Tai Yin Niang
Niang (太陰 娘娘)
Di beberapa kuil Cina, ada Patung Dewi Bulan, yang dikenal sebagai Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘), juga dikenal sebagai Tai Yin Xing Jun (太 陰星君). Orang Cina menganggap Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘) sebagai Chang'e (嫦娥). Tanggal 15 Bulan Imlek China kedelapan (Festival Mid-Authim) adalah hari manifestasi (Festival Ulang Tahun) Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘). Orang Cina dan Imam Tao akan menyanyikan kitab suci tertentu, yang dikenal sebagai Tai Yin Xing Jun Zhen Jing (太 陰星君 真經) untuk menghormati Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘).
Di beberapa kuil Cina, ada Patung Dewi Bulan, yang dikenal sebagai Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘), juga dikenal sebagai Tai Yin Xing Jun (太 陰星君). Orang Cina menganggap Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘) sebagai Chang'e (嫦娥). Tanggal 15 Bulan Imlek China kedelapan (Festival Mid-Authim) adalah hari manifestasi (Festival Ulang Tahun) Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘). Orang Cina dan Imam Tao akan menyanyikan kitab suci tertentu, yang dikenal sebagai Tai Yin Xing Jun Zhen Jing (太 陰星君 真經) untuk menghormati Tai Yin Niang Niang (太陰 娘娘).
Berikut ini adalah kisah Tentang Tai Yin Niang
Niang (太陰 娘娘) atau Chang Er
Ada berbagai versi kisah cerita
rakyat tentang Chang-E, sang Dewi Bulan dan Pemanah Matahari dalam legenda
Tionghoa namun kisah ini juga yang menjadikan sejarah dan asal-usul nya
penyajian Perayaan Kue Bulan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek.
Ketika bulan menunjukkan keindahan secara penuh, para pria dan gadis gadis
cantik Tionghoa akan keluar rumah untuk melihat ke bulan dan mengingat Kisah
Kehidupan Chang-E. Perayaan ini juga dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim
Gugur atau Perayaan Bulan. Berikut Kisah selengkapnya ;
Kisah Dewi Bulan Dengan Pemanah
Matahari
Legenda Chang-E, Dewi Bulan dan Pemanah Matahari dalam pemerintahan Tai Kang dari Dinasti Xia.
Yu mendapatkan takhta dari Shun karena kemampuannya dalam mengendalikan banjir. Ketika Yu telah berusia lanjut, dia memiliki keinginan untuk menyerahkan takhta kepada salah seorang menterinya, Po Yi. Namun para ketua suku menginginkan agar Yu memberikan posisi tersebut kepada Chi, salah seorang putra Yu. Setelah kejadian ini maka posisi ketua dari ketua atau raja menjadi sesuatu yang turun temurun. Tai Kang adalah putra dari Chi. Yu memiliki jasa besar karena berhasil menghentikan banjir dan mendidik rakyat untuk bertani.
Hal ini menyebabkan Kaisar Langit di
surga memerintahkan sepuluh orang putranya menjadi sepuluh matahari. Ini
dimaksudkan agar mereka dapat secara bergantian mengelilingi langit setiap hari
sehingga dapat membantu rakyat untuk berternak dan bertani. Namun sepuluh orang
muda tersebut tidak mematuhi perintah dan mereka keluar secara bersamaan yang
menyebabkan panas dari sepuluh matahari secara bersama-sama menyinari bumi dan
mengakibatkan panas yang sangat hebat.
Banyak manusia dan binatang
meninggal, sungai-sungai menjadi kering, hutan-hutan terbakar, dan berbagai
penderitaan hebat lainnya. Rakyat memohon agar surga memberikan kasihnya. Dan
permohonan ini didengar oleh Kaisar Langit, yang lalu memerintahkan Hou Yi,
seorang Dewa yang gagah, untuk turun ke bumi menyelesaikan masalah tersebut.
Hou Yi adalah Dewa yang pemberani
dan beruntung. Istrinya adalah Chang-E (嫦娥) yang penyendiri, dan mereka sangat saling mencintai dan
tidak terpisahkan. Mereka terkenal dengan nama “Sepasang Dewa Dewi Cinta”.
