Jumat, 29 November 2013 0 komentar

Tips Menjapa Namo Amituofo

Di seluruh masyarakat China, awalnya semua keluarga menjapa Amituofo, setiap rumah memuja Kwan im pusat. Sebenarnya Kuan im pusat dan Amitabha adalah bersama-sama, masih ada satu  Tasece pusat, Namo Tasece pusat jarang dijapa orang, Namo Tasece pusat. Trini Arya Barat (Si fang san sen) adalah Amitabha di tengah,di sebelah kanan adalah Kuan Impusat, sebelah kiri adalah Tasece pusat. Sudah Banyak titisan Kuan Im pusat muncul, sehingga Kuan Im pusat banyak dikenal orang, sehingga kebanyakan orang tidak kenal Tasece pusat. Di dalam Sekte Sukhavati, juga ada sebuah Sutra Mahasthamamprata Kesempurnaan Japa Amituofo (大勢至菩薩唸佛圓通章)

Tasece pusat juga menganjurkan japa Amituofo, oleh karena itu, Sekte Sukhavati menganjurkan japa Nama Amituofo agar terlahir di Sukhavatiloka Barat. Di Amitābha-sūtra, Amitāyuḥ-sūtra, dan Sutra Amitābha-vyūha, juga ada sebuah Sukhāvatīvyūhopadeśa, merupakan Tiga Sutra dan Satu Sastra Sekte Sukhavati, tiga kitab Sutra dan sebuah Sukhāvatīvyūhopadeśa adalah kitab sutra utama, sebenarnya banyak kitab Sutra menyebut tentang Amitabha. Zaman Sekarang begitu para Bhiksu/ni bertemu muka, umumnya beranjali, sambil menyebut satu kata “Amituofo”. Dulu, di film, melihat bhiksu saling bertemu muka “Omituofo“, sebenarnya kita diajari secara tidak benar, seharusnya “Amituofo“. “O” homofon dengan logat Taiwan “hitam”, yakni “Omama” (artinya hitam kelam), “Omama” berubah menjadi “Obama”, repot, pelafalan mau diperbaiki sangat sulit. Sekarang masih banyak bhiksu bertemu muka “Omituofo“; yang benar “Amituofo“, nada ringan. Ringan berarti naik, berat berarti turun. Kelak kita terlahir di Sukhavatiloka Barat, japa “Amituofo“, maka naik, ada semacam kesan naik, jangan salah baca”Omituofo“, yakni menghitam, diharapkan tidak ada lagi yang menjapa seperti itu. Oleh karena itu, pelafalan juga sangat penting, kita japa pelafalan Sansekerta, seperti nada Tibet “A” dari “Om A Hum”, jelas-jelas pelafalan “A” baru benar malah berubah menjadi “O”, seperti kita japa mantra ditutup dengan kata “Suoha” adalah nada ringan, kok malah berubah menjadi “Suopohe“, “Suoha” berubah menjadi “Suopohe”, itu beda jauh. Tentu saja, pelafalan Mahaguru juga tidak baku, karena Mahaguru ada logat Taiwan, juga ada logat Mandarin, juga ada logat Kanton. Tidak peduli baku atau tidak, yang penting kalian mengerti. Amitabha adalah penguasa barat, seluruh Sekte Sukhavati menjapa Amituofo, Sekte Sukhavati sendiri adalah sebuah aliran yang besar. Awalnya, kita sebut “jalan mudah”, mengandalkan kekuatan pemberkatan Amitabha, maka bisa terlahir di alam suci, ini tentu saja sangat mudah. Namun, tiba di alam suci, hanya sebuah terminal peristirahatan, namun, tidak akan mundur. Tidak akan mundur sudah sangat baik; tidak akan mundur, maka Anda pun dapat mencapai kebuddhaan, pasti mencapai kebuddhaan.
Makna rahasia dari Amitabha Buddha adalah Cahaya Tak Terhingga, Usia Tak Terhingga, Amitabha Buddha juga merupakan satu Buddha yang paling terkenal, setiap orang mengetahuinya ; Setiap kali para bhiksu berjumpa akan menggunakan “Amituo Fo” sebagai sapaan. Tanah Suci Amitabha Buddha adalah yang terindah, dan merupakan Tanah Suci paling ternama.
Saat melafal Nama Agung , selain melafal Amitabha Buddha, juga perlu untuk melafal Nama Agung dua pengiringnya, yaitu Avalokitesvara Bodhisattva(Namo Kwan Im Pu sat) dan Mahastamaprapta Bodhisattva(Namo Tasece Pusat), inilah Trini Arya Sukhavatilokha.
Metode pelafalan Nama Buddha yang digunakan dalam Sekte Tanah Suci, mengutamakan Mahasadhana Amitabha, yaitu Melafalkan Nama Buddha, disebut juga Jalan Yang Mudah Dilalui. Cara pelafalan Nama Buddha yang paling mudah adalah melafal satu hirupan dan satu hembusan nafas , total 10 kali, ini disebut Metode Sepuluh Pelafalan.
Dalam pelafalan Nama Buddha ada Pelafalan Nama Buddha Empat Aksara, ada juga Pelafalan Nama Buddha Enam Aksara, Dharmaraja Liansheng memperagakan pelantunan beberapa jenis pelafalan Nama Buddha, serta memberitahukan bahwa kita boleh memilih salah satu nada pelantunan yang kita sukai.
Dharmaraja Liansheng memberikan petunjuk dalam pelafalan Nama Buddha, jika sedang berada diluar, dapat memvisualisasikan Amitabha Buddha sebesar pohon Song, bahkan setinggi langit, sambil melafal Nama Buddha, sambil memvisualisasikan Amitabha Buddha.
Saat melafal di dalam Vihara maupun di dalam ruangan, dapat memvisualisasikan Amitabha Buddha sebesar ibu jari, sekujur tubuh keemasan, berada di Cakra-ajna sadhaka (diantara kedua alis mata), bahkan diri sendiri berubah menjadi Amitabha Buddha, memvisualisasikan dengan mendetail dan jelas, maka akan timbul anubhava , diri sendiri juga akan mengetahui apakah Amitabha Buddha hadir.
Setiap hari saat Dharmaraja Liansheng memimpin semua umat bersama melakukan paradaksina sambil melantunkan Nama Agung Buddha, maka Amitabha Buddha pasti hadir, ini merupakan fenomena yukta.
Setelah beryukta, maka kelak diakhir hidup, asalkan sepenuh hati mengenang Buddha, pada saat-saat yang paling mendesak tersebut Amitabha Buddha akan menjemput Anda terlahir di Tanah Suci !
Oleh karena itu, asalkan telah beryukta, selamanya tidak akan pergi !
Mahaguru tidak basa-basi, to the point, menjelaskan tentang Amitabha harus langsung ke pokok permasalahan. Ada 2 poin penting, satu adalah “sepenuh hati tidak galau”, sepenuh hati tidak galau adalah poin penting. Yang terpenting di dalam Amitābha-sūtra, kita harus japa nama Buddha, maka harus sepenuh hati tidak galau, ini adalah poin penting. Jika hati galau, japa nama Buddha tidak berhasil, memanjatkan Sutra juga tidak berhasil. Sebenarnya, kita japa nama Buddha, japa mantra, japa Sutra, banyak yang tidak berhasil, mengapa tidak berhasil? Karena hati Anda galau. Ada sebagian bhiksu juga menganjurkan lebih baik japa tanpa konsentrasi daripada tidak japa sama sekali, Anda japa, japa, japa, sudah tidak konsentrasi, pikiran menerawang ke tempat lain, namun, masih japa Buddha, japa “Amituofo! Amituofo!….” tiba-tiba, guntur menggelegar, Anda terkejut, lalu spontan dengan suara keras japa, “Amituofo….” nah yang satu ini adalah yang sejati. Oleh karena itu, di antara penjapaan yang tidak konsentrasi juga bisa menghasilkan yang sejati.
Pernah ada sebuah kisah seperti ini, ada seorang nenek telah banyak menjapa nama Buddha, setiap kali japa sepatah, ia pun taruh sebutir beras ke dalam ember. Sampai akhirnya, ia tiba di tempat Raja Yama, Raja Yama berkata, “Berapa kali nama Buddha yang telah Anda japa?” “Saya telah japa banyak sekali, japa seember besar nama Amituofo.” Raja Yama ambil dan melihat, sekali ditekan menjadi serbuk. “Yang Anda japa adalah kosong”, tetapi di antara serbuk, masih ditemukan sebutir beras, ah? Keras sekali, “Mengapa bisa demikian?” Ternyata, pada saat ia japa Amituofo, guntur menggelegar, penjapaan nama Amituofo tersebut benar-benar memohon pada Amitabha, oleh karena itu, baru bisa keras, ini juga basa-basi. Namun, kita japa nama Buddha, harus benar-benar sepenuh hati tidak galau, japa mantra juga harus sepenuh hati tidak galau, memanjatkan Sutra juga harus sepenuh hati tidak galau, jangan sampai ada yang menggalaukan hati Anda, semua yang Anda japa, pasti terang benderang. Oleh karena itu, pada tempat penerimaan Sila, sering ditempel satu pepatah, “Jangan menggoyahkan hati sadhaka”; jangan menggoyahkan hati sadhaka, ini sangat penting. Baik pria maupun wanita, di sini banyak yang berkepala gundul, jika seorang bhiksu, seorang upasika datang, sang bhiksu tergoda, ini berarti menggoyahkan hatinya, jika seorang bhiksuni, seorang pria yang tinggi tampan, begitu bhiksuni melihat, “Wah! Tinggi sekali, tampan sekali, aduh! Mengapa saya dari awal mau menjadi bhiksuni?” Ini berarti menggoyahkan hati sang bhiksuni. Sepenuh hati tidak galau justru menjelaskan “jangan menggoyahkan hati sadhaka”. Namun, jika hati sadhaka ini begitu mudah digoyahkan, berarti bukan sadhaka sejati. Sadhaka mestinya sudah mencapai kondisi sepenuh hati tidak galau, apapun yang saya lakukan, yidam senantiasa ada di hati saya. Amitabha, Yaochi Jinmu, Ksitigarbha, yidam saya berada di dalam hati saya. Oleh karena itu, apapun yang Anda lakukan, jangan lupa yidam sendiri. Bahkan di tengah angkasa ada yidam Anda sedang melihat. Apapun yang Anda lakukan, yidam Anda senantiasa ada, ada di dalam diri Anda, di tengah angkasa, di sekeliling, dengan demikian bisa sepenuh hati tidak galau.
Ketika kita sedang menjapa nama Buddha, ada dua macam pahala yang sangat penting, ada dua macam pahala menjapa nama Buddha,
  1. adalah mengumpulkan bekal Anda sendiri, mengumpulkan berkah Anda, mengumpulkan bekal terlahir di alam suci;
  2. kedua adalah sepenuh hati dan tidak galau. Ketika Anda sepenuh hati dan tidak galau, cita-cita Anda akan tercapai. Buddha pernah bersabda, jika pikiran bisa terfokus, konsentrasi, tidak ada yang tidak terlaksana. Setiap orang dalam proses melatih diri, harus konsentrasi, sepenuh hati dan tidak galau, sangat terfokus, dengan demikian, dapat terlahir di alam suci. Jika hati Anda kacau balau, ketika meninggal dunia, berpikir ke mana-mana, seketika memikirkan hal yang sangat rumit, tidak mampu membuka simpul tersebut, anda pun tidak mampu memutuskan bermacam-macam karma duniawi dan gagal terlahir di alam suci Buddhaloka. Oleh karena itu, dua hal yang penting yang harus kita ingat, kita mesti japa nama Buddha, japa Namo Amituofo, kemudian japa pendamping-Nya “Namo Kwan Im Pusat , Namo Tasece Pusat.” Boleh menjapa 3 kali, lalu namaskara 3 kali, menjapa dan bernamaskara dengan sangat tulus, bahkan harus sepenuh hati dan tidak galau, ini adalah poin penting dari menjapa nama Buddha. Kelak di dalam buku saya akan menulis tentang Dharma Sukhavati, mengajari Anda metode japa nama Buddha. Setelah metode menjapa nama Buddha ini ditulis, kalian jalankan metode ini, manula juga boleh menekuninya. Saat muda, Anda harus banyak mendengarkan Dharma! Saat usia setengah baya, harus mendalami satu metode; saat usia lanjut, memohon dapat terlahir di Buddhaloka, ini paling penting, juga merupakan ajaran dari pendahulu kita, ini baru bisa sepenuh hati dan tidak galau. Kita melatih diri, ada pada pangan, sandang, papan, transportasi, pendidikan, hiburan, termasuk pendidikan dan kebahagiaan, semua dilakukan atas dasar yidam, Anda pun tidak melanggar Sila. Pangan adalah persembahan, penyeberangan; sandang adalah perisai perlindungan diri; papan adalah simabandhana; berjalan adalah sambil dengan tekun japa nama Buddha, japa mantra; pendidikan, saat bersekolah, juga visualisasi yidam di tengah angkasa, di antara berbagai cara mendengar, juga visualisasi yidam bersama dengan Anda; lagi senang, saat paling bahagia, juga jangan melupakan yidam, ini barulah melatih diri yang sesungguhnya. Hari ini, sekian tentang Amitabha.
0 komentar

Tips sadhana Anasrava(non bocor)


visualisasi sadhana anasvara
Dharmaraja melanjutkan pembabaran mengenai cara penekunan luar dan dalam dari Sadhana Anasrava dalam Dzogchen.
Sadhana Anasrava sangat penting, sebab jika bindu bocor, tubuh bagian bawah akan dingin, tidak mampu mempertahankan suhunya, maka tidak akan bisa mengkonsentrasikan prana, tidak mempunyai daya untuk mempertahankan AIR, maka akan timbul banyak masalah di tubuh.
Dalam menekuni Sadhana Anasrava, kayu bakarnya harus cukup, dengan demikian Kundalini bisa bangkit dengan mudah. Terlebih dahulu kita menekuni Bhadrakumbha Prana sampai mempunyai prana yang melimpah, kemudian melanjutkan dengan Sadhana Anasrava, membangkitkan Kundalini, kemudian menekuni Sadhana Pengolahan Bindu, jika pintu airnya kokoh, maka tidak akan bocor.
Biasanya, dikarenakan gravitasi bumi, semua kekuatan akan tertarik ke bawah, oleh karena itu semua benda akan mengarah ke bawah, Anda memerlukan daya untuk mengangkatnya.
Kita menekuni Sadhana Anasrava, bagian perut akan bertenaga, akan mempunyai daya untuk mengangkat.
Berikut merupakan pembabaran Dharmaraja Liansheng mengenai tahapan Visualisasi Dalam di Penekunan Sadhana Anasrava :
1. Membentuk Mudra Vajranguli kemudian menekan lembut kepada ubun-ubun.
2. Bervisualisasi bagian perut terdapat aksara HUM merah yang mengait Padma putih ( Bodhi Putih ) , untuk wanita bervisualisasi di bagian ini mengait Padma Merah ( Bodhi merah )
3. Meneriakkan HUM, kedua tangan diangkat ke atas dengan kuat, bervisualisasi aksara HUM dan padma terangkat sampai ke ubun-ubun.
4. Saat itu bervisualisasi di atas ubun-ubun terdapat aksara HUM dan padma yang berdiri, di bawahnya terdapat Usnisasirsa ( Bagi wanita tidak perlu memvisualisasikan Usnisasirsa )
Dharmaraja Liansheng melanjutkan dengan transmisi Postur Luar untuk Sadhana Anasrava ( Enam Postur Sakya ), berikut kiatnya :
1. SURYA CANDRA MENENGADAH KE LANGIT
Kedua mata melihat ke atas, memindahkan konsentrasi pada Yidam di atas, supaya bindu dapat dipertahankan.
2. UJUNG LIDAH MENYENTUH LANGIT-LANGIT MULUT
Supaya prana memperoleh jembatan yang menghubungkan ke atas, tak terintangi.
3. MENEKAN TENGGOROKAN
Setelah menekan dan mempertahankan prana, prana disimpan tak tergoyahkan. Bagaikan sedotan yang ditekan kemudian diangkat, maka air tidak akan jatuh ke bawah.
4.PERUT MENEMPEL PADA PUNGGUNG
Menggunakan kekuatan perut untuk menuntun bindu menuju ke atas, ditarik sampai ke dalam tubuh, jangan sampai keluar.
5. PRANA ATAS DIKELUARKAN
Memuntahkan prana atas, dengan demikian bisa mengalirkan bindu ke atas.
6.MENGETATKAN OTOT ANUS
Enam Postur Sakya di atas, diselesaikan dalam sekejap. Saat belum timbul sukha, menangkap bindu kembali, diri sendiri harus merasakannya.
Meski sangat sukar, namun harus tetap belajar sampai menguasainya, sebab dengan demikian baru bisa mengokohkan akar, ini adalah sumber daya, dengan adanya sumber daya barulah bisa membangkitkan Kundalini.
Berikut merupakan Manfaat penekunan Sadhana Anasrava :
1. Kesadaran dan Prana akan segar dan fit, Chi positif tercukupi.
2. Bagian perut berkekuatan, kandung kemih kuat, mencegah mengompol.
3. Hormon bertumbuh, daya tahan tubuh kuat, tidak akan bungkuk.
4. Mampu mempertahankan dan mengangkat bindu, tidak bocor.
5. Dapat menghasilkan Mahasukha.
6. Menembus Sushumna.
7. Samadhi Mahasukha.
Setelah berhasil dalam Sadhana Anasrava, perlu menekuni Sadhana Kundalini, sebab perlu untuk mentransformasikan Bindu menjadi Prana “Melebur intisari menjadi prana.” , jika hanya menekuni Anasrava namun tidak menekuni pembangkitan Kundalini, tetap masih berpenyakitan, akan timbul masalah. Menurut ilmu kedokteran, jika bindu tidak dipergunakan akan rusak, oleh karena itu kita perlu menggunakan kekuatan api untuk mentransformasikan bindu menjadi uap, kemudian didistribusikan ke semua pembuluh darah, pori-pori dan tulang.
Dharmaraja Liansheng menyimpulkan bahwa penekunan Sadhana Anasrava ada manfaatnya, antara lain dapat menembus Sushumna, prana berkecukupan, tidak mudah jatuh sakit, menghasilkan mahasukha, prana cukup sukha juga cukup, usai Mahasukha dapat dengan mudah memasuki Samadhi, di dalam sukha yang hangat ini, akan menyaksikan terang, setelah menyaksikan terang, kemudian menekuni Metode Melihat Sinar dalam Dzogchen akan lebih mudah berhasil.
Dharmaraja Liansheng telah membeberkan Sadhana Anasrava yang demikian unggul dan berharga, supaya semua umat memperoleh rahasya penekunan Sadhana Dalam, lubuk hati setiap umat dipenuhi rasa syukur , juga penuh dengan Dharmasukha !

