Kao Ong Kuan Shi Im Keng (Gaowang Guanshiyin Jing) adalah sutra yang dikenal luas oleh masyarakat Buddhis Tionghoa penganut sekte Mahayana. Di Indonesia sutra itu lebih populer dengan nama "Ko Ong Kuan Shi Im Keng". Belakangan ini, dalam upaya men-sansekerta-kan kembali sutra-sutra Mahayana, adalah pihak tertentu di Indonesia yang menterjemahkan nama sutra itu menjadi "Sutra Raja Agung Avalokitesvara" atau "Sutra Maha Raja Avalokitesvara".
Memang secara harafiah kata "Gao" bisa berarti "Agung" atau "Maha" dan "Wang" bisa diterjemahkan "Raja". Tapi, apakah gabungan kata "Gao Wang" dalam sutra tsb. berarti "Raja Agung" atau "Maha Raja" ? sehingga "Gaowang Guanshiyin Jing" serta-merta menjadi "Sutra Raja Agung Avalokitesvara" atau "Sutra Maha Raja Avalokitesvara" ?
Agar upaya penerjemahan (pen-sansekerta-an) nama sutra tsb. tidak menjadi rancu, ada baiknya kita merujuk kembali pada sejarah ditemukannya sutra tsb. serta darimana, oleh siapa dan mengapa sutra tsb. dinamakan "Gaowang Guanshiyin Jing" atau "Ko Ong Kuan Shi Im Keng" di negeri Tiongkok dulu.
Sebuah artikel karya Fashi Huibo yang pernah dimuat dalam kumpulan tulisan Maha Guru Lu Shengyan kiranya dapat menjelaskan semua persoalan di atas. Di bawah ini adalah isi artikel Fashi Huibo tsb. yang telah disadur secara lengkap ke dalam bahasa Indonesia:
<>
atau "Ko Ong Kuan Shi Im Keng" adalah sutra yang sudah lama beredar secara turun temurun di negeri Tiongkok. Jauh sebelum zaman sui dan Tang sutra ini sudah sangat populer. Walaupun tak seorangpun yang menganjurkan bahkan juga tak pernah dimasukkan sebagai salah satu bagian dalam tripitaka, tetapi karena sudah terbukti kemujaraban serta keampuhannya, melalui salinan-salinan tangan pun sutra ini tetap bertahan disebar-luaskan dan diwariskan dari zaman ke zaman secara turun temurun. Di zaman dinasti Qing, beberapa kelompok vihara (antara lain viahara Gushan, vihara Yongquan, dan vihara Chengtian di propinsi Fujian) mulai mempelopori pencetakan dan penerbitan kitab sutra ini. Sampai di jaman Republik, oleh upasaka Ding Fubau (penyusun Kamus besar Buddha Dharma) sutra ini selain diberi beberapa ulasan, juga dimasukkan sebagai salah satu entri dalam "Kamus Besar Buddha Dharma" yang ia susun. Tahun 1971, ulasan yang dibuat oleh upasaka Ding Fubao itu pernah pula diterbitkan oleh (alm) bhiksu Nanning dari Asosiasi Huayanlian di kota taipei. Dalam terbitan itu, selain dilampiri "Tulisan tangan upasaka Zongyue dari Chaoan" juga ditambahkan beberapa keterangan tentang asal-usul sutra tsb.
Dalam keterangan itu, Upasaka Ding Fubao hanya merujuk dan mengutip kitab-kitab seperti, , , dan yang memang sedikit banyak ada bercerita tentang , tetapi isinya hanya beberapa baris yang tidak memberikan keterangan yang cukup jelas tentang asal-usul sutra dimaksud. Orang yang membacanya sama sekali tidak mendapat informasi lebih lanjut tentang sutra itu, terlebih lagi bagian akhir dari keterangan itu menjelaskan "gaowang Guanshiyin Jing" sebagai "Ajaran Terunggul dari segala Dharma", ini hanyalah komentar dan pendapat pribadi upasaka Ding Fubao sama sekali tidak menjelaskan apa-apa tentang asal-usul sutra itu.
Sejauh yang saya ketahui, selain ketiga sumber tersebut di atas, masih ada lagibab 54 "jigulue" yang juga membahas "Gaowang Guanshiyin Jing", secara rinci ulasan tersebut adalah sbb:
Dahulu kala, di zaman Tianping dinasti Wei Timur (kira-kira sekitar tahun 534 masehi), seorang jendral bernama Sun Jengde ditugaskan ke dingzhou. Karena ia adalah seorang umat Buddha yang mempunyai shrada yang tinggi pada kekuatan Avalokitesvara Bodhisattva, maka ia membangun sebuah pratima avalokitesvara di tempatnya bertugas. Pada waktu senggang, ketika jendral-jendral lain pergi berburu atau berekreasi dengan cara-cara tidak senonoh dan tidak pantas untuk seorang jendral, ia justru menghadap pratima Avalokitesvara Bodhisattva dan melakukan persembahyangan dengan tulusnya.
Kemudian, pada masa tugasnya berakhir dan siap kembali ke ibukota, ia difitnah oleh seorang pejabat licik yang menjebloskannya ke penjara istan. di bawah siksaan berat yang dialaminya bertubi-tubi setiap hari, akhirnya terbaksa Sun menerima dan mengakui tuduhan yang difitnah padanya, sehingga ia dijatuhi hukuman "Penggal Kepala". Pada malam terakhir sebelum eksekusi dilaksanakan, Sun mimpi berjumpa dengan seorang bhiksu, sang bhiksu bertanya padanya:
"Apakah Anda takut?"
"Setiap makhluk hidup pasti memilih hidup daripada mati. Aku pun tak terkecualikan." Jawab Sun "Apalagi saya difitnah orang, terlebih-lebih lagi saya tidak rela!"
"Jangan takut," kata si bhiksu tadi "akan saya ajari kamu menjapakan sutra Avalokitesvara sang penolong, kalau kamu sanggup menjapakannya sampai seribu kali, saya jamin kau tidak akan mati."
Begitu banyak nama para Buddha dan avalokitesvara dalam sutra itu. Hanya menyebutkan nama-nama mereka saja sudah merupakan pahala maha besar, merupakan pahala maha besar, apalagi masih ada Mantra "Sapta Buddha Nigha Nirodha Dharani" yang berkekuatan mukjijat serta jutaan nama para Bodhisattva dari gunung pusaka Qingliang dan nama Delapan maha Bodhisattva.
Saat siuman dari tidur, antara percaya dan tidak, Sun mengikuti apa yang diajarkan Sang Bhiksu yang dijumpai dalam mimpi itu. Dengan mengandalkan ingatannya ia menyalin kembali sutra yang diajarkan dalam mimpi (seluruhnya berjumlah 666 huruf), merasa tidak ada kesalahan lagi, segeralah ia menjapakannya sekali demi sekali.
Saat pagi menjelang tiba, Sun baru menyelesaikan penjapaannya yang keseratus kali, tetapi ketika itu, para pelaksana eksekusi sudah datang untuk menjemputnya. Tapi ia tetap meneruskan penjapaannya, bahkan dalam perjalanan menuju tempat pelaksanaan eksekusi ia tetap tidak menghentikan penjapaan sutra itu (di zaman dahulu, tempat pelaksanaan eksekusi adalah di perempatan jalan di pusat kota), tepat di saat eksekusi akan dimulai, ketika sang algojo mengayunkan goloknya, Sun pun sudah menyelesaikan penjapaan sutra yang keseribu kali.
Golok pun diayunkan ke atas leher Sun, tetapi sungguh aneh, sama sekali ia tidak merasakan apa-apa. Juga sedikitpun tidak ada luka pada lehernya. Sebaliknya, golok besar yang diayunkan seakan ditebas ke atas sebongkah besi yang amat keras, sampai-sampai tangan sang algojo terasa menggetar, dan golokpun terputus dan jatuh ke lantai berkeping-keping. Demikian seterusnya, berturut-turut diganti tiga orang algojo pelaksana eksekusi, dan ketiga-tiganya pun mengalami hal yang sama seperti yang pertama. Seakan tidak perduli dengan apa yang terjadi, Sun Jingde yang bersujud di atas tanah tetap menjapakan sutra sambil memejamkan kedua matanya.
Seketika itu, para petugas pelaksana dan pengawas eksekusi serta masyarakat sekitar yang datang menyaksikan eksekusi itu menjadi gempar, mereka mengira Sun memiliki ilmu kebal anti golok, maka eksekusi ditunda sementara, dan Sun dikembalikan ke dalam penjara. Sementara para petugas melaporkan kejadian tsb. kepada atasan mereka. gaohuan, perdana menteri waktu itu yang berasal dari Huaishuo segeara melakukan penyelidikan, dilakukan interogasi lebih lanjut terhadap Sung Jingde, dan akhirnya mengertilah si Perdana Menteri bahwa Sung memang difitnah orang, dan yang menyelamatkan Sun adalah kekuatan mantra dari Avalokitesvara Bodhisattva Berjubah Putih atau Pandaravasini. Untuk itu, Perdana Menteri Gao melapor kepada raja memohon pengampunan untuk Sun serta mengembalikan nama baiknya dan sekaligus menugaskannya kembali ke posnya semula.
Karena mukjijat yang telah ditunjukkan oleh sutra "Avalokitesvara Bodhisattva", maka selain Gaohuan yang memerintahkan seluruh staf istana kerajaan dan masyarakat untuk menyalin dan menjapakan sutra tsb. Sun Jingde yang kembali ke tempat tugasnya semula melihat dengan mata kepala sendiri di leher pratima Avalokitesvara Bodhisattva yang ia dirikan dulu nampak ada tiga tempat cacat seperti bekas tebasan golok. Dalam keharuannya, selain lebih giat memuja dan menjapakan sutra tsb. ia juga mengajak penduduk setempat untuk ikut menyalin dan menjapakan sutra Guanshiyin Jing (Kuan Shi Im Keng).
Perihal kemudian sutra ini berubah nama dengan diberi tambahan kata "gaowang" didepannya, adalah karena Gaoyang (putra Gaohuan) yang mendirikan kerajaan "Qi Utara" setelah merebut kekuasaan dari tangan raja, beranggapan bahwa sutra itu bisa menjadi populer dalam masyarakat adalah berkat jasa orang tuanya (Gaohuan), maka nama sutra itu pun diganti menjadi "Gaohuang Guanshiyin Jing" mengambil nama keluarga "Gao" secara harafiah "Gaohuang Guanshiyin Jing" kira-kira berarti "Sutra Avalokitesvara dari Kaisar Gao".
Di kemudian hari, karena penulisan aksara Huang dirasa rumit, maka digantilah menjadi "Gaowang Guanshiyin Jing/Ko Ong Kuan Si Im Keng" Sutra avalokitesvara dari raja Gao sebagaimana yang kita kenal sekarang. Itulah sekelumit asal-usul nama "Gaowang Guanshiyin Jing" atau " Ko Ong Kuan si Im Keng" yang otentik dan tercatat dalam sejarah. Bukan sebagaimana diklaim oleh beberapa umat Buddha di Indonesia bahwa nama asli sutra tsb adalah "Sutra Raja Agung Avalokitesvara" atau "Sutra Maha Raja Avalokitesvara"
Saat melakukan perjalanan astral dalam Samadhi, saya memasuki alam yang menakjubkan, ternyata saya masuk dalam sebuah Sutra, bertemu dengan Samadhiprabha Tathagata (定光佛 / Ding Guang Fo). Huruf dalam Sutra itu membesar, dari dalam tiap huruf muncul Para Buddha yang tak terhitung banyaknya, Samadhiprabha Tathagata berada di depan, sedangkan Para Buddha yang lain berada di belakang, masing-masing duduk diatas padmasana, memancarkan cahaya tiada batasnya. Suasananya sungguh penuh keagungan.
Sutra ini adalah Sutra Raja Agung Avalokitesvara (高王觀世音真經 / Gaowang Guanshiyin Zhenjing), yang disebut juga Sutra Raja Agung (高王經 / Gaowangjing), merupakan Sutra yang saya junjung tinggi.
Kita semua tahu, Samadhiprabha Tatagatha disebut juga Dipankara Buddha (燃燈佛 / Randeng Fo).
Dalam Prajnaparamita Upadesa Sastra (智度論) dikatakan, "Saat Buddha Dipankara lahir, sekeliling tubuh-Nya bagaikan pelita, maka dinamakan Pangeran Dipankara. Mencapai ke-Buddha-an juga bernama Dipankara, nama lainnya adalah Samadhiprabha Tathagata."
Sakyamuni Buddha memperoleh vyakarana dari Samadhiprabha Tathagata:
"Di masa Samadhiprabha Tathagata, Aku adalah seorang Bodhisattva yang bernama Bocah Bijak (儒童), membeli bunga teratai untuk di taburkan sebagai persembahan kepada Samadhiprabha Tathagata. Bunga teratai yang Aku taburkan melayang diudara, Sang Tathagata yang memahami makna dibalik fenomena ini memuji : Kesucian yang telah Engkau latih sejak masa lampau yang tak terhingga, merupakan penyebab peristiwa ini, dan dalam 91 kalpa kemudian Engkau akan menjadi Buddha dengan nama Sakyamuni."
Saat saya memasuki Sutra Raja Agung, berjumpa dengan Samadhiprabha Tathagata dan Para Buddha dari sepuluh penjuru Negeri Buddha yang tak terhingga banyaknya bagaikan butiran debu. Masing-masing duduk diatas Padmasana dan memancarkan cahaya.
Saya mengatakan, "Dalam Sutra Raja Agung tercantum nama Para Buddha dan Bodhisattva, membuat umat timbul sukacita."
Samadhiprabha Tathagata bertanya, "Apakah Anda mengetahui kebenaran yang terkandung di dalamnya?"
Saya menjawab, "Kebenaran yang bagaimanakah?"
Samadhiprabha Tathagata menjawab, "Praktek!"
"Praktek? Saya tidak paham."
Samadhiprabha Tathagata memberitahukan kepada saya, "Sutra ini adalah Sutra Praktek, umat di dunia hanya melihat tampak luarnya saja, tidak memahami makna yang terkandung di dalamnya. Sekarang, Saya khusus memberitahu Anda, kemudian ajarkanlah kepada para umat."
Samadhiprabha Tathagata mengatakan :
Suddharasmiprabhaguhya Buddha (淨光秘密佛 / Jing Guang Mi Mi Fo) adalah praktek cahaya kesucian Tantrika.
Dharmakara Buddha (法藏佛 / Fa Zhang Fo) adalah pelaksanaan dari hati adalah Dharma, Dharma adalah hati.
Simhanada Rddhividhijnanaraja Buddha (獅子吼神足幽王佛 / Shi Zi Hou Shen Zhu You Wang Fo) adalah praktek dari siddhi kaki dewa untuk menyelamatkan makhluk. (Ket :Siddhi kaki dewa adalah kemampuan untuk dalam sekejap sampai di tempat yang ingin dituju.)
Merupradiparaja Buddha (佛告須彌燈王佛 / Fo Gao Xu Mi Deng Wang Fo) adalah praktek memancarkan cahaya ke sepuluh penjuru.
Dharmapala Buddha (法護佛 / Fa Hu Fo) adalah praktek melindungi Buddha Dharma. (Ket : melestarikan dan menyebarluaskan demi keuntungan para makhluk)
Vajragarbha Simhakridanika Buddha (金剛藏獅子遊戲佛 / Jin Gang Zhang Shi Zi You Xi Fo) adalah bermakna praktek dan permainan ( Ket : praktek diumpamakan sebagai permainan dari karuna-prajna, iddhi dan lain-lain)
Ratnavijaya Buddha (寶勝佛 / Bao Sheng Fo) adalah praktek kesuksesan menjalankan Buddharatna (Ket : Berlindung pada Buddha sampai realisasi ke-Buddha-an).
