Namo Buddhaya,
Bab 1. Istana Trayastrimsa Varga Rddhidhi Jnanam
Demikian yang kudengar. Pada suatu saat Buddha berada di surga Trayastrimsa akan mengkhotbahkan Dharma kepada ibuNya. Ketika itu dari 10 penjuru dunia yang tidak terbatas, semua Buddha dan Maha Bodhisattva-Mahasattva yang jumlahnya sulit diperkirakan datang berkumpul. Mereka menjunjung dan memuji Buddha Sakyamuni yang dapat menampilkan di dunia Panca-Kasayah, (5 macam kekeruhan) ini, Maha Prajna Rddhiabhijanabala (tenaga batin) yang tak dapat terpikirkan, untuk menundukkan umat yang bertegar hati, agar mereka sadar dan mengerti jalan mana menuju ke kebahagiaan dan mana menuju ke penderitaan. Masing-masing mengirim utusan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha.
Saat itu, Sang Buddha tersenyum dan tubuhNya mengeluarkan ratusan ribu koti awan bercahaya Maha Rasmihprabha Megha, seperti Maha Pari-Purna Megha, Maha-Maitri Megha, Maha-Jhana Megha, Maha-Prajna Megha, Maha-Samadhi Megha, Maha-Sri Megha, Maha-Punya Megha, Maha-Guna Megha, Maha-Sarana Megha, Maha-Stotra Megha. Setelah berbagai-bagai awan bercahaya berhenti keluar, kemudian terdengar bermacam-macam suara merdu, seperti Dana Paramita Ghosa, Sila Paramita Ghosa, Ksanti Paramita Ghosa, Virya Paramita Ghosa, Dhyana Paramita Ghosa, Prajna Paramita Ghosa, Maitri Ghosa, Karuna Ghosa, Upeksa Ghosa, Maha Simhanada Ghosa, Garjita Ghosa, Maha Garjita Ghosa. Setelah berbagai suara merdu yang tak terlukiskan berhenti berkumandang, datang dan berkumpul pula di Surga Trayastrimsa, Deva Naga, Hantu dasn Makhluk suci yang tidak terbilang banyaknya dari dunia Saha dan dunia lainnya. Seperti dari alam Surga Maha-Raja-Kajika dari Surga Trayastrimsa, dari Surga Yama, dari Surga Tusita, dari Surga Nimanarati, dari Surga Paranirmita-Vasavartin, dari Surga Brahma Kajika, dari Surga Bramaparsadya, dari Surga Bramapuronita, dari Surga Abhasvara, dari Surga Parittasubbha, dari Surga Apramanasubha, dari Surga Subhakrtsna, dari Surga Anabharaka, dari Surga Punyapravava, dari Surga Brhatphala, dari Surga Avrha, dari Surga Atapa, dari Surga Sudrsa, dari Surga Sudarsana, dari Surga Akanistha, dari Surga Mahamahesvara, hinggu Surga Naivasamjnanasamjnayatana. Segala macam Deva, Naga, Hantu dan Makhluk suci semuanya berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, seperti Dewa penguasa Laut, Dewa Sungai, Dewa Pohon, Dewa Gunung, Dewa Bumi, Dewa Danau, Dewa Pertanian, Dewa Siang, Dewa Malam, Dewa Angkasa, Dewa Langit, Dewa Minuman dan Makanan, Dewa Tumbuh-tumbuhan dan lain-lain Makhluk Suci semuanya datang berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, para Raja Setan seperti Raja Setan bermata kejam, Raja setan penghisap darah, Raja setan penghisap sari mani, Raja setan pemakan janin dan telur, Raja setan penyebar penyakit, Raja setan penolak tuba, Raja setan pengasih penyayang, Raja setan pemberi sejahtera, Raja setan berbudi luhur dan lain-lain Raja setan semuanya berkumpul. Pada saat itu, Sang Buddha bersabda kepada Pangeran Dharma Manjusri Bodhisattva Mahasattva: "Engkau melihat semua Buddha, Bodhisattva dan Deva, Naga, Hantu, Makhluk Suci di dunia, di dunia lain, di bumi ini, di bumi lain, kini semuanya datang berkumpul di Surga Trayastrimsa. Dapatkah engkau menghitung jumlahnya?" Manjusri menjawab: "Bhagawan yang Termulia, dengan daya Rddhiabhijhanabalaku, sekalipun ribuan kalpa menghitungnya, hamba tak dapat mengetahui berapa jumlah yang hadir." Sang Buddha bersabda lagi kepada Manjusri Boddhisattva: "Dengan Buddhacaksu-ku (mata Buddha) menghitung, masih juga tidak dapat mengetahui jumlah yang sebenarnya. Ini semua berkat penjelmaan Ksitigarbha Boddhisattva sejak berkalpa-kalpa lamanya, baik yang sudah ditolong, yang akan ditolong, yang belum ditolong, maupun yang sudah berhasil, yang akan berhasil, yang belum berhasil."