Sumber ku dari  : http://padmakumara.wordpress.com/2013/11/05/tips-sadhana-anasravanon-bocor
0 komentar

Sadhana bindu (inti sari Kehidupan)

Sadhana Bindu (inti sari Kehidupan)


Dharmaraja Liansheng melanjutkan pembabaran 9 Tingkat Dzogchen, Sadhana Bindu merupakan Sadhana tertinggi dalam penekunan Sadhana Dalam !
Dalam penekunan Sadhana Dalam Tantrayana, terdapat oleh prana – nadi dan bindu, sedangkan Sadhana Bindu sudah merupakan yang tertinggi dalam sadhana dalam. Sekujur tubuh kita termasuk darah dan hormon merupakan bindu, dan bindu yang paling penting adalah bindu pada Cakra Ajna, yang diwakili oleh aksara HANG ,disebut sebagai Cairan Rembulan Bochicitta, disebut juga Padma berkelopan Seribu.
Pada mulanya Cairan Rembulan Bodhicitta adalah solid, beku, namun dengan pembangkitan kundalini, akan meleburkan Cairan Rembulan Bodhicitta, sehingga bindu dapat menetes ke bawah.
Pembangktian Kundali berfungsi untuk membakar bindu, saat bindu turun mengalir melalui Sushumna, akan menghasilkan Mahasukha ; Saat bindu turun ke Cakra Visuddhi akan menghasilkan semacam sukha yang disebut Sukacita Awal ; Saat bindu turun ke Cakra Anahata akan menghasilkan Sukacita Unggul ; Saat turun ke Cakra Manipura akan menghasilkan Sukacita Yang Melampaui ; saat turun ke Cakra Muladhara akan menghasilkan Sahajananda ( Sukacita Asali ), inilah Empat Sukacita.
Setelah bindu turun, kemudian bindu yang semua dinaikkan, akan timbul Sukha yang lain lagi, pada sukha yang demikian akan timbul anubhava sunyatha, inilah Empat Sunya.
Kemudian Dharmaraja Liansheng Menjelaskan : “Sukha tidak bisa diambil, namun bisa dirasakan melalui ekspresi dan ucapan, oleh karena itu persepsi lah yang membuat Anda bersukacita. Sukha yang umum tidaklah bertahan lama, namun Empat Sukacita dalam Tantrayana melampaui sukacita manusia awam.”
Dengan visualisasi kita juga bisa menghasilkan Sukha, penekunan Tantrayana bisa memperoleh Empat Sukacita dan Empat Sunya, dengan menggunakan prana – nadi dan bindu bersirkulasi naik turun menggesek, dapat menghasilkan Sukha yang bisa bertahan beberapa jam, bahkan bisa bertahan seharian penuh, juga bahkan sukha yang abadi, Sukha ini dapat melampaui semua kerisauan, mampu mematahkan lobha dosha dan moha, sukha yang demikian mudah memasuki Samadhi, dengan melakukan meditasi dalam Sukha tanpa batas , maka dengan mudah akan menyaksikan Sinar Kesunyataan Bindu.
Pembangkitan Kundalini adalah demi Sadhana Bindu , Sushumna merupakan akar dan sumber Mahasukha dan Mahaprabha, Sukha timbul dari gesekan, sukha bukan pada satu tempat saja, tapi pada sekujur tubuh, sekujur tubuh adalah bindu.
Sedangkan yang terutama dalam Sadhana Bindu adalah membuka Lima Cakra, saat semua nadi dan cakra terbuka, bindu akan memasuki semua nadi dan cakra, sehingga semua organ dalam akan harmoni, sekujur tubuh menghasilkan sinar terang.
Sukha yang umum tidak sebanding dengan sukha tertinggi dalam hidup manusia , sedangkan sukha dalam hidup manusia tidak sebanding dengan Sukha yang dihasilkan gesekan pada Sushumna. Sebab saat prana menggesek pada Sushumna, tubuh akan merasa enteng, mudah memasuki samadhi, ini disebut Samadhi Sukha dan Sunya, jika kita menekuni sampai terbukanya Cakra Anahata maka bisa menyaksikan Buddhatta, saat sinar Buddha diri sendiri melebur dengan Sinar Buddha Alam Semesta, berarti mencapai Kebuddhaan.
Dharmaraja Liansheng juga mengajarkan kepada semua bagaimana cara melonggarkan lima cakra :
1. Cakra Ajna : Kedua tangan beranjali, dengan ringan diketukkan ke arah cakra ajna, dapat melonggarkan cakra ajna.
2. Cakra Visuddha : Leher melakukan gerakan memutar perlahan, dapat melonggarkan cakra visuddha.
3. Cakra Anahata : Melakukan push up dapat melonggarkan cakra anahata.
4. Cakra Manipura : Sit-up dapat melonggarkan cakra manipura.
5. Cakra Muladhara : Melatih Zhu jianfa dapat melonggarkan Cakra Muladhara. ( Note : Zhu jianfa hanya dapat ditekuni setelah memperoleh abhiseka dari Dharmaraja Liansheng )
Asalkan caranya tepat, maka semua nadi dan cakra akan terbuka,melalui penekunan yang konsisten, kelak suatu hari nanti pasti akan mengalami Mahasukha ! Setelah memperoleh Mahasukha, tidak akan lagi serakah pada harta, seks, ketenaran, sebab Mahasukha mengungguli semua nafsu keinginan, Mahasukha adalah Lobha yang terbesar . Begitu tiada lagi lobha, maka Anda telah melampaui, segala penderitaan akan sirna, Anda menjadi Suciwan, Anda dapat meraih Siddhi.
1 komentar

Tata cara Pernapasan Botol

Bhadrakumbha Prana (pernapasan Botol)

Kemudian Dharmaraja Liansheng melanjutkan Dharmadesana Dzogchen, serta secara langsung menjelaskan dan memperagakan kiat Bhadrakumbha Prana yaitu : TARIK, PENUH, MENYEBAR dan MELUNCURKAN. Demikianlah langkah-langkahnya :
1. Duduk dalam Tujuh Postur Vairocana.
2. Bervisualisasi di angkasa hadir Kesadaran Tertinggi Semesta berupa cahaya terang.
3. TARIK : Melakukan pernafasan penuh, menarik nafas sampai ke perut dan turun ke Dan-tian. ( Untuk wanita cukup sampai ke cakra hati / Dan-tian tengah )
4. PENUH : Penuh prana dalam Dan-tian, mengetatkan otot anus, ujung lidah disentuhkan langit-langit mulut, menekan tenggorokan.( Prana atas ditekan ke bawah, prana bawah dinaikkan ke atas ) , menahan nafas, menjadi bentuk Bhadrakumbha.
5. MENYEBAR : Menyebar yang pertama adalah prana masuk ke dalam Sushumna ; Menyebar yang kedua adalah prana diarahkan ke semua nadi di sekujur tubuh, bahkan sampai ke pembuluh darah kapiler. ( Pertama kali bisa mulai dari setengah menit, kemudian sampai satu menit, kemudian bisa ditingkatkan ) menahan prana dalam waktu lama, dengan alamiah prana akan memasuki Sushumna, dan dengan sendirinya juga ke sekujur tubuh.
6. MELUNCURKAN : Saat sudah tidak kuat menahan nafas, keluarkan. Langkah pertama adalah terlebih dahulu diarahkan ke ubun-ubun ( Ini merupakan Metode Phowa, namun begitu usnisa terbuka, satu bulan hanya boleh dilatih satu kali, tidak boleh lebih, juga harus bervisualisasi kaki Yidam menginjak dan menutup usnisa sadhaka, jika tidak demikian bisa menyebabkan pendek usia. )Yang kedua, baru mengeluarkannya lewat hidung.
Penekunan Bhadrakumbha Prana termasuk metode olah prana golongan keras, ada efeknya ( ada bahayanya ) , yang harus diperhatikan adalah :
1. Paling tepat dilakukan pagi hari kala perut kosong.
2. Setiap harinya dalam penekunan tidak boleh lebih dari 21 tarikan nafas.
3. Dalam menahan nafas tidak boleh dipaksakan, cukup dengan cara meningkatkan waktu secara bertahap.
4. Hanya menggunakan hidung untuk menghirup dan mengeluarkan nafas, tidak boleh melalui mulut.
5. Jika terlampau banyak menembus ubun-ubun, bisa mengakibatkan pendek usia, setelah usnisa telah terbuka, setiap bulan hanya boleh menembusnya satu kali.
6. Jika menekuninya secara berlebihan, dapat mengakibatkan telinga berdenging, mata merah, mimisan, gusi bengkak, pusing, sakit kepala dan aneka efek samping lainnya, harus menekuninya dengan disesuaikan.
7. Akan timbul fenomena abhijna dan tembus alam roh.
8. Wanita tidak boleh menekuninya saat sedang datang bulan, bisa mengakibatkan pendarahan.
9. Saat sakit, flu, saat kurang fit, samasekali tidak boleh menekuninya.
Dharmaraja Liansheng mengatakan jika penekunan Bhadrakumbha Prana bisa dipadukan dengan Metode Air Dewata, maka manfaat yang diperoleh akan lebih baik lagi, demikianlah tahapan penekunanya :
1. Lidah diputar – putar di garis gigi.
2. Menghasilkan air liur.
3. Menggunakan lidah untuk mengaduk liur menjadi buih.
4. Menelan buih liur.
5. TARIK : Nafas memasuki Dantian.
6. PENUH : Menjadi Bhadrakumbha.
7. MENYEBAR : Sampai ke Sushumna dan sekujur tubuh.
8. MELUNCURKAN : Prana dikeluarkan melalui hidung.
Berikut merupakan manfaat dari penekunan Air Devata yang dipadukan dengan Bhadrakumbha Prana :
1. Bindu ( Hormon ) akan terus tumbuh.
2. Tubuh sehat dan kuat, awet muda, menyehatkan otot dan tulang.
3. Prana asali melimpah, penuh semangat.
4. Prana dan darah akan mengalir lancar tidak terrintangi, menghindarkan dari penyakit pembuluh darah jantung.
5. Usus dan lambung sehat, pencernaan baik.
6. Prana memasuki Sushumna, membuka cakra, dapat menyaksikan sinar gemilang, melihat asap, melihat cahaya terang, pada akhirnya dapat menyaksikan terangnya Buddhatta.
Dharmaraja Liansheng mengatakan bahwa Bhadrakumbha Prana merupakan sarva-guna ; Dapat mencapai Anasrava, dapat membangkitkan Kundalini, dapat menaikkan dan menurunkan bindu, merupakan dasar semua Sadhana Dalam, sangat penting !
Buddha Dharma ada sejati juga ada yang dipalsukan, namun yang diajarkan oleh Dharmaraja Liansheng merupakan yang sejati, bahkan gratis tidak dipungut biaya !
( Note Penterjemah : Sadhana Dalam memerlukan abhiseka sarana dan abhiseka penekunan Sadhana Dalam secara langsung. Penekunannya memerlukan bimbingan Vajra Acarya sejati yang benar-benar menekuninya. Semua syarat ini mutlak diperlukan , jika diabaikan bisa mengakibatkan pelanggaran ketentuan Dharma, hasil yang menyimpang dan bahkan berbagai efek samping yang buruk )
0 komentar

Janji Kurukulla Bhagavati

【 Berita Terbaru TBSN 】23 November 2013 Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu Memimpin Upacara Api Homa Kurukulla Bhagavati, Membabarkan Dzogchen Bagian Akasha.


⓪ Mempersilahkan Anda untuk membaca artikel, bagi yang memiliki akun Facebook , ingatlah untuk klik LIKE bergabung dengan :www.facebook.com/syltbsn
Menyambut Anda semua untuk bergabung dengan Grup Dharmapala Online Zhenfo, klik LIKE untuk membagikan Dharmasukha, klik SHARE untuk melindungi Guru dan Dharma, menyebarluaskan Sadhana Tantra Zhenfo ajaran luhur dan mulia dari Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu ~



【 Liputan Acarya Shi Lian-dian , Nantou 】

Dalam penantian puluhan ribu umat, akhirnya pada tanggal 23 November pukul 1:30 siang ,Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu bersama Gurudara tiba di Taiwan Lei Tseng Temple, begitu Mahaguru dan Gurudara tiba, pembawa acara mengajak sekitar dua puluh ribu umat yang memenuhi arena upacara, aula utama dan Sukhavatisala untuk bersama menyapa : "Salam Sejahtera Mahaguru dan Gurudara."... Empat kelompok siswa di arena bertepuk tangan meriah.

Setelah setengah tahun berlalu, saat Dharmaraja Liansheng melambaikan tangan pada para hadirin, kembali mengundang sorak sorai sukacita yang membahana. Di sepanjang jalan , Dharmaraja Liansheng menerima salam hangat dari para siswa, persembahan bunga dan lain sebagainya, membuat arena dipenuhi keharuan. Usai Dharmaraja Liansheng mempersembahkan dupa di altar utama, kemudian naik ke lantai atas untuk beristirahat, mengadhistana surat-surat dan menangani beberapa urusan aliran.

Para tamu agung yang kali ini hadir di Taiwan Lei Tseng Temple, diantaranya adalah : Dubes Taiwan untuk Dewan Koordinasi Amerika Utara , suami istri Liao Dongzhou ; Sekjen Pemerintah Provinsi Taiwan Bapak Zheng Peifu ; Komisaris Wilayah Nantou, Suami istri Chen Zhiqing ; Anggota Parlemen Kabupaten Nantou, Jian Peilin ; Anggota legislatif Nantou, Xu Zhuangyi ; Ketua Departemen Sosial Pemerintahan Kabupaten Nantou Bpk. Lin Rong-sen ; Ketua Departemen Urusan Sipil Kabupaten Nantou, Wu Yan-ling ; Ketua Departemen Urusan Sipil Kabupaten Nantou Bagian Keagamaan, Zeng Kui-yuan ; Ketua pusat pelayanan pemerintahan Kabupaten Nantou Bpk. Chen Qi-zhao ; Perwakilan anggota partai KMT Kaohsiung Xu Hui-yu ; Anggota Dewan Kota Tainan Cai Wang-quan, dan lai-lain. . .

Pada pukul empat sore, Upacara Api Homa dimulai, perwakilan Taiwan Lei Tseng Temple, Acarya Shi lian-zhe mempersembahkan hatta dan pujana kepada Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu, sebagai tanda penghormatan tertinggi. Usai Upacara Api Homa, terlebih dahulu diadakan prosesi penyerahan dana, Komisaris Wilayah Nantou Bpk. Chen Zhiqing naik ke atas panggung untuk memberikan kata sambutan dan terima kasih kepada Dharmaraja Liansheng Zhenfo Zong yang mendanakan 6000 seragam sukarelawan, sehingga kegiatan Lantern Festival kali ini lebih sempurna

Kemudian, dalam kata sambutan Gurudara Acarya Lian-xiang : Tokoh utama Lantern Festival Bagian Religi di Nantou tahun 2014 mendatang adalah Padmakumara, diharapkan supaya para siswa dari seluruh penjuru dunia dapat turut meramaikannya, supaya Padmakumara dapat menjalin afinitas dengan para insan.

Pada perjalanan Mahaguru kembali ke Taiwan kali ini, hati Gurudara diliputi kebahagiaan, mengharapkan supaya semua dapat berkumpul bersama tiap hari Sabtu di Taiwan Lei Tseng Temple.

Kemudian, tibalah saat yang dinanti-nantikan oleh semua, memohon Dharmadesana Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu . Setelah Dharmaraja Liansheng menghaturkan sembah sujud pada Para Guru Silsilah, memperkenalkan para tamu agung dan memberikan salam dengan berbagai bahasa kepada para umat di arena dan yang menyaksikan secara online.

Dharmaraja Liansheng memperkenalkan Adinata Api Homa Kurukulla Bhagavati kepada para hadirin, dan mengatakan bahwa Adintaa ini merupakan Adinata Maha-vasikarana, memperoleh abhiseka Kurukulla Bhagavati dapat memperoleh keharmonisan sesama manusia, keharmonisan dengan Para Devata, vasikarana Para Buddha, vasikarana Dharmadhatu, memperoleh Mahavasikarana dari umat manusia dan Para Devata.

Kurukulla Bhagavati berwujud gadis muda usia 16 tahun, tangan membawa panah bunga, bijaksaranya adalah HRIH, oleh karena itu Mulabhumi nya adalah Amitabha Buddha.

Dharmaraja Liansheng mengatakan, apakah itu Mahavasikarana ?

Tokoh di dunia politik kelak memiliki kesempatan untuk menjadi presiden, dikarenakan memperoleh penghormatan dan kepercayaan dari rakyat ; Jika berada dalam dunia agama, maka akan mampu mengemban aktifitas Tathagata, menjadi seorang Guru aliran ; Dalam dunia seni peran, akan memiliki fans yang tak terhitung banyaknya . . . . Dalam skala besar meliputi negara dan masyarakat, dalam skala kecil meliputi keluarga, perorangan adalah jodoh pernikahan, pekerjaan dan lain sebagainya, dalam berbagai hal dapat memperoleh kekuatan vasikarana dan keharmonisan yang paling besar.