Rddhiabhijnana Buddha (神通佛 / Shen Tong Fo) adalah praktek enam kekuatan batin. (Ket : enam kekuatan batin meliputi : kaki dewa, mata dewa, telinga dewa, kemampuan untuk mengetahui isi hati, mengetahui kehidupan lampau dan mendatang, dan kemampuan menghapus segala kilesha mencapai pembebasan sejati.)
Bhaisajyaguru Vaiduryaprabharaja Buddha (藥師流璃光王佛 / Yao Shi Liu Li Guang Wang Fo) adalah pelaksanaan sebagai Maha Tabib yang menolong dunia. (Ket : Mengobati lobha, dosha dan moha dari para makhluk)
Samantaprabhagunagiriraja Buddha (普光功德山王佛 / Pu Guang Gong De Shan Wang Fo) adalah pelaksanaan yang berupa cahaya dari pahala yang memenuhi semesta. (Ket : merupakan gelar ke-Buddha-an dari Avalokitesvara Bodhisattva kelak, sebagai teladan bagi sadhaka tantra)
Supratisthitagunaratnagiriraja Buddha (善住功德寶王佛 / Shan Zhu Gong De Bao Wang Fo) adalah pelaksanaan pahala kebajikan di semesta. (Ket : merupakan gelar ke-Buddha-an dari Mahastmaprapta Bodhisattva kelak, sebagai teladan bagi sadhaka tantra.)
Samadhiprabha Buddha mengatakan, "Sedangkan Saya, Samadhiprabha Buddha adalah praktek dari Samadhi yang memancarkan cahaya."
Dan lain-lain.
Setelah saya mendengarnya, tiba-tiba tersadarkan.
"Ternyata nama dari Para Buddha dan Bodhisattva mengandung kebenaran dari praktek!"
Coba kita pikir, Sutra Raja Agung mengandung makna rahasya dari praktek :
Cahaya kesucian.
Rahasya hati Dharma.
Kaki dewa.
Raja Pelita.
Dharmapala.
Permainan.
Kesuksesan dari pelatihan diri.
Kekuatan batin.
Mengobati penyakit.
Pahala.
Samadhiprabha Tathagata menganalisis satu demi satu jalan praktek dari Sutra Raja Agung, sungguh membuat saya menjadi amat sangat takjub. Saya kira Sutra Raja Agung hanya berisi nama dari Para Buddha dan Bodhisattva saja, ternyata semua merupakan jalan praktek!
Ada orang yang menganggap bahwa Sutra Raja Agung adalah Sutra palsu, bagaimana dia bisa paham bahwa Sutra Raja Agung merupakan jalan praktek dan sangat unggul!
Buku ke-185_Voyage in Serenity
Namo Avalokitesvara Bodhisattva,
na mo guan shi yin pu sa,
Namo Buddhaya,
na mo fo,
Namo Dharmaya,
na mo fa,
Namo Sanghaya,
na mo seng,
An affinity with the Pure Lands opens the Dharma Doors.
fo guo you yuan, fo fa xiang yin,
By engaging permanence, bliss, identity, and purity, one is blessed with the Dharma.
chang le wo jing, you yuan fo fa.
Namo Maha Prajna Paramita, a great spiritual mantra.
na mo mo he bo re bo luo mi shi da shen zhou.
Namo Maha Prajna Paramita, a great wisdom mantra.
na mo mo he bo re bo luo mi shi da ming zhou.
Namo Maha Prajna Paramita, a supreme mantra.
na mo mo he bo re bo luo mi shi wu shang zhou.
Namo Maha Prajna Paramita, an unequaled mantra.
na mo mo he bo re bo luo mi shi wu deng deng zhou.
Namo the Pure Light Secret Buddha,
na mo jing guang mi mi fo,
The Dharma Treasury Buddha,
fa zang fo,
the Tranquil King Buddha with Lion?s Roar and Divine Speed,
shi zi hou shen zu you wang fo,
the Sumeru Light King Buddha announced by Buddha,
fo gao xu mi deng wang fo,
the Dharma Protector Buddha,
fa hu fo,
the Vajra Treasury Roaming Lion Buddha,
jin gang zang shi zi you xi fo,
the Precious Victory Buddha,
bao sheng fo,
the Supernatural Power Buddha,
shen tong fo,
the Medicine Crystal Light King Buddha,
yao shi liu li guang wang fo,
the Universal Light Merit Mountain King Buddha,
pu guang gong de shan wang fo,
the Merit Retaining Jewel King Buddha,
shan zhu gong de bao wang fo,
the Seven Past Buddhas,
guo qu qi fo,
the Future Thousand Buddhas of this fortunate eon,
wei lai xian jie qian fo,
the Fifteen Hundred Buddhas,
qian wu bai fo,
the Fifteen Thousand Buddhas,
wan wu qian fo,
the Five Hundred Flower Victory Buddhas,
wu bai hua sheng fo,
the Ten Billion Vajra Treasury Buddhas,
bai yi jin gang zang fo,
and the Fixed Light Buddha.
ding guang fo.
The Buddhas of Six Directions:
liu fang liu fo ming hao:
To the East the Precious Light Moon Palace Venerable Wonderful Voice King Buddha,
dong fang bao guang yue dian yue miao zun yin wang fo,
To the South the Tree-Root Flower King Buddha,
nan fang shu gen hua wang fo,
To the West the Spiritual Power Flower Blazing King Buddha,
xi fang zao wang shen tong yan hua wang fo,
To the North the Moon Palace Purity Buddha,
bei fang yue dian qing jing fo,
Above, the countless Vigor Jewel Crown Buddhas,
shang fang wu shu jing jin bao shou fo,
Below, the Tranquil Moon Sound King Buddha.
xia fang shan ji yue yin wang fo.
All the countless Buddhas,
wu liang zhu fo,
Many Jewels Buddhas,
duo bao fo,
Shakyamuni Buddha,
shi jia mou ni fo,
Maitreya Buddha,
mi le fo,
Akshobhya Buddha,
ah chu fo,
Amitabha Buddha.
mi tuo fo.
All beings in the Central Realm,
zhong yang yi qie zhong sheng,
and those in the Pure Lands,
zai fo shi jie zhong zhe,
while moving upon the Earth and through the Heavens,
xing zhu yu di shang, ji zai xu kong zhong,
shower limitless compassion upon all beings,
ci you yu yi qie zhong sheng,
affording them equanimity and peace,
ge ling an wen xiu xi,
that they might cultivate day and night.
zhou ye xiu chi.
By constantly invoking this sutra,
xin chang qiu song ci jing,
one is liberated from the suffering of birth and death,
neng mie sheng si ku,
and freed from all the many kinds of suffering.
xiao chu zhu du hai.
Namo the great wisdom Avalokitesvara,
na mo da ming guan shi yin,
the observant Avalokitesvara,
guan ming guan shi yin,
the noble Avalokitesvara,
gao ming guan shi yin,
the expansively-minded Avalokitesvara,
kai ming guan shi yin,
the Medicine King Bodhisattva,
yao wang pu sa,
the Supreme Medicine Bodhisattva,
yao shang pu sa,
Manjusri Bodhisattva,
wen shu shi li pu sa,
Samantabhadra Bodhisattva,
pu xian pu sa,
Akasagarbha Bodhisattva,
xu kong zang pu sa,
Ksitigarbha Bodhisattva,
di zang wang pu sa,
the billions of Clear Cool Treasure Mountain Bodhisattvas,
qing liang bao shan yi wan pu sa,
the Universal Light Venerable King Tathagata Bodhisattva.
pu guang wang ru lai hua sheng pu sa.
Chanting this sutra continually,
nian nian song ci jing,
the Seven World-Honored Buddhas recite this mantra:
qi fo shi zun, ji shuo zhou yue:
Lee-poh-lee-poh-deh,kyo-ho-kyo-ho-deh,
toh-loh-nee-deh,nee-ah-la-deh,
pee-lee-nee-deh, mo-ho-kya-deh,
jen-len-chen-deh, so-ha.(7 times)
Tiga Hal Penting dalam Menyeberangkan Insan
Welas Asih, Kebijaksanaan, dan Dharmabala
(Intisari Ceramah Dharmaraja Lian Sheng pada Upacara Akbar Pemberkatan Musim Semi Bodhisattva Avalokitesvara tahun Kerbau yang Diadakan Ling Shen Ching Tze Temple Tanggal 14 Februari 2009)
Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zhengkong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna mandala, sembah sujud pada Buddha dan Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa, sembah sujud pada Bodhisattva Avalokitesvara Lengan 4! Pemimpin upacara Acarya Lian Deng, Gurudhara Acarya Lian Xiang, juga Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, para umat se-Dharma, ketua vihara, juga umat se-Dharma di internet, salam sejahtera semuanya.
Hari ini kita menekuni Sadhana Avalokitesvara Lengan 4. Tadi, Acarya Lian Deng mengatakan bahwa Bodhisattva Avalokitesvara merupakan sesosok Bodhisattva yang paling welas asih. Sesungguhnya, Tantra membaginya menjadi 3 kelompok, kelompok pertama adalah welas asih, diwakili oleh Bodhisattva Avalokitesvara; kelompok kedua adalah kebijaksanaan, diwakili oleh Bodhisattva Manjushri; kelompok ketiga adalah yang menghasilkan Dharmabala, diwakili oleh Bodhisattva Vajrapani. Avalokitesvara, Manjushri, Vajrapani disebut 3 kelompok Tantra. Tadi, Acarya Lian Deng juga mengatakan bahwa maitri, karuna, mudita, dan upeksa-Nya tak terbatas. Hari ini kita menekuni sadhana-Nya di sini, sama halnya dengan berdana paling luas dan tak terbatas. Dalam upacara ini, saya akan menerangkan kunci Sadhana Avalokitesvara Lengan 4.
Di dalam Tantra, Anda harus menekuni Avalokitesvara Lengan 4. Sebab, Avalokitesvara Lengan 4 adalah sesosok bodhisattva terpenting bagi hampir seluruh Tantra Tibet. Di Tibet, setiap orang Tibet menjapa "OM MANI PADME HUM"; sama halnya dengan menjapa "AMITABHA" dalam Agama Buddha Han di daratan tengah. Seluruh rinpoche tertinggi adalah titisan dari Avalokitesvara Lengan 4, termasuk Karmapa, Dalai Lama, semuanya titisan Avalokitevara Lengan 4, semuanya rinpoche tertinggi.
Asalkan Anda memasuki kawasan Tibet, tumpukan mani yang ada di mana-mana bertuliskan "OM MANI PADME HUM" Avalokitesvara Lengan 4. Seluruh tembok tertulis aksara mantra-Nya. Pembabaran Avalokitevara Lengan 4 paling luas, welas asih-Nya boleh dikatakan luas tak terhingga. Tadi saya perhatikan dengan seksama tataritual sadhana kita, visualisasi di dalamnya sangat penting, ada satu yang dikatakan Prof. Zhu, setiap sadhana sebelum ditekuni harus visualisasi sunya, "visualisasi sunya membersihkan karma", gunanya membersihkan rintangan karma Anda, memadamkan seluruh pikiran dan khayalan Anda, itulah sunya; ketika seluruh pikiran padam, itulah sunya; ketika seluruh pikiran padam, di tengah angkasa muncul sebuah aksara "BAN", sebuah lingkaran, sebuah persegi empat, setelah aksara Sansekerta "BAN" muncul, muncul sekuntum teratai, di tengah putik teratai juga ada sebuah aksara "AH"; aksara "AH" ini menebitkan sebuah cakra candra, di pusat cakra candra ada sebuah aksara "XIE", di Tantra Timur disebut "CHULI", di Tantra Tibet disebut "XIE". Dari aksara "XIE", muncullah penjelmaan Avalokitesvara Lengan 4.
Dalam menekuni sadhana ini, Anda harus bervisualisasi. Anda visualisasi Bodhisattva Avalokitesvara muncul di tengah angkasa, saat bervisualisasi harus fokus pada 1 pikiran, titik beratnya adalah satu pikiran, konsentrasi. Urutan visualisasi terdiri dari: pertama-tama visualisasi "BAN" berubah menjadi teratai, visualisasi lagi "AH" berubah menjadi cakra candra, kemudian visualisasi lagi "CHULI" atau "XIE" berubah menjadi Avalokitesvara Lengan 4, ini adalah urutan visualisasi, ini wajib dilakukan. Jika Anda tidak bervisualisasi demikian, itu Sadhana Avalokitesvara biasa bukan Sadhana Avalokitesvara Lengan 4. Yang satu ini sangat penting.
Avalokitesvara Lengan 4 dalam Tantra Tibet memiliki 2 lengan yang menopang ratnamani, bukan beranjali. Apa itu ratnamani? Ratnamani adalah pusaka pengabul kehendak yang sangat berharga (pusaka berharga). Di dalam mantra-Nya ada "OM. MANI." yakni pusaka yang paling berharga. Dua tangan lain yang menjulur di bawah, yang kiri memegang teratai putih; satu lagi memegang japamala. Tangan yang memegang teratai melambangkan "kebijaksanaan". Tangan yang memegang japamala melambangkan apa? Yakni, Anda menghitung satu berarti menyeberangkan satu insan; hitung satu kali "OM MANI PADME HUM" berarti menyeberangkan satu insan; japa satu kali "OM MANI PADME HUM" berarti menyeberangkan satu insan, ada arti di dalamnya. Jadi, Avalokitesvara Lengan 4 harus divisualisasikan.
Di tengah adalah Pancabuddha, pusatnya adalah Buddha Amitabha, melambangkan "XIE" atau tempat asal-Nya adalah Buddha Amitabha, mengenakan mahkota Pancabuddha, wajah sangat agung; tubuh-Nya mengenakan jubah lima warna, melambangkan sistem Pancabuddha; Ia mengenakan banyak pusaka berharga, seperti cincin, gelang tangan, gelang kaki, di dada-Nya ada batu berharga, semuanya melambangkan tubuh-Nya. Pertama, Anda harus visualisasi Ia muncul; kedua, Anda harus japa mantra Caturvidya "ZHA HUM BAN HUO", mudra "ZHA HUM BAN HUO" adalah begini. (Mahaguru memperagakan mudra) Arti dari "ZHA HUM BAN HUO" adalah mengundang Avalokitesvara Lengan 4 memasuki tubuh saya, saya sendiri berubah menjadi Avalokitevara Lengan 4, saat ini kedua tangan Anda menopang ratnamani, satu tangan memegang teratai putih, satu tangan lagi memegang japamala, Anda sendiri pun berubah menjadi Bodhisattva Avalokitesvara.
Saat ini, visualisasi lagi dari hati Anda, "OM AH HUM", sinar biru menembak dari aksara "HUM", mengundang Pancabuddha, Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa; Pancabuddha memancarkan cahaya menyinari seluruh umat di tempat upacara; Pancabuddha memancarkan cahaya membimbing para makhluk arwah ke Sukhavatiloka Barat; Pancabuddha memancarkan terang memberkati semua orang, saat ini, semua orang karena menerima pancaran cahaya Bodhisattva Avalokitesvara, semua permohonan dalam hati kalian terkabulkan, atau seluruh karma penyakit tersingkirkan.