Manjusri Boddhisattva menjawab Sang Buddha: "Bhagawan yang termulia, sejak masa silam hamba telah banyak melakukan kusala-karma (perbuatan baik) dan telah memperoleh kebijaksanaan tanpa halangan (Omniscience). Mendengar sabda Bhagawan hamba percaya sepenuhnya. Tapi para Sravaka yang berpahala kecil, Deva, Naga, Asta Gatyah (8 kelompok makhluk) serta para umat dari masa yang akan datang, meskipun mendengar sabda Tathagatha yang jujur, mereka akan merasa sangsi. Jika kita paksakan Dharma ini mereka akan melakukan fitnahan. Oleh karena itu kami mohon dengan hormat Bhagawan sudi menguraikan prestasi yang dicapai Ksitigarbha Boddhisattva, sebab utama apa, melakukan ibadat yang bagaimana, menyatakan tekad apa, sehingga beliau dapat mencapai keberhasilan yang tak terpikirkan hebatnya.
Sang Buddha bersabda kepada Manjusri Bodhisattva :"Seandainya semua tumbuh-tumbuhan seperti rumput, pohon, hutan rimba, padi, rami,bumbu, kumpai, batu, gunung, debu halus yang berada di alam Trisahasra-Mahasahasra, masing-masing dijadikan Sungai Gangga. Butiran pasir yang berada di setiap Sungai Gangga itu tiap butir dijadikan alam Trisahasra-Mahasahasra, butiran debu yang berada di tiap alam Trisahasra-Mahasahasra itu tiap butir dijadikan satu kalpa, tumpukan debu selama satu kalpa. Maka berapa kalpa jumlahnya takkan dapat dihitung, namun Ksitigarbha Bodhisattva sejak mencapai Dasa-Bhumayah hingga sekarang, lamanya telah mencapai ribuan kali lipat daripada perumpamaan kita tadi. Apa lagi Ksitigarbha Bodhisattva pernah berada di Sravaka-Bhumi dan Prayekabuddha Bhumi, lamanya pun tak terhitungkan Manjusri, kewibawaan serta keagungan janji suci Bodhisattva ini sungguh takkan terperikan! Apabila terdapat putra putri yang berbudi dari masa yang akan datang, setelah mereka mendengarkan nama agung dari Bodhisattva ini walau hanya memberi hormat atau memuji jasaNya atau memuliakan namaNya atau mengadakan puja-bhakti atau membuat rupangnya baik dari gambar berwarna maupun dari ukiran, pahatan dan sebagainya, putra putri yang berbudi itu akan dianugrahi kesempatan lahir di surga Trayastrimsa hingga ratusan kali dan takkan terjerumus ke alam sengsara Manjusri, Ksitigarbha Bodhisattva pada masa lampau yang tak terhitung jumlah kalpanya, pernah lahir sebagai seorang putri Maha Grhapati (orang tua yang berjasa dan banyak harta benda). Waktu itu terdapat seorang Buddha yang bernama SIMHAVIKRIDITAPARIPURNA CARYA Tathagata. Pada suatu saat putra Maha Grhapati melihat rupa Buddha tersebut demikian anggun lalu ia bertanya kepada Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa ikrar dan perbuatan apa gerangan yang pernah dilakukanNya sehingga beliau memiliki paras muka yang demikian bagus dan anggun. Ketika