Sebab Kurukulla Bhagavati mempunyai Empat Ikrar Agung :
1. Ikrar Prthivi : Supaya semua insan memperoleh kesejahterahan.
2. Ikrar Apah : Mencuci semua karmavarana dan sakit penyakit, santika.
3. Ikrar Teja : Menganugerahkan Vasikarana Paripurna pada semua insan.
4. Ikrar Vayu : Kekuatan abhicaruka.

Kekuatan Kurukulla Bhagavati sanggup melakukan santika melindungi negara, disini melimpahkan jasa semoga Taiwan senantiasa aman sejahtera, cuaca berjalan sebagaimana mestinya, perekonomian dapat terus berkembang pesat !

Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu mengumumkan bahwa tahun depan , 8 Februari 2014 di Upacara Agung Musim Semi Taiwan Lei Tseng Temple akan mentransmisikan untuk pertama kalinya, Sadhana Kurukulla Bhagavati Memanah Sepuluh Penjuru.

Kemudian, Dharmaraja Liansheng melanjutkan Dharmadesana mengenai Dzogchen bagian Akasha, menjelaskan makna utama dari Kesunyataan melalui penjabaran "Segala yang berkondisi adalah anitya, segala sesuatu adalah anattman, Nirvana Santam."

Segala benda di dunia ini memiliki sifat yang senantiasa berubah, semuanya tidak kekal, inilah makna mula dari sunya. Dharmaraja mencontohkan diri sendiri, yaitu perubahan yang terjadi sejak kecil sampai dewasa, ada rupa masa kecil, ada rupa masa muda yang rupawan, juga ada rupa usia 70 tahun. . . Tidak ada satupun yang abadi, tidak ada satupun yang bertahan selamanya, semua senantiasa berubah .

Dulu tidak menyangka diri sendiri akan berimigrasi ke Amerika dan dapat berbicara dalam Bahasa Inggris, akhirnya perubahan nasib dan peruntungan, tibalah di Amerika, saat ini juga belajar Bahasa Inggris, ini juga merupakan ketidak kekalan.

Kehidupan manusia sampai pada akhirnya akan masuk ke Sukhavatisala, melangkah masuk ke kematian, semuanya sama, sampai pada akhirnya Anda akan menyadari bahwa tiada yang bisa diperoleh, sama sekali tidak ada satupun yang dapat diperoleh, saat memahami ketidak kekalan, akan mengenali Kesunyataan, dengan demikian akan memahami Batin Asali.

Setelah mencapai realisasi, akan mampu bermanifestasi, dimanapun dapat menuntun insan ; Apa itu aku ? aku juga tiada, Batin Asali sama dengan Buddha, saat itu batin yang tidak menetap akan muncul, tiada yang dibuat, maka muncullah tiada yang diperoleh.

"Tiada yang diperoleh" tidak akan berhasrat memiliki sesuatu, tidak melekati apapun, kondisi batin akan sangat stabil , akan mampu memasuki Samadhi, saat itu mampu melihat segala sesuatu dengan semestinya, Buddhatta akan muncul, saat itu tercerahkan.

Dharmaraja Liansheng juga mendoakan semoga Upacara Agung kali ini dapat menganugerahkan pemenuhan harapan pada semua, segalanya lancar manggala, memperoleh kekuatan Vasikarana teragung. Usai Dharmadesana, semua menyatakan terima kasih yang mendalam dengan memberikan tepuk tangan yang sangat meriah.

Terakhir, Dharmaraja Liansheng berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Kurukulla Bhagavati , demikianlah Upacara Api Homa Manggala dan Paripurna !

◎ Mari bookmark page ini www.tbsn.org ,serta page facebook Zhenfo Zong, www.facebook.com/syltbsn,supaya Anda senantiasa bersama Buddha !

Diterjemahkan Oleh Lianhua Shian

Sumber :
http://tbsn.org/chinese2/news.php?id=2969&classid=1





Sabtu, 19 Oktober 2013 0 komentar

Tata cara Samadhi, Meditasi dalam Tantra Budha Cen Fo Chong


Ada 3 Kunci dalam 9 Tingkat Samadhi: Waspada, Tidak Kendur, Tidak Tegang

Sepertinya banyak orang tahu, ada rumor bahwa saya akan kembali ke Taiwan Lei Tsang Temple untuk mengadakan upacara, sehingga mereka tidak menghadiri Sadhana 9 Tingkat Samadhi di Singapura. Sebenarnya, aplikasi Sadhana 9 Tingkat Samadhi, sangat luas. Kita tidak mengulangi lagi Sadhana 9 Tingkat Samadhi, namun, hari ini saya katakan pada Anda semua, di mana letak kunci penting Sadhana 9 Tingkat Samadhi? Baik mengadakan upacara, atau sadhana pribadi, atau puja bakti bersama, setiap kali kita bersadhana, pasti memasuki "samadhi", "memasuki samadhi" adalah suatu dasar paling penting dari semua sadhana. Ketika memasuki "samadhi", Anda mesti menyatu dengan yidam sadhana, Anda sendiri berubah menjadi yidam, yidam berubah menjadi Anda, ini adalah penyatuan. Penyatuan adalah ketrampilan samadhi, tanpa ketrampilan samadhi, Anda hanya melakukan tatacara, kunci yang sejati adalah "memasuki diriku dan diriku memasuki", memasuki "samadhi", menyatu. Dapat menyatu, maka dapat menghasilkan Dharmabala yidam; dapat menyatu, maka dapat tiba di alam suci yidam; dapat menyatu, Anda sendiri memperlihatkan terang yidam. Oleh karena itu, penyatuan itu sangat penting. Penyatuan harus mengandalkan 9 Tingkat Samadhi, walaupun ada 9 Tingkat Samadhi, sebenarnya hanya ada 3 kunci yang sangat penting. Kunci pertama; yaitu temukan kembali hati Anda, fokuskan perhatian Anda, temukan kembali hati Anda.

Kita setiap sadhaka, setiap praktisi, ketika Anda sedang japa mantra, ketika japa Sutra, ketika memasuki "samadhi", ketika bervisualisasi, sering kali masuk pikiran lain, Anda harus menemukan pikiran yang satu ini. Ketika Anda menemukan pikiran yang satu ini, artinya Anda sudah memiliki kewaspadaan. Orang biasa tidak memiliki kewaspadaan, contohnya Anda duduk bermeditasi, banyak pikiran masuk, Anda biarkan saja, menjelajah ke mana-mana; namun, kita sadhaka waspada. Kesembilan tingkat samadhi, kewaspadaan adalah hal yang paling penting. Anda akan menemukan bahwa Anda telah meninggalkan daya fokus, pikiran lain masuk, Anda pergi mengikuti pikiran Anda, benarkah demikian? Saat visualisasi, tidak dapat sepenuhnya visualisasi penuh, seketika pikiran lain masuk; saat japa Sutra juga, saat japa mantra juga, cepat sekali pikiran lain masuk, benarkah demikian? (Bahasa Taiwan) (Ya!) Memang demikian. Tahukah Anda, dengan adanya pikiran ini, ini adalah kewaspadaan Anda, pikiran Anda tidak dapat fokus, justru karena pikiran lain masuk dan membawa Anda pergi. Pikiran tidak hanya satu, pikiran itu banyak, pikiran yang tidak terhitung banyaknya, dalam sehari ada 84000 pikiran terbang melalui pikiran Anda. Oleh karena itu, kita melatih "memasuki diriku dan diriku memasuki" harus menyatu dengan yidam, pikiran Anda tentu ada pada yidam, tidak boleh ada pikiran kedua, atau tidak dapat "memasuki diriku dan diriku memasuki". Setelah kewaspadaan Anda timbul, perlahan-lahan menjadi mantap.

Selanjutnya, kewaspadaan Anda benar-benar terlalu tegang, terus-menerus berpikir, "Saya mau memasuki samadhi, saya mau memasuki samadhi, saya mau memasuki samadhi, saya harus memasuki samadhi, saya tidak boleh tidak memasuki samadhi, saya mau tak mau harus memasuki samadhi." Perhatian terlalu tegang, tidak dapat memasuki samadhi, ini terlalu tegang. Jika Anda terlalu tegang, Anda harus kendur sedikit, dengan perlahan-lahan fokuskan perhatian pada diri yidam, sangat pelan, sangat kendur, sangat santai, apapun jangan dipikirkan, perhatikan diri yidam. Alhasil? Anda ketiduran. Terlalu kendur, Anda pun ketiduran. Terlalu tegang, Anda pun semangat. Saya tanya pada Anda semua satu pertanyaan? Tahukah Anda bagaimana Anda ketiduran? Banyak orang tidak tahu. Sekarang saya juga tidak tahu, bagaimana saya ketiduran. Pokoknya, saya berbaring dan memejamkan kedua mata, "Terlahir di alam suci, bebas dari samsara, Namo Amitabha!" (Mahaguru japa dalam Bahasa Taiwan) Saya pun terus japa, "Terlahir di alam suci, bebas dari samsara, Namo Amitabha! Bersarana pada Amitabha!" Saya terus japa dalam hati, "Terlahir di alam suci, bebas dari samsara, Namo Amitabha!" Entah japa sampai berapa kali, saya pun ketiduran. Kita setiap orang ketiduran dalam kondisi tanpa sadar, tidak ada seorang pun yang dapat tertidur dalam kondisi sadar. Anda terus-menerus sangat sadar, sangat semangat, Anda pun tidak bisa tidur, ini sangat "tegang". Anda kendurkan segalanya, kadang-kadang, kebiasaan saya adalah, saya raba kasur saya, kasur saya digelar di lantai, meraba-raba kasur saya, kasur ini sangat nyaman, diselimuti sangat nyaman, suhu pas-pasan, kedua mata dipejamkan, kendurkan, apapun tidak dipikirkan, tidak ada kerisauan apapun, tanpa sadar Anda pun ketiduran, inilah samadhi. Anda harus ingat, mutlak tidak boleh mengatakan, "Nah, saya mau tidur." Anda pun ketiduran, ketrampilan itu sangat hebat, "Gan Na Di"! (Bahasa Taiwan: seperti babi). Ada sebuah pepatah Orang Taiwan "Ga Na Di", "Ga Na Di" adalah presiden Amerika Serikat (Kennedy), jika Anda mirip sekali dengan presiden Amerika Serikat "Kennedy", dengan kata lain Anda "Ga Na Di" (Bahasa Taiwan: seperti babi). Saya tidak tahu bagaimana babi itu tidur, karena saya bukan babi! Pokoknya, ketika saya tidur, tanpa sadar, saya pun tertidur.

Hari ini katakan pada Anda semua, Anda mau samadhi juga tanpa sadar, Anda pun samadhi. Jika Anda terus berpikir, "Saya mau samadhi, saya mau samadhi, saya mau samadhi", tidak akan samadhi! Jika Anda terus-menerus kendur kendur kendur, Anda pun ketiduran. Oleh karena itu, dalam kondisi yang bagaimana kah Anda memasuki samadhi? Pada saat pas-pasan, tidak kendur dan tidak tegang, namun, masih mempertahankan semacam pikiran yang jernih, secara perlahan-lahan menutup di atasnya, Anda tahu ada sebuah kesadaran Anda, selebihnya, Anda "melupakan diri Anda yang sedang duduk", saat apapun dilupakan, Anda masih memiliki pikiran yang jernih. Oleh karena itu, samadhi itu tidak kendur dan tidak tegang, ada kewaspadaan juga, kewaspadaan Anda harus ditarik kembali, secara perlahan-lahan, inilah kunci yang terpenting, Anda tidak boleh diganggu oleh pikiran lain.

Manusia biasa memiliki pikiran yang bercabang, hanya orang yang benar-benar dapat memasuki samadhi yang terdalam dapat menggenggam hati, barulah tidak ada pikiran yang bercabang.

Mahaguru -- menerangkan secara terperinci Sadhana 9 Tingkat Meditasi:

Tingkat pertama: "kestabilan awal" -- pikiran hanya sedikit stabil, mudah berpencar. Mahaguru mengajarkan kita semua harus visualisasi mata ketiga Kalachakra, tatap satu mata yang di tengah, tenangkan pikiran, jangan biarkan pikiran lain masuk. Saat kestabilan awal, hati itu bergejolak tidak tenang, maka, tangkap kembali, latih berulang-ulang. Belajarlah visualisasi Kalachakra, jika tidak bisa, visualisasilah mata ketiga Kalachakra.

Tingkat kedua: "kestabilan lanjutan" -- sudah berulang-ulang melatih mengamati pikiran, tarik kembali pikiran yang menerawang, dapat mencapai 7 menit, itu sudah dianggap kestabilan lanjutan.

Tingkat ketiga: "kestabilan kembali" -- dapat mengamati pikiran selama 14 menit, kestabilan meningkat, pikiran kadang-kadang melayang, namun, dengan sangat cepat dapat ditemukan kembali.

Tingkat keempat: "kestabilan pendekatan" -- target yang difokuskan tidak hilang, kekuatan introspeksi lengkap.

Tingkat kelima: "kestabilan penaklukan" -- kestabilan tingkat tinggi, namun harus hati-hati jangan sampai terlelap, harus "mawas diri".

Tingkat keenam: "kestabilan hening" – kita akan menghasilkan kekuatan dan diri kita telah berubah menjadi Kalachakra: Kalachakra memasuki diri sadhaka, sadhaka juga memasuki diri Kalachakra, keduanya manunggal tiada beda, sehingga menghasilkan Dharmabala. Namun, jangan terangsang, harus mawas diri, pertahankan kestabilan dan akal sehat.

Tingkat ketujuh: "kestabilan paling hening" -- energi hati semakin kuat, namun, tingkat kestabilan juga semakin tinggi, hati sangat halus, waktu meditasi mencapai lebih dari sejam. Ketika mencapai tingkat ketujuh, kekuatan menggerakkan pikiran, bisa menuju "alam neraka" dan "alam dewa", dapat menuju alam neraka dan alam surga, semuanya karena "energi hati".

Tingkat kedelapan: "kestabilan terfokus" -- artinya, dengan kekuatan sadhaka, hanya kegigihan yang sedikit saja, dari "kestabilan awal" dapat mencapai "kestabilan paling hening" dalam seketika, duduk pun bisa lebih lama, tidak terlelap, juga tidak terangsang, karena ada pikiran yang jernih.

Tingkat kesembilan: "kestabilan tertinggi" -- sedikit pun tidak mengerahkan tenaga, meditasi yang sama sekali tidak mengerahkan tenaga, bergerak bebas leluasa. Bersadhana harus dapat bergerak bebas leluasa, apapun tidak apa-apa, tidak ada masalah, dan tidak melekat. Hati luas tak terhingga, siapapun bisa diterima, hati seperti angkasa. Kemudian, memasuki dhyana pertama--dhyana kedua--dhyana ketiga--dhyana keempat, dari dhyana keempat--dhyana ketiga--dhyana kedua--dhyana pertama. Lewat latihan yang berulang-ulang, kita akan memahami hati dan menyaksikan Buddhata.

Demikianlah, menjadikan mata ketiga Kalachakra sebagai visualisasi, terakhir membuktikan "tidak melekat, tidak apa-apa, dan tidak dapat apa-apa", justru dari sinilah ketiga hal ini muncul. Sadhaka harus melatih hingga manunggal dengan yidam, kemudian, menghasilkan tubuh maya, mencapai keberhasilan sejati dalam melakukan penjelajahan spiritual ke dalam alam semesta. Asalkan telah menguasai kesembilan tingkat ini, kita pun akan berhasil seketika.

Sadhana 9 Tingkat Meditasi Kalachakra dan rumus penting yang merupakan rahasia di dalam rahasia yang begitu luar biasa dan langka ini! Usai pihak panitia melangsungkan ritual hibah, Mahaguru pun melakukan abhiseka luar biasa untuk seluruh hadirin yang terdiri dari: "Sadhana 9 Tingkat Meditasi Kalachakra", "Tujuh Abhiseka Utama Kalachakra", "Sadhana Satya Vajrakila Kalachakra", "Sadhana Perisai Kalachakra", "Sadhana Dhumapuja Zhenfo Zong", dan "Sarana". 
Rabu, 09 Oktober 2013 3 komentar

Ritual sembahyang leluhur untuk meningkatkan keberuntungan anda

Meningkatkan keberuntungan Anda dengan sembahyang kepada nenek moyang kita
Di era modern ini baru, banyak dari kita bekerja jauh dari orangtua kita. Kita selalu terserah kepada orangtua kita cara untuk menghormati mereka nenek moyang kita. Orangtua kita berdoa kepada nenek-moyang kita atas nama kami. Banyak dari kita begitu sibuk dan kadang-kadang kita lupa tentang Ching Ming Festival, ziarah ke kuburan nenek moyang atau hari menyapu makam. Beberapa malahan tidak mau lagi repot-repot untuk melakukan doa-doa lain apapun kepada leluhur mereka apalagi sudah berganti agama yang lain dengan nenek moyang mereka.
Dalam banyak kesempatan, orang tua dan putra dan putri mereka yang terlalu sibuk dengan tugas sehari-hari mereka; mereka hanya memilih untuk tidak melakukan ini sembahyang dan persembahan. Jika tidak ada yang memberikan doa dan menawarkan makanan nenek moyang kita, Anda sedang mencari masalah. Ini akan membuat/menimbulkan Qi pembunuh “Sha Qi” dan jenis qi sangat ganas terutama ketika nenek moyang Anda lapar. Setidaknya jika ada orang tua Anda melakukan sembahyang dan persembahan untuk nenek moyang kita itu masih mending  daripada tidak ada. Tapi selalu ada keuntungan bagi Anda untuk melakukannya sendiri, keuntungan tersendiri bagi anda yang melakukannya.
Sembahyang  kepada nenek moyang kita adalah etika paling dasar untuk semua keturunan Cina. Dalam ketidakberuntungan anda Tidak dapat selalu menyalahkan bahwa rumah Anda memiliki buruk fengshui atau kantor Anda berada pada lokasi yang salah dan kualitas BaZi empat pilar of Destiny yang Anda memiliki lagi ciong. Hal yang paling pertama harus anda lakukan sembahyang kepada leluhur. Percayalah, berdoa kepada leluhur benar-benar akan membantu Anda untuk meningkatkan keberuntungan kekayaan Anda. Ada cara yang Anda tidak perlu melakukan perjalanan ratusan km untuk  kembali ke kampung halaman atau Anda tidak perlu melakukan perjalanan jauh atau terbang rumah untuk sembahyang.

Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut untuk Anda menghormati/sembahyang leluhur Anda.

Langkah 1: Hal-hal untuk mempersiapkan.
1. Sebuah sepasang lilin merah.
2. 3 batang hio besar.
Makanannya adalah:
1. 3 cangkir teh.
2. 3 gelas arak/wine
3. Beberapa macam masakan daging seperti bacang .
4. Beberapa macam masakan yg ditumis seperti mie goreng.
5. Kopi.
6. Ayam  goreng seperti KFC.

Kertas sembahyang :
1. Kam Ngan Chee金银纸
2. Kai cheen 溪钱
3. Wong sang cheen 往生钱
4. Kertas kain 纸衣服

Anda akan perlu untuk membeli barang-barang di atas dari toko alat sembahyang cina. Di negara-negara Asia seperti di Hong Kong, Malaysia, Taiwan dan Singapura terdapat banyak toko-toko ini. Anda akan membakar 4 item di atas setelah ber doa dan menawarkan sesi.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
  1. Dapatkan meja yang pantas.
  2. Melakukan persembahan dan sembahyang pada hari2 festival Cina tertentu seperti:

1. Malam tahun baru Imlek
2. HariPertama tahun baru Imlek
3. hari Capgo pertama dari tahun baru Imlek
4. Ching Ming (4 April 2012)
5. “Duanwu” atau festival bacang 端午节 (tgl 5 bulan lunar ke-5),
6. Mid-autumn festival中秋節 ( tgl 15 bulan 8 lunar),
7. “Dong Zhi” musim dingin onde 冬至 (21 Desember 2012)

Langkah 3: Sebelum sembahyang, mandi dan memakai baju yang bersih.

Langkah 4: Mengambil meja Anda dan meletakkannya di depan rumah Anda seperti di teras/garasi rumah anda .
Pastikan meja itu menghadap  keluar.

Langkah 5: Sebelum sembahyang, aturlah persembahan sesuai seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
meja leluhur
Fengshui Bazi-menawarkan doa kepada nenek moyang Anda

Langkah 6: Melakukan doa dan persembahan untuk nenek moyang Anda.

1. Nyalakan sepasang lilin.
2. Nyalakan 3 dupa.
3. Pegang 3 dupa dan berbicara dari dalam rumah menghadap keluar mengundang nenek moyang Anda dengan mengatakan kepada mereka bahwa Anda telah menyiapkan beberapa makanan dan menawarkan untuk mereka. Katakan kepada mereka Anda adalah cucu mereka atau siapapun mereka. Beritahu mereka detail kelahiran anda yaitu tahun, bulan, hari, jam dan jenis kelamin, data kelahiran sebaiknya berdasarkan tahun imlek. Ini adalah seperti tgl yang digunakan dalam perhitungan BaZi empat pilar of Destiny anda. Anda dapat memeriksa mereka dengan melihat bagan BaZi Anda.
4. Meminta berkat apapun dari nenek moyang Anda seperti Kesehatan, uang dan dll.
5. Membakar semua kertas sembahyang dan persembahan anda. harus yakin terbakar semuanya
6. Tunggu sekitar 45 menit atau setidaknya sepasang lilin dan 3 btg hio habis terbakar.

Saya telah melihat banyak kasus, banyak dari mereka mengeluh bahwa dalam kehidupan mereka banyak menghadapi semua jenis rintangan. Setelah melihat BaZi mereka, bahkan dengan BaZi yang baik atau fengshui yang baik keberuntungan mereka belum datang malahan sering ada rintangan. Setelah melakukan ritual di atas keuangan mereka menjadi lebih stabil. Jika Anda menghadapi masalah yang sama, mengapa tidak mencobanya. Ini hanya akan biaya Anda ,ya sekitar 300-500 rb rp. Saya berharap ritual  ini membawa manfaat untuk Anda. Semoga Sukses.
source : skillon.com
Jumat, 27 September 2013 0 komentar

Sadhana Yidam Yoga

Sebelum kita membahas lebih jauh, ada baiknya mengenal dulu apa itu Sadhana dan apa itu yidam yoga.
Sadhana adalah teknik menjapa mantra (liam keng) dengan terkoneksi terhadap bodhisatva tertentu, tentunya sadhana tidak sama dengan liamkeng biasa, karna sadhana adalah teknik dalam ajaran buddhist tantrayana. Nah, sekarang apa itu Yidam Yoga? Yidam dapat dikatakan sebagai Bodhisatva. ataupun sebagai yang biasa kita ketahui dengan dewa dewi.
Yidam sudah pasti adalah seorang manusia yang bertapa, berlatih diri dan mencapai satu pencapaian, kemudian menjadi seorang bodhisatva, dan dalam tantrayana kita kenal dengan nama Yidam.
Apakah Yidam hanya satu? tidak! Yidam adalah sangat bermacam-macam, banyak nya hingga kita tidak dapat mengingat semua itu. Seorang sadhaka pasti tetep punya yidam yoga tertentu, maka dari itu masing masing yidam juga mempunyai mantra nya masing-masing. Salah satu mantra yang paling kita kenal yaitu mantra Bodhisatva Avalokitesvara (Kwan Im Pu Sa). Siapa yang tidak mengenal beliau? Yidam Avalokitesvara adalah yang paling di kenal semua khalayak penganut agama Buddha, apalagi yang di negeri China. Dengan ke welas asih nya, penuh cinta kasih dan kasih sayang, beliau menyelamati para makhluk hidup yang terjerat dalam samsara. Dengan Mantra nya yang sangat populer, sangat banyak di kenal, yah, siapa yang tidak mengenal mantra "Om Mani Padma Hum". Maka kebanyakan Sadhaka sangat banyak di temukan yang memilih beliau untuk di jadikan Yidam Yoga, karna dengan perwujudan beliau juga penuh welas asih.

Demikian lah kira nya kita Sadhana Yidam Yoga kita masing-masing. Apa cuman Yidam Avalokitesvara? Tentu masih banyak yah. Maka untuk para Sadhaka, bagi yang sudah menemukan Yidam Yoga yang cocok, mari kita sadhana dengan bijak dan bajik, sama-sama belajar dengan bodoh. Dan bagi yang belum menemukan nya, boleh cari info ke sadhaka lain dan perlahan-lahan bila saat nya tiba, anda akan menemukan nya.
Sungguh di maafkan kalau kurang jelas atas sadhana ini, Sadhana bukan hanya sekedar menjapa mantra yidam tersebut saja, tentu nya masih banyak yang harus di lakukan. Tapi disini saya kurang bisa untuk membeberkan nya. Apabila anda berniat menjadi seorang Sadhaka, cari lah seorang pembimbing.

Disini saya berharap agar orang lain yang menganggap kalau sadhana itu sesat dan lain sebagainya dapat merubah pandangan nya. Karna praktisi sadhana sama sekali tidak sesat dan tidak lari dari jalur keBuddhaan. Juga saya harapkan semoga di kota Tebing Tinggi ini dapat di jumpai lebih banyak lagi Sadhaka-Sadhaka yang serius dan benar-benar.

Om Mani Padme Hum
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. ^^
Kamis, 26 September 2013 0 komentar

Apa Itu Buddhisme Menurut Ilmuwan Pecinta Spiritualitas

Semoga Bacaan Singkat & Sederhana Ini Mampu Memberikan Ide2 Positif Bagi Kita Semua.
with metta, ika.


Buddhisme Selama Berabad-abad Telah Menjadi Tradisi Spiritual Yang Dominan Di Sebagian Besar Wilayah Asia, Termasuk Di Negara-negara Indocina, Juga Di Sri Lanka, Nepal, Tibet, Cina, Dan Jepang.
Seperti Halnya Hinduisme Di India, Buddhisme Memiliki Pengaruh Kuat Pada Kehidupan Intelektual, Budaya, Dan Seni Di Negara-negara Ini.
Namun, Tidak Seperti Hinduisme, Buddhisme Mengacu Kepada Seorang Pendiri Tunggal, Sidhartha Gautama, Yang Juga Disebut Buddha “Historis”.
Dia Hidup Di India Pada Pertengahan Abad Ke-6 SM, Suatu Periode Luar Biasa Yang Telah Melahirkan Begitu Banyak Jenius Spiritual Dan Filsuf: Confucius Dan Lao Tzu Di Cina, Zarathustra Di Persia, Dan Pythagoras Dan Heraclitus Di Yunani.

Jika Bumbu Penyedap Hinduisme Bersifat Mitologis Dan Ritual, Maka Bumbu Penyedap Buddhisme Sepenuhnya Bersifat Psikologis.
Buddha Tidak Tertarik Untuk Memuaskan Rasa Ingin Tahu Manusia Tentang Asal-Usul Dunia, Alam Dewa, Ataupun Pertanyaan-pertanyaan Serupa Lainnya.
Dia Khusus Berkonsentraqsi Dengan Situasi Manusia, Dengan Penderitaan-penderitaan Dan Keputusasaan-keputusasaan Umat Manusia.
Meskipun Demikian, Doktrinnya Bukan Merupakan Salah Satu Dari Metafisika Melainkan Psikoterapi.
Dia Menunjukan Asal-Usul Keputusasaan Manusia Dengan Cara Menghampirinya, Mengambil Konsep-konsep Tradisional India Tentang Maya, Nirvana, Dan Lain Sebagainya Demi Mencapai Tujuan Ini Dan Memberikannya Sebuah Tafsir Yang Segar, Dinamis Dan Relevan Secara Psikologis.

Setelah Buddha Wafat, Buddhisme Berkembang Menjadi Dua Ajaran Utama, Hinayana Dan Mahayana.
Hinayana Atau Kendaraan Kecil, Adalah Sebuah Ajaran Ortodoks Yang Setia Kepada Surat Ajaran Buddha; Sementara Mahayana Atau Kendaraan Besar, Menunjukan Sebuah Sikap Yang Lebih Luwes, Meyakini Bahwa Ruh Dari Doktrin Adalah Lebih Penting Dari Rumusannya Yang Asli.
Ajaran Hinayana Didirikan Di Ceylon, Burma, Thailand, Sementara Mahayana Menyebarluas Ke Nepal, Tibet, Cina, Dan Jepang, Dan Mungkin Menjadi Ajaran Paling Penting Dari Kedua Ajaran Ini.
Di India Sendiri, Selama Berabad-abad, Buddhisme Telah Terserap Oleh Hinduisme Yang Bersifat Fleksibel Dan Asimilatif, Dan Buddha Kemudian Diadopsi Sebagai Inkarnasi Dari Dewa Berwajah Banyak, Vishnu.
Karena Buddhisme Mahayana Menyebar Luas Ke Asia, Ia Terlibat Kontak Dengan Orang-orang Dari Beragam Budaya Dan Mentalitas Yang Berbeda, Yang Menginterpretasikan Doktrin Buddha Dari Sudut Pandang Mereka Masing-masing, Menelaborasi Beragam Pokok Yang Subtil Ke Dalam Begitu Banyak Detil Dan Menambahkan Ide-ide Asli Mereka Sendiri Ke Dalamnya.
Dengan Cara Ini Mereka Mempertahankan Buddhisme Untuk Tetap Hidup Selama Berabad-abad Dan Mengembangkan Filsafat-filsafat Yang Sangat Sempurna Dengan Pemahaman-pemahaman Psikologis Yang Mendasar.

Tingginya Tingkat Filsafat-filsafat Itu, Tidak Kemudian Menjadikan Buddhisme Kehilangan Gagasan Genuine-nya, Yakni Pemikiran-pemikiranabstrak spekulatif.
Seperti Umumnya Mistisisme Timur, Kekuatan Pikiran Dianggap Memiliki Makna Untuk Menjelaskan Bagaimana Cara Menggapai Pengalaman Mistik Langsung, Yang Oleh Buddhis Dinamakan “Penyadaran”.
Esensi Dari Pengalaman Ini Adalah Untuk Melampaui Jangkauan Dunia Dari Perbedaan-perbedaan Intelektual Dan Menentang Pencapaian Dunia Acintya, Yang Tak Dapat Dipikirkan, Dimana Realitas Muncul Sebagai “Sesuatu” Yang Tak Terbagi Dan Tak Terbedakan.

Berikut Adalah Pengalaman Siddharta Gautama Pada Suatu Malam, Setelah Menjalani Tujuh Tahun Disiplin yang Giat Di Dalam Hutan.
Duduk Dalam Meditasi Yang Khusuk Di Bawah Pohon Bodhi, Pohon Pencerahan yang Terkenal, Tiba-tiba Dia Mendapatkan Satu Wawasan Purna Dan Jawaban Pasti Tentang Seluruh Pencarian Dan Semua Keraguannya Yang Menjadikannya Seorang Buddha, Yakni Seorang “Yang Tercerahkan”.
Bagi Dunia Timur, Citra Buddha Dalam Meditasi Sama Signifikannya Dengan Citra Kristus Yang Di Salib Di Dnia Barat Dan Telah Mengilhami Begitu Banyak Seniman Di Seluruh Penjuru Asia Untuk Menciptakan Pahatan-pahatan Yang Indah Tentang Buddha Yang Bermeditasi.

Menurut Tradisi Buddhis, Buddha Pergi Ke Taman Rusa Di Benares Secepatnya Setelah Puncak Pencerahannya, Datang Untuk Mengkotbahkan Doktrin-doktrinnya Kepada Rekan-rekan Sepertapaan Yang Selama Ini Telah Membentuknya.
Dia Mengungkapkan Dalam Bentuk Yang Terkenal Sebagai Empat Kebenaran Agung, Sebuah Presentasi Yang Padat Tentang Doktrin Esensial Yang Tidak Seperti Pernyataan Seorang Dokter Fisik, Yang Mula-mula Mengidentifikasi Sebab Penyakit Manusia, Lalu Mengafirmasikan Bahwa Penyakit Tersebut Akan Dapat Disembuhkan, Dan Terakhir Meramalkan Kesembuhannya.

Kebenaran Agung Yang Pertama Menyatakan Karakteristik Terkemuka Dari Situasi Manusia, Dukha, Bahwa Penderitaan Atau Keputusasaan-keputusasaan Ini Berasal Dari Kesulitan Kita Dalam Menghadapi Fakta Dasar Kehidupan Bahwa Semua Yang Ada Di Sekitar Kita Adalah Fana Dan Sementara. “Semua Hal Muncul Dan Pergi (lahir dan mati),” Kata Buddha, Dan Paham Yang Mengalir Dan Mengubah Adalah Bambaran-gambaran Dasar Dari Kehidupan Yang Memiliki Akar Tunjang Dalam Buddhisme.
Penderitaan Muncul, Dalam Pandangan Buddhis, Kapanpun Ketika Kita Menolak Aliran Kehidupan Dan Mencoba Menganut Bentuk-benatuk Pasti Yang Kesemuanya Maya, Apakah Bentuk-bentuk Tersebut Berwujud Benda-benda, Peristiwa-peristiwa, Orang-orang, Maupun Ide-ide.
Doktrin Tentang Kefanaan Ini, Juga Berarti Bahwa Tidak Ada Ego, Tidak Ada Diri yang Merupakan Suyek Yang Kokoh Dari Pengalaman-pengalaman Kita Yang Beragam.
Buddhisme Berpegang Bahwa Ide Tentang Satu Sosok Diri Individu Yang Terpisah Adalah Ilusi, Sekadar Bentuk Lain Dari Maya, Sebuah Konsep Intelektual Yang Tidak Memiliki Realitas.
Konsep Yang Dianut Ini Mengarah Kepada Keputusasaan Yang Sama Sebagai Ketaatan Kepada Seluruh Kategori Pasti Yang Sangat lain Dari Pemikiran.

Kebenaran Agung Yang Kedua Selaras Dengan Penyebab Semua Penderitaan, Trishna, Yang Berarti Melekat Atau Memegang.
Ia Adalah Sesuatu Yang Memegang Sesuatu Yang Sia-sia Dari Kehidupan Yang Berdasarkan Pada Satu Sudut Pandang Yang Salah Yang Dinamakan Avidya, Atau Pengabaian Dalam Filsafat Buddha.
Di luar Pengabaian Ini, Kita Membagi Dunia Yang Tampak Menjadi Masalah-masalah Individu Dan Terpisah, Dan Kemudian Berusaha Untuk Menyempurnakan Bentuk-bentuk Cair Dari Realitas Ke Dalam Kategori-kategori Pasti Yang Diciptakan Di Atas Keputusasaan.
Mencoba Melekat Kepada Hal-hal Yang Kita Anggap Sebagai Sesuatu yang Kokoh Dan Teguh, Tetapi Sebenarnya Fana Dan Selalu Berubah-ubah, Berarti Kita Terjebak Ke Dalam Sebuah Lingkaran Jahat Dimana Setiap Perbuatan Menghasilkan Perbuatan Lagi Dan Jawaban Terhadap Pertanyaan Membuahkan Pertanyaan Baru.
Lingkaran Jahat Ini Dalam Buddhisme Dikenal Sebagai Samsara, Lingkaran Kelahiran Dan Kematian, Dan Ia Kemudikan Oleh Karma, Rantai Sebab Dan Akibat Yang Tak Pernah Berakhir.