Inilah visualisasi terpenting dalam menekuni Sadhana Avalokitesvara Lengan 4, japa mantra, dan memasuki samadhi, di sinilah kunci sadhana yang terpenting. Jadi, tadi kita bersadhana, saya melakukan visualisasi demikian dan memasuki samadhi. Sebelum bhiksu lama menyebutkan memasuki samadhi dalam tataritual ini, dari awal saya sudah memasuki samadhi, saya terus menebarkan cahaya hati, semoga cahaya ini menuntun Pancabuddha, menuntun seluruh Buddha Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa, memancarkan cahaya memberkati semua nama yang didaftarkan, supaya permohonan semua orang dapat terwujud dan sejahtera; (hadirin tepuk tangan) biarlah upacara kita kali ini dapat memancarkan terang, menerangi seluruh dunia. Ini sangat penting.
Kita tahu Bodhisattva Avalokitesvara memiliki manfaat yang besar untuk memancarkan cahaya. Pertama, Ia dapat mencabut seluruh penderitaan umat, misalnya orang yang sakit, orang yang terlibat perkara pengadilan, orang yang bernasib buruk, juga orang yang memiliki masalah ekonomi, seluruhnya bisa dicabut. Kemudian, bisa memberkati seluruh umat agar memperoleh terang dan kesejahteraan. Ini sangat penting. Tadinya berkah Anda sangat minim, berkah Anda pun meningkat; tadinya kebijaksanaan Anda sangat minim, kebijaksanaan Anda pun meningkat. Jadi, dalam sadhana kali ini, asalkan Anda melihat Bodhisattva Avalokitesvara, mendengar mantra Bodhisattva Avalokitesvara, merasakan Avalokitesvara Bodhisattva, mengenal Bodhisattva Avalokitesvara, setiap orang kelak dapat mencapai kebuddhaan. (Hadirin tepuk tangan)
Di dalam gatha usai samadhi Avalokitesvara Lengan 4 tertulis demikian: "Sembah sujud pada Avalokitesvara Lengan 4, di atas relung kepala terdapat Buddha Amitabha nan agung, cahaya maha-suci yang murni dan tanpa noda, menerangi dan memberi kebaikan pada seluruh insan." Biasanya cara sadhana Avalokitesvara Lengan 4 seperti ini, harus visualisasi "BAN", visualisasi "AH" di atas teratai, visualisasi lagi "XIE", kemudian muncul lagi Avalokitesvara Lengan 4. Sadhana biasa kita harusnya merupakan Sadhana Arya Avalokitesvara. Sementara, Sadhana Avalokitesvara Lengan 4 harusnya seperti itu.
Kita tahu, Bodhisattva Avalokitesvara tidak hanya memiliki maitri-karuna-mudita-upeksa tak terhingga, teratai di satu tangan-Nya juga melambangkan "kebijaksanaan". Walaupun ajaran Tantra membagi Bodhisattva Avalokitesvara, Manjushri, dan Vajrapani menjadi 3 kelompok, sesungguhnya Bodhisattva Avalokitesvara sendiri juga memiliki kebijaksanaan, teratai di satu tangan-Nya adalah kebijaksanaan. Kita harus memiliki kombinasi kebijaksanaan, welas asih, dan kebijaksanaan dalam membimbing para insan. Kita sering mengatakan "kombinasi antara welas asih dan kebijaksanaan", welas asih dan kebijaksanaan harus diterapkan berdampingan.
Seperti tadi Acarya Lian Ming yang mencapai pencerahan ini, ia memang mencapai pencerahan, kita secara khusus memakaikan jubah Dharmaraja. Selain itu, masih banyak yang mencapai pencerahan, kelak jika satu per satu datang, satu per satu harus dipakaikan jubah Dharmaraja, jubah sesepuh adalah jubah Dharmaraja. (Hadirin tepuk tangan) Di antara acarya kita juga ada yang mencapai pencerahan, namun, ia beda. Mengapa? Ada yang duluan, ada yang belakangan. Karena Acarya Lian Ming adalah orang pertama yang mencapai pencerahan, jadi, ia orang pertama yang diberikan jubah Dharmaraja. Orang kedua yang mencapai pencerahan adalah Lianhua Jingbo, mengapa hari ini tidak memberikannya jubah Dharmaraja, sebab waktunya belum tiba, jika ia mengatakan waktunya telah tiba, Mahaguru tetap memberikannya jubah Dharmaraja.
Di antara acarya kita juga ada yang mencapai pencerahan, namun, mengapa Mahaguru tidak memberikannya jubah Dharmaraja? Sebab "ombak di belakang mendorong ombak di depan, ombak di depan mati di pantai", ia mau jubah Dharmaraja, boleh, Anda babarkan Dharma 50 tahun lagi! (Hadirin tepuk tangan) Kita biarkan yang muda unjuk gigi, acarya yang mencapai pencerahan ini kita check (amati) saja. Jadi, orang yang benar-benar mendapatkan jubah Dharmaraja/jubah sesepuh memiliki tanggungjawab yang sangat berat, (hadirin tepuk tangan) banyak kesulitan dan rintangan muncul di hadapan Anda, Anda harus menerobosnya; Anda harus bijaksana dalam menyeberangkan insan.
Ada satu contoh seperti ini, di Pingtung ada sebuah tempat landasan parasut, Acarya Lian Seng tahu tempat itu. Di Pingtung ada satu tempat landasan parasut, seorang kepala kompi membawa sepasukan prajurit parasut terjun dari tempat yang tinggi, parasut ini bukan terjun dari pesawat terbang. Kepala kompi mengajari mereka, "Kalian dalam hati hitung sampai 3, ingat tarik kancing parasut. 1, 2, 3, tarik! Terjun, parasut pun akan terbuka." Seluruh prajurit parasut melakukan sesuai aba-aba kepala kompi, salah satunya begitu terjun dari atas parasut lantas jatuh ke air, parasutnya tidak terbuka. Kepala kompi pun bertanya padanya, "Mengapa Anda bisa jatuh ke air, ini sangat memalukan. Parasut semua orang terbuka, hanya parasut Anda saja yang tidak terbuka?" Karena, orang itu gagap, Anda suruh dia sebut 1, 2, 3, dalam hati ia sebut sa..sa...sa...(phong), ia pun jatuh.
Justru di sini masalah kepala kompi, karena mengajari para insan harus sesuai potensinya, setiap insan memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda-beda, tidak semua bisa Anda ajari. Ia gagap, ia menyebut angka 1 saja lama, belum sempat menyebutkan angka 2, ia sudah jatuh ke tanah. Jadi, ia harus diajari secara khusus, genggam ujung jari, tekan 1 kali, 2 kali, 3 kali, lalu tarik. Inilah cara mengajar yang khusus, inilah kebijaksanaan.
Setiap insan itu berbeda-beda, ibarat wajah mereka juga berbeda-beda; hati juga berbeda-beda. Jika Anda sungguh ingin mengajari para insan, Anda harus belajar kebijaksanaan; tanpa kebijaksanaan, Anda tidak dapat mengajari para insan. Welas asih juga sama, dalam melakukan segala hal kita harus memiliki hati welas asih. Di sini juga ada sebuah kisah tentang welas asih. Ada seorang pemuda duduk di bus, di sampingnya duduk seorang nenek, tempat duduk sudah penuh. Tiba di sebuah halte, seorang ibu naik, ibu ini berperut besar, hamil. Nenek sangat welas asih, usianya sudah begitu lanjut tentu sungkan untuk berdiri, membiarkan tempat duduk untuk ibu hamil, ia pun mendorong sejenak pemuda itu. Namun, pemuda itu berkata pada si nenek, "Anak itu bukan anak saya!" Ini sungguh keterlaluan, pikirannya sudah melantur entah ke mana.
Pemuda ini tidak bijaksana. Kita sebagai umat Buddha tahu kombinasi antara welas asih dan kebijaksanaan, welas asih dan kebijaksanaan harus diterapkan bersamaan, ketika dua orang sama-sama welas asih, kekuatannya bisa muncul. Tadi, Acarya Lian Deng juga menyebutkan tentang keagungan dan menaati sila, bicara tentang menaati sila, kita sebagai umat Buddha tahu bahwa keagungan dapat diperoleh lewat menaati sila, ini juga sangat penting.
Mengapa menaati sila bisa memperagung diri sendiri, sebab dengan menaati sila, sikap Anda pun bisa sangat anggun, Anda pun menjadi teladan para insan. Lantas, Anda dalam bertutur kata sangat agung, wajah Anda sangat agung, mahkota Pancabuddha Anda sangat agung melekat di kepala Anda. Kali ini saya tidak tahu apakah acarya kita yang memakai mahkota Pancabuddha mengantuk atau tidak, seharusnya tidak ada! Sebab, ada beberapa kali acarya mengantuk, mahkota Pancabuddha nyaris jatuh, ia segera membetulkannya, lalu duduk dengan baik, tiba-tiba "pancing ikan" lagi, mahkota Pancabuddha jatuh lagi, ia segera membetulkannya. Ini jelas sekali dalam rekaman. Contoh sikap yang agung, Anda mengenakan mahkota Pancabuddha, mengenakan jubah dhyana, sikap duduk tegak, seperti prajurit, duduk 1/3 bagian kursi, kepala diangkat dan dada dibusungkan. Anda jangan katakan Anda selalu memasuki samadhi. Samadhi juga harus agung! Memasuki samadhi bukan berarti meneteskan air liur, apakah Anda menghadiri perjamuan Wangmu Niangniang? Memasuki samadhi dan mengantuk bisa terlihat, mengantuk itu sedang memancing ikan, mimpi bertemu Kakek Zhou, ini tidak agung lagi.
Lantas, bagaimana kita memperagung batin kita, kita menaati sila berarti memperagung batin kita. Bagaimana memperagung lahir/fisik kita? Dari lahir ke batin, dari batin ke lahir. Penampilan prajurit itu dari lahir ke batin. Dulu, bila kita hendak keluar, sepatu kulit harus digosok hingga mengkilap, setiap kali kepala kompi periksa, kita buru-buru menggosok sepatu kulit di belakang celana, kancingnya harus mengkilap, kancing tembaga sepatu kulit harus mengkilap, semua lencana harus mengkilap. Hari ini kita mengenakan mahkota Pancabuddha, mengenakan jubah dhyana, mengenakan jubah lama, sikap duduk harus agung, jangan membungkuk (logat Taiwan), berjalan juga sama. Jadi, bagi bhiksu ada istilah berjalan laksana angin, duduk laksana lonceng, berdiri laksana pohon pinus, berbaring laksana busur, ini ada standarnya, inilah penampilan yang agung dari seorang bhiksu. Sementara, keagungan dari dalam adalah maitri, karuna, mudita, dan upeksa, keagungan dari luar adalah berjalan laksana angin, berjalan jangan membungkuk.
Saya tahu Lian Deng menunjuk seorang bhiksu lama yang baru meninggal dunia, Acarya Lian Deng mirip sekali dengan bhiksu lama itu, kemiripannya 99 persen, tidak perlu dandan. Bukan menyamar, bukan seperti siswa Zhenfo Zong kita Tai zhiyuan, sekarang ia juga punya seorang putra Tai Jing, tingkat kemiripian mereka berdua 100 persen; tingkat kemiripan Acarya Lian Deng kita dengan bhiksu lama itu adalah 99 persen; tingkat kemiripan Acarya Lian Deng dengan Paman Mao yang dijuluki "Haijiao Qihao" itu 99 persen, bahkan gigi pun sama. (Hadirin tertawa)
Tapi, Acarya Lian Deng kita lebih agung! (Hadirin tepuk tangan) Sungguh! Kita harus agung, jangan sekali-kali melakukan hal-hal yang melanggar sila, seperti membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan mabuk-mabukan. Semua itu tidak boleh dilakukan, apalagi mabuk-mabukan. Bhiksu lama, upasaka/sika, yang mematuhi Pancasila Buddhisme, yang mematuhi Sila Bodhisattva jangan membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan mabuk-mabukan.
Ada satu telpon 0204, sekali telepon sepertinya di seberang sana ada suara yang sangat tidak berkenan, demikianlah mereka saling menuntun satu sama lain. Ada seorang anak kecil setiap hari menelepon 0204, suatu hari ia berkata pada temannya, "Gawat, tagihan akan dikirim ke sini, tagihan telepon mahal sekali." "Lantas bagaimana?" "Entah mau bagaimana lagi!" Tagihan dikirim ke sini siapa yang bayar, temannya ikut panik. Tak lama kemudian ia ditanya lagi, "Apakah tagihan sudah dikirim ke sini?" "Sudah." "Kamu tidak apa-apa?" "Tidak, masalahnya adalah ayah saya." Ayah saya dipukul ibu saya sampai masuk rumah sakit. Kejadian apapun ada sebab akibatnya, karena Anda menelepon 0204, semacam kesenangan sesaat Anda, sesungguhnya itu tidak agung, itu tidak benar.
Ini masalah keagungan! Anda lihat seluruh Buddha dan Bodhisattva, bukankah setiap Buddha dan Bodhisattva sangat agung! Tidak ada Buddha dan Bodhisattva yang tidak agung, sikap duduk-Nya tegak atau alami, sangat mulia. Setelah Anda melihat keagungan Buddha dan Bodhisattva, hati Anda pun muncul keagungan, jika Anda tidak agung, Anda menghina diri sendiri. Setiap umat Buddha harus ingat, tindak tanduk kita harus sangat agung; jika Anda agung, para insan ikut Anda agung; jika Anda mematuhi sila, para insan ikut Anda mematuhi sila; jika Anda serakah, para insan ikut Anda serakah; Anda marah, para insan pun ikut Anda marah; Anda bodoh, para insan ikut Anda bodoh. Anda harus menyeberangkan para insan lewat welas asih, wujud keagungan, dan kebijaksanaan Anda.
Seperti mengantuk di atas panggung, tentu di bawah panggung juga ada yang mengantuk, di antara kalian siapa yang mengantuk, bisa terlihat. Orang di bawah panggung melihat ke atas, lebih jelas lagi, sebab setiap mahkota Pancabuddha sangat agung, mahkota Pancabuddha Anda sudah miring sebelah, mudah sekali terlihat. Dulu, saya pernah jadi guru, di bawah ada seorang siswa, sering mengantuk, setiap hari mengantuk. Kalian yang pernah sekolah pasti tahu, dulu guru sekolah begitu memutar badan melihat siswa itu mengantuk, ia akan memutuskan sedikit kapur lalu melemparnya, begitu siswa itu terlempar kapur, ia pun bangun. Guru pun berkata padanya, "Tahukah Anda! Kelinci dan kura-kura lomba lari, mengapa kura-kura bisa menang, mengapa kelinci bisa kalah?" Semua tahu cerita ini, kura-kura dan kelinci lomba lari, kelinci berlari sangat cepat, kemudian saat ia hampir mencapai garis akhir, ia pun melihat kura-kura merangkak perlahan-lahan di sana, ia pun tidur dulu, alhasil kura-kura juara 1. Siswa itu berdiri dan berkata, "Saya tahu, saya adalah kelinci, yang tidak tidur semuanya kura-kura." Ternyata yang mengantuk adalah kelinci, kita yang tidak tidur dan terus semangat adalah kura-kura. Siswa itu mengatakan demikian tentu adalah metafora, pandangan yang keliru.