itu Buddha Simhavikriditaparipurnacarya memberi tahu kepada pura Maha Grhapati, bahwa jika ingin memiliki tubuh yang demikian itu, harus banyak menolong makhluk hidup dari kesengsaraan terus menerus tanpa henti. Manjusri, setelah mendengar sabda Buddha tersebut, putra Maha Grhapati berikrar di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa sejak waktu itu hingga masa mendatang berkalpa-kalpa yang tak terhitung jumlahnya, ia akan menyelamatkan semua makhluk hidup dalam 6 jalur kehidupan (sad gatyah) bebas dari dukkha derita dengan berbagai cara yang mudah, kemudian ia baru mencapai kesadaran Bodhi yang agung. Demikianlah ia menyampaikan janji sucinya di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, hingga sekarang meskipun telah ratusan ribu koti nayuta kalpa yang tak terhitung jumlahnya beliau masih tetap sebagai Bodhisattva menjalankan tugasnya menolong makhluk hidup.
"Lagi pada masa lampau beberapa Asankhyeya-Kalpa yang tak terhitungkan, ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama BUDDHA PADMASAMADHISVARARAJA Tathagata, usiaNya mencapai 4 juta koti Asankhyeya Kalpa. Pada masa Saddharma-pratirupaka terdapat seorang putri Brahmana, yang banyak menanam benih kebajikan pada masa kehidupan yang lampau, sehingga kini ia selalu mendapat pujian orang sekitarnya. Di manapun ia berada, apapun yang dilakukannya selalu mendapat perlindungan para dewa. Tapi ibunya menganut ajaran sesat, selalu memfitnah Triratna. Sementara itu putri suci itu dengan berbagai kemudahan-kemudahan menasehati ibunya, supaya mendapatkan pandangan yang benar. Akan tetapi ibunya belum lagi percaya sepenuhnya, sudah ditinggal mati. Arwahnya jatuh ke dalam neraka Avicci. Putri Brahmana itu mengetahui betul bahwa ibunya semasa hidupnya tidak percaya kepada hukum sebab akibat, diperkirakan ibunya akan mengikuti karmanya, niscaya terjatuh ke dalam alam sengasara. Demi menyelamatkan ibunya yang malang itu secepat mungkin, Putri Brahmana itu menjual rumah kediamannya. Kemudian dari hasilnya ia tukar dengan dupa dan bermacam-macam bunga segar serta berbagai alat pujaan lain. Lalu sajian-sajian itu dipersembahkan di vihara-vihara untuk mengadakan puja-bhakti secara khidmat kepada Buddha di masa lampau."
"Ketika itu putri Brahmana di vihara itu melihat Buddharupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagatha yang agung megah, hal itu membuatnya lebih menghormat dan mengagumiNya. Seraya berkata dalam hatinya, bahwa Buddha ini memiliki gelar yang "Maha Sadar", memiliki Sarvajna (kebijakan luhur). Jika saja beliau masih berada di dunia ini aku akan memohon beliau untuk menunjukkan di alam mana ibuku berada setelah ia meninggal dunia, pastilah beliau mau memberitahuku."