Kebenaran Agung Ketiga Menyatakan Bahwa Penderitaan Dan Keputusasaan Dapat Berakhir.
Sungguh Mungkin Mengatasi Lingkaran Jahat Samsara, Membebaskan Seseorang Dari Ikatan Karma Dan Mencapai Suatu Keadaan Dari Pembebasan Total Yang Dinamakan Nirvana.
Dalam Situasi Seperti Ini, Paham-paham Palsu Tentang Sesosok Diri Yang Terpisah Selamanya Akan Musnah, Dan Kesendirian Dari Seluruh Hidup Telah Menjadi Sebuah Sensasi Yang Konstan.
Nirvana Setara Dengan Moksha Dalam Filsafat Hindu, Dan Menjadikan Kesadaran Berada Di Luar jangkauan Setiap Konsep Intelektual Dan Lebih Jauh Lagi, Ia Menentang Deskripsi.
Mencapai Nirvana Berarti Memperoleh Penyadaran Atau Menjadi Buddha

Kebenaran Agung Keempat Adalah Resep Buddha Untuk Mengakhiri Segala Penderitaan, Delapan Jalan Setapak Pengembangan Diri yang Menuntun Kepada Keadaan Menjadi Buddha.
Dalam Dua Bagian Pertama Dari Jalan Setapak Ini, Seperti Yang Telah Disinggung, Dipusatkan Dengan Mengetahui Dan Memahami Yang Benar; Yaitu Dengan Pemahaman yang Jelas Ke Dalam Situasi Manusia Yang Merupakan Titik Awal Yang Penting.
Empat Bagian Yang Berikutnya Selaras Dengan Perbuatan Yang Benar.
Keempat Jalan Ini Memberikan Peranan-peranan Kepada Cara Hidup Buddha, yang Merupakan Suatu Jalan Tengah Antara Titik-titik Puncak Yang Bertentangan.
Dua Bagian Terakhir Fokus Pada Kesadaran Dan Meditasi Yang Benar Dan Mendeskripsikan Pengalaman Mistik Langsung Dari Realitas yang Merupakan Tujuan Akhirnya.

Buddha Tidak Mengembangkan Doktrinnya Ke Dalam Sebuah Sistem Filsafat Yang Konsisten, Tetapi Menganggapnya Sebagai Makna Untuk Mencapai Pencerahan.
Pernyataan-pernyataannya Mengenai Dunia Disempurnakan Untuk Menekankan Kefanaan Semua “Benda”.
Dia Memaksakan Kemerdekaan Kekuasaan Spiritual, Termasuk Dirinya Sendiri, Konon, Bahwa Dia Hanya Mampu Menunjukan Jalan Menuju Menjadi Buddha, Sehingga Ketika Sampai Kepada Setiap Individu Untuk Menjejaki Jalan Ini Menuju Tujuan Harus Mengandalkan Kemampuan Mereka Sendiri.
Kata-kata Terakhir Buddha Di Atas Ranjang Kematiannya Merupakan Karakteristik Dari Pandangan Dunia Dan Sikapnya Sebagai Guru.
“Reruntuhan Tidak Dapat Bersatu Padu Dalam Benda-benda Yang Bercampur,” Katanya Sebelum Wafat, “Berusahalah Dengan Giat.”

Pada Abad-abad Pertama Setelah Mangkatnya Buddha, Beberapa Dewan Agung Dibentuk Oleh Para Pendeta Utama Buddhis Yang Memerintahkan Bahwa Keseluruhan Ajaran Harus Diceritakan Dengan Keras Dan Perbedaan-perbedaan Dalam Interpretasi Ditetapkan.
Pada Tahun Ke 4 Dari Dewan Ini, Yang Mengambil Tempat Di Pulau Sri Lanka Pada Abad Ke 1 Masehi, Doktrin Yang Telah Diajarkan Secara Lisan Selama Lebih Dari Lima Ratus Tahun Kembali Diingat Dan Untuk Pertama Kalinya Dicatat Dalam Bahasa Pali, Dikenal Sebagai Wahyu-wahyu Pali Dan Membentuk Dasar Ajaran Ortodoks Hinayana.
Di Satu Sisi, Ajaran Mahayana Didasarkan Pada Sejumlah Hal Yang Dinamakan Sutra, Salinan-salinan Tentang Dimensi Raksasa, Yang Ditulis Dalam Bahasa Sanskerta Pada Sekitar Satu Atau Dua Ratus Tahun Kemudian Dan Menghadirkan Ajaran Buddha Dalam Sekumpulan Cara yang Sangat Teliti Dan Subtil Dibandingkan Dengan Wahyu-wahyu Pali.

Ajaran Mahayana, Menyebut Dirinya Sendiri Sebagai Kendaraan Besar Dari Buddhisme Karena Ia Menawarkan Kepada Pengikutnya Sejumlah Metode Yang Beragam, Atau ‘Tujuan/Arti Berpengalaman/Kecakapan” Untuk Mencapai Keadaan Buddha.
Semua Ini Berbasis Dari Doktrin-doktrin Yang Menekankan Keyakinan Religius Dalam Ajaran-ajaran Mengenai Buddha, Untuk Mengelaborasi Filsafat-filsafat Yang Meliputi Konsep-konsep Yang Sangat Dekat Menghampiri Pemikiran Ilmiah Modern.

Penjelas Pertama Tentang Doktrin Mahayana, Dan Merupakan Salah Seorang Dari Pemikir Yang Palingn Hebat Di Kalangan Para Kepala Keluarga Buddhis, Adalah Ashvagosha, Yang HIdup Pada Abad Ke 1 M.
Dia Mengutarakan Pemikiran-pemikiran Fundamental Dari Buddhisme Mahayana-Khususnya Pemikiran-pemikiran Yang Berhubungan Dengan Konsep Buddhis Tentang “Sesuatu”-Dalam Sebuah Manuskrip Kecil Yang Berjudul The Awakening Of The Faith. Manuskrip Itu Berisi Untaian Ajaran Yang Sangat Indah, Yang Mengingatkan Kepada Satu Teks Bhagavad Gita; Sebuah Manuskrip Yang Menjadi Uraian Pertama Yang Paling Representatif Tentang Doktrin Mahayana Dan Telah Menjadi Handbook Di Seluruh Sekolah Buddhisme Mahayana.

Ashvagosha Barangkalai Memiliki Pengaruh Yang Kuat Atas Nagarjuna, Seorang Filsuf Mahayana Yang Paling Cerdas, Yang Menggunakan Dialektik Tinggi Yang Sempurna Untuk Menunjukan Keterbatasan-keterbatasan Seluruh Konsep Realitas.
Dengan Argumantasi-argumentasi Yang Cemerlang, Dia Merubuhkan Dalil-dalil Metafisik Zamannya Dan Mendemonstrasikan Bahwa Realitas, Pada Dasarnya, Tidak Akan Dapat Dicapai Dengan Konsep-konsep Dan Ide-ide.
Sejak Saat Itu, Dia Menamakannya Sunyata, “Kosong” Atau “Kehampaan”, Sebuah Istilah Yang Setara Dengan Tathata Atau “Sesuatu” Dari Ashvagosha; Ketika Ketidakbergunaan Seluruh Pemikiran Konseptual Disadari, Maka Realitas Dialami Sebagai Sesuatu Yang Murni.

Pernyataan Nagarjuna Bahwa Alam Esensial Dari Realitas Adalah Kehampaan Menyebabkan Ucapannya Itu Sering Dianggap Sebagai Pernyataan Seorang Nihilis.
Padahal Ia Hanya Bermaksud Bahwa Setiap Konsep Tentang Realitas Yang Dibentuk Oleh Pemikiran Manusia Pada Dasarnya Kosong.
Realitas Atau Kehampaan Itu Sendiri Bukan Merupakan Ketiadaan Sejati, Tetapi Sesuatu Yang Bersumber Dari Seluruh Kehidupan Dan Zat Inti Dari Setiap Bentuk.

Pandangan Buddhisme Mahayana Yang Ada Sejauh Ini Merefleksikan Sisi Intelektual Dan Spekulatifnya.
Meskipun Demikian, Hal INi Hanyalah Salah Satu Dari Sisi Buddhisme.
Kesadaran Religius Buddhis Meliputi Keyakinan, Cintam, Dan Keprihatinan.
Kebijakan Pencerahan Sebenarnya (bodhi) Dalam Mahayana Dianggap Sebagai Keadaan Yang Terdiri Dari Dua Elemen Yang Oleh DT Suzuki Diungkapkan Sebagai “dua Pilar Yang Menunjang Bangunan Besar Buddhisme” (two pillars supporting the great edifice of Buddhism).
Elemen-elemen Tersebut Adalah Prajna, Yang Merupakan Kebijaksanaan Transendental Atau Kecerdasan Intuitif, Dan Karuna, Yang Merupakan Cinta Atau Keprihatinan.

Tepatnya, Alam Esensial Dari Seluruh Benda yang Dideskripsikan Dalam Buddhisme Mahayana Tidak Hanya Lewat Istilah-istilah Metafisika Abstrak, Sesuatu Dan Kosong, Tetapi Juga Lewat Istilah Dharmakaya, “Tubuh Wujud” Yang Menggambarkan Realitas Ketika Ia MUncul Dalam Kesadaran Religius Buddhis.
Dharmakaya Mirip Dengan Brahman Dalam Hinduisme.
Ia Menembus Semua Materi Dalam Alam Semesta Dan JUga Direfleksikan Dalam Pikiran Manusia Sebagai Bodhi, Kebijaksanaan Pencerahan.
Jadi Dalam Waktu Yang Bersamaan, Ia Adalah Sesuatu Yang Bersifat Spiritual Dan Material.

Penekanan Pada Cinta Dan Keprihatinan Sebagai Bagian-bagian Esensial Kebijaksanaan Telah Menemukan Ungkapan Terkuatnya Dalam Tujuan Bodhisatva, Salah Satu Karakteristik Perkembangan-perkembangan Buddhisme Mahayana.
Seorang Bodhisatva Adalah Seorang Manusia Yang Tumbuh Pesat Berada Di Atas Jalan Untuk Menjadi Buddha, Yang Tidak Mencari Pencerahan Bagi Dirinya Sendiri Tetapi Telah Bersumpah Untuk Menolong Semua Wujud Lainnya Guna Mencapai Keadaan Buddha Sebelum Ia Memasuki Nirvana.
Asal-usul Ide Ini Berada Dalam Keputusan Buddha-Hadir Dalam Tradisi Buddhis Sebagai Kesadaran Dan Sama Sekali Bukan Merupakan Sebuah Keputusan Yang Mudah-Bukan Sekadar Masuk Nirvana, Tetapi Kembali Ke Dunia Dengan Maksud Menunjukan Jalan Setapak Menuju Penyelamatan Bagi Rekan Sesama Umat Manusianya.
Tujuan Bodhisatva Juga Konsisten Dengan Doktrin Buddhis Tentang Non-Ego, Karena Bila Ada Diri Individu Yang Terpisah, Ide Tentang Individu Yang Memasuki Nirvana Seorang Diri Pada Dasarnya Akan Sangat Tidak Masuk Akal.

Elemen Keyakinan, Pada Akhirnya, Ditekankan Ke Dalam Sesuatu yang JUga Dinakan Ajaran Tanah Murni Buddhisme Mahayana.
Dasar Dari Ajaran Ini Adalah Doktrin Buddhis Bahwa Alam Asli Dari Seluruh Umat Manusia Adalah Alam Asli Seorang Buddha, Dan Ia Berpegang Bahwa Dengan Tujuan Masuk Nirvana Atau Tanah Murni, Yang Harus Dilakukan Oleh Semua Orang Adalah Memiliki Keyakinan Terhadap Alam Buddha Orang Lain.

Puncak Dari Pemikiran Buddhis Telah Dicapai, Menurut Sebagian Besar Penulis, Dalam Sesuatu Yang Dinamakan Avatamsaka Yang Didasarkan Pada Sutra Dengan Nama Yang Sama.
Sutra Ini Dianggap Sebagai Pusat Dari Buddhisme Mahayana Dan Dipuji Suzuki Dalam Ungkapan Yang Sangat Antusias:
“ Adapun Sutra Avatamsaka, Sungguh Merupakan Kesempurnaan Pemikiran Buddhis, Perasaan Buddhis, Dan Pengalaman Buddhis. Menurut Saya, Tak Ada Literatur Religius Di Dunia Yang Pernah Bisa Mendekati Kebesaran Konsepsi Ini, Kedalaman Perasaan, Dan Skala Raksasa Dari Komposisi Seperti Yang Dicapai Suitra Ini. Ia Adalah Mata Air Abadi Kehidupan Dari Suatu Tempat Dimana Tak Ada Lagi Pemikiran Religius Yang Akan Mengubah Rasa Haus Atau Hanya Puas Secara Parsial “.

Sutra Inilah Yang Menstimulasikan Pemikiran-pemikiran Cina Dan Jepang Daripada Sesuatu Yang Lain, Ketika Buddhisme Mahayana Menyebar ke Seluruh Asia.
Di Satu Sisi Terdapat Perbedaan Menyolok Antara Cina Dan Jepang, Lalu Dengan India Di Sisi Lain; Perbedaan Itu Tampak Timpang Sehingga Mereka Dianggap Mewakili Dua Kutub Dari Pemikiran Manusia.
Sementara Pendiri Cenderung Bersikap Praktis, Pragmatis, Dan Sosial, Para Pengikut Justru Cenderung Bersikap Imajinatif, Metafisis, Dan Transendental.
Ketika Para Filsuf Cina Dan Jepang Mulai mengalihbahasakan Dan menginterpretasikan Avatamsaka, Salah Satu Manuskrip Terbesar Yang Telah Dihasilkan Oleh Jenius Religius India, Kedua Kutub Ini Bergabung Untuk Membentuk Sebuah Kesatuan Dinamis Yang Baru, Dan Hasilnya Adalah Filsafat Hua-Yen Di Cina Dan Filsafat Kegon Di Jepang, Yang Menurut Suzuki, “ Klimaks Dari Pemikiran Buddhis Yang Telah Berkemang Di Timur Jauh Selama Dua Ribu Tahun Terakhir “.

Tema Sentral Avatamsaka Adalah Kesatuan Dan Keterkaitan Dari Semua Benda Dan Peristiwa; Sebuah Konsepsi yang Tidak Hanya Sangat Esensial Dari Pandangan Dunia Timur Jauh, Tetapi Juga Merupakan Salah Satu Elemen Pandangan Dunia Yang Meluas Dalam Fisika Modern.
Kemudian Dianggap Bahwa Suitra Avatamsaka, Manuskrip Religius Kuno Ini, Menawarkan Paralel-paralel Yang Paling Tegas Kepada Model-model Dan Teori-teori Fisika Modern.


with metta, ika.
0 komentar

5 Murid Utama Wanita dan Consort dari Guru Padmasambhava

1. Mandarava - emanasi tubuh Vajra Varahi
2. Khandroma Yeshé Tsogyel – emanasi ucapan Vajra Varahi
3. Sakya Devi - emanasi pikiran Vajra Varahi
4. Kalasiddhi - emanasi kualitas VajraVarahi
5. Tashi Chidren - emanasi aktivitas Vajra Varahi

1. Putri Mandarava / Machig Drupa Gyalmo

Merupakan putri di India Utara dari Raja Vihardhara, Mandi, Zahor dan ratu Mohauki yang lahir pada abad ke-8 M dan pasangan dari Guru Padmasambhava. Mandarava merupakan emanasi dari tubuh Vajravarahi. Ia disebut juga sebagai “Putri Putih”. Nama Mandarava diambil dari nama bunga yang tumbuh di Tanah Suci Sukhavati.

Kelahirannya ditandai dengan berbagai tanda ajaib. Tanda-tanda spiritualnya telah muncul sejak ia masih muda.
Mandarava menolak untuk menikah dan lebih memilih untuk menjadi bhiksuni, padahal wajahnya cantik, sehingga banyak raja-raja India dan Tiongkok yang melamarnya. Ayahnya tidak setuju kalau ia tidak menikah dan Mandaravapun pergi dan akhirnya menjadi pengemis. Mandarava kemudian ditahbiskan oleh Bhiksu Shantarakshita. Raja Zahor kemudian setuju terhadap jalan yang ditempuh anaknya dan membangun sebuah kuil untuknya dan murid-murid wanitanya.

Ketika Guru Padmasambhava tiba di mandi dari Orgyen, Mandarava tiba-tiba pingsan ketika Sang Guru terbang di angkasa. Kemudian Mandaravapun menjadi muridnya. Namun gossip segera tersebar bahwa terjalin hubungan yang tidak benar antara Mandarava dengan Guru Padmasambhava. Sang raja, yang merupakan ayah dari Mandarava sangat marah mendengar hal tersebut dan memerintahkan penangkapan Guru Padmasambhava dan kemudian berusaha membakarnya hidup-hidup sebagai pengorbanan. Namun Sang Guru Padma diselamatkan oleh para Dakini dan api yang akan membakar Guru Padma berubah menjadi danau yang berasap selama 7 hari. Di hari yang kedelapan, sang raja menemukan Guru Padmasambhava berwujud sebagai bocah berumur 8 tahun duduk di atas teratai di tengah-tengah danau. Mandarava saat itu telah dilempar ke dalam lubang yang ditutupi oleh duri-duri. Sang raja yang menemukan bahwa anaknya masih hidup sangat berterima kasih dan akhirnya sang raja sendiri berusaha untuk mempersatukan kembali Guru Padmasambhava dengan Mandarava. Guru Padmasambhava dan mandarava benar-benar pasangan yang tidak dapat dipisahkan dan hubungan mereka sangat erat, setidaknya sebelum Guru padmasambhava pergi ke Tibet.

Guru Padma menetap selama beberapa waktu di Zahor dan setelah menjadikan orang-orang sebagai pengikut Buddhis, guru Padma dan Mandarava (yang telah berusia 16 tahun) pergi ke Gua Maratika di Heileshe, Nepal, di mana mereka mempraktekkan yoga keabadian dalam Mandala Amitayus. Guru Padmasambhava dan Mandarava kemudian mencapai tingkatan Vidyadhara. Dari Nepal mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Bangala, di mana Mandarava berubah menjadi Dakini berwajah kucing dan menjadikan masyarakat di Bengal sebagai umat Buddhis.