Kita siswa Zhenfo Zong harus mengajari seluruh insan, Anda harus menggabungkan kebijaksanaan Anda sendiri, keagungan Anda, dan welas asih Anda, ditambah POWER Anda, Anda pun dapat menyeberangkan insan luas. Anda semua harus tahu, tiga kelompok dalam Tantra, Avalokitesvara yang welas asih, Bodhisattva Manjushri yang bijaksana, Bodhisattva Vajrapani POWER, kalian harus menerapkan welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala dari Vajrapani untuk menyelamatkan dan menyeberangkan seluruh insan. Kita Zhenfo Zong dapat menyeberangkan begitu banyak insan luas di dalam lingkungan yang sulit ini, justru karena welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala. (Hadirin tepuk tangan)
Seperti Sdr. Deng Yingjia, ia sendiri adalah dosen universitas, bahkan seorang Doktor, tadinya ia telah bunuh diri, dirinya tiba di depan pintu neraka, Mahaguru dapat muncul saat itu, muncul di depan pintu neraka, kemudian mengembalikannya dari pintu neraka ke alam saka, (hadirin tepuk tangan) inilah kekuatan Vajrapani. Hari ini ia bisa menjadi bhiksu, dapat mengorbankan hayat demi Dharma, saya justru mau keberaniannya ini. (Hadirin tepuk tangan) Saya menyelamatkannya dari pintu neraka, menyelamatkan jiwanya, supaya ia memiliki pikiran yang benar, saya memiliki Dharmabala Bodhisattva Vajrapani untuk menyelamatkan orang di alam baka, saya pergi ke pintu neraka untuk menyelamatkan orang, kita harus memiliki kekuatan demikian. Anda menyeberangkannya, jiwanya berhasil diselamatkan kembali.
Ia adalah Padmakumara Hijau, ia tidak boleh mengorbankan diri secara sia-sia, saya harus menyelamatkannya. Setelah menyelamatkannya, ia boleh mengorbankan hayat demi Dharma. (Hadirin tepuk tangan) Ia mengucapkan ikrar agung / Bodhicitta, kelak ia akan mendirikan "Dayuan Leizang Si" di Tainan. (Hadirin tepuk tangan) Anda menyelamatkan seorang insan, berikan pandangan yang benar padanya, ia sendiri akan memancarkan cahayanya. Jadi, saat kita menyelamatkan para insan, kita juga harus memiliki Dharmabala, menyelamatkannya dengan Dharmabala, ia bahkan seorang Padmakumara Hijau lagi, mau tak mau harus ditolong, ia memiliki tanggungjawab besar, jangan biarkan ia di dalam neraka. Ia menyeberangkan para insan mengandalkan kekuatan ikrarnya, seluruh kekuatan ikrarnya dikembangkan. Ia adalah seorang cendekiawan, seorang Doktor, ia memiliki kriterianya sendiri, jadi, ia sangat cepat menyeberangkan insan, ia telah memekarkan teratai hijaunya. Teratai Emas Acarya Lian Ming juga telah mekar.
Selain itu, tadi ada seorang Padmakumara kecil, ia adalah warga Singapura, Lama Lian Lai yang baru menjadi bhiksu, saya berkata, ia juga Padmakumara, ia sangat sukses dalam menekuni Sadhana Persembahan Tubuh. Sewaktu saya mendengar Sadhana Persembahan Tubuh nya di Yuanxue Leizang Si, saya sangat kagum padanya, kelak teratainya telah mekar, teratai kecil bisa berubah menjadi teratai sedang, teratai sedang bisa berubah menjadi teratai besar, ia adalah teratai jingga. (Hadirin tepuk tangan) Kelak, kita lihat POWER yang ia kembangkan, kita menobatkannya.
Menyeberangkan para insan harus memiliki kekuatan, menyeberangkan insan tanpa kekuatan itu tidak mustahil. Kekuatan ini berasal dari kombinasi welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala. Anda jangan berkata, "Saya tidak sanggup lagi. Sekujur tubuh saya sudah tidak bertenaga. Saya sudah tua!" "Acarya tua kita ini, sudah tua! Hidup 2 tahun lagi! Saya tidak sanggup lagi!" "Menyeberangkan insan? Sudah tua! Sudah tidak sanggup lagi!" Kalian makan obat tonik! Ada beberapa acarya tua makan obat tonik! Acarya Lian Han sering makan tonik, ia acarya yang telah cerah!" (Hadirin tepuk tangan) Tapi, saya menaruh simpati padanya, tidak memakaikannya jubah sesepuh. Jika ia mau juga boleh! Jika ia tidak mau, tentu saja berikan pada generasi muda. Benar tidak. "Ombak di belakang mendorong ombak di depan, ombak di depan mati di atas pantai."
Anda tahu, lebih baik makanan tonik daripada obat tonik, menyerap makanan bergizi lebih baik daripada obat tonik. Ia juga mengerti makan tonik, makanannya sangat bergizi. Sekarang ia lumayan, bisa datang saja sudah sangat lumayan! Bisa datang saja sudah sangat bagus. (Hadirin tepuk tangan) Menurut Anda, makan apa supaya kita menjadi paling kuat? Mau tahu tentang obat tonik dan makanan tonik, mintalah petunjuk Acarya Lian Han.
Menurut saya pribadi, menyeberangkan para insan sungguh harus memiliki hati welas asih. Sekali hati welas asih Anda berkembang, siapapun Anda boleh terima, siapapun boleh diseberangkan, tidak ada insan yang tidak boleh diseberangkan; sekali hati welas asih berkembang, hati Anda sangat luas, insan yang Anda seberangkan sangat luas. Anda memiliki kebijaksanaan, Anda pun dapat menerapkan kebijaksanaan Anda, menyeberangkan setiap insan dengan cara yang berbeda-beda, dan bukan secara stereotip. Anda memiliki kekuatan, memiliki POWER, Anda memiliki daya gaib, Anda bisa menggelar upacara di alam baka dan neraka. Ini juga ada saksinya.
Badai finansial tidak berdampak negatif terhadap Mahaguru, mengapa tidak berdampak negatif? Sebab, saya sudah tahu dari awal. Gurudhara juga tahu, mengapa tidak berdampak negatif, sebab telah tahu dari awal. Dampak negatif ditekan hingga paling minim. Kita Zhenfo Zong tidak pernah PHK, (hadirin tertawa, tepuk tangan), sekalipun Anda seorang acarya yang kinerjanya sangat buruk, bhiksu lama yang kinerjanya sangat buruk, dharmacarya yang kinerjanya sangat buruk, Mahaguru tidak pernah PHK. Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasyaraya, seluruh umat se-Dharma, Mahaguru tidak pernah PHK. Mahaguru hanya di-"PHK" para insan, di-PHK siswa. Ia tidak mengakui saya Mahaguru ini, ia pun PHK saya, saya pun di-PHK.
Ingat, kebijaksanaan yang luas, welas asih yang luas, daya gaib yang luas, Buddhadharma tak terbatas, inilah 3 prinsip utama menyeberangkan insan. Om Mani Padme Hum.
Welas Asih, Kebijaksanaan, dan Dharmabala
(Intisari Ceramah Dharmaraja Lian Sheng pada Upacara Akbar Pemberkatan Musim Semi Bodhisattva Avalokitesvara tahun Kerbau yang Diadakan Ling Shen Ching Tze Temple Tanggal 14 Februari 2009)
Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zhengkong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna mandala, sembah sujud pada Buddha dan Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa, sembah sujud pada Bodhisattva Avalokitesvara Lengan 4! Pemimpin upacara Acarya Lian Deng, Gurudhara Acarya Lian Xiang, juga Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, para umat se-Dharma, ketua vihara, juga umat se-Dharma di internet, salam sejahtera semuanya.
Hari ini kita menekuni Sadhana Avalokitesvara Lengan 4. Tadi, Acarya Lian Deng mengatakan bahwa Bodhisattva Avalokitesvara merupakan sesosok Bodhisattva yang paling welas asih. Sesungguhnya, Tantra membaginya menjadi 3 kelompok, kelompok pertama adalah welas asih, diwakili oleh Bodhisattva Avalokitesvara; kelompok kedua adalah kebijaksanaan, diwakili oleh Bodhisattva Manjushri; kelompok ketiga adalah yang menghasilkan Dharmabala, diwakili oleh Bodhisattva Vajrapani. Avalokitesvara, Manjushri, Vajrapani disebut 3 kelompok Tantra. Tadi, Acarya Lian Deng juga mengatakan bahwa maitri, karuna, mudita, dan upeksa-Nya tak terbatas. Hari ini kita menekuni sadhana-Nya di sini, sama halnya dengan berdana paling luas dan tak terbatas. Dalam upacara ini, saya akan menerangkan kunci Sadhana Avalokitesvara Lengan 4.
Di dalam Tantra, Anda harus menekuni Avalokitesvara Lengan 4. Sebab, Avalokitesvara Lengan 4 adalah sesosok bodhisattva terpenting bagi hampir seluruh Tantra Tibet. Di Tibet, setiap orang Tibet menjapa "OM MANI PADME HUM"; sama halnya dengan menjapa "AMITABHA" dalam Agama Buddha Han di daratan tengah. Seluruh rinpoche tertinggi adalah titisan dari Avalokitesvara Lengan 4, termasuk Karmapa, Dalai Lama, semuanya titisan Avalokitevara Lengan 4, semuanya rinpoche tertinggi.
Asalkan Anda memasuki kawasan Tibet, tumpukan mani yang ada di mana-mana bertuliskan "OM MANI PADME HUM" Avalokitesvara Lengan 4. Seluruh tembok tertulis aksara mantra-Nya. Pembabaran Avalokitevara Lengan 4 paling luas, welas asih-Nya boleh dikatakan luas tak terhingga. Tadi saya perhatikan dengan seksama tataritual sadhana kita, visualisasi di dalamnya sangat penting, ada satu yang dikatakan Prof. Zhu, setiap sadhana sebelum ditekuni harus visualisasi sunya, "visualisasi sunya membersihkan karma", gunanya membersihkan rintangan karma Anda, memadamkan seluruh pikiran dan khayalan Anda, itulah sunya; ketika seluruh pikiran padam, itulah sunya; ketika seluruh pikiran padam, di tengah angkasa muncul sebuah aksara "BAN", sebuah lingkaran, sebuah persegi empat, setelah aksara Sansekerta "BAN" muncul, muncul sekuntum teratai, di tengah putik teratai juga ada sebuah aksara "AH"; aksara "AH" ini menebitkan sebuah cakra candra, di pusat cakra candra ada sebuah aksara "XIE", di Tantra Timur disebut "CHULI", di Tantra Tibet disebut "XIE". Dari aksara "XIE", muncullah penjelmaan Avalokitesvara Lengan 4.
Dalam menekuni sadhana ini, Anda harus bervisualisasi. Anda visualisasi Bodhisattva Avalokitesvara muncul di tengah angkasa, saat bervisualisasi harus fokus pada 1 pikiran, titik beratnya adalah satu pikiran, konsentrasi. Urutan visualisasi terdiri dari: pertama-tama visualisasi "BAN" berubah menjadi teratai, visualisasi lagi "AH" berubah menjadi cakra candra, kemudian visualisasi lagi "CHULI" atau "XIE" berubah menjadi Avalokitesvara Lengan 4, ini adalah urutan visualisasi, ini wajib dilakukan. Jika Anda tidak bervisualisasi demikian, itu Sadhana Avalokitesvara biasa bukan Sadhana Avalokitesvara Lengan 4. Yang satu ini sangat penting.
Avalokitesvara Lengan 4 dalam Tantra Tibet memiliki 2 lengan yang menopang ratnamani, bukan beranjali. Apa itu ratnamani? Ratnamani adalah pusaka pengabul kehendak yang sangat berharga (pusaka berharga). Di dalam mantra-Nya ada "OM. MANI." yakni pusaka yang paling berharga. Dua tangan lain yang menjulur di bawah, yang kiri memegang teratai putih; satu lagi memegang japamala. Tangan yang memegang teratai melambangkan "kebijaksanaan". Tangan yang memegang japamala melambangkan apa? Yakni, Anda menghitung satu berarti menyeberangkan satu insan; hitung satu kali "OM MANI PADME HUM" berarti menyeberangkan satu insan; japa satu kali "OM MANI PADME HUM" berarti menyeberangkan satu insan, ada arti di dalamnya. Jadi, Avalokitesvara Lengan 4 harus divisualisasikan.
Di tengah adalah Pancabuddha, pusatnya adalah Buddha Amitabha, melambangkan "XIE" atau tempat asal-Nya adalah Buddha Amitabha, mengenakan mahkota Pancabuddha, wajah sangat agung; tubuh-Nya mengenakan jubah lima warna, melambangkan sistem Pancabuddha; Ia mengenakan banyak pusaka berharga, seperti cincin, gelang tangan, gelang kaki, di dada-Nya ada batu berharga, semuanya melambangkan tubuh-Nya. Pertama, Anda harus visualisasi Ia muncul; kedua, Anda harus japa mantra Caturvidya "ZHA HUM BAN HUO", mudra "ZHA HUM BAN HUO" adalah begini. (Mahaguru memperagakan mudra) Arti dari "ZHA HUM BAN HUO" adalah mengundang Avalokitesvara Lengan 4 memasuki tubuh saya, saya sendiri berubah menjadi Avalokitevara Lengan 4, saat ini kedua tangan Anda menopang ratnamani, satu tangan memegang teratai putih, satu tangan lagi memegang japamala, Anda sendiri pun berubah menjadi Bodhisattva Avalokitesvara.
Saat ini, visualisasi lagi dari hati Anda, "OM AH HUM", sinar biru menembak dari aksara "HUM", mengundang Pancabuddha, Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa; Pancabuddha memancarkan cahaya menyinari seluruh umat di tempat upacara; Pancabuddha memancarkan cahaya membimbing para makhluk arwah ke Sukhavatiloka Barat; Pancabuddha memancarkan terang memberkati semua orang, saat ini, semua orang karena menerima pancaran cahaya Bodhisattva Avalokitesvara, semua permohonan dalam hati kalian terkabulkan, atau seluruh karma penyakit tersingkirkan.
Inilah visualisasi terpenting dalam menekuni Sadhana Avalokitesvara Lengan 4, japa mantra, dan memasuki samadhi, di sinilah kunci sadhana yang terpenting. Jadi, tadi kita bersadhana, saya melakukan visualisasi demikian dan memasuki samadhi. Sebelum bhiksu lama menyebutkan memasuki samadhi dalam tataritual ini, dari awal saya sudah memasuki samadhi, saya terus menebarkan cahaya hati, semoga cahaya ini menuntun Pancabuddha, menuntun seluruh Buddha Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa, memancarkan cahaya memberkati semua nama yang didaftarkan, supaya permohonan semua orang dapat terwujud dan sejahtera; (hadirin tepuk tangan) biarlah upacara kita kali ini dapat memancarkan terang, menerangi seluruh dunia. Ini sangat penting.
Kita tahu Bodhisattva Avalokitesvara memiliki manfaat yang besar untuk memancarkan cahaya. Pertama, Ia dapat mencabut seluruh penderitaan umat, misalnya orang yang sakit, orang yang terlibat perkara pengadilan, orang yang bernasib buruk, juga orang yang memiliki masalah ekonomi, seluruhnya bisa dicabut. Kemudian, bisa memberkati seluruh umat agar memperoleh terang dan kesejahteraan. Ini sangat penting. Tadinya berkah Anda sangat minim, berkah Anda pun meningkat; tadinya kebijaksanaan Anda sangat minim, kebijaksanaan Anda pun meningkat. Jadi, dalam sadhana kali ini, asalkan Anda melihat Bodhisattva Avalokitesvara, mendengar mantra Bodhisattva Avalokitesvara, merasakan Avalokitesvara Bodhisattva, mengenal Bodhisattva Avalokitesvara, setiap orang kelak dapat mencapai kebuddhaan. (Hadirin tepuk tangan)
Di dalam gatha usai samadhi Avalokitesvara Lengan 4 tertulis demikian: "Sembah sujud pada Avalokitesvara Lengan 4, di atas relung kepala terdapat Buddha Amitabha nan agung, cahaya maha-suci yang murni dan tanpa noda, menerangi dan memberi kebaikan pada seluruh insan." Biasanya cara sadhana Avalokitesvara Lengan 4 seperti ini, harus visualisasi "BAN", visualisasi "AH" di atas teratai, visualisasi lagi "XIE", kemudian muncul lagi Avalokitesvara Lengan 4. Sadhana biasa kita harusnya merupakan Sadhana Arya Avalokitesvara. Sementara, Sadhana Avalokitesvara Lengan 4 harusnya seperti itu.