"Pada saat putri Brahmana sedang bersedih dan lama sekali berdiri di depan Buddha rupang tersebut, tiba-tiba terdengar suara dari langit: "Putri yang berbudi, janganlah terlalu bersedih hati. Sekaranga aku akan menunjukkan tempat ibumu berada. Mendengar suara tersebut segeralah putri Brahmana itu mengatupkan kedua telapak tangannya ke arah langit seraya berkata: "Dewa berbudi manakah menghibur hatiku yang duka lara. Sejak ditinggalkan ibu tersayang, siang dan malam aku selalu merindukannya. Entah kepada siapa aku harus bertanya, di alam mana ibuku berada. "Kemudian dtang lagi suara dari langit: "Aku adalah Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata, seorang Buddha masa lampau yang sedang engkau puja. Melihat engkau merindukan ibu melebihi kesedihan umat-umat lain, maka aku datang untuk memberi tahu."
"Putri Brahmana sangat terharu mendengar sabda Buddha tersebut, lalu ia menyembah dengan sekuat tenaga, sekujur tubuhnya mendekap tanah sehingga anggota badannya terluka dan iapun pingsan. Setelah ditolong orang sekitar vihara itu lama kemudian baru siuman kembali. Lalu ia menengadah ke langit sambil berdoa dan berkata, "Kasihanilah aku Buddha yang termulia, katakanlah segera di alam mana ibuku berada. Sebab jiwa ragaku tak lama lagi akan mati." "Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata memberi tahu putri Brahmana: "Putri yang berbudi, setelah puja-bhaktimu ini selesai, cepatlah kembali ke rumahmu. Kemudian duduklah bersila di dalam kamar yang bersih dan pusatkanlah pikiranmu, lalu renungkanlah namaku terus menerus, lalu engkau dapat mengetahui di alam mana ibumu berada!"
"Setelah mendengar sabda tersebut Putri Brahmana merasa amat gembira dan lega, bergegas ia memberi hormat kepada Tathagata tersebut lalu pergi. Setiba di rumahnya putri Brahmana duduk bersila dan dengan sepenuh hati merenungkan nama Buddhapadmasamadhisvararaja dengan cara meditasi selama satu hari satu malam."
"Dalam samadhinya, putri Brahmana itu merasa dirinya berada di pantai laut, air laut nampak bergelora. Banyak binatang buas yang berbadan baja berkejar-kejaran di tengah laut. Di sana juga terdapat ratusan ribu orang, laki-laki dan perempuan. Mereka timbul tenggelam di dalam air laut itu, sebagian dimangsa binatang buas yang ada di situ. Tak berapa lama, datanglah bermacam-macam setan Yaksa, ada yang bertangan banyak, yang bermata banyak, berkaki banyak, berkepala banyak, atau yang taringnya setajam pedang. Mereka berbondong-bondong mengusir orang hukuman itu menuju ke kelompok binatang buas di situ; sebagian setan Yaksa beramai-ramai menangkap orang tersebut, lalu menekuk kepala dan kaki, lalu menggulungnya menjadi gumpalan atau menarik tubuh orang tersebut hingga panjang sekali, atau mematahkan seluruh tulangnya atau menyobek-nyobek dagingnya hingga mati, kemudian mayatnya dibuang ke dalam laut. Tingkah laku mereka sangat kejam, sungguh sangat menakutkan sehingga tak ada seorang pun yang sanggup memandangnya lama-lama. Namun putri Brahmana itu tidak takut sedikitpun. Karena ia telah memuliakan nama Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata."
"Saat itu datang seorang raja Setan yang bernama Amagadha menyambut putri Brahmana dengan penuh sujud seraya berkata, "Sadhu, Bodhisattva yang mulia! Ada apa gerangan datang ke alam ini ?"
Putri Brahmana bertanya kepada raja Setan: "Apakah nama alam ini? "Ini adalah Maha Cakravada, lapisan laut pertama di sebelah Barat." Jawab raja Setan.
Putri Brahmana bertanya pula: "Benarkah di tengah-tengah Maha Cakravada terdapat alam Neraka?"
"Betul. Alam neraka persis ditengah-tengahny." Jawab raja Setan.