Mereka akhirnya kembali ke tanah asal mereka, namun karena tidak ada guru spiritual yang diakui di tanah asal mereka, maka Guru Padma dan Mandarava bersama-sama dibakar namun mereka sekali lagi tidak sedikitpun terluka. Maka dari itu Mandarava berubah menjadi Machig Drupa Gyalmo, ratu dari Orgyen Dakini. Orgyen adalah Tanah Suci para Dakini, tanah nirmanakaya Buddha. Ketika Guru padmasambhava pergi ke Tibet, Mandarava tetap menetap di India. Menjelang akhir hidupnya, Mandarava muncul di hadapan Tsogyel ketika bermeditasi di Phukmoche dan memohon agar Tsogyel mengajarkannya 27 sila rahasia yang Guru Padma tidak ajarkan di India.

Mandarava pernah memanifestasikan Sambhogakayanya di Roda Dharma di Tramdruk ketika berdialog tentang mantra dan mudra dengan Guru Padmasambhava. Mandarava kemudian akhirnya berhasil mencapai “Tubuh Pelangi”.

Mandarava tampil sebagai yidam panjang umur, memakai ornament layaknya bodhisattva dan kulitnya berwarna putih. Tangan kanannya memegang sebatang panah dengan berhiaskan panji yang menyimbolkan tradisi Dzogchen dan tangan kirinya memegang melong, cermin bundar yang menyimbolkan sifat dasar dari pikiran yang kosong dan bumpa, vas panjang umur. Mandarava duduk seperti layaknya Tara dengan kaki kanan diturunkan yang menyimbolkan kehendaknya menolong para makhluk hidup. Namun terkadang Ia digambarkan berdiri menari menyimbolkan aktivitas pencerahan dan seorang dakini. Apabila bersama dengan sang Guru, maka Mandarava berada di sebelah kiri Guru Padmasambhava.
Mandarava juga mempunyai banyak emanasi di antaranya adalah: yogini Mirukyi Genchen pada waktu Marpa, Risulkyi Naljorma pada waktu Nyen Lotsawa dan Drubpey Gyalmo pada masa rechungpa. Chusingi Nyemachen, pasangan wanita dari Maitripa adalah juga emanasi Mandarava. Niguma juga dianggap sebagai Mandarava. Melalui praktek dan ketekunannya, mandarava mencapai pencapaian spiritual yang seimbang dengan pencapaian Guru padmasambhava, sehingga mendapatkan gelar Machig Drupa Gyalmo. Mandarava juga pernah menolong Kalasiddhi ketika masih kecil.

2. Yeshe Tsogyal (Dechen Gyalmo)
Ia adalah pasangan wanita dari Tibet dan murid utama dari Guru Padmasambhava. Tsogyal adalah emanasi dari ucapan Vajravarahi. Tsogyal banyak mendapat ajaran yang langka dari Guru Padmasambhava. Terkadang digambarkan dalam bentuk Nirmanakaya dengan pakaian Tibet sehari-hari, duduk dan memegang Kartri dan kapala. Ia disebut juga Dechen Gyalmo dengan wujud bertubuh merah dalam posisi berdiri dan memegang damaru di tangan kanannya yang diangkat dan Kartri di tangan kirinya. Yeshe Tsogyel juga dikenal sebagai emanasi dari Dewi Sarasvati dan reinkarnasi dari Dorje Phagmo.

Yeshe Tsogyal (777-837 M) terlahir di antara keluarga kerajaan Kharchen di Taiyespa. Ayahnya bernama Namkhai Yeshe dan ibunya bernama Gewabum. Ketika ia terlahir, semburan air segar tiba-tiba muncul dari dalam tanah dan akhirnya membentuk sebuah kolam tepat di sebelah rumahnya. Kolam atau danau tersebut kemudian dikenal dengan nama “Lha-tso”, Danau Ilahi, yang kemudian menjadi tempat ziarah oleh para umat dari generasi ke generasi.

Ia tumbuh lebih cepat dari anak-anak lain. Ketika bermain dengan anak-anak lain, ia meninggalkan bekas telapak tangan dan kakinya pada batu-batu. Sifatnya welas asih dan selalu siap menolong siapa saja. Pikirannya tajam dan memiliki Bodhicitta. Ia juga berkeyakinan pada Triratna dan rajin melaksanakan meditasi sehingga pikirannya menjadi seimbang. Semua yang melihatnya menjadi senang. Banyak orang ebrusaha melamarnya pada saat ia berumur 13 tahun. Namun orangtua tsogyel tidak mau memberikan anaknya. Tsogyel selalu ingin lebih banyak belajar dan menolong orang. Ia ingin mendapatkan kebijaksanaan yang diraih Sang Buddha.

Namun hidup Yeshe Tsogyal juga tak terlepas dari kendala. Ia diperkosa oleh pelamarnya yang pertama sendiri dan bertengkar dengan yang kedua. Ia juga melarikan diri dari pelamarnya yang kedua.

Ketika popularitasnya dan welas asihnya diketahui seluruh Tibet, Trisong Deutsen yang mendengar tentangnya langsung mengirim menterinya ke rumah Tsogyel untuk meminta dan menyerahkan Tsogyel kepada raja. Ketika Tsogyel mendengarnya, ia berlari dari rumah ke tempat yang terpencil. Ia melepas semua permatanya, menghancurkannya sampai menjadi debu dan melemparkannya ke sepuluh penjuru. Ia berdoa kepada Buddha dan Bodhisattva agar menghilangkan rintangannya dalam mencapai pencerahan.

Ketika ia berdoa, anak laki-laki berumur 16 tahun muncul dengan mala di tangan kanannya. Ia berkata bahwa menangis dan merusakkan perhiasan tidak akan membantunya. Anak laki-laki tersebut berkata bahwa engkau harus terus berdoa pada Buddha dan Bodhisattva tanpa hentinya. Doamu akan didengar dan harapanmu akan terkabul. Kemudian laki-laki tersebut berkata, “Ikutlah aku dan aku akan menunjukkan jalan menuju pencerahan. Ia mengambil tangan Tsogyel dan secara tiba-tiba mereka sudah berada di tempat terpencil di Tsang namun indah dan tenang.

Anak laki-laki itu sebenarnya adalah manifestasi Guru Padmasambhava. Anak tersebut mengajarkan pada Tsogyel tentang hidup dan samsara. Ia memberitahu agar Tsogyel tetap berada di tempat itu. Tsogyel bertanya kepadanya bagaimana ia akan praktek setelah ia (anak laki-laki) pergi. Anak laki-laki tersebut memberikan instruksi tentang sifat alami pikiran dan memberitahunya bagaimana untuk berpraktek. Tsogyel berterima kasih padanya dan bertanya siapa dan dari mana sebenarnya anak laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut berkata, “Aku datang dari Dharmakaya dan apapun yang aku katakan padamu engkau harus praktekkan.” Yeshe Tsogyal memintanya untuk tinggal, namun anak laki-laki tersebut harus pergi sekarang, karena ia tak bisa berlama-lama, nanti tiba saatnya mereka dapat bersama. Setelah itu anak laki-laki tersebut menghilang.

Yeshe Tsogyel merasakan kesedihan sekaligus kegembiraan. Ia bingung apakah itu nayata atau mimpi. Namun ia sadar itu bukanlah mimpi. Ia sangat senang berada di tempat yang indah. Ia menjadikan tanaman liar sebagai makanannya dengan tak lupa minuma ir yang tersedia di daerah tersebut. Ia terus berlatih dan tumbuh beberapa pemahaman dalam dirinya. Terkadang ia bermeditasi di luar dan terkadang di dalam gua apabila hujan tiba.

Orang tua Tsogyel menyalahkan menteri tersebut atas hilangnya anak mereka. Namun menteri tersebut tidak tahu apa-apa dan ia melapor pada raja atas apa yang terjadi. Sang raja kemudian memerintahkan banyak orang untuk mencarai Yeshe Tsogyal di seluruh Tibet dan membawanya kembali. Bagi siapapun yang berhasil akan mendapatkan imbalan yang sesuai.

Beberapa peziarah menemuklan Yeshe Tsogyal sedang bermeditasi. Mereka kagum melihat gadis secantik itu berada di tempat yang terpencil. Setelah bercakap-cakap dengan tsogyel, mereka memberikannya tsampa dan theh. Setelah itu para peziarah itu menyebarkan berita bahwa ada seorang bhiksuni yang bermeditasi di sebuah tempat terpencil ketika mereka kembali ke desa.
Menteri raja mendengar hal tersebut dan tiba di tempat Yeshe Tsogyal. Ia mengajak Tsogyel untuk tinggal di istana yang mewah ketimbang di tempat terpencil dan liar seperti itu. Namun Tsogyel menolak karena ia ingin mempraktekkan Dharma. Namun akhirnya sang menteri memaksa membawa Tsogyel kepada raja tanpa memperdulikan tangisannya. Pada saat siang ia membawa Tsogyel dan malamnya Tsogyel dijaga dengan ketat. Dengan cara ini ia diambil dan ditempatkan di kediaman raja Trisong Deutsen. Kemudian raja tersebut memberikannya pada Guru Padmasambhava yang datang ke Tibet.

Guru Padmsambhava kemudian membebaskannya dan Tsogyal pun menjadi muridnya. Baru saat itu ia merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Pada saat Yeshe Tsogyal berumur 16 tahun, tepatnya pada tahun 749 M, ia menerima inisiasi dari Guru Padma yang memberinya nama Dechen Gyalmo, di mana bunganya jatuh ke dalam Mandala Vajrakilaya dan dengan mempraktekkan sadhana yang benar, Tsogyal dengan cepat meraih berbagai pencapaian termasuk siddhi di mana ia bisa mengingat segala ajaran Guru Padma tanpa ditulis terlebih dahulu. Tsogyal kemudian menerima semua ajaran Guru Padmasambhava dan menjadi penerus garis silsilahnya.
Yeshe Tsogyal kemudian berusaha untuk kebahagiaan semua makhluk. Ia pergi ke alam neraka dan membebaskan para makhluk disana. Guru padma juga mengirim Tsogyel untuk membebaskan seorang Acharya di Nepal. Bahkan Yeshe Tsogyal juga mengampuni dan memberikan pencerahan bagi para perampok yang memperkosanya.
Yeshe Tsogyal juga mempunyai ingatan yang tajam sehingga memungkinkannya untuk mengingat sejumlah besar isi teks tanpa kesulitan. Keseluruhan ajaran Khadro Nyingtig tersimpan dalam ingatannya.

Putri Yeshe Tsogyal kemudian pergi menuju Nepal pada tahun 795 M untuk mencari seorang Acharya sebagaimana yang diminta oleh Guru Padmsambhava. Ia menemukan seorang laki-laki yang masih muda yang kemudian ia sadari bahwa laki-laki tersebutlah yang dimaksud Guru padmasambhava sebagai Acharya. Laki-laki tersebut bernama Atsara Sahle. Namun orang tua Sahle memberikan syarat bahwa mereka akan memberikan anak mereka pada Guru Padmasambhava apabila tsogyel memberi mereka sejumlah uang emas. Tsogyel menyanggupinya dan mendapatkan emas seetalh membangkitkan kembali anak dari sebuah keluarga dari kematian. Setelah itu orang tua Sahle pun setuju menyerahkan anaknya. Atsara Sahle kemudian menjadi pujaan hati dan pasangan dari Yeshe Tsogyal. Tsogyel dan pasangannya pergi melakukan perjalanan ke berbagai gua pertapaan dan mereka rajin melakukan Sadhana.

Tsogyal mempunyai kepribadian yang lebih kokoh ketimbang pasangannya, karena sejak kecil ia sudah menderita. Ia sudah mempunyai ketetapan hati dalam meraih pencerahan. Yasodhara juag mempunyai rasa cinta kasih dan kebaikan yang besar. Atsara Sahle berasal dari lembah Kathmandu, di mana ia tidak pernah merasakan udara dingin Tibet yang menusuk. Oleh karena itu lebih sulit baginya untuk menjalankan pertapaan di gunung-gunung yang tinggi. Namun mereka berusaha sebaik-baiknya yang mereka bisa untuk mencapai pencapaian spiritual.
Dan tibalah suatu saat, di mana Tsogyal tinggal sendirian di gua Nering Senge dan pasangannya ketika itu pergi ke tempat yang iklinya lebih hangat. Tsogyal kemudian harus mulai menghadapi segala iblis dalam pikirannya. Dengan tetap bermeditasi, ia mengatasi segala macam iblis yang datang kepadanya baik itu iblis pikiran maupun iblis-iblis lain yang menakutkan, penuh nafsu maupun yang jahat. Tsogyal harus menghadapi mereka selama berhari-hari hingga akhirnya ia berada dalam kedamaian dan ketenangan batin. Brahma juga datang mengetes welas asih Tsogyel dengan cara menyamar menjadi seorang penderita kusta.

Setelah itu, di gua terpencil di Paro Taksang, dataran tinggi Bhutan, dengan pasangannya Atsara Sahle, ia mendisiplinkan dirinya melalui puasa, meditasi yang panjang dan praktek spiritual yang bernama karmamudra, untuk menyatukan positif dan negatif bindu dari Cakra hati dan sistem saraf (nadi), tempat di mana 5 energi biologis (vayu) utama dan 5 energi biologis sekunder berasal; dan dengan tujuan untuk mengkristalkan keseluruhan keberadaannya sebagai basis dari inti tubuh vajra. Melalui penyatuan yang tepat antara inti syaraf yang dihaluskan (bindu merah dan putih) dengan melepaskan ikatan psikologis yang terakhir pada Chakra hati, maka pencapaian ke-Buddhaan dalam masa waktu satu kehidupan dapat tercapai.

Di Paro Taksang, setelah mencapai tujuannya dengan usaha yang sangat tekun dan rajin, Yeshe Tsogyal mencapai tingkatan Vidyadhara, di mana Ia mengimbangi pencapaian Guru Padmasambhava. Dan dari itu ia mencapai tahap dasar dari pencerahan.

Setelah itu bersama dengan Guru Padmsambhava, Tsogyal melakukan perjalanan mengelilingi Tibet membabarkan Dharma, memberkati bebagai lokasi dan menaruh berbagai terma. Kemudian ia menjalankan rtreat meditasi di tempat terpencil tahun 796 M dan tidak keluar sampai pada tahun 805 M, setelah Guru Padmasambhava meninggalkan Tibet. Namun sekarang ia kembali sebagai Buddha Yang Tercerahkan. Dan pada tahun 837 M, ia menembus keberadaan duniawinya dan dengan tubuhnya menuju Tanah Suci dari Gunung Merah, tempat Guru Padmasambhava berada.
Biografi Yeshe Tsogyal ada dalam teks “Autobiografi Rahasia Yeshe Tsogyal” yang ditulis oleh Namkhai Nyingpo (abad 9 M). Biografi tersebut ada dalam bentuk terma. Yeshe Tsogyal sendiri juga menulis tentang biografi Guru Padmasambhava.

3. Putri Sakyadevi

Putri Belmo Sakyadevi adalah anak dari Raja Sukkhadhara (Punyedhara?) dari Nepal dan emanasi dari pikiran Vajravarahi. Ibunya meninggal pada saat melahirkan dan ia digantikan oleh ratu selanjutnya dan ditinggalkan oleh kaum kerajaan. Sakyadevi dibawa ke pemakaman bersama dengan jasad ibunya dan ditinggalkan di sana. Kemudian ia dirawat oleh para monyet namun tangan dan kakinya berselaput.

Saat Sakyadevi tumbuh, ia menjadi Yogini dan bertempat tinggal di dekat Parphing, di pegunungan di luar Lembah Kathmandu. Di Vihara Sankhu, sebelah timur laut dari lembah Kathmandu, ia bertemu Guru Padmasambhava dan menjadi murid wanita Guru Padmasambhava dan menerima ajaran darinya. Keduanya hidup di gua yogi Yanglesho di mana mereka menguasai praktek Vajrakilaya dan Mahamudra dengan menggunakan mandala Yangdak dan Dorje Phurba. Ketika Tsogyel berkunjung ke Yanglesho beberapa tahun kemudian, Sakyadevi masih tinggal di sana sebagai yogini. Ia kemudian mencapai “Tubuh Pelangi” sebagai seorang yang telah terealisasi menjadi Buddha. Ia juga mencapai Mahamudra dan menguasai zap-lam yoga, togal yoga dan yoga tidur(mimpi?).

Rakyat Tibet meyakini bahwa Raj Kumari, “Dewi Hidup” dari Basantapur Kumari Bahal di Kathmandu yang terkenal itu, adalah emanasi dari Sakyadevi.


4. Kalasiddhi

Belwong Kalasiddhi dari Nepal adalah anak gadis dari penenun Bhadana dan Nagini di kota Balbong Jur. Nama aslinya adalah Dakini. Pada saat itu memang Nepal terkenal dengan kain wolnya. Ibunya meninggal karena kelaparan dan dia dibuang dan ditinggalkan bersama tubuh ibunya di pemakaman oleh ayahnya sendiri.

Seorang wanita Yogini bernama Mandarava yang ketika itu berwujud harimau wanita, menemukan bayi Kalasiddhi yang sedang menyusu pada ibunya yang telah meninggal. Kemudian Mandarava menyelamatkannya dari kondisi kritis dan membesarkannya, mengajarkannya berbagai ajaran rahasianya. Ketika remaja, Dakini bekerja memintal benang pada siang hari dan menenunnya pada malam hari. Kalasiddhi akhirnya mendapat pentahbisan dari Bhiksu Sakyadeva. Setelah Kalasiddhi mencapai pencerahan, Ia meneruskan silsilahnya kepada anak laki-laki petani yang akan menjadi Guru besar Vajrahunkara.