Kita tahu, Bodhisattva Avalokitesvara tidak hanya memiliki maitri-karuna-mudita-upeksa tak terhingga, teratai di satu tangan-Nya juga melambangkan "kebijaksanaan". Walaupun ajaran Tantra membagi Bodhisattva Avalokitesvara, Manjushri, dan Vajrapani menjadi 3 kelompok, sesungguhnya Bodhisattva Avalokitesvara sendiri juga memiliki kebijaksanaan, teratai di satu tangan-Nya adalah kebijaksanaan. Kita harus memiliki kombinasi kebijaksanaan, welas asih, dan kebijaksanaan dalam membimbing para insan. Kita sering mengatakan "kombinasi antara welas asih dan kebijaksanaan", welas asih dan kebijaksanaan harus diterapkan berdampingan.
Seperti tadi Acarya Lian Ming yang mencapai pencerahan ini, ia memang mencapai pencerahan, kita secara khusus memakaikan jubah Dharmaraja. Selain itu, masih banyak yang mencapai pencerahan, kelak jika satu per satu datang, satu per satu harus dipakaikan jubah Dharmaraja, jubah sesepuh adalah jubah Dharmaraja. (Hadirin tepuk tangan) Di antara acarya kita juga ada yang mencapai pencerahan, namun, ia beda. Mengapa? Ada yang duluan, ada yang belakangan. Karena Acarya Lian Ming adalah orang pertama yang mencapai pencerahan, jadi, ia orang pertama yang diberikan jubah Dharmaraja. Orang kedua yang mencapai pencerahan adalah Lianhua Jingbo, mengapa hari ini tidak memberikannya jubah Dharmaraja, sebab waktunya belum tiba, jika ia mengatakan waktunya telah tiba, Mahaguru tetap memberikannya jubah Dharmaraja.
Di antara acarya kita juga ada yang mencapai pencerahan, namun, mengapa Mahaguru tidak memberikannya jubah Dharmaraja? Sebab "ombak di belakang mendorong ombak di depan, ombak di depan mati di pantai", ia mau jubah Dharmaraja, boleh, Anda babarkan Dharma 50 tahun lagi! (Hadirin tepuk tangan) Kita biarkan yang muda unjuk gigi, acarya yang mencapai pencerahan ini kita check (amati) saja. Jadi, orang yang benar-benar mendapatkan jubah Dharmaraja/jubah sesepuh memiliki tanggungjawab yang sangat berat, (hadirin tepuk tangan) banyak kesulitan dan rintangan muncul di hadapan Anda, Anda harus menerobosnya; Anda harus bijaksana dalam menyeberangkan insan.
Ada satu contoh seperti ini, di Pingtung ada sebuah tempat landasan parasut, Acarya Lian Seng tahu tempat itu. Di Pingtung ada satu tempat landasan parasut, seorang kepala kompi membawa sepasukan prajurit parasut terjun dari tempat yang tinggi, parasut ini bukan terjun dari pesawat terbang. Kepala kompi mengajari mereka, "Kalian dalam hati hitung sampai 3, ingat tarik kancing parasut. 1, 2, 3, tarik! Terjun, parasut pun akan terbuka." Seluruh prajurit parasut melakukan sesuai aba-aba kepala kompi, salah satunya begitu terjun dari atas parasut lantas jatuh ke air, parasutnya tidak terbuka. Kepala kompi pun bertanya padanya, "Mengapa Anda bisa jatuh ke air, ini sangat memalukan. Parasut semua orang terbuka, hanya parasut Anda saja yang tidak terbuka?" Karena, orang itu gagap, Anda suruh dia sebut 1, 2, 3, dalam hati ia sebut sa..sa...sa...(phong), ia pun jatuh.
Justru di sini masalah kepala kompi, karena mengajari para insan harus sesuai potensinya, setiap insan memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda-beda, tidak semua bisa Anda ajari. Ia gagap, ia menyebut angka 1 saja lama, belum sempat menyebutkan angka 2, ia sudah jatuh ke tanah. Jadi, ia harus diajari secara khusus, genggam ujung jari, tekan 1 kali, 2 kali, 3 kali, lalu tarik. Inilah cara mengajar yang khusus, inilah kebijaksanaan.
Setiap insan itu berbeda-beda, ibarat wajah mereka juga berbeda-beda; hati juga berbeda-beda. Jika Anda sungguh ingin mengajari para insan, Anda harus belajar kebijaksanaan; tanpa kebijaksanaan, Anda tidak dapat mengajari para insan. Welas asih juga sama, dalam melakukan segala hal kita harus memiliki hati welas asih. Di sini juga ada sebuah kisah tentang welas asih. Ada seorang pemuda duduk di bus, di sampingnya duduk seorang nenek, tempat duduk sudah penuh. Tiba di sebuah halte, seorang ibu naik, ibu ini berperut besar, hamil. Nenek sangat welas asih, usianya sudah begitu lanjut tentu sungkan untuk berdiri, membiarkan tempat duduk untuk ibu hamil, ia pun mendorong sejenak pemuda itu. Namun, pemuda itu berkata pada si nenek, "Anak itu bukan anak saya!" Ini sungguh keterlaluan, pikirannya sudah melantur entah ke mana.
Pemuda ini tidak bijaksana. Kita sebagai umat Buddha tahu kombinasi antara welas asih dan kebijaksanaan, welas asih dan kebijaksanaan harus diterapkan bersamaan, ketika dua orang sama-sama welas asih, kekuatannya bisa muncul. Tadi, Acarya Lian Deng juga menyebutkan tentang keagungan dan menaati sila, bicara tentang menaati sila, kita sebagai umat Buddha tahu bahwa keagungan dapat diperoleh lewat menaati sila, ini juga sangat penting.
Mengapa menaati sila bisa memperagung diri sendiri, sebab dengan menaati sila, sikap Anda pun bisa sangat anggun, Anda pun menjadi teladan para insan. Lantas, Anda dalam bertutur kata sangat agung, wajah Anda sangat agung, mahkota Pancabuddha Anda sangat agung melekat di kepala Anda. Kali ini saya tidak tahu apakah acarya kita yang memakai mahkota Pancabuddha mengantuk atau tidak, seharusnya tidak ada! Sebab, ada beberapa kali acarya mengantuk, mahkota Pancabuddha nyaris jatuh, ia segera membetulkannya, lalu duduk dengan baik, tiba-tiba "pancing ikan" lagi, mahkota Pancabuddha jatuh lagi, ia segera membetulkannya. Ini jelas sekali dalam rekaman. Contoh sikap yang agung, Anda mengenakan mahkota Pancabuddha, mengenakan jubah dhyana, sikap duduk tegak, seperti prajurit, duduk 1/3 bagian kursi, kepala diangkat dan dada dibusungkan. Anda jangan katakan Anda selalu memasuki samadhi. Samadhi juga harus agung! Memasuki samadhi bukan berarti meneteskan air liur, apakah Anda menghadiri perjamuan Wangmu Niangniang? Memasuki samadhi dan mengantuk bisa terlihat, mengantuk itu sedang memancing ikan, mimpi bertemu Kakek Zhou, ini tidak agung lagi.
Lantas, bagaimana kita memperagung batin kita, kita menaati sila berarti memperagung batin kita. Bagaimana memperagung lahir/fisik kita? Dari lahir ke batin, dari batin ke lahir. Penampilan prajurit itu dari lahir ke batin. Dulu, bila kita hendak keluar, sepatu kulit harus digosok hingga mengkilap, setiap kali kepala kompi periksa, kita buru-buru menggosok sepatu kulit di belakang celana, kancingnya harus mengkilap, kancing tembaga sepatu kulit harus mengkilap, semua lencana harus mengkilap. Hari ini kita mengenakan mahkota Pancabuddha, mengenakan jubah dhyana, mengenakan jubah lama, sikap duduk harus agung, jangan membungkuk (logat Taiwan), berjalan juga sama. Jadi, bagi bhiksu ada istilah berjalan laksana angin, duduk laksana lonceng, berdiri laksana pohon pinus, berbaring laksana busur, ini ada standarnya, inilah penampilan yang agung dari seorang bhiksu. Sementara, keagungan dari dalam adalah maitri, karuna, mudita, dan upeksa, keagungan dari luar adalah berjalan laksana angin, berjalan jangan membungkuk.
Saya tahu Lian Deng menunjuk seorang bhiksu lama yang baru meninggal dunia, Acarya Lian Deng mirip sekali dengan bhiksu lama itu, kemiripannya 99 persen, tidak perlu dandan. Bukan menyamar, bukan seperti siswa Zhenfo Zong kita Tai zhiyuan, sekarang ia juga punya seorang putra Tai Jing, tingkat kemiripian mereka berdua 100 persen; tingkat kemiripan Acarya Lian Deng kita dengan bhiksu lama itu adalah 99 persen; tingkat kemiripan Acarya Lian Deng dengan Paman Mao yang dijuluki "Haijiao Qihao" itu 99 persen, bahkan gigi pun sama. (Hadirin tertawa)
Tapi, Acarya Lian Deng kita lebih agung! (Hadirin tepuk tangan) Sungguh! Kita harus agung, jangan sekali-kali melakukan hal-hal yang melanggar sila, seperti membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan mabuk-mabukan. Semua itu tidak boleh dilakukan, apalagi mabuk-mabukan. Bhiksu lama, upasaka/sika, yang mematuhi Pancasila Buddhisme, yang mematuhi Sila Bodhisattva jangan membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan mabuk-mabukan.
Ada satu telpon 0204, sekali telepon sepertinya di seberang sana ada suara yang sangat tidak berkenan, demikianlah mereka saling menuntun satu sama lain. Ada seorang anak kecil setiap hari menelepon 0204, suatu hari ia berkata pada temannya, "Gawat, tagihan akan dikirim ke sini, tagihan telepon mahal sekali." "Lantas bagaimana?" "Entah mau bagaimana lagi!" Tagihan dikirim ke sini siapa yang bayar, temannya ikut panik. Tak lama kemudian ia ditanya lagi, "Apakah tagihan sudah dikirim ke sini?" "Sudah." "Kamu tidak apa-apa?" "Tidak, masalahnya adalah ayah saya." Ayah saya dipukul ibu saya sampai masuk rumah sakit. Kejadian apapun ada sebab akibatnya, karena Anda menelepon 0204, semacam kesenangan sesaat Anda, sesungguhnya itu tidak agung, itu tidak benar.
Ini masalah keagungan! Anda lihat seluruh Buddha dan Bodhisattva, bukankah setiap Buddha dan Bodhisattva sangat agung! Tidak ada Buddha dan Bodhisattva yang tidak agung, sikap duduk-Nya tegak atau alami, sangat mulia. Setelah Anda melihat keagungan Buddha dan Bodhisattva, hati Anda pun muncul keagungan, jika Anda tidak agung, Anda menghina diri sendiri. Setiap umat Buddha harus ingat, tindak tanduk kita harus sangat agung; jika Anda agung, para insan ikut Anda agung; jika Anda mematuhi sila, para insan ikut Anda mematuhi sila; jika Anda serakah, para insan ikut Anda serakah; Anda marah, para insan pun ikut Anda marah; Anda bodoh, para insan ikut Anda bodoh. Anda harus menyeberangkan para insan lewat welas asih, wujud keagungan, dan kebijaksanaan Anda.
Seperti mengantuk di atas panggung, tentu di bawah panggung juga ada yang mengantuk, di antara kalian siapa yang mengantuk, bisa terlihat. Orang di bawah panggung melihat ke atas, lebih jelas lagi, sebab setiap mahkota Pancabuddha sangat agung, mahkota Pancabuddha Anda sudah miring sebelah, mudah sekali terlihat. Dulu, saya pernah jadi guru, di bawah ada seorang siswa, sering mengantuk, setiap hari mengantuk. Kalian yang pernah sekolah pasti tahu, dulu guru sekolah begitu memutar badan melihat siswa itu mengantuk, ia akan memutuskan sedikit kapur lalu melemparnya, begitu siswa itu terlempar kapur, ia pun bangun. Guru pun berkata padanya, "Tahukah Anda! Kelinci dan kura-kura lomba lari, mengapa kura-kura bisa menang, mengapa kelinci bisa kalah?" Semua tahu cerita ini, kura-kura dan kelinci lomba lari, kelinci berlari sangat cepat, kemudian saat ia hampir mencapai garis akhir, ia pun melihat kura-kura merangkak perlahan-lahan di sana, ia pun tidur dulu, alhasil kura-kura juara 1. Siswa itu berdiri dan berkata, "Saya tahu, saya adalah kelinci, yang tidak tidur semuanya kura-kura." Ternyata yang mengantuk adalah kelinci, kita yang tidak tidur dan terus semangat adalah kura-kura. Siswa itu mengatakan demikian tentu adalah metafora, pandangan yang keliru.
Kita siswa Zhenfo Zong harus mengajari seluruh insan, Anda harus menggabungkan kebijaksanaan Anda sendiri, keagungan Anda, dan welas asih Anda, ditambah POWER Anda, Anda pun dapat menyeberangkan insan luas. Anda semua harus tahu, tiga kelompok dalam Tantra, Avalokitesvara yang welas asih, Bodhisattva Manjushri yang bijaksana, Bodhisattva Vajrapani POWER, kalian harus menerapkan welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala dari Vajrapani untuk menyelamatkan dan menyeberangkan seluruh insan. Kita Zhenfo Zong dapat menyeberangkan begitu banyak insan luas di dalam lingkungan yang sulit ini, justru karena welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala. (Hadirin tepuk tangan)
Seperti Sdr. Deng Yingjia, ia sendiri adalah dosen universitas, bahkan seorang Doktor, tadinya ia telah bunuh diri, dirinya tiba di depan pintu neraka, Mahaguru dapat muncul saat itu, muncul di depan pintu neraka, kemudian mengembalikannya dari pintu neraka ke alam saka, (hadirin tepuk tangan) inilah kekuatan Vajrapani. Hari ini ia bisa menjadi bhiksu, dapat mengorbankan hayat demi Dharma, saya justru mau keberaniannya ini. (Hadirin tepuk tangan) Saya menyelamatkannya dari pintu neraka, menyelamatkan jiwanya, supaya ia memiliki pikiran yang benar, saya memiliki Dharmabala Bodhisattva Vajrapani untuk menyelamatkan orang di alam baka, saya pergi ke pintu neraka untuk menyelamatkan orang, kita harus memiliki kekuatan demikian. Anda menyeberangkannya, jiwanya berhasil diselamatkan kembali.
Ia adalah Padmakumara Hijau, ia tidak boleh mengorbankan diri secara sia-sia, saya harus menyelamatkannya. Setelah menyelamatkannya, ia boleh mengorbankan hayat demi Dharma. (Hadirin tepuk tangan) Ia mengucapkan ikrar agung / Bodhicitta, kelak ia akan mendirikan "Dayuan Leizang Si" di Tainan. (Hadirin tepuk tangan) Anda menyelamatkan seorang insan, berikan pandangan yang benar padanya, ia sendiri akan memancarkan cahayanya. Jadi, saat kita menyelamatkan para insan, kita juga harus memiliki Dharmabala, menyelamatkannya dengan Dharmabala, ia bahkan seorang Padmakumara Hijau lagi, mau tak mau harus ditolong, ia memiliki tanggungjawab besar, jangan biarkan ia di dalam neraka. Ia menyeberangkan para insan mengandalkan kekuatan ikrarnya, seluruh kekuatan ikrarnya dikembangkan. Ia adalah seorang cendekiawan, seorang Doktor, ia memiliki kriterianya sendiri, jadi, ia sangat cepat menyeberangkan insan, ia telah memekarkan teratai hijaunya. Teratai Emas Acarya Lian Ming juga telah mekar.