Namun hidup diantara manusia tidak semudah hidup di surga, dan Chang-E tidak
berkeinginan untuk itu. Namun Hou Yi tidak dapat menentang perintah dari Kaisar
Langit, dan Chang-E tidak ingin berpisah dari suaminya. Maka dengan perasaan
berat, dia mendampingi Hou Yi ke daerah liar di timur. Hou Yi adalah seorang
pemanah yang hebat, dan dari surga membawa busur gaib yang dapat memanah apa
saja di langit diluar jangkauan manusia.
Kemudian rakyat dari daerah timur
mengangkatnya sebagai ketua. Bagaimanapun juga posisi tersebut tidaklah membawa
bahagia bagi Hou Yi, karena harus menghadapi kenyataan bahwa sepuluh matahari
terus menerus menghanguskan tanaman, menyebabkan binatang-binatang ternak mati
kelaparan, mengeringkan sungai-sungai, meluasnya penyakit-penyakit, dan banyak
rakyat meninggal. Melihat hebatnya penderitaan rakyat, dia mendaki Gunung
Tienshan dan berbicara dengan sepuluh matahari. “Kasihanilah rakyat dan
keluarlah hanya satu secara bergantian, jangan keluar secara bersamaan”, mohon
Hou Yi. “Kenapa kita harus begitu?”, tanya salah satu matahari.
“Karena jika kalian semua muncul
secara bersamaan, cahaya dan panas kalian membuat rakyat dan mahluk hidup
lainnya menderita”, jawab Hou Yi. Tanya matahari yang lain, “apa urusan manusia
dengan kami?” “Ya benar! Kami sepuluh bersaudara sangat senang bermain bersama
setiap hari di langit. Betapa hampa dan membosankan bila kami mengelilingi
langit secara bergantian”, tambah matahari lainnya.
“Namun Surga sangat sayang kepada
mahluk hidup, dan saya berbicara kepada kalian atas perintah Kaisar Langit”,
kata Hou Yi. Meskipun Hou Yi berusaha keras dan sungguh-sungguh untuk
memberikan penjelasan, tetapi mereka tidak menghiraukan. Salah seorang berkata
dengan sombong “Kami adalah putra dari Kaisar Langit, dan siapakah kamu berani
mencampuri urusan kami?”
Lalu kesepuluh matahari dengan
sombongnya mengeluarkan panasnya ke bumi, yang mengakibatkan hutan-hutan
terbakar, burung dan binatang berlarian menghindar dan manusia berusaha untuk
menyelamatkan hidup. Perbuatan tersebut membuat Hou Yi kehilangan kesabaran,
sehingga dia mengambil busur dan panahnya, dan memanah matahari tersebut satu
per satu.
Pada saat Hou Yi akan memanah
matahari yang terakhir, sang matahari memohon agar Hou Yi memberikan
pengampunan, dan matahari tersebut berjanji mematuhi semua tugas yang diberikan
dan hanya akan keluar pada siang hari. Setelah kejadian itu, rakyat sangat
menikmati hidup mereka, mereka bekerja pada siang hari dan beristirahat pada
malam hari. Hou Yi lalu melaporkan semua yang dilakukannya kepada Kaisar
Langit, yang sangat marah karena Hou Yi membunuh sembilan putranya dengan
kejam.
Kaisar Langit menolak Hou Yi kembali
ke surga. Kaisar Langit mengatakan bahwa Hou Yi sangat dinantikan oleh rakyat
di kawasan timur yang telah mengangkatnya sebagai ketua dari suku-suku
tersebut, dan menginginkan agar Hou Yi dapat berjuang untuk kesejahteraan umat
manusia. Maka Hou Yi tidaklah dapat pulang ke surga, dan di bumi sangat banyak
pekerjaan yang harus dilakukannya.
Jika seseorang ingin menguasai alam,
yaitu dengan berkuasa atas serangga dan binatang buas, maka dia pertama-tama
harus belajar untuk bertarung. Maka Hou Yi mulai melatih rakyat memanah. Hou Yi
sangat sibuk dengan semua pekerjaan yang ada sehingga dia jarang pulang ke
rumah, dan ini menyebabkan Chang-E merasa ditelantarkan dan kesepian.
