usia 35 tahun. Ia tidak terlahir sebagai Buddha, tetapi Ia menjadi Buddha melalui perjuangan-Nya sendiri.
Sebagai perwujudan sempurna dari semua kebajikan yang Ia babarkan, disertai Kebijaksanaan mendalam yang diimbangi dengan Belas Kasih yang tanpa batas, Ia mencurahkan sisa hidup-Nya untuk melayani semua makhluk, baik melalui teladan maupun ajaran, tanpa didorong oleh motif pribadi apa pun. Setelah pelayanan yang sangat berhasil selama 45 tahun, Buddha, sebagaimana setiap manusia lainnya, terkena hukum alam perubahan yang tak terelakkan dan akhirnya meninggal dalam kedamaian Parinirwana pada usia 80 tahun. Hidup-Nya penuh dengan kisah tentang bagaimana Ia menyentuh banyak orang dari berbagai kalangan dengan Kebijaksanaan dan Welas Asih-Nya.
Apa yang Buddha Ajarkan?
Pesan Buddha sungguh menggembirakan. Ia menemukan harta berharga mengenai Kebebasan dalam Kebenaran dan mendorong kita bagaimana mengikuti jalan yang membawa kita pada harta ini. Walaupun Ia mengatakan bahwa kita sedang berada dalam kegelapan, Ia juga mengajarkan kita jalan menuju terang. Ia berharap kita untuk bangun dari kehidupan penuh impian semu ini menuju kehidupan yang lebih tinggi yang penuh dengan Kebijaksanaan di mana semua saling mencintai dan tidak membenci. Pendekatan-Nya bersifat universal, karena Ia melakukan pendekatan akal budi mengenai pencarian semua makhluk akan Kebahagiaan Sejati di dalam diri kita semua. Ia meletakkan Kebenaran untuk diuji melalui pengalaman pribadi, mendorong siapa saja untuk meragukan ajaran-Nya; Ia yakin bahwa penyadaran besar dapat muncul dari lenyapnya keraguan ini. Ia mengajarkan kepada kita untuk berperhatian murni (penuh pengamatan, waspada) akan diri kita sendiri dan untuk menjadi sadar, untuk mencari dan menemukan Kebahagiaan Sejati seperti yang telah Ia lakukan.Bagaimana Buddha Menolong Kita?
Buddha adalah sesosok genius spiritual karena Buddha mencapai tujuan akhir dari pencarian spiritual, Pencerahan, oleh diri-Nya sendiri. Ia mampu melihat bahwa sekalipun kita juga dapat mencapai Pencerahan, berangkali kita memerlukan banyak bantuan. Karena Welas Asih-Nya, Ia mencurahkan sisa hidup-Nya untuk menjadi pembimbing bagi semua yang mau belajar dari-Nya, mengajarkan semua yang harus diajarkan, sebelum mangkat dalam Kebahagiaan abadi. Ia sangatlah piawai dalam menunjukkan kepada kita jalan menuju Kebahagiaan Sejati. Selama kita membuka hati dan pikiran kita, Buddha masih menginspirasi kita melalui ajaran-ajaran-Nya yang berharga.Di Manakah Buddha Sekarang?
Buddha dijabarkan mempunyai tiga tubuh (Tikaya) atau aspek-aspek kepribadian, walaupun itu semua dalam Realita Tertinggi sesungguhnya adalah satu dalam semua dan semua dalam satu:- Tubuh Kebenaran Buddha
- Tubuh Kebahagiaan Buddha
- Tubuh Penjelmaan Buddha
Tubuh Kebenaran Buddha
Tubuh Kebenaran Buddha (Dhammakaya) adalah perwujudan Dharma (Kebenaran itu sendiri) yang senantiasa ada di mana saja, diungkapkan sebagai hukum-hukum alam semesta dan proses bekerjanya hukum-hukum ini. Kadang-kadang kita menangkap sekilas realita yang menakjubkan ini ketika kita ada dalam damai dan menyatu dengan segala sesuatu. Tubuh Kebenaran ini berada dalam segala sesuatu karena tubuh ini melampaui bentuk dan ruang. Tubuh ini digambarkan sebagai Buddha Mahavairocana, Buddha pusat dan universal yang mengajarkan Kebenaran di sini dan saat ini juga. Ia bisa satu sekaligus banyak dalam waktu yang sama karena Ia mampu bermanifestasi dalam berbagai bentuk. Ketidakmampuan kita melihat atau mendengar-Nya disebabkan oleh kekotoran batin kita.Buddha Sakyamuni mengatakan, "Siapa yang melihat Dharma (Kebenaran), melihat Buddha; siapa yang melihat Buddha, melihat Dharma." Sesosok Buddha, setelah menyadari Kebenaran, menjadi setara dengan Kebenaran. Walaupun ada banyak Buddha, semua Buddha adalah satu dan sama, tidak berbeda antara satu dengan yang lain dalam Dhammakaya, yang merupakan kemanunggalan Kebenaran.