Selain itu, tadi ada seorang Padmakumara kecil, ia adalah warga Singapura, Lama Lian Lai yang baru menjadi bhiksu, saya berkata, ia juga Padmakumara, ia sangat sukses dalam menekuni Sadhana Persembahan Tubuh. Sewaktu saya mendengar Sadhana Persembahan Tubuh nya di Yuanxue Leizang Si, saya sangat kagum padanya, kelak teratainya telah mekar, teratai kecil bisa berubah menjadi teratai sedang, teratai sedang bisa berubah menjadi teratai besar, ia adalah teratai jingga. (Hadirin tepuk tangan) Kelak, kita lihat POWER yang ia kembangkan, kita menobatkannya.
Menyeberangkan para insan harus memiliki kekuatan, menyeberangkan insan tanpa kekuatan itu tidak mustahil. Kekuatan ini berasal dari kombinasi welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala. Anda jangan berkata, "Saya tidak sanggup lagi. Sekujur tubuh saya sudah tidak bertenaga. Saya sudah tua!" "Acarya tua kita ini, sudah tua! Hidup 2 tahun lagi! Saya tidak sanggup lagi!" "Menyeberangkan insan? Sudah tua! Sudah tidak sanggup lagi!" Kalian makan obat tonik! Ada beberapa acarya tua makan obat tonik! Acarya Lian Han sering makan tonik, ia acarya yang telah cerah!" (Hadirin tepuk tangan) Tapi, saya menaruh simpati padanya, tidak memakaikannya jubah sesepuh. Jika ia mau juga boleh! Jika ia tidak mau, tentu saja berikan pada generasi muda. Benar tidak. "Ombak di belakang mendorong ombak di depan, ombak di depan mati di atas pantai."
Anda tahu, lebih baik makanan tonik daripada obat tonik, menyerap makanan bergizi lebih baik daripada obat tonik. Ia juga mengerti makan tonik, makanannya sangat bergizi. Sekarang ia lumayan, bisa datang saja sudah sangat lumayan! Bisa datang saja sudah sangat bagus. (Hadirin tepuk tangan) Menurut Anda, makan apa supaya kita menjadi paling kuat? Mau tahu tentang obat tonik dan makanan tonik, mintalah petunjuk Acarya Lian Han.
Menurut saya pribadi, menyeberangkan para insan sungguh harus memiliki hati welas asih. Sekali hati welas asih Anda berkembang, siapapun Anda boleh terima, siapapun boleh diseberangkan, tidak ada insan yang tidak boleh diseberangkan; sekali hati welas asih berkembang, hati Anda sangat luas, insan yang Anda seberangkan sangat luas. Anda memiliki kebijaksanaan, Anda pun dapat menerapkan kebijaksanaan Anda, menyeberangkan setiap insan dengan cara yang berbeda-beda, dan bukan secara stereotip. Anda memiliki kekuatan, memiliki POWER, Anda memiliki daya gaib, Anda bisa menggelar upacara di alam baka dan neraka. Ini juga ada saksinya.
Badai finansial tidak berdampak negatif terhadap Mahaguru, mengapa tidak berdampak negatif? Sebab, saya sudah tahu dari awal. Gurudhara juga tahu, mengapa tidak berdampak negatif, sebab telah tahu dari awal. Dampak negatif ditekan hingga paling minim. Kita Zhenfo Zong tidak pernah PHK, (hadirin tertawa, tepuk tangan), sekalipun Anda seorang acarya yang kinerjanya sangat buruk, bhiksu lama yang kinerjanya sangat buruk, dharmacarya yang kinerjanya sangat buruk, Mahaguru tidak pernah PHK. Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasyaraya, seluruh umat se-Dharma, Mahaguru tidak pernah PHK. Mahaguru hanya di-"PHK" para insan, di-PHK siswa. Ia tidak mengakui saya Mahaguru ini, ia pun PHK saya, saya pun di-PHK.
Ingat, kebijaksanaan yang luas, welas asih yang luas, daya gaib yang luas, Buddhadharma tak terbatas, inilah 3 prinsip utama menyeberangkan insan. Om Mani Padme Hum.
Sutra Raja Agung Avalokitesvara Bodhisatva
Syair Pembuka Sutra:
Buddha Dharma yang sangat dalam dan sulit dimengerti. Berjuta-juta kalpapun sulit bertemu dengannya.
Kini aku telah melihat dan mendengar serta dapat mempelajarinya. Aku bertekad memahami arti sejati Tathagata.
Sutra Raja Agung Avalokitesvara Bodhisatva
Terpujilah Avalokitesvara Bodhisatva!
Terpujilah Sang Buddha! Terpujilah Dharma! Terpujilah Sangha!
Bagi siapa yg ingin mencapai loka Buddha, maka Buddha Dharma akan menjadi penolongnya. Jika senantiasa senang berlaku suci dan bersih dari Sang ?AKU?, pasti dapat membantu diperolehnnya Buddha Dharma.
Namo Maha Prajna Paramita adalah Mantera Yang Maha Keramat.
Namo Maha Prajna Paramita adalah Mantera Yang Maha Gemilang.
Namo Maha Prajna Paramita adalah Mantera Yang Maha Tiada Bandingya.
Namo Cing Kuang Mi Mi Fo. Fa Cang Fo. She Ce Hou Shen Cu You Wang Fo.
Fo Kao Si Mi Teng Wang Fo. Fa Hu Fo. Cing Kang Cang She Se You Si Fo.
Pao Sheng FO. Sen Thung Fo. Yao She Liu Li Kuang Wang Fo.
Phu Kuang Kung Te Shang Wang Fo. Shan Cu Kong Te Pao Wang Fo.
Tujuh Buddha yang telah lampau, ribuan Buddha dari Bhadra Kalpa yang sekarang dan yang akan datang, seribu lima ratus Buddha, lima belas ribu Buddha, lima ratus Buddha Hua Seng Wang Fo, seratus juta Buddha Cin Kang Cang Fo. Buddha Ting Kuang Fo.
Enam Buddha dari enam penjuru, yakni :
Buddha Pao Kuang Ye Tien Ye Miao Cun Yin Wang Fo dari Timur,
Buddha Shu Ken Hua Wang Fo dari Selatan,
Buddha Cao Wang Shen Thung Yen Hua Wang Fo dari Barat,
Buddha Ye Tien Ching Cing Fo dari Utara,
Buddha Wu Su Cing Cin Pao Sou Fo dari Atas,
Buddha Shan Ci Yen Yin WangFo dari Bawah
Juga Buddha To Pao Fo, Se Jia Mo Ni Fo, Mi Le Fo, Ah Chu Fo dan A Mi Tuo Fo.
Juga makhluk-makhluk yang hidup di dunia fana yang berada di alam loka Buddha, yang berjalan atau menetap di atas buni dan yang terbang di angkasa.
Karena belas kasihan-Nya kepada seluruh makhluk itu, maka dititahkan-Nya agar masing-masing mengasuhnya dengan aman dan tenang, setiap siang hari dan petang senantiasa membina diri, dalam hati senantiasa melafalkan Sutra ini.
Dengan berbuat demikian, dapat memadamkan api penderitaan dari kehidupan dan kematian, serta memusnahkan segala marabahaya.
Namo Avalokitesvara Bodhisattva Yang Maha Cemerlang,
Avalokitesvara Bodhisattva sebagai Pengawas Yang Cemerlang,
Avalokitesvara Bodhisattva sebagai Pelindung Yang Maha Agung Yang Cemerlang,
Avalokitesvara Bodhisattva sebagai Pembuka Pintu Keselamatan, Kebahagiaan Yang Cemerlang.
Beliau Adalah Yao Wang Phu Sa, Yao Shang Phu Sa, Manjusri Bodhisattva, Phu Sien Phu Sa, Shi Khung Cang Phu Sa, Ksitigarbha Bodhisattva dan para Bodhisattva di Gunung Ching Liang Pao Shan, Phu Kuan Wang Ju Lai Hua Seng Phu Sa.
Dari satu Kchana sampai pada Kchana yang lain terus melafalkan sutra ini, Tujuh Buddha Lokadjyechtha akan melindungi.
Bacalah Mantera seperti yang disebutkan di bawah ini :
?Li Pho Li Pho Ti, Ciu Ho Ciu Ho Ti, Thuo Lo Ni Ti, Ni Ho Lo Ti, Pi Li Ni Ti, Mo Ho Chie Ti, Cen Ling Chien Ti, Svaha!?
Syair Pembuka Sutra:
Buddha Dharma yang sangat dalam dan sulit dimengerti. Berjuta-juta kalpapun sulit bertemu dengannya.
Kini aku telah melihat dan mendengar serta dapat mempelajarinya. Aku bertekad memahami arti sejati Tathagata.
Sutra Raja Agung Avalokitesvara Bodhisatva
Terpujilah Avalokitesvara Bodhisatva!
Terpujilah Sang Buddha! Terpujilah Dharma! Terpujilah Sangha!
Bagi siapa yg ingin mencapai loka Buddha, maka Buddha Dharma akan menjadi penolongnya. Jika senantiasa senang berlaku suci dan bersih dari Sang ?AKU?, pasti dapat membantu diperolehnnya Buddha Dharma.
Namo Maha Prajna Paramita adalah Mantera Yang Maha Keramat.
Namo Maha Prajna Paramita adalah Mantera Yang Maha Gemilang.
Namo Maha Prajna Paramita adalah Mantera Yang Maha Tiada Bandingya.
Namo Cing Kuang Mi Mi Fo. Fa Cang Fo. She Ce Hou Shen Cu You Wang Fo.
Fo Kao Si Mi Teng Wang Fo. Fa Hu Fo. Cing Kang Cang She Se You Si Fo.
Pao Sheng FO. Sen Thung Fo. Yao She Liu Li Kuang Wang Fo.
Phu Kuang Kung Te Shang Wang Fo. Shan Cu Kong Te Pao Wang Fo.
Tujuh Buddha yang telah lampau, ribuan Buddha dari Bhadra Kalpa yang sekarang dan yang akan datang, seribu lima ratus Buddha, lima belas ribu Buddha, lima ratus Buddha Hua Seng Wang Fo, seratus juta Buddha Cin Kang Cang Fo. Buddha Ting Kuang Fo.
Enam Buddha dari enam penjuru, yakni :
Buddha Pao Kuang Ye Tien Ye Miao Cun Yin Wang Fo dari Timur,
Buddha Shu Ken Hua Wang Fo dari Selatan,
Buddha Cao Wang Shen Thung Yen Hua Wang Fo dari Barat,
Buddha Ye Tien Ching Cing Fo dari Utara,
Buddha Wu Su Cing Cin Pao Sou Fo dari Atas,
Buddha Shan Ci Yen Yin WangFo dari Bawah
Juga Buddha To Pao Fo, Se Jia Mo Ni Fo, Mi Le Fo, Ah Chu Fo dan A Mi Tuo Fo.
Juga makhluk-makhluk yang hidup di dunia fana yang berada di alam loka Buddha, yang berjalan atau menetap di atas buni dan yang terbang di angkasa.
Karena belas kasihan-Nya kepada seluruh makhluk itu, maka dititahkan-Nya agar masing-masing mengasuhnya dengan aman dan tenang, setiap siang hari dan petang senantiasa membina diri, dalam hati senantiasa melafalkan Sutra ini.
Dengan berbuat demikian, dapat memadamkan api penderitaan dari kehidupan dan kematian, serta memusnahkan segala marabahaya.
Namo Avalokitesvara Bodhisattva Yang Maha Cemerlang,
Avalokitesvara Bodhisattva sebagai Pengawas Yang Cemerlang,
Avalokitesvara Bodhisattva sebagai Pelindung Yang Maha Agung Yang Cemerlang,
Avalokitesvara Bodhisattva sebagai Pembuka Pintu Keselamatan, Kebahagiaan Yang Cemerlang.
Beliau Adalah Yao Wang Phu Sa, Yao Shang Phu Sa, Manjusri Bodhisattva, Phu Sien Phu Sa, Shi Khung Cang Phu Sa, Ksitigarbha Bodhisattva dan para Bodhisattva di Gunung Ching Liang Pao Shan, Phu Kuan Wang Ju Lai Hua Seng Phu Sa.
Dari satu Kchana sampai pada Kchana yang lain terus melafalkan sutra ini, Tujuh Buddha Lokadjyechtha akan melindungi.
Bacalah Mantera seperti yang disebutkan di bawah ini :
?Li Pho Li Pho Ti, Ciu Ho Ciu Ho Ti, Thuo Lo Ni Ti, Ni Ho Lo Ti, Pi Li Ni Ti, Mo Ho Chie Ti, Cen Ling Chien Ti, Svaha!?
(Gao-wang Guan-shi-yin Zhen-jing)
merupakan yang paling lama tersebar luas di Tiongkok,
merupakan sebuah sutra terlama di sejarah Tiongkok.
Lingkupannya sangat luas,
juga mengandung kekuatan kontak batin yang besar.
Saya juga mengetahui Sutra Dinasti Xi-xia ini,
semua orang Dinasti Xi-xia melafal sutra ini.
Yang tertulis dalam stempel kerajaan Xixia
adalah : Negeri Agung Maha-sveta (大白高國 / Da-bai Gao-guo),
merupakan sebuah Negara yang didirikan oleh
Maha Padmakumara Putih dan Avalokitesvara Raja Agung,
oleh karena itulah disebut sebagai Da-bai Gao-guo.
Saat Saya berada di Jepang,
menghaturkan sujud di 88 Bodhi-manda,
juga menjumpai ada Sutra Raja Agung Avalokitesvara bahasa Jepang,
Sutra ini juga tersebar sampai Jepang,
saya yakin sutra ini juga telah tersebar
di berbagai Negara yang terdapat Buddhisme.
Keutamaan Sutra ini adalah sangat cepat memberi kontak,
Terpidana mati di Penjara Changi,
setelah kremasi juga menghasilkan sarira,
karena melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara,
Sarira yang beraneka warna.
Dengan demikian, sutra tersebut memiliki
kekuatan mengikis karma yang nyata,
di dalamnya terdapat Mantra Tujuh Buddha.
Dalam gatha parinama Sutra ini juga tertulis :
"Melafal genap seribu kali, melenyapkan semua dosa berat."
oleh karena itulah kita semua harus melafalnya.
Saya berikan satu contoh kesaksian lagi,
Dalam Dharmadesana saya yang disiarkan live lewat jaringan internet,
Ada English translator, yaitu Miss Hanifa,
Di masa tua ayahnya melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara,
Hanya melafal Sutra ini tanpa henti,
Saat meninggal dunia,
kremasinya menghasilkan banyak sekali sarira,
bahkan sangat indah.
Satu contoh lagi, konsultan hukum Zhenfo zong,
Pengacara Zhuo Zhong-san,dulu saat dia ujian pengacara,
saya tidak enak mengatakan dia telah gagal beberapa kali.
Kakaknya bernama Zhuo Zhong-zheng, seorang diplomat,
ia memberitahu padanya :
"Lafalkanlah Sutra Raja Agung."