Yang paling membuat Chang-E sedih
adalah kenyataan bahwa dia sekarang adalah seorang manusia, yang tidak dapat
menghindari penderitaan manusia, seperti melahirkan, menjadi tua, sakit dan
meninggal. Chang-E sangat marah terhadap perbuatan Hou Yi yang memanah jatuh
matahari-matahari yang merupakan putra dari Kaisar Langit tersebut.
Hou Yi sangat mencintai istrinya,
dan untuk menghindari pertengkaran yang selalu terjadi, maka dia berkelana
sendirian. Dengan cara ini dia lebih dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi
dengan dunia. Dalam pengembaraan, Hou Yi melakukan banyak perbuatan baik. Salah
satu perbuatan baik Hou Yi yang sangat terkenal adalah membunuh seekor monster
berkepala sembilan.
Semua perbuatan baik yang dilakukan
membuat nama Hou Yi semakin terkenal. Beberapa kali Hou Yi memohon kepada
Kaisar Langit agar dia dan istrinya dapat kembali ke surga, namun Kaisar Langit
tetap tidak memaafkan perbuatan Hou Yi. Sehingga lama kelamaan, Hou Yi dan
Chang-E harus berusaha keras agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
manusia. Manusia tidak dapat menghindar dari sakit, derita, kesedihan, dan
kecemasan.
Maka saat Hou Yi berkelana, yang
bertujuan untuk melakukan banyak perbuatan baik bagi rakyat jelata, semakin
terdapat jarak antara dia dengan sang istri. Pada saat itulah Hou Yi bertemu
dengan Mi Fei, yang merupakan salah satu wanita tercantik yang ada. Mi Fei
merupakan salah satu keturunan dari Fu Shi, penguasa legendaris Cina.
Dahulu, Mi Fei kehilangan
keseimbangan dan tenggelam di sungai Lo, yang kemudian membuat Mi Fei menjadi
Dewi Lo. Mi Fei menikah dengan Feng Yi, Dewa Air, yang mengendalikan Sembilan
Sungai. Mi Fei sedang bermain di sungai suatu hari pada saat Hou Yi sedang
mengendarai kuda. Karena Mi Fei telah menikah dan tidak ingin orang asing
melihatnya, maka dia menyelam ke dalam air. Namun Hou Yi telah melihat Mi Fei
dan mengira Mi Fei tenggelam, maka Hou Yi meloncat ke sungai untuk
menyelamatkan Mi Fei.
Secara tidak disadari, Mi Fei merasa
senang pada saat ditolong oleh Hou Yi. “Kamu lebih baik pergi, karena jika
suamiku melihatmu maka kamu akan mati”, kata Mi Fei memperingatkan Hou Yi.
“Suamimu? Kamu memiliki suami?”, tanya Hou Yi dengan penuh kekecewaan.
“Siapakah dia?” “Feng Yi, Dewa Air.” “Oh dia!”, kata Hou Yi sambil tertawa
karena mendengar nama Feng Yi yang memiliki reputasi buruk.
Dalam hati, Hou Yi sangat
menyayangkan kenyataan bahwa wanita cantik ini ternyata memiliki suami semacam
Feng Yi. “Bagaimana kamu bisa tertawa? Suamiku memiliki sifat yang buruk, dan
dia pasti akan membunuhmu.” “Maka apakah kamu adalah Dewi Lo?”, tanya Hou Yi.
“Ya!” “Itu tidak apa-apa! Jika Feng Yi memang bisa membunuhku, saya tidak akan
keberatan selama saya bisa bersama wanita cantik sepertimu”, kata Hou Yi.
“Namun saya meragukan kemampuan Feng
Yi bisa menandingi kemampuan seseorang yang mampu membunuh matahari di langit”.
Mi Fei melihat busur dan panah gaib yang ada dan menyadari siapakah Hou Yi
sebenarnya. Mungkin karena Mi Fei menyukai Hou Yi, atau karena Mi Fei merasa
kesepian sekian lama, maka Mi Fei tiba-tiba menangis di pundak Hou Yi. Hou Yi
juga melupakan sang istri di rumah.