Dhammakaya ada bersamaan dengan Sambhogakaya dan Nimmanakaya (lihat "Tubuh Kebahagiaan" dan "Tubuh Penjelmaan Buddha").
Dengan rembulan sebagai pengibaratan dari Buddha, maka Dhammakaya itu bagaikan cahaya rembulan yang bersinar pada malam hari. Berkas cahaya ini mungkin tidak terlihat oleh mata karena mereka tidak menyinari gelapnya ruang angkasa, tetapi sebenarnya cahaya itu menembus ke mana-mana.
Tubuh Kebahagiaan Buddha
Tubuh Kebahagiaan Buddha (Sambhogakaya) atau Buddha Rocana adalah tubuh penuh sukacita yang ada pada Buddha. Ini adalah aspek yang mana setiap Buddha bergembira dalam Kebenaran, dalam mengajarkan Kebenaran, dan dalam membawa makhluk lain pada realisasi Kebenaran. Karena setiap Buddha telah menjalani penyempurnaan melalui masa yang tak terhitung lamanya dan telah mencapai Kebijaksanaan dan Welas Asih nan sempurna, masing-masing mempunyai Kedamaian, Kebajikan, dan Kebahagiaan yang tak terkira, seperti yang diwujudkan dalam Sambhogakaya. Para Buddha biasanya tidak tampak dalam tubuh ini karena kita tidak mampu memahaminya akibat kurangnya pengertian kita. Alih-alih, para Buddha berwujud dalam Nimmanakaya (lihat "Tubuh Penjelmaan Buddha").Dengan rembulan sebagai perumpamaan dari Buddha, maka Sambhogakaya itu seperti bulan purnama yang tidak terhalang awan, yang bersinar terang dalam kemilaunya.
Tubuh Penjelmaan Buddha
Sebuah contoh Tubuh Manifestasi Buddha (Nimmanakaya) di dalam dunia kita adalah tubuh penjelmaan Buddha Sakyamuni. Ini merupakan Buddha dalam wujud manusia. Buddha juga dapat bermanifestasi dalam banyak bentuk yang berbeda pada waktu yang bersamaan untuk membabarkan Kebenaran kepada banyak makhluk. Setelah mencapai Pencerahan, kemampuan sesosok Buddha jauh melampaui manusia biasa. Contohnya, karena Welas Asih untuk membabarkan Dharma pada semua makhluk, Buddha memilih untuk tampak dalam sebuah bentuk (bukan sebagai Sambhogakaya-Tubuh Kebahagiaan Buddha) agar kita dapat berhubungan.Ketika Buddha Sakyamuni mencapai Parinirwana, hanya tubuh jasmani-Nya saja yang mati. Intisari dari Pencerahan-Nya masih ada dalam bentuk Dhammakaya (Tubuh Kebenaran Buddha). Saat ini, sisa-sisa relik Tubuh Penjelmaan Buddha Sakyamuni disemayamkan dalam berbagai stupa di seluruh dunia.
Dengan rembulan sebagai perumpamaan dari Buddha, maka Nimmanakaya adalah bagaikan pantulan rembulan di telaga, rembulan dapat dipantulkan berbeda-beda di banyak danau pada waktu yang bersamaan.
0 komentar:
Posting Komentar