Pengacara Zhuo zhong-san menjawab :
"Untuk mempelajari buku pengacara saja saya sudah tidak sempat,
mana ada waktu untuk melafal Sutra Raja Agung ? "
Kakaknya mengatakan dia harus melafalnya.
Baiklah ! Dia menyempatkan sedikit waktu untuk melafalnya,
terus melafal, akhirnya lulus.
Sekarang putra Pengacara Zhuo zhong-san, lulus dari jurusan hukum,
juga akan mengikuti ujian pengacara, juga sama,
tidak tahu sudah ujian berapa kali,
Kemudian pengacara Zhuo zhong-san mengatakan padanya :
"Selain mempelajari buku hukum, lafalkan juga Sutra Raja Agung."
Setelah dia melafalnya,
kemudian mengikuti ujian dan berhasil.
Asalkan melafal Sutra Raja Agung, pasti akan lulus,
asal melafal pasti memperoleh perlindungan,
ini adalah sebuah sutra yang sangat cepat kontak batinnya,
sangat nyata.
Banyak juga orang yang memiliki perselisihan di pengadilan,
ajari mereka melafal Sutra Raja Agung,
karena di dalamnya tertulis
"Melafal genap seribu kali, melenyapkan dosa berat."
"Melenyapkan derita kelahiran dan kematian,
menyingkirkan racun yang mencelakakan."
Demikian juga jika ada yang mengguna-gunai Anda,
lafalkanlah Sutra Raja Agung Avalokitesvara,
guna-guna itu akan sirna, sebab :
"Melenyapkan semua racun mencelakakan."!
Bukankah ini sangat baik ?
"Melenyapkan derita kelahiran dan kematian,
menyingkirkan racun yang mencelakakan!"
Apalagi, ingat bahwa isi Sutra Raja Agung Avalokitesvara ini
adalah Nama Para Buddha dan Bodhisattva !
Dalam gatha parinama Sutra ini juga ada :
Sepuluh penjuru Avalokitesvara dan Semua Bodhisattva
berikrar menyelamatkan para insan,
mengikis karma buruk.
"Sepuluh penjuru Avalokitesvara" adalah :
Timur, Selatan, Barat, Utara, dibagi menjadi delapan bagian,
dan juga Atas dan Bawah,
ini bermakna bahwa semua Avalokitesvara hadir melindungi Anda !
Selain itu juga ada Semua Bodhisattva, termasuk :
Avalokitesvara, Manjusri, Samantabadra, Maitreya,
Ksitigarbha, Akasagarbha, Vajrapani,
Sarva-nivarana-viskambhin, semua hadir melindungi Anda.
Dengan demikian pasti menumbuhkan berkah karunia Anda.
Mengikis malapetaka Anda, menumbuhkan keharmonisan,
menumbuhkan Prajna dan menyeberangkan arwah.
Bodhisattva Raja Agung Avalokitesvara sungguh merupakan
Adinata Anuttara-maitri-karuna !
Kenapa tidak melafalnya ?
Oleh karena itulah, harus melafalkan Sutra Raja Agung Avalokitesvara.
Saya mengajari semua untuk melafal,
namun apakah Mahaguru sendiri ada melafal ? Ada !
Setiap hari Mahaguru melafalnya, tidak pernah tidak.
Sekalipun sangat sibuk, atau tidak memungkinkan bersadhana,
namun, tidak peduli itu di mobil, pesawat, perahu, hotel,
saya selalu melafal ! (suara tepuk tangan hadirin)
...
Terima kasih pada Avalokitesvara Raja Agung
yang sungguh "Melenyapkan derita kelahiran dan kematian,
menyingkirkan racun mencelakakan."
Terima kasih Avalokitesvara Raja Agung, senantiasa memberi dukungan,
Mahaguru juga mengharap setiap siswa melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara.
merupakan yang paling lama tersebar luas di Tiongkok,
merupakan sebuah sutra terlama di sejarah Tiongkok.
Lingkupannya sangat luas,
juga mengandung kekuatan kontak batin yang besar.
Saya juga mengetahui Sutra Dinasti Xi-xia ini,
semua orang Dinasti Xi-xia melafal sutra ini.
Yang tertulis dalam stempel kerajaan Xixia
adalah : Negeri Agung Maha-sveta (大白高國 / Da-bai Gao-guo),
merupakan sebuah Negara yang didirikan oleh
Maha Padmakumara Putih dan Avalokitesvara Raja Agung,
oleh karena itulah disebut sebagai Da-bai Gao-guo.
Saat Saya berada di Jepang,
menghaturkan sujud di 88 Bodhi-manda,
juga menjumpai ada Sutra Raja Agung Avalokitesvara bahasa Jepang,
Sutra ini juga tersebar sampai Jepang,
saya yakin sutra ini juga telah tersebar
di berbagai Negara yang terdapat Buddhisme.
Keutamaan Sutra ini adalah sangat cepat memberi kontak,
Terpidana mati di Penjara Changi,
setelah kremasi juga menghasilkan sarira,
karena melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara,
Sarira yang beraneka warna.
Dengan demikian, sutra tersebut memiliki
kekuatan mengikis karma yang nyata,
di dalamnya terdapat Mantra Tujuh Buddha.
Dalam gatha parinama Sutra ini juga tertulis :
"Melafal genap seribu kali, melenyapkan semua dosa berat."
oleh karena itulah kita semua harus melafalnya.
Saya berikan satu contoh kesaksian lagi,
Dalam Dharmadesana saya yang disiarkan live lewat jaringan internet,
Ada English translator, yaitu Miss Hanifa,
Di masa tua ayahnya melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara,
Hanya melafal Sutra ini tanpa henti,
Saat meninggal dunia,
kremasinya menghasilkan banyak sekali sarira,
bahkan sangat indah.
Satu contoh lagi, konsultan hukum Zhenfo zong,
Pengacara Zhuo Zhong-san,dulu saat dia ujian pengacara,
saya tidak enak mengatakan dia telah gagal beberapa kali.
Kakaknya bernama Zhuo Zhong-zheng, seorang diplomat,
ia memberitahu padanya :
"Lafalkanlah Sutra Raja Agung."
Pengacara Zhuo zhong-san menjawab :
"Untuk mempelajari buku pengacara saja saya sudah tidak sempat,
mana ada waktu untuk melafal Sutra Raja Agung ? "
Kakaknya mengatakan dia harus melafalnya.
Baiklah ! Dia menyempatkan sedikit waktu untuk melafalnya,
terus melafal, akhirnya lulus.
Sekarang putra Pengacara Zhuo zhong-san, lulus dari jurusan hukum,
juga akan mengikuti ujian pengacara, juga sama,
tidak tahu sudah ujian berapa kali,
Kemudian pengacara Zhuo zhong-san mengatakan padanya :
"Selain mempelajari buku hukum, lafalkan juga Sutra Raja Agung."
Setelah dia melafalnya,
kemudian mengikuti ujian dan berhasil.
Asalkan melafal Sutra Raja Agung, pasti akan lulus,
asal melafal pasti memperoleh perlindungan,
ini adalah sebuah sutra yang sangat cepat kontak batinnya,
sangat nyata.
Banyak juga orang yang memiliki perselisihan di pengadilan,
ajari mereka melafal Sutra Raja Agung,
karena di dalamnya tertulis
"Melafal genap seribu kali, melenyapkan dosa berat."
"Melenyapkan derita kelahiran dan kematian,
menyingkirkan racun yang mencelakakan."
Demikian juga jika ada yang mengguna-gunai Anda,
lafalkanlah Sutra Raja Agung Avalokitesvara,
guna-guna itu akan sirna, sebab :
"Melenyapkan semua racun mencelakakan."!
Bukankah ini sangat baik ?
"Melenyapkan derita kelahiran dan kematian,
menyingkirkan racun yang mencelakakan!"
Apalagi, ingat bahwa isi Sutra Raja Agung Avalokitesvara ini
adalah Nama Para Buddha dan Bodhisattva !
Dalam gatha parinama Sutra ini juga ada :
Sepuluh penjuru Avalokitesvara dan Semua Bodhisattva
berikrar menyelamatkan para insan,
mengikis karma buruk.
"Sepuluh penjuru Avalokitesvara" adalah :
Timur, Selatan, Barat, Utara, dibagi menjadi delapan bagian,
dan juga Atas dan Bawah,
ini bermakna bahwa semua Avalokitesvara hadir melindungi Anda !
Selain itu juga ada Semua Bodhisattva, termasuk :
Avalokitesvara, Manjusri, Samantabadra, Maitreya,
Ksitigarbha, Akasagarbha, Vajrapani,
Sarva-nivarana-viskambhin, semua hadir melindungi Anda.
Dengan demikian pasti menumbuhkan berkah karunia Anda.
Mengikis malapetaka Anda, menumbuhkan keharmonisan,
menumbuhkan Prajna dan menyeberangkan arwah.
Bodhisattva Raja Agung Avalokitesvara sungguh merupakan
Adinata Anuttara-maitri-karuna !
Kenapa tidak melafalnya ?
Oleh karena itulah, harus melafalkan Sutra Raja Agung Avalokitesvara.
Saya mengajari semua untuk melafal,
namun apakah Mahaguru sendiri ada melafal ? Ada !
Setiap hari Mahaguru melafalnya, tidak pernah tidak.
Sekalipun sangat sibuk, atau tidak memungkinkan bersadhana,
namun, tidak peduli itu di mobil, pesawat, perahu, hotel,
saya selalu melafal ! (suara tepuk tangan hadirin)
...
Terima kasih pada Avalokitesvara Raja Agung
yang sungguh "Melenyapkan derita kelahiran dan kematian,
menyingkirkan racun mencelakakan."
Terima kasih Avalokitesvara Raja Agung, senantiasa memberi dukungan,
Mahaguru juga mengharap setiap siswa melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara.
Januari 13, 2013 · Disimpan dalam Penyakit dan mencari solusinya, sadhana dalam esoterik
Kutipan Intisari Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu 22 Des 2012Translated by Lian-hua Jun Shian
☑ Amitayus Buddha adalah manifestasi dari Amitabha Buddha, saat melafal Nama Agung kita melafal : “Namo Amitabhaya Buddhaya.” , umat Tao melafal : “Namo Wu-liang-sou Fo.” ( Namo Buddha Usia Tanpa Batas ), sesungguhnya Beliau Tanpa Batas Usia ( Amitayus ) dan Cahaya Tanpa Batas ( Amitabha ), Beliau adalah Amitabha Buddha. Manifestasi Amitabha Buddha adalah Amitayus Tathagata.
☑ Amitayus Tathagata mempunyai mudra , sama dengan Mudra Dhyana dari Amitabha Buddha, juga ada mantra dan visualisasinya. Amitayus Tathagata berwarna merah, Amitabha Buddha di Barat juga sama merah.
☑ Saat Anda menekuni Sadhana Amitayus Buddha, secara khusus melakukan visualisasi ditangan Beliau terdapat kalasa amrta panjang usia, bervisualisasi Amitayus Buddha menetap di atas ubun-ubun Anda, kemudian amrta dari kalasa mentes masuk mengabhiseka Anda, supaya semua rintangan karma, bahkan segala pertanda kematian, berubah menjadi air berwarna hitam yang keluar melalui pori-pori tubuh Anda. Usai visualisasi, Anda perlu menjapa mantra Amitayus Buddha. Saat bervisualisasi Anda harus membentuk mudra Amitayus Buddha, inilah Sadhana Amitayus Buddha.
☑ Dalam Sadhana Amitayus Buddha, yang terutama adalah memvisualisasikan Beliau menetap di atas ubun-ubun, kemudian amrta panjang usia dari kalasa, terus mengalir melalui nadi tengah Anda sampai pada ketiga nadi dan tujuh cakra, bahkan sampai ke cakra dan nadi yang subtil, memenuhi sekujur tubuh, supaya semua air hitam dalam sekujur tubuh Anda mengalir keluar, dengan demikian Anda dapat memperoleh panjang usia. Hari ini Amtayus Tathagata menetap di atas usnisa-Ku, kemudian amrta-Nya mengalir masuk kedalam tubuh-Ku, dan air hitam mengalir keluar dari tubuh. Oleh karena itu Mahaguru bisa memperpanjang usia. ( Hadirin bertepuk tangan ) Juga mendoakan semoga Anda semua yang hari ini hadir untuk mengikuti upacara, semua yang menyaksikan lewat internet, semua siswa Zhenfo zong, memperoleh kesehatan dan panjang usia.
☑ Dalam Tantrayana saat berjumpa dengan saudara Sedharma, pada akhirnya akan mengatakan Tashi Delek ( Sesuai Kehendak dan Mangala ), juga akan mengatakan : “Semoga Anda sehat dan panjang usia.” Ini merupakan sapaan yang mendasar.
☑ Tubuh jasmani manusia ada batas usianya, baik itu panjang usia, pendek usia maupun mati muda, semua akan mengalami sebuah fenomena yang di dalam Tantrayana disebut dengan Pertanda Kematian, yaitu sebuah fenomena tibanya kematian. Saat itulah, sewaktu pertanda kematiaan muncul, Anda perlu untuk menekuni Sadhana Amitayus Buddha, ini sangat penting.
☑ Saya akan memberitahu Anda semua, bagaimanakah itu pertanda kematian, saat Anda merasa tubuh dan pikiran Anda tidak mempunyai daya, tidak berkekuatan, tangan tidak bertenaga, kaki tidak bertenaga, seluruh tubuh tidak ada tenaga, sangat kelelahan, ini bukan kondisi tubuh seorang sadhaka. Sebab seorang sadhaka mengolah prana, seorang yogi mengolah prana, sehingga prana Anda menjadi penuh, dengan demikian Anda akan mempunyai daya hidup, seperti sebuah bola, begitu dipukul langsung melayang tinggi. Namun saat prana buyar bocor, tubuh dan pikiran Anda tidak bertenaga, ini berarti tidak berhasil dalam mengolah prana, atau bisa juga karena dicuri oleh para bhuta. Jika para bhuta menghisap prana Anda, tubuh dan pikiran Anda menjadi tidak bertenaga, saat terbangun di pagi hari, jelas-jelas semalam tidur sangat lama, namun saat bangun tidur kepala malah pusing dan mata berkunang-kunang, sekujur tubuh tidak bertenaga. Apa yang dilakukan semalaman ? Pasti dikarenakan para bhuta menghisap prana Anda, ini merupakan persoalan yang sering ditemui. Bangun di pagi hari seharusnya energi dalam kondisi yang paling baik, ini barulah kondisi seorang sadhaka yogi. Jika bangun dipagi hari dan merasa sekujur tubuh tidak bertenaga dan tidak bersemangat, berarti tubuh dan pikiran Anda bermasalah, ini merupakan sebuah pertanda kematian.
☑ Selain itu, jika mimpi Anda tidak mangala ( mimpi pertanda buruk ), bermimpi jantung Anda dikeruk keluar, atau mimpi dipenggal, tangan dan kaki dipenggal, ini merupakan mimpi pertanda kematian, harus menekuni Sadhana Amitayus Buddha.
☑ Ada lagi yang ke tiga, Anda merasa sangat tertekan dan membenci dunia fana, merasa tiada lagi harapan, depresi, ini juga merupakan fenomena pertanda kematian. Depresi yang parah akan membuat Anda memanjat sangat tinggi, berdiri sambil memandang ke bawah tempat para manusia, kemudian melompat turun. Rasa tertekan dan benci pada dunia, juga merupakan fenomena pertanda kematian.