Hou Yi melupakan Chang-E, Mi Fei
melupakan Feng Yi. Namun percintaan mereka tidak kekal. Pada suatu hari saat
mereka sedang berbincang-bincang dengan mesra di tepi sungai, Feng Yi memergoki
mereka. Dia sangat marah dan mengubah diri menjadi seekor naga putih. Lalu
mengamuk, menyapu semua kuda-kuda dan menghancurkan ladang pertanian yang ada
di sekitar sungai. Berpikir bahwa naga itu adalah seekor naga yang jahat, Hou Yi
mengambil busurnya dan melepaskan sebuah panah. Mi Fei berusaha menghentikan
Hou Yi, karena dia mengetahui penyamaran suaminya, namun dia terlambat. Panah
itu membutakan satu mata Feng Yi, yang lalu melaporkan kejadian itu kepada
Kaisar Langit.
Karena Hou Yi telah banyak melakukan
perbuatan baik dan menghadapai kenyataan bahwa sebenarnya Hou Yi sedang
menjalani hukuman karena membunuh sembilan matahari, maka Kaisar Langit hanya
mengatakan agar Hou Yi tidak menemui Mi Fei lagi. Patah hati! Maka satu-satunya
yang bisa dilakukan Hou Yi adalah pulang ke rumah. Namun, Chang-E tidak
menyambut dengan gembira.
“Bagaimana bisa kamu pulang kesini
setelah apa yang kamu lakukan? Pulanglah kamu ke perempuan yang tidak tahu malu
itu!”, kata Chang-E. Hou Yi tidak berkata apa-apa, karena menyadari bahwa
dirinya memang bersalah. Sementara itu Feng Yi yang masih tidak puas dengan
keputusan Kaisar Langit, memanggil para naga dari Sembilan Sungai dan
memerintahkan mereka membuat awan dan hujan selama satu bulan penuh.
Bencana ini menandingi bencana yang
pernah ditimbulkan sepuluh matahari. Semua binatang dan tanaman tenggelam, yang
menyebabkan rakyat kelaparan. Maka sekali lagi Hou Yi memanggul busur dan
panahnya, memanggil semua pengikutnya dan pergi berburu burung, binatang, dan
ikan untuk memberi makan Chang-E dan para anggota sukunya. Chang-E tidak merasa
senang dengan memakan binatang-binatang liar ini. Dia ingin makan buah-buahan
dan dia meminta Hou Yi menunjukkan kegagahannya.
“Saya dahulu dapat mengambil bintang
untukmu”, kata Hou Yi, “namun sekarang kita adalah manusia dan seluruh daerah
dilanda banjir dan semuanya mati, dimana kamu mengharapkan saya bisa
mendapatkan buah-buahan?”
“Itu semua salahmu! Kenapa kamu
harus membunuh sembilan matahari itu? Seharusnya kamu sadar bahwa mereka adalah
anak dari Kaisar Langit. Dan bagaimana kamu bisa juga bermesraan dengan Mi Fei
yang telah menikah dengan Feng Yi? Kamu tidak tahu malu!”, teriak Chang-E
sambil menangis. Hou Yi menyadari bahwa dirinya memang salah. “Baiklah, itu
semua salahku. Tenanglah. Marah akan membuat kamu cepat menjadi tua”, kata Hou
Yi dengan penuh kesabaran.
Mendengar kata “tua”, Chang-E
tertegun dan melihat bayangannya di air. Dan Chang-E terkejut menyaksikan
kerut-kerut pada mukanya. Dia menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang wajar
pada manusia, dan kejadian itu tidak dapat dihindarinya. Chang-E
berteriak-teriak histeri. “Saya tidak ingin berubah! Saya tidak ingin menjadi
jelek! Saya ingin kembali ke surga!”
“Itu tidak mungkin”, kata Hou Yi,
“Kaisar Langit tidak mengijinkan kita kembali.” “Saya tidak mau tahu! Saya
tidak mau menjadi tua! Saya tidak mau menjadi jelek! Kamu harus menemukan cara
agar saya tetap abadi dan cantik!” “Baik, baik. Saya akan memikirkan caranya”,
kata Hou Yi. Hou Yi kebingungan. Dimana dia bisa mendapatkan cara membuat
seseorang abadi dan tetap cantik?