Dalam tradisi terma dari Terton Tagsham, Kalasiddhi bertemu dan menjadi murid dari Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal. Ketika berumur 14 tahun, Dakini ditemukan oleh Tsogyel yang saat itu melakukan perjalanan keduanya ke Nepal untuk mengajarakan sila rahasia dari Guru Padmasambhava. Tsogyel memberinya nama Kalasiddhi. Di Mangyul, menyebrangi batas Tibet dari Trishuli-kola, Kalasiddhi menerima inisiasi dalam Tantra Lama Mandala dan setelah ia mempraktekkan meditasi dengan tekun dan rajin, kalasiddhi akhinya mencapai siddhi. Kalasiddhi juga menemani Tsogyel ke istana Mutri Tsenpodi Samye dan tempat retreat di Chimpu di mana ia bertemu dengan guru Padmasambhava. Guru Padmsambhava segera merasakan bahwa Kalasiddhi memiliki potensial sebagai mudra dalam prakteknya untuk mengembangkan tantra di Tibet dan meminta Tsogyel untuk memberikan Kalasiddhi padanya. Setelah itu dalam waktu yang singkat, Guru Padmasambhava pergi ke arah Barat daya dan meninggalkan Kalasiddhi di bawah bimbingan Tsogyel.

Kalasiddhi berhasil mencapai Pencerahan Sempurna dari Pemegang Ajaran (Vidyadhara). Ia adalah emanasi dari kualitas Vajravarahi. Sebagai tanda perpisahan, Tsogyel memberikan instruksi zap-lam secara detail pada Kalasiddhi.

5. Tashi Khyidren / Mangala

Tashi (abad ke-8 M) adalah murid wanita Guru Padmasambhava yang berasal dari Bhutan. Ia adalah pemberian dari Bhutan kepada Padmasambhava untuk dijadikan murid-Nya dan membantunya menyebarkan Dharma melalui Tantra. Ia adalah anak dari Raja Kerajaan Iron (Shinduraja), yang mengundang Guru Padmasambhava ke Bhutan untuk menyembuhkan penyakitnya. Sumber lain mengatakan ia adalah anak dari Raja Hamra. Di usianya yang ketiga belas, Tashi bertemu dengan Yeshe Tsogyal yang saat itu sedang bermeditasi di Gua Nering Drak dan sering menjadi sasaran tipu muslihat para iblis lokal. Penuh kekaguman terhadap yogini tersebut, Khyidren kemudian selalu membawakan susu dan madu untuk Yeshe Tsogyel. Setelah Tsogyel berhasil menundukkan para iblis dan penduduk lokal yang memusuhinya, ayah Khyidren memberikan hormat padanya dan Tsogyel meminta anaknya, Khyidren. Raja Hamra memenuhi permintaannya dan Tsogyel mengganti nama Khyidren menjadi Chidren. Tak lama kemudian, Khyidren pergi menemani Tsogyel menuju ke Womphu Taktsang di Tibet untuk menemui Guru Padmsambhava.

Padmasambhava meminta Tsogyel agar membawa Khyidren kepadanya agar ia dapat melakukan mudra dalam inisiasi Dorje Phurba, di mana Guru Padmasambhava lakukan untuk melindungi Tibet. Khyidren berperan sebagai pasangan kedua dalam inisasi ini. Dalam simbolisasi Phurba-Tantra, Khyidren disimbolisasikan sebagai macan wanita yang ditunggangi Phurba dan pasangannya (Padmasambhava dan Tsogyel) dalam menakukkan para dewa dan iblis di Tibet.Setelah meninggal, Khyidren juga berinkarnasi kembali menjai anak perempuan Machig Labdron.

Dan satu lagi murid wanita Guru Padmasambhava:

Lacham PemaSel

Lacham PemaSel (Pematsal) adalah anak perempuan dari Raja Trisong Deutsen dari Tibet dan Ratu Dromza Changchub. Pada saat berumur delapan tahun, ia sakit dan mati. Padmasambhava, yang pada saat itu berada di istana kerajaan, dipanggil. Ia tiba-tiba datang ke ruangan di mana Lacham PemaSel terbaring dan menulis huruf ‘Nri’ berwarna merah di hatinya dangan mengucapkan mantra. Memasuki kesadaran tak sadarkan diri(Antarabhava?), Guru Padmasambhava memanggil kembali kesadarannya dan mengembalikan hidup ke tubuhnya. Keajaiban membangkitkan orang mati ini menghebohkan istana dan mengakibatkan Sang Raja memiliki keyakinan yang absolut terhadap kekuatan Guru Padmasambhava.

Setelah Lacham bangkit dan dapat berbicara, Guru Padmasambhava menganugrahkan inisiasi Khadro Nyingt'ig, instruksi esoterik yang langka. Di kehidupan yang selanjutnya sebagai yogi laki-laki Peme Ledrel Tsal (1291-1315) ajaran Padmasambhava mengembalikan kesadarannya untuk bangun kembali. Kesadarannya terus bereinkarnasi dan akhirnya mencapai realisasi sebagai Guru Agung tradisi Nyingma yaitu Longchenpa (1308-1363).
Minggu, 15 September 2013 5 komentar

Tata Cara Sadhana Catur Prayoga Yang benar ( Cen Fo Zhong)

Catur Prayoga merupakan dasar dari Sadhana Cen Fo zhong,Tata sadhana Guru Yoga, & Yidam Yoga juga  memiliki urutan yang sama dengan catur prayoga hanya mengganti dengan Guru atau Yidam sebagai Objek. Berikut ini adalah cara Sadhana catur prayoga yang benar  , Semoga Berguna Om Mani Padme Hum.

 Lianhua andy  .

 1. Mengawali Sadhana


Pertama-tama kosongkan pikiran dan lakukanlah langkah berikut 3x:

Ambil nafas panjang dengan perlahan dan tahan sebentar. Setelah itu sebarkan sinar tersebut ke seluruh tubuh Anda.  Saat Anda merasakan angin atau sinar bergerak mendorong di bawah lapisan kulit Anda, bayangkan seluruh pori-pori tubuh Anda membuka bagaikan bunga yang sedang mekar, lalu hembuskanlah nafas sambil memancarkan sinar – Anda bagikan sinar putih tersebut dengan semua insan di sekeliling Anda, dan semua insan kemudian berubah menjadi cahaya.

Kemudian, visualisasikan Silsilah Satya Buddha – Namo Buddha Vairocana, Buddha Locani, Buddha Amitabha, Padmakumara, Buddha Hidup Lian-sheng, muncul dari Alam Semesta, bersama-sama memancarkan sinar pada semua yang hadir.
Mudra Padmakumara
Bentuklah Mudra Padmakumara dan japalah mantra Guru Akar versi panjang:
OM. AH. HUM. GURU BEI. A-HE-SHA-SA-MA-HA. LIEN-SHEN. SIDDHI. HUM. (7x)
Bayangkan semua insan dari 6 alam samsara turut bergabung bersama Anda dalam sesi sadhana ini. Berdoalah pada Guru Akar dan semua dewata supaya memberkati kita semua sehingga semua hal menjadi mujur nan sempurna.
Mudra Mengundang: 
Tepuk tangan (2x), lalu silangkan tangan dan petikkan ibu jari dengan jari tengah.


2. Mantra Pemurnian

Saat menjapa masing-masing mantra, bayangkan bagian tubuh yang bersangkutan bersinar terang.

Memurnikan Ucapan:
OM, SYULI SYULI, MAHA SYULI, SYUSYULI, SOHA.

Memurnikan Tubuh:    
OM, SYUTOLI, SYUTOLI, SYUMOLI, SYUMOLI, SOHA.

Memurnikan Pikiran:    
OM, WADZILA DAM, HO HO HUM.

Mantra Dewa Bumi:  
NAMO, SAMMANTO, MOTOHNAM, OM, TULU TULU TEIWEI, SOHA.


3. Mantra Pengundangan

Bayangkan Anda memancarkan sinar putih yang sangat cemerlang kepada Alam Semesta layaknya sedang menjulurkan kedua tangan Anda untuk dengan rendah hati memohon Guru Akar dan para Dewata turun ke dan memuliakan altar kita, menerima persembahan kita, dan memberkati semua usaha kita.

Recite: OM AH HUM, SOHA. (3x)

Dengan tulus mengundang:
Namo Guru Akar Bermahkota Merah nan Suci Buddha Hidup Lian-sheng.
Namo Maha Padmakumara Putih.
Namo Buddha Sinar Bunga Teratai yang Leluasa.
Namo Para Guru Silsilah Satya Buddha yang penuh welas asih.
Namo Lima Dhyani Buddha dan para dewata yang hadir di altar.
Namo Tripitaka dan 12 Sutra.
Namo Para Buddha, Bodhisattva dan Pelindung Dharma dari 3 masa, 10 penjurunya dan yang dipuja di altar ini dan sekitarnya.

4. Penghormatan Agung (Maha Namaskara)


Mudra Altar Buddha
Pertama kali, memberikan penghormatan kepada Guru Akar dan semua Buddha dari semua masa dan penjuru dengan menggunakan Mudra Altar Buddha.

Bayangkan di angkasa raya di hadapan Anda: Guru Akar, semua guru silsilah, delapan Yidam utama, Buddha, Bodhisattva dan Pelindung Dharma – mereka semua menampakkan diri bagai bintang-bintang yang berkerdipan memenuhi angkasa raya.

[Kiri-Kanan] Menyentuh Kening – Tenggorokan – Hati
Sentuhkan Mudra Altar Buddha ke kening, dan bayangkan Guru Akar memancarkan sinar putih dari titik kening-Nya ke kening Anda.
Kemudian sentuhkan Mudra tersebut ke tenggorokan, dan bayangkan Guru Akar memancarkan sinar merah dari tenggorokan-Nya ke tenggorokan Anda.
Kemudian sentuhkan Mudra tersebut ke hati, dan bayangkan Guru Akar memancarkan sinar biru dari hati-Nya ke hati Anda.
Sentuhkan kembali Mudra tersebut ke kening Anda dan leraikanlah.

Bila menggunakan namaskara visualisasi: bayangkan diri Anda bersujud secara penuh di lantai untuk memberikan penghormatan kepada Guru Akar dan semua Buddha dari segala masa dan penjuru.

Mudra Teratai
Kedua adalah memberikan penghormatan kepada semua Bodhisattva dan Mahasattva dengan menggunakan Mudra Teratai. Lakukan seperti langkah-langkah di atas dengan menggunakan Mudra Teratai.

Mudra Vajra
Ketiga adalah memberikan penghormatan kepada semua Heruka dan Pelindung Dharma dengan menggunakan Mudra Vajra. Lakukan seperti langkah-langkah di atas dengan menggunakan Mudra Vajra.

Mudra Kesetaraan
Keempat adalah setengah membungkuk dengan menggunakan Mudra Kesetaraan. Sentuhkan mudra di kening, lalu membungkuklah. Setelah kembali meluruskan badan, leraikanlah mudra tersebut.

5. Mandala Persembahan Agung

Mudra Mandala Persembahan
Bentuklah dan kemudian letakkan Mudra Persembahan di depan dada. Setelah melakukan visualisasi di bawah ini, sentuhkan mudra di kening sebelum meleraikannya.
Visualisasi: 
Bayangkan semua persembahan di altar berubah menjadi banyak, dari sebaris kemudian berlipatganda meluas dan memenuhi seluruh alam semesta.

Anda persembahkan kepada Guru Akar, semua guru silsilah, delapan yidam utama Satya Buddha, semua Buddha – Bodhisattva & Mahasattva – Pelindung Dharma dari tiga masa dan semua penjuru.

Bayangkan mereka semua menerima persembahan kita dengan senang hati dan Alam Semesta dipenuhi dengan Sinar Kuning Keemasan.
Lalu bayangkan benang-benang sinar berwarna putih turun bagai hujan dari Angkasa Raya. Saat menyentuh para insan di 6 alam samsara, insan-insan ini berubah menjadi sinar-sinar yang beraneka warna, dan kita juga bisa mendengar suara tawa mereka yang menandakan mereka menerima persembahan Anda dengan senang hati juga!
Bacalah Ayat Persembahan berikut:   
Gunung Sumeru bersama dengan Empat Benua, Matahari dan Bulan,
Berubah menjadi harta yang berharga dan dipersembahkan kepada para Buddha.
Semoga pahala kebajikan tak terhingga yang muncul dari persembahan berharga ini
Segera menghapus karma buruk demi merealisasikan Kebuddhaan.

Japalah Mantra Persembahan:  
OM, SAERWA, TATHAGATA, EEDAMUH, GURU LANA, MENCHALA, KAN, NELEYEH, DAHYEMI.

6. Empat Perlindungan (Empat Sarana)


Bayangkan Guru Akar, semua guru silsilah, semua Buddha, Dharma, dan Sangha melebur menjadi sinar putih yang sangat cemerlang yang memberkati Anda. Sinar tersebut memenuhi diri Anda dan kemudian Anda bagikan dengan semua insan di sekeliling Anda!

Japalah Mantra Empat Sarana:
NAMO GURU-BEI, NAMO BUDDHA-YE, NAMO DHARMA-YE, NAMO SANGHA-YE. (3x)


7. Perisai Perlindungan


Jari-jari membentuk Mudra Vajra dan diletakkan di depan kening. Bayangkan Anda menarik sinar putih cemerlang dari Alam Semesta, ia memenuhi dan menyelimuti diri Anda.

Mudra Vajra
Japalah Mantra Perisai Pelindung:  OM, BO LI LAN ZE LI. (7x)

Setelah menjapanya, sentuhkan mudra tersebut ke titik kening, kemudian tenggorokan, hati, bahu kiri, bahu kanan, kemudian kembali ke kening. Bayangkan diri Anda menjadi Vajra Bersilang yang bersinar.

Vajra Bersilang (Vishva-Vajra)
Kemudian bayangkan Anda menembakkan sinar biru cemerlang ke atas dan tariklah lagi ke bawah ke arah depan – belakang – kanan – kiri, mengitari Anda. Empat sinar biru kemudian berputar searah jarum jam membentuk kolom silinder di sekitar Anda. Bayangkan ia berputar terus-menerus – ini berarti para Pelindung Dharma sedang melindungi Anda di segala waktu.
Saat meleraikan mudra, berterimakasihlah kepada semua Pelindung Dharma yang selalu melindungi Anda tanpa henti.

8. Sutra Maharaja Avalokiteshvara (Gao Wang Jing)

Maharaja Avalokiteshvara Mengenakan
Mahkota 7 Buddha
Bayangkan di dalam Chakra Hati Anda muncul bunga teratai berkelopak delapan yang berwarna putih susu dan memancarkan sinar cemerlang. Maharaja Avalokiteshvara berada di atas teratai ini. Di sekelilingnya adalah para Buddha dan Bodhisattva dari sutra ini.
Bayangkan mereka semua sebagai titik-titik sinar terang atau sinar-sinar bintang yang gemerlap berkedip terus. Saat Anda menjapakan tiap-tiap nama mereka, gemerlapnya menjadi semakin cepat dan sinarnya juga menjadi semakin terang dan terang lagi.
Pertahankan visualisasi ini sambil membaca sutra, atau bila Anda membacanya lebih dari sekali maka bayangkan Anda perlahan-lahan membesar dan melebur dengan Alam Semesta.


觀世音菩薩。
Namo Guan Shi Yin Pu Sa.
Namo Avalokitesvara Bodhisattva.

南無佛。南無法。南無僧。
Namo Fo. Namo Fa. Namo Seng.
Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya.

佛國有緣。
Fo Guo You Yuan.
Aku berjodoh dengan Tanah Suci Buddha, dan

佛法相因。
Fo Fa Xiang Yin.
Aku beryoga dengan Dharma Buddha.

常樂我淨。
Chang Le Wo Jing.
Aku selalu diliputi kebahagiaan, kesucian dan kedamaian.

有緣佛法。
You Yuan Fo Fa.
Aku berjodoh dengan Dharma Buddha.

南無摩訶般若波羅蜜。是大神咒。
Namo Mohe Boye Boluomi. Shi Da Shen Zhou.
Namo Maha Prajna Paramita, mantra spiritual yang agung.

南無摩訶般若波羅蜜。是大明咒。
Namo Mohe Boye Boluomi. Shi Da Ming Zhou.
Namo Maha Prajna Paramita, mantra kebijaksanaan agung.

南無摩訶般若波羅蜜。是無上咒。
Namo Mohe Boye Boluomi. Shi Wu Shang Zhou.
Namo Maha Prajna Paramita, mantra yang terunggul.

南無摩訶般若波羅蜜。是無等等咒。
Namo Mohe Boye Boluomi. Shi Wu Deng Deng Zhou.
Namo Maha Prajna Paramita, mantra yang tiada bandingannya.

南無淨光秘密佛。
Namo Jing Guang Mi Mi Fo,
Namo Buddha Misteri Sinar Suci,

法藏佛。
Fa Zang Fo,
Buddha Sang Keranjang Dharma,

獅子吼神足幽王佛。
Shi Zi Hou Shen Zu You Wang Fo,
Buddha Raja Ketenangan dengan Auman Singa & Kecepatan Ilahi,

佛告須彌燈王佛。
Fo Gao Xu Mi Deng Wang Fo,
Buddha Raja Cahaya Sumeru yang diserukan oleh para Buddha,

法護佛。
Fa Hu Fo,
Buddha Pelindung Dharma,

金剛藏獅子遊戲佛。
Jin Gang Zang Shi Zi You Xi Fo,
Buddha Sang Keranjang Vajra Bagaikan Singa Yang Bermain-main,

寳勝佛。
Bao Sheng Fo,
Buddha Wijaya nan Mulia,

神通佛。
Shen Tong Fo,
Buddha Kekuatan Supranatural,

藥師琉璃光王佛。
Yao Shi Liu Li Guang Wang Fo,
Buddha Obat dengan Sinar Lapis Lazuli nan Cemerlang,

普光功德山王佛。
Pu Guang Gong De Shan Wang Fo,
Buddha Raja Gunung Pahala Sinar Semesta,

善住功德寳王佛。
Shan Zhu Gong De Bao Wang Fo,
Buddha Raja Permata Sang Penopang Pahala,

過去七佛。
Guo Qu Qi Fo,
Tujuh Buddha di Masa Lampau,

未來賢劫千佛。
Wei Lai Xian Jie Qian Fo,
Ribuan Budha Masa Mendatang di ribuan tahun yang penuh kemujuran ini,

千五百佛。
Qian Wu Bai Fo,
Seribu Lima Ratus Buddha,

萬五千佛。
Wan Wu Qian Fo,
Lima Belas Ribu Buddha,

五百花勝佛。
Wu Bai Hua Sheng Fo,
Lima Ratus Buddha Puspa Wijaya,

百億金剛藏佛。
Bai Yi Jin Gang Zang Fo,
Sepuluh Miliar Buddha Keranjang Vajra,

定光佛。
Ding Guang Fo.
dan Buddha Cahaya Samadhi.

六方六佛名號。
Liu Fang Liu Fo Ming Hao:
Para Buddha dari Enam Penjuru:

東方寳光月殿月妙尊音王佛。
Dong Fang Bao Guang Yue Dian Yue Miao Zun Yin Wang Fo,
Di sebelah Timur adalah Buddha Raja Suara yang Menakjubkan nan Mulia bagai Istana Rembulan dengan sinarnya yang Berharga,

南方樹根華王佛。
Nan Fang Shu Gen Hua Wang Fo,
Di sebelah Selatan adalah Buddha Raja Puspa Akar-Pohon,

西方皂王神通燄花王佛。
Xi Fang Zao Wang Shen Tong Yan Hua Wang Fo,
Di sebelah Barat adalah Buddha Raja yang Menyala-nyala bagai Bunga Kekuatan Spiritual,

北方月殿情淨佛。
Bei Fang Yue Dian Qing Jing Fo,
Di sebelah Utara adalah Buddha Kesucian Istana Rembulan,

上方無數精進寳首佛。
Shang Fang Wu Shu Jing Jin Bao Shou Fo,
Di sebelah Atas adalah para Buddha Permata Mahkota Kekuatan yang tak terhingga banyaknya,

下方善寂月音王佛。
Xia Fang Shan Ji Yue Yin Wang Fo.
Di sebelah Bawah adalah Buddha Raja Suara Rembulan yang penuh Ketenangan.

無量諸佛。
Wu Liang Zhu Fo,
Para Buddha yang tak terhingga banyaknya,

多寳佛。釋迦牟尼佛。
Duo Bao Fo, Shi Jia Mou Ni Fo,
Prabhutaratna Buddha, Shakyamuni Buddha,

彌勒佛。阿閦佛。彌陀佛。
Mi Le Fo, A Chu Fo, Mi Tuo Fo.
Maitreya Buddha, Aksobhya Buddha, Amitabha Buddha.

中央一切眾生。在佛世界中者。
Zhong Yang Yi Qie Zhong Sheng, Zai Fo Shi Jie Zhong Zhe,
Para insan yang berada di dunia saha, maupun mereka yang menitis di tanah suci,

行住於地上。及在虛空中。
Xing Zhu Yu Di Shang. Ji Zai Xu Kong Zhong
saat berjalan di atas Bumi maupun di Angkasa Raya,

慈憂於一切眾生。各令安穩休息。
Ci You Yu Yi Qie Zhong Sheng, Ge Ling An Wen Xiu Xi,
curahkanlah welas asih yang tak terhingga kepada semua insan, berkatilah mereka semua dengan ketenangan hati dan kedamaian,

晝夜修持。
Zhou Ye Xiu Chi.
sehingga mereka bisa melatih diri di siang dan malam harinya.

心常求誦此經。
Xin Chang Qiu Song Ci Jing,
Bila membaca sutra ini tiada henti-hentinya,

能滅生死苦。
Neng Mie Sheng Si Ku,
pasti akan terbebaskan dari penderitaan kelahiran dan kematian,

消除諸毒害。
Xiao Chu Zhu Du Hai.
serta terhindar dari berbagai macam penderitaan lainnya.

南無大明觀世音。觀明觀世音。
Na Mo Da Ming Guan Shi Yin, Guan Ming Guan Shi Yin,
Namo Avalokitesvara yang Maha Bijaksana, Avalokiteshvara yang Pengamatan-Nya Sempurna,

高明觀世音。開明觀世音。
Gao Ming Guan Shi Yin, Kai Ming Guan Shi Yin.
Avalokiteshvara yang Mulia nan Luhur, Avalokiteshvara yang Tercerahkan.

藥王菩薩。藥上菩薩。
Yao Wang Pu Sa, Yao Shang Pu Sa,
Bhaisajya Raja Bodhisattva,  Bhaisajya Samudgate Bodhisattva,

文殊師利菩薩。普賢菩薩。
Wen Shu Shi Li Pu Sa, Pu Xian Pu Sa,
Manjushri Bodhisattva, Samantabhadra Bodhisattva,

虛空藏菩薩。地藏王菩薩。
Xu Kong Zang Pu Sa, Di Zang Wang Pu Sa,
Akasagarbha Bodhisattva, Ksitigarbha Raja Bodhisattva,

清涼寶山億萬菩薩。
Qing Liang Bao Shan Yi Wan Pu Sa,
Miliaran Bodhisattva Gunung Harta yang Sejuk nan Cemerlang,

普光王如來化勝菩薩。
Pu Guang Wang Ru Lai Hua Sheng Pu Sa.
Bodhisattva Tathagata Raja Sinar Semesta yang Mulia.

念念誦此經。
Nian Nian Song Ci Jing,
Membaca sutra ini terus-menerus,

七佛世尊。即說咒曰。
Qi Fo Shi Zun. Ji Shuo Zhou Yue:
Tujuh Buddha Junjungan Dunia juga menjapa mantra berikut:
(7x:) 離婆離婆帝。求訶求訶帝。陀羅尼帝。你訶羅帝。
LIPO LIPO TE. KYUHO KYUHO TE. TOLONI TE. NIHALA TE.
毗黎尼帝。摩訶迦帝。真陵乾帝。梭哈。
PILINI TE. MOHO KYA TE. CHEN LING CHIEN TE. SOHA.


9. Dharani Penyeberangan Amitabha

Mudra Samudera Penyelamatan (Penyeberangan)
Bentuklah mudra Samudra Penyelamatan (seperti membentuk Mudra Vajra, lalu diputar ke dalam) lalu bayangkan Buddha Amitabha menampakkan diri di Semesta Raya dan dari chakra hati-Nya memancarkan sinar berwarna merah jambu (gabungan warna merah, magenta, dan putih) yang cemerlang dan memberkati semua mahluk yang Anda sadari atau tanpa sadari pernah celakai dalam aktivitas sehari-hari Anda.
Mereka adalah binatang/hewan seperti babi, sapi, kambing, ayam, bebek, ikan, kepiting, udang, semut, kecoa, bakteri, virus, dan lain sebagainya.

Bayangkan karma mereka dibersihkan oleh sinar ini dan semua simpul karmanya terselesaikan (bayangkan mereka saling berpelukan dengan penuh kebahagiaan).

Lanjutkan dengan membayangkan mereka menaiki perahu-perahu bunga teratai dan berubah menjadi titik-titik sinar keemasan, lalu bergabung dan berubah menjadi sungai bersinar keemasan yang mengalir ke arah chakra hati Buddha Amitabha. 
Sambil mempertahankan mudra dan visualisasi tersebut, japalah dharani berikut: 
NAMO AMITO POYE, TOTA KYA TOYE, TOTE YETA,
AMILITO POPI, AMILITO SYE THAN POPI,
AMILITO PEGYA-LANTE, AMILITO PEGYA-LANTO,
KYANINI, KYAKYANA, ZHIDO KYALI, SOHA. (7x)

10. Empat Batin Yang Tiada Batas (Empat Apramana)


Bersama dengan diri Anda, bayangkan semua insan di sekeliling Anda saling berbagi dan membaca sumpah Bodhicitta ini:

  • Semoga semua insan berbahagia dan mempunyai penyebab kebahagiaan;
    inilah cinta kasih dan kebaikan yang tiada batasnya.
  • Semoga semua insan terbebaskan dari penderitaan dan penyebab penderitaan;
    inilah welas asih yang tiada batasnya.
  • Semoga semua insan terbebaskan dari penderitaan dan selalu berbahagia;
    inilah sukacita yang tiada batasnya.
  • Dan semoga semua insan terbebaskan dari ketamakan dan kebencian, semuanya mengembangkan iman dan kesetaraan; inilah ketenangan hati yang tiada batasnya.

Bacalah Ayat Bodhicitta:
Murid Lian-hua [nama Anda] berlindung pada Guru Akar dan Tri Ratna hingga mencapai pencerahan sempurna. Keyakinanku tak akan surut. Dan semoga semua pahala kebajikan dilimpahkan kepada semua insan supaya mereka semua cepat mencapai pencerahan sempurna.
Japalah Mantra Bodhicitta:
OM, BODHICITTA, BEDZA, SAMAYA, AH HUM. (3x)

Bacalah Ayat Pertobatan berikut:
[Berlututlah dan dengan kesungguhan hati bertobat. Bayangkan sinar putih membersihkan semua karma buruk kita semua!]
Semua pelanggaran yang aku lakukan sejak masa lampau yang tak terhitung lamanya, yang berasal dari keserakahan, amarah kebencian, dan kebodohan; yang termanifestasi lewat tubuh, ucapan, dan pikiranku; kini aku mengakui dan bertobat atas semuanya itu. (3x)
Japalah Mantra Pertobatan:
OM, BEDZA, SAMAYA, SU-TE-A. (108x)


11. Mantra Hati Guru Akar


Bayangkan Guru memberkati Anda dengan sinar warna putih, merah, dan biru. Kemudian sinar warna putih yang sangat cemerlang dari chakra hati-Nya menyorot ke arah chakra hati Anda. Saat bersentuhan, muncullah tahta bunga teratai putih di dalam chakra hati Anda yang perlahan-lahan membesar dan memenuhi alam semesta. Atau bayangkan Anda bersantai dengan damai di Kolam Maha Teratai Kembar di Surga Barat.

Recite: OM. GURU. LIEN-SHEN. SIDDHI. HUM. (108x)

12. Bagian Inti


Kosongkan pikiran dan japalah Mantra Kekosongan (Shunyata):
OM, SOBAWA, SUTA, SAERWA, DAERMA, SOBAWA, SUTO-HANG. (3x)

Mudra Vajrasattva
Lalu bentuklah mudra Vajrasattva dan silangkan di depan dada.

"HUM" dalam aksara Tibet
(1) Di atas samudra yang luas adalah langit yang cerah tak berawan. Sebuah chakra rembulan muncul dari dalam samudra ke atas angkasa. Di dalam chakra rembulan muncul aksara Tibet “HUM” yang memancarkan sinar putih yang cemerlang.

Shri Bhagavan Maha Acharya Vajrasattva
(2) Aksara HUM tersebut berputar dan berubah menjadi Vajrasattva. Tubuh-Nya berwarna putih dan dihiasi dengan Mahkota Lima Dhyani Buddha, jubah dan perhiasan surgawi. Ia duduk di atas chakra rembulan yang disangga oleh bunga teratai berkelopak delapan.

Vajrasattva memegang vajra dorje dengan Mudra Menaklukkan di tangan kanan-Nya dan diletakkan di depan dada-Nya. Tangan kiri-Nya memegang vajra gantha (lonceng), juga dengan Mudra Menaklukkan, namun disandarkan di atas paha kiri-Nya.

Di hati-Nya tampak roda dharani yang berisi Mantra 100 Aksara. Dharani mantra ini mengitari chakra hati-Nya, berputar dan memancarkan sinar putih nan cemerlang.

Roda dharani 100-Aksara
(3) Sinar putihnya membusur ke atas lalu turun memasuki diri kita lewat chakra mahkota, memenuhi seluruh tubuh. Tubuh kita kini memancarkan sinar putih yang cemerlang, dan semua karma dan pikiran buruk keluar lewat pori-pori sebagai asap hitam.

Tubuh kini menjadi jernih, transparan, dan memancarkan sinar. Diri kini memasuki kondisi sukacita dalam meditasi.

Atau bisa memilih alternatif: langsung berubah menjadi batu mani sebening kristal yang memancarkan sinar putih nan cemerlang.

Atau alternatif lain lagi: berubah menjadi roda mantra 100-aksara yang terus berputar searah jarum jam dan memancarkan sinar putih cemerlang.

Pilihlah salah satu dari tiga alternatif di atas karena ini artinya sama dengan berubah menjadi yidam Vajrasattva dan telah memasuki kondisi samadhi.


13. Menjapa Dharani 100 Aksara

ཨོཾ་བཛྲ་སཏྭ་ས་མ་ཡ་མ་ནུ་པ་ལ་ཡ།  བཛྲ་སཏྭ་ཏྭེ་ནོ་པ་ཏིཥྛ།
དྲྀ་ཌྷོ་མེ་བྷ་བ།   སུ་ཏོ་ ཥྱོ་མེ་བྷ་བ།  སུ་པོ་ ཥྱོ་མེ་བྷ་བ།
ཨ་ནུ་ར་ཀྟོ་མེ་བྷ་བ།  ས་རྦ་སི་དྡྷི་མེ་པྲ་ཡ་ཙྪ།  ས་རྦ་ཀ་རྨ་སུ་ཙ་མེ
ཙི་ཏྟཾ༌ཤེ་ཡཿ་ཀུ་རུ་ཧཱུྂ།  ཧ་ཧ་ཧ་ཧ་ཧོཿ  བྷ་ག་བ་ན  ས་རྦ
ཏ་ཐཱ་ག་ཏ་བཛྲ་མཱ་མེ་མུ་ཉྩ།  བཛྲཱི་བྷ་བ་མ་ཧཱ་ས་མ་ཡ་སཏྭ  ཨཱཿ །།
ཧཱུྂ ཕ་ཊ

Om, bedza, sato samaya, manu palaya, bedza sato tenupa ticha,
checo mibawa, suto kayu mibawa, supo kayu mibawa, annulato mibawa,
saerwa, siddhi, mibulayecha, saerwa, kaerma, suchami, chitamu, sheliren,
guru hom, ha ha ha ha he,
bagha-wen, saerwa, tathagata, bedza, mami mencha, pechebawa,
maha samaya, sato a, hom, phei!
(21 or 49x)


14. Keluar dari Samadhi dan Mengucapkan Pujian:


Bacalah syair pujian berikut:
Buddha Hidup Lian-sheng mengajarkan Sadhana Tantra yang Agung,
Vajrasattva berubah menjadi Vajra Hati,
Mendapatkan kontak batin yang otentik saat keduanya melebur dan menyatu,
Dengannya rintangan buruk terhapuskan dan kesucian-pun diperoleh.

15. The Heart Mantra of the Eight Principal Deities 


OM, AMI TEHWAH SEH.
(Mantra hati Buddha Amitabha)

OM, MANI PEMI HUM.
(Mantra hati Bodhisattva Avalokitesvara)

OM, PENLAMO LINTOLIN, SOHA.
(Mantra Bodhisattva Ksitigarbha Raja yang Menghapus Karma Tetap) 

OM, HA HA HA, WEI, SAMMODEI, SOHA.
(Mantra hati Bodhisattva Ksitigarbha Raja)

OM, CHALE CHULE, CHUNDI, SOHA.
(Mantra hati Bodhisattva Maha Cundi) 

OM, CEMPALA, CHALEN CHANAYA, SOHA.
(Mantra hati Jambhala Kuning)

OM AH HUM, BEDZA GURU PEMA SIDDHI, HUM, SEH.
(Mantra hati Guru Padmasambhava) 

OM AH HUM, GURU BEI, AH-HE-SHA-SA-MA-HA, LIEN-SHEN SIDDHI HUM.
(Mantra hati Bodhisattva Padmakumara versi panjang) 

TEYATHA, OM, BEKACHE-YE, BEKACHE-YE, MAHA BEKACHE-YE,
LADZA SAMOGATE-HEY, SOHA.
(Mantra hati Buddha Bhaisajyaguru)


16. Melafalkan Nama Buddha Amitabha


Namo 360 triliun 119 ribu dan 500 Amitabha Buddha. (3x)


17. Pelimpahan Pahala


Semoga semua yang menjunjung tinggi nama Buddha Amitabha
terlahir di Tanah Suci-Nya, Surga Dewachen (Sukhawati) di sebelah Barat.
Membalas budi atas Empat Kemurahan Hati dari atas,
dan menolong mereka yang menderita di Tiga Alam Rendah di bawah.
Saat berjumpa dengan Buddha,
semoga aku terbebaskan dari siklus kelahiran dan kematian,
dan semoga aku mengembangkan kualitas bagai Sang Buddha sendiri,
oleh karenanya mampu menyelamatkan mereka yang dilanda penderitaan.

Aku, [nama Anda], melimpahkan pahala kebajikan dari sadhana ini kepada Guru Akar, Buddha Hidup Lian-sheng. Semoga Guru Akar selalu sehat walafiat, bahagia, dan leluasa, serta masih mau tinggal di alam Samsara untuk selalu memutar roda dharma.
Semoga semua insan juga sehat walafiat, terbebaskan dari segala halangan, teguh dalam pelatihan diri mereka, dan semoga semua kondisi dan situasi menjadi penuh kemujuran.

Semoga semua permohonan terkabulkan.
Semoga semua halangan menyingkir. WUN!

18. Memperbaiki dan Menyempurnakan Sadhana dengan Dharani 100 Aksara


Om, bedza, sato samaya, manu palaya, bedza sato tenupa ticha,
checo mibawa, suto kayu mibawa, supo kayu mibawa, annulato mibawa,
saerwa, siddhi, mibulayecha, saerwa, kaerma, suchami, chitamu, sheliren,
guru hom, ha ha ha ha he, bagha-wen, saerwa, tathagata, bedza, mami mencha, pechebawa,
maha samaya, sato a, hom, phei!(3x)


19. Penghormatan Agung (Maha Namaskara)

[Sama seperti langkah 4]


20. Menjapa Mantra Paripurna


OM, BU LIN. (3x)
OM MANI PEMI HUM.

Mudra Membubarkan:
Tepuk tangan (2x), lalu silangkan tangan dan petikkan ibu jari dengan jari tengah.

Mengakhiri Sadhana:
Semoga semua daya upaya menjadi penuh keberuntungan.
xiu-fa yuan-man, ru-yi ji-xiang.


[Bagian akhir dari sadhana]

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;