"Raja Setan yang budiman!Katakanlah mengapa aku dapat mengunjungi alam neraka ini? Tanya putri Brahmana lagi.
Raja Setan Amagadha menjawab: "Engkau datang ke alam Neraka ini jika bukan karena kekuatan gaib, pastilah karena karma buruk."
Tanpa salah satu sebab tersebut, sulit datang berkunjung ke alam neraka ini.
Putri Brahmana bertanya kembali: "Mengapa air laut itu mendidih dan di dalamnya banyak orang yang bersalah dan binatang buas?"
Raja Setan Amagadha menjawab: "Orang-orang tersebut datang dari dunia Jambudvipa, mereka mempunya karma berat dan baru meninggal dunia. Tapi selama 49 hari ini tiada seorangpun yang membuat jasa-jasa kebajikan untuk disalurkan kepada mereka, untuk menyelamatkan mereka. Sewaktu mereka berada di dunia, mereka enggan menanam benih kebaikan: Maka tanpa membawa suatu apapun kecuali karma beratnya, kini mereka harus menanggung hasil perbuatannya dan sesuai dengan hukum karma, mereka terjerumus ke alam kesedihan. Sebelumnya mereka harus menyeberangi lautan yang mendidih ini."
"Disebelah Timur, kira-kira 100 Yojana dari lautan pertama ini terdapat satu lautan lagi dan keadaannya lebih menyedihkan dibandingkan dengan lautan pertama. Lagi di sebelah timur lautan kedua, terdapat satu lautan yang lebih menyedihkan lagi beberapa kali lipat dari lautan kedua!"
"Barangsiapa telah melanggar 3 macam karma (Trikarma), mereka langsung menyebrangi lautan ke alam neraka setelah kehidupan mreka berakhir. Ketiga lautan ini dinamakan Karmasagara." Demikian Raja Setan menjelaskan.
Selanjutnya putri Brahmana bertanya lagi: "Di mana letaknya neraka itu?"
Jawab Amagdha "Di bawah ketiga lautan ini adalah neraka besar, jumlahnya ratusan ribu dan jenisnya macam-macam. Neraka yang besar berjumlah 18 buah. Yang sedang 500 buah, hukumannya berat sekali dan yang kecil ribuan banyaknya, juga berat hukumanNya."
Putri Brahmana bertanya pula: "Ibuku juga baru meninggal dunia, entah di mana arwahnya berada."
Raja Setan bertanya: "Ketika ibumu masih hidup di dunia apa pekerjaannya?"
Putri Brahmana menjawab: "Ibuku berpandangan sesat, suka memfitnah Triratna. Jika dinasehati ia hanya percaya sebentar, kemudian tidak menghormati Triratna lagi. Meskipun ibuku meninggal belum lama, entah di mana ia kini berada."
"Siapa nama ibumu dan dari suku apa?" Tanya Raja Setan. "Orang tuaku adalah keturunan Brahmana. Ayahku bernama Silasudharsana dan ibuku bernama Vatri." Jawab Putri Brahmana.
"Setelah Raja Setan Amagadha mendengar nama ibunya lalu beradara (anjali) dan berkata: "Pulanglah sekarang, Bodhisattva yang mulia! Tinggalkan alam yang menyedihkan ini, kembalilah ke tempat asalmu dan mulai sekarang tak usah cemas dan sedih lagi. Sebab tiga hari yang lalu, seorang terhukum di Neraca Avici bernama Vatri telah terlahirkan di alam Surga dan menurut kabar Vatri itu diberkahi oleh putrinya yang amat menyayanginya, yang pernah mengadakan puja-bhakti di vihara serta stupa Buddhapadmasamadhisvararaja. Maka kali ini bukan saja ibunya terbebaskan dari Neraka Avici, akan tetapi penghuni Neraka Avici yang lainnyapun mendapat kebebasan dan dilahirkan di Surga."
"Setelah Raja Setan Amagadha selesai memberi penjelasan, iapun memberi hormat