Namun bila dia tidak mendapatkannya,
itu akan berterusan tanpa akhir. Maka dia pergi dan tidak berani pulang ke
rumah. Hou Yi ingin pergi ke tempat Mi Fei namun dia takut melanggar perintah
Kaisar Langit, itu membuat semangatnya semakin turun dari hari ke hari. Hou Yi
menjadi pemabuk, dan mulai menunjukkan sifat kasar.
Hou Yi mulai bersikap kasar kepada
para murid dan anggota sukunya. Dan itu membuat orang-orang tidak menyukai Hou
Yi, terutama Feng Meng dan seorang anak buah Feng Meng, Han Cho. Feng Meng
telah lama belajar memanah dari Hou Yi, dan merasa bahwa dirinya sudah melebihi
Hou Yi. Dia secara rahasia menyukai Chang-E, namun tidak berani bertindak
apa-apa karena dia takut akan busur dan panah gaib yang dimiliki Hou Yi.
Sedangkan Han Cho adalah seorang tamak yang menginginkan menjadi ketua
menggantikan Hou Yi, tentunya jika Hou Yi dibinasakan. Maka mereka berdua
merencanakan hal jahat terhadap Hou Yi dan Chang-E.
Mereka mengatakan kepada Hou Yi
bahwa Ibu Raja yang tinggal di puncak Gunung Kunlun memiliki ramuan yang dapat
membuat seorang abadi dan tetap cantik. Demi Chang-E, Hou Yi mendaki Gunung
Kunlun yang penuh dengan bahaya, dimana akhirnya dia bisa menjumpai Ibu Raja.
Karena pengorbanan yang dilakukan oleh Hou Yi begitu besar untuk mencapai
puncak Gunung Kunlun, Ibu Raja memberikan sebuah pil keabadian.
Seseorang yang memakan pil ini akan
dapat ke surga, Ibu Raja berkata kepada Hou Yi, namun jika dua orang membaginya,
maka mereka berdua dapat hidup abadi. Mereka harus memakan pil itu tepat pada
tanggal 15 bulan 8, ketika bulan penuh, demikian kata Ibu Raja lebih lanjut.
Hou Yi sangat gembira mengetahui hal tersebut, dan segera pulang ke rumah untuk
memberitahu Chang-E.
Mereka membagi pil tersebut menjadi
dua dan akan memakannya pada waktu yang telah diberitahu, sehingga mereka
berdua dapat menjadi abadi. Saat itu adalah tanggal 12 bulan 8, tiga hari
kemudian merupakan hari yang ditunggu. Namun Hou Yi mendengar adanya “ramuan
permata” di Gunung Tienshan yang dapat membuat wanita semakin cantik.
Maka untuk membuat Chang-E bahagia
dan menebus kesalahan yang pernah dilakukan, Hou Yi pergi untuk mendapatkan
ramuan tersebut. Menurut perhitungan Hou Yi, dia akan mendapatkan ramuan itu
dan kembali ke rumah dalam waktu tiga hari. Karena Hou Yi ingin memberi kejutan
kepada Chang-E, dia tidak mengatakan apa-apa mengenai kepergiannya. Tiga hari
berlalu dan Chang-E melihat bahwa Hou Yi tidak akan kembali.
Dia bertanya kepada Feng Meng
mengenai hal itu, dan Feng Meng berkata bahwa dia tidak diperbolehkan untuk
berkata apa-apa. Karena ditanya terus menerus, maka Feng Meng dengan liciknya
mengatakan bahwa, “Hou Yi tidak mengijinkan saya berkata apa-apa”. “Mengapa
tidak? Kemana dia pergi?”, tanya Chang-E. “Saya tidak dapat mengatakannya. Hou
Yi akan membunuh saya!” “Tidak. Hou Yi tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu.
Katakan saja”, desak Chang-E. “Dia….dia pergi untuk mencari Mi Fei”, bohong
Feng Meng. Chang-E tertegun. Betapa tidak tahu budi suaminya. Chang-E sangat
marah mendengarkan hal itu.