☑ Terhadap dunia manusia, Mahaguru masih ada rasa suka, penuh dengan rasa sukacita, masih belum ada pertanda kematian. Jika Anda merasa putus asa terhadap semua di dunia, putus asa terhadap semua manusia, tidak lagi percaya siapapun, bahkan merasa diri sendiri tidak punya masa depan , juga merasa tidak mungkin memiliki harta dimasa depan, merasa tidak mungkin memiliki pekerjaan layak dimasa depan, seakan-akan sudah tidak punya segala-galanya, ini juga tidak baik. Merasa tertekan dan membenci dunia fana juga merupakan semacam pertanda kematian.
☑ Yang ke lima, Anda jatuh sakit, sakit yang tidak bisa disembuhkan, ini juga merupakan fenomena pertanda kematian.
☑ Jika Mulacarya, Yidam dan Dharmapala, kadang muncul kadang tidak, ada kalanya membuat Anda tidak jelas melihatnya, atau sepenuhnya melepaskan Anda, ini juga merupakan pertanda kematian. Mahaguru belum, setiap saat Mahaguru mengangkat piring untuk menghaturkan pujana pada Guru, Yidam dan Dharmapala, semuanya hadir, dari sini bisa diketahui masih belum tiba saatnya kematian.
☑ Yang ke enam, kemanapun Anda pergi selalu merasa tidak tenang, tidur juga tidak tenang, diluar juga tidak tenang, di dalam rumah juga tidak tenang, kemanapun hati selalu tidak tenang. Menurut sadhaka, ini juga merupakan fenomena pertanda kematian.
Banyak yang bertanya apakah nasib bisa berubah ? disini merubah
menjadi lebih kepada baik dalam hal kepuasan hidup, bukan pada
kekayaan….istilahnya lebih bahagia dalam hidup ini..
Dalam Kitab Pembalasan Thai sang Laochin
disebutkan agar kita selalu berbuat baik minimal 3 kali dalam sehari dan menjauhi perbuatan buruk maka dalam 3 tahun nasib akan berubah….
perbuatan baik apa yang bisa dilakukan setiap orang tidak perlu dana besar, tenaga terlalu besar, waktu tidak terlalu banyak yang diperlukan hanya kemauan keras untuk mengalahkan kemalasan (setan malas) pada diri sendiri.adalah membaca sutra atau mantra…
Sutra apa yang paling baik (semua sutra bagus tidak ada yang jelek) disini dimaksud paling cocok untuk merubah nasib….berdasarkan pengalamanku sendiri dan dari dharma talk Mahaguru :
Kutipan Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng 8 Feb 2011 dan Enlightenment Magazine Edisi 232
Translated by Lian-hua Jun Shian
✽ Kutipan Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng 8 Feb 2011
Kenapa dia begitu mudah memperoleh uang ? Kenapa ada sebagian orang yang hanya mampu memperoleh 100 dollar ? Ada orang yang menyopiri taxi berkeliling Taichung, berputar-putar seharian, namun sama sekali tidak menemukan penumpang. Argo dasar taxi adalah 85 dollar, setelah berputar-putar satu sampai dua jam-an, akhirnya dapat satu pelanggan, kemudian menyetir, belum sampai 100 dollar, baru 85 dollar, penumpangnya sudah turun, bahkan 100 dollar pun tidak berhasil diperoleh. Kenapa demikian ? Adakalanya sangat lancar, adakalanya sangat sukar, itu termasuk dalam karma.
Saya pernah mengatakan, tiap hari melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara, di dalamnya ada nama-nama Agung semua Buddha Bodhisattva, “Sanggup melenyapkan dukha kelahiran dan kematian, menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan.”, kelahiran dan kematian -pun dapat dilenyapkan, semua racun dan yang mencelakakan dapat disingkirkan.
“Sanggup melenyapkan dukha kelahiran dan kematian, menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan.” Kalimat di depan termasuk Kebenaran Mulia, yaitu dapat terbebaskan dari tumimbal lahir, dukha kelahiran dan kematian.
Sedangkan dalam hal kebenaran duniawi, “Menyingkirkan semua racun dan yang mencelakakan.”, segala yang merintangi Anda adalah racun dan yang mencelakakan, jika bukan “Racun” maka pasti “Yang mencelakakan.”, rintangan-rintangan tersebut adalah “Racun” dan “Yang mencelakakan.” Jika Anda sanggup menyingkirkannya, melalui pelafalan Sutra Raja Agung Avalokitesvara, seperti kita barusan juga ada melafalnya, ini sanggup menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan, yaitu sanggup melenyapkan semua rintangan karma.
Dengan tekun dan konsisten menjapakan Sutra Raja Agung Avalokitesvara, segala racun dan yang mencelakakan akan tersingkirkan, dengan kata lain menyingkirkan semua rintangan karma. Jika rintangan karma telah disingkirkan, maka berkah akan tiba dengan alamiah.
✽ Enlightenment T232
Mantra 7 Buddha untuk Melenyapkan Pelanggaran, bisa ditemukan dalam Pratyutpanna-buddha-sammukhavasthita-samadhi-sutra :
Dharani ini dibabarkan oleh 7 Buddha masa lampau. Tujuh Buddha yang dimaksud merupakan 7 Buddha yang tak terhitung banyaknya. Beliau semua membabarkan Dharani ini untuk menolong dan menuntun para insan. 7 Buddha di masa kini di sepuluh penjuru yang tak terhitung banyaknya, juga membabarkan Dharani ini untuk menolong dan menuntun insan. Sedangkan 7 Buddha di masa yang akan datang yang tak terhitung banyaknya, juga membabarkan Dharani ini demi menolong dan menuntun para insan.
“Sutra Dharani ini, menolong para bhiksu di masa yang akan datang yang sukar mentaati sila, supaya mereka semakin kokoh dalam bhumi kemurnian. Wahai putera yang berbudi, jika ada bhiksu yang melanggar empat pelanggaran berat, kemudian dengan tulus sepenuh hati bertobat dan memeditasikan Dharani Sutra ini, menjapakannya sampai 1400kali, usai menjapanya kemudian melakukan pertobatan dengan cara memohon satu bhiksu sebagai saksi pertobatannya, mengakui kesalahannya dihadapan Pratima, jika melakukan pertobatan sesuai dengan urutan tadi selama 87 hari, maka semua akar sila-nya akan kembali tumbuh. Jika ia telah tekun melaksanakan pertobatan selama 87 hari, maka tidak mungkin ia tidak teguh dalam Anuttara-samyaksambodhhi-citta.”
Dalam Sutra Raja Agung Avalokitesvara terdapat Mantra 7 Buddha:
“Li-po Li-po-te. Kyu-ho Kyu-ho-te. Thuo-luo-ni-te. Ni-he-la-te. Pi-li-ni-te. Mo-ho-ka. Cen-ling-jhien-te. Suoha.”
Sutra Raja Agung Avalokitesvara merupakan Sutra yang paling dijunjung tinggi dalam Zhen-fo Zong, sutra ini sungguh merupakan sutra yang sangat manjur, pelafalannya menghasilkan kekuatan Dharma yang agung dan tak terperikan, Sutra ini telah sangat ternama pada masa Dinasti Tang, setiap orang melafalnya. Sesungguhnya di dalam Sutra ini terkandung tiga kekuatan agung.
1. Kekuatan Nama-Nama Agung Para Buddha, Nama-Nama Agung Para Buddha ini merupakan lambang Kesadaran Tertinggi Alam Semesta, Sutra Raja Agung merupakan akumulasi Nama-Nama Agung Para Buddha.
2. Kekuatan Mantra, dalam Sutra Raja Agung terdapat Mantra Tujuh Buddha Pengikis Pelanggaran, kekuatan mantra satu Buddha saja sudah luar biasa, apalagi kekuatan mantra Tujuh Buddha, Mantra Tujuh Buddha ini tak terperikan.
3. Dalam Sutra Raja Agung dikatakan : “Mampu melenyapkan dukha kelahiran dan kematian, menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan.” Sepuluh kata ini mampu menolong bagi yang meyakininya.
Mantra Tujuh Buddha ada 7 kalimat, mudah dilafal, namun mempunyai manfaat yang besar, memperoleh perlindungan Tujuh Buddha, kekuatan iddhi Dharma luhur tak henti-hentinya keluar dari mantra ini. Jika mantra ini ditekuni dalam waktu lama, melafalnya mencapai puluhan ribu kali, terpatri dalam setiap gerakan pikiran, maka akan menghasilkan sebuah inspirasi kemanjuran spiritual yang luar biasa.
dibaca tiap hari jika punya masalah berat dan mampu 50 kali atau lebih, sudah banyak saya melihat bahkan dari yang muslim diluar buddhist juga tetap ada hasil tidak perlu abhiseka .untuk perkenalan……nanti jika anda ingin belajar lebih dalam lagi baru abhiseka
Dalam Kitab Pembalasan Thai sang Laochin
disebutkan agar kita selalu berbuat baik minimal 3 kali dalam sehari dan menjauhi perbuatan buruk maka dalam 3 tahun nasib akan berubah….
perbuatan baik apa yang bisa dilakukan setiap orang tidak perlu dana besar, tenaga terlalu besar, waktu tidak terlalu banyak yang diperlukan hanya kemauan keras untuk mengalahkan kemalasan (setan malas) pada diri sendiri.adalah membaca sutra atau mantra…
Sutra apa yang paling baik (semua sutra bagus tidak ada yang jelek) disini dimaksud paling cocok untuk merubah nasib….berdasarkan pengalamanku sendiri dan dari dharma talk Mahaguru :
Kutipan Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng 8 Feb 2011 dan Enlightenment Magazine Edisi 232
Translated by Lian-hua Jun Shian
✽ Kutipan Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng 8 Feb 2011
Kenapa dia begitu mudah memperoleh uang ? Kenapa ada sebagian orang yang hanya mampu memperoleh 100 dollar ? Ada orang yang menyopiri taxi berkeliling Taichung, berputar-putar seharian, namun sama sekali tidak menemukan penumpang. Argo dasar taxi adalah 85 dollar, setelah berputar-putar satu sampai dua jam-an, akhirnya dapat satu pelanggan, kemudian menyetir, belum sampai 100 dollar, baru 85 dollar, penumpangnya sudah turun, bahkan 100 dollar pun tidak berhasil diperoleh. Kenapa demikian ? Adakalanya sangat lancar, adakalanya sangat sukar, itu termasuk dalam karma.
Saya pernah mengatakan, tiap hari melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara, di dalamnya ada nama-nama Agung semua Buddha Bodhisattva, “Sanggup melenyapkan dukha kelahiran dan kematian, menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan.”, kelahiran dan kematian -pun dapat dilenyapkan, semua racun dan yang mencelakakan dapat disingkirkan.
“Sanggup melenyapkan dukha kelahiran dan kematian, menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan.” Kalimat di depan termasuk Kebenaran Mulia, yaitu dapat terbebaskan dari tumimbal lahir, dukha kelahiran dan kematian.
Sedangkan dalam hal kebenaran duniawi, “Menyingkirkan semua racun dan yang mencelakakan.”, segala yang merintangi Anda adalah racun dan yang mencelakakan, jika bukan “Racun” maka pasti “Yang mencelakakan.”, rintangan-rintangan tersebut adalah “Racun” dan “Yang mencelakakan.” Jika Anda sanggup menyingkirkannya, melalui pelafalan Sutra Raja Agung Avalokitesvara, seperti kita barusan juga ada melafalnya, ini sanggup menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan, yaitu sanggup melenyapkan semua rintangan karma.
Dengan tekun dan konsisten menjapakan Sutra Raja Agung Avalokitesvara, segala racun dan yang mencelakakan akan tersingkirkan, dengan kata lain menyingkirkan semua rintangan karma. Jika rintangan karma telah disingkirkan, maka berkah akan tiba dengan alamiah.
✽ Enlightenment T232
Mantra 7 Buddha untuk Melenyapkan Pelanggaran, bisa ditemukan dalam Pratyutpanna-buddha-sammukhavasthita-samadhi-sutra :
Dharani ini dibabarkan oleh 7 Buddha masa lampau. Tujuh Buddha yang dimaksud merupakan 7 Buddha yang tak terhitung banyaknya. Beliau semua membabarkan Dharani ini untuk menolong dan menuntun para insan. 7 Buddha di masa kini di sepuluh penjuru yang tak terhitung banyaknya, juga membabarkan Dharani ini untuk menolong dan menuntun insan. Sedangkan 7 Buddha di masa yang akan datang yang tak terhitung banyaknya, juga membabarkan Dharani ini demi menolong dan menuntun para insan.
“Sutra Dharani ini, menolong para bhiksu di masa yang akan datang yang sukar mentaati sila, supaya mereka semakin kokoh dalam bhumi kemurnian. Wahai putera yang berbudi, jika ada bhiksu yang melanggar empat pelanggaran berat, kemudian dengan tulus sepenuh hati bertobat dan memeditasikan Dharani Sutra ini, menjapakannya sampai 1400kali, usai menjapanya kemudian melakukan pertobatan dengan cara memohon satu bhiksu sebagai saksi pertobatannya, mengakui kesalahannya dihadapan Pratima, jika melakukan pertobatan sesuai dengan urutan tadi selama 87 hari, maka semua akar sila-nya akan kembali tumbuh. Jika ia telah tekun melaksanakan pertobatan selama 87 hari, maka tidak mungkin ia tidak teguh dalam Anuttara-samyaksambodhhi-citta.”
Dalam Sutra Raja Agung Avalokitesvara terdapat Mantra 7 Buddha:
“Li-po Li-po-te. Kyu-ho Kyu-ho-te. Thuo-luo-ni-te. Ni-he-la-te. Pi-li-ni-te. Mo-ho-ka. Cen-ling-jhien-te. Suoha.”
Sutra Raja Agung Avalokitesvara merupakan Sutra yang paling dijunjung tinggi dalam Zhen-fo Zong, sutra ini sungguh merupakan sutra yang sangat manjur, pelafalannya menghasilkan kekuatan Dharma yang agung dan tak terperikan, Sutra ini telah sangat ternama pada masa Dinasti Tang, setiap orang melafalnya. Sesungguhnya di dalam Sutra ini terkandung tiga kekuatan agung.
1. Kekuatan Nama-Nama Agung Para Buddha, Nama-Nama Agung Para Buddha ini merupakan lambang Kesadaran Tertinggi Alam Semesta, Sutra Raja Agung merupakan akumulasi Nama-Nama Agung Para Buddha.
2. Kekuatan Mantra, dalam Sutra Raja Agung terdapat Mantra Tujuh Buddha Pengikis Pelanggaran, kekuatan mantra satu Buddha saja sudah luar biasa, apalagi kekuatan mantra Tujuh Buddha, Mantra Tujuh Buddha ini tak terperikan.
3. Dalam Sutra Raja Agung dikatakan : “Mampu melenyapkan dukha kelahiran dan kematian, menyingkirkan segala racun dan yang mencelakakan.” Sepuluh kata ini mampu menolong bagi yang meyakininya.
Mantra Tujuh Buddha ada 7 kalimat, mudah dilafal, namun mempunyai manfaat yang besar, memperoleh perlindungan Tujuh Buddha, kekuatan iddhi Dharma luhur tak henti-hentinya keluar dari mantra ini. Jika mantra ini ditekuni dalam waktu lama, melafalnya mencapai puluhan ribu kali, terpatri dalam setiap gerakan pikiran, maka akan menghasilkan sebuah inspirasi kemanjuran spiritual yang luar biasa.
dibaca tiap hari jika punya masalah berat dan mampu 50 kali atau lebih, sudah banyak saya melihat bahkan dari yang muslim diluar buddhist juga tetap ada hasil tidak perlu abhiseka .untuk perkenalan……nanti jika anda ingin belajar lebih dalam lagi baru abhiseka
Langganan:
Postingan (Atom)