Dan saat bulan mulai muncul, Chang-E
mengambil pil keabadian yang telah diberikan oleh Hou Yi, perlahan-lahan menuju
ke halaman dan memandang ke langit. Dia mengenang semua kehidupan bahagia yang
pernah dinikmati di surga. Tidak ada banjir, tidak ada sakit, tidak ada
penderitaan, dan tidak ada kesedihan. Manusia harus mengalami semuanya. Betapa
enak hidup di surga, pikir Chang-E. Sekarang Chang-E memiliki pil keabadian.
Namun, apakah Hou Yi akan pulang?
Chang-E berpikir, mungkinkah Hou Yi
berencana untuk memakan pil itu berdua dengan Mi Fei dan meninggalkan dirinya?
Kebahagian di surga, dan penderita di dunia. Hati Chang-E dipenuhi dengan
berbagai kemelut emosi.
Tiba-tiba, Chang-E mendengar suara
derap tapak kuda, dan menebak bahwa itu pasti suaminya pulang. Dengan penuh
kebingungan, dia meminum pil itu semuanya, dan saat itu juga dia merasa
tubuhnya semakin ringan dan mulai melayang di udara. “Chang-E! Chang-E!”,
teriak Hou Yi sambil memegang erat ramuan permata yang didapatkan dari Gunung
Tienshan. Namun Chang-E tidak menghiraukannya. Chang-E terus melayang semakin
cepat dan cepat.
Dengan penuh kemarahan Hou Yi
melempar ramuan permata dan mengambil busur serta panah gaibnya, namun dia
tidak berani untuk memanah. Chang-E ingin pergi ke surga, namun dia malu kepara
para Dewa-Dewi di surga yang telah menyaksikan dirinya meninggalkan suaminya.
Maka dia menjadi takut dan mengubah arah ke bulan yang dingin dan sepi.
Hou Yi menyaksikan semuanya dari bumi,
dan berpikir bahwa dia dapat memanah jatuh bulan. Dia dapat melakukan hal itu,
namun dia tidak berani menghadapi kenyataan bahwa dia akan membunuh istrinya
yang tersayang. Maka, dengan penuh kemarahan, dia mematahkan busur dan panah
gaibnya. Kenapa harus tetap memiliknya, jika dia ternyata tetap tidak dapat
menolong istrinya?
Feng Meng dan Han Cho melihat semua
kejadian dari tempat tersembunyi, dan tersenyum bahagia. Hou Yi begitu sedih.
Dengan satu perintah, dua orang itu bersama empat pengikut mereka mendatangi
dan akan membunuh Hou Yi. Tapi, meski tanpa busur dan panah gaibnya Hou Yi
tetap tidak dapat dikalahkan dirinya berhasil mengalahkan dan membunuh
murid-murid beserta pengikut yang telah mengkhianatinya.
Kisah Dewi Bulan Dan Pemanah
Matahari
Dan kemudian Hou Yi bimbang karena
hidup sendiri di bumi, sedangkan istrinya sudah mendarat di Bulan dan menjadi
dewi Bulan yang konon tinggal hanya dengan seekor kelinci pemberian dari
dewi-dewi di surga. Setiap malam Hou Yi hanya memandang indahnya bulan. Dia
berpikir istrinya juga merindukannya, maka dia setia menunggu Chang`E
menengoknya turun ke bumi.
Waktu terus berjalan, Hou Yi semakin
tua. Setiap malam Hou Yi selalu memandang ke bulan dan selalu menyediakan
makanan kesukaan istrinya Kue Bulan karena dia selalu berharap istrinya akan
turun kembali menemuinya di bumi. Namun ternyata hal itu tak dapat terwujud
hingga akhir usia Hou Yi.
Kaisar Langit yang melihat kehidupan
Hou Yi yang kesepian lambat laun merasa kasihan. Ketika Hou Yi meninggal, Hou
Yi diangkat oleh Kaisar Langit dan dijadikan Dewa Matahari. Kini setiap tanggal
15 bulan 8 penanggalan Imlek, ketika bulan menunjukkan keindahan secara penuh,
orang Tionghoa melihat ke bulan dan mengingat Chang-E dan legendanya. Perayaan
ini dikenal sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, juga dikenal sebagai
Perayaan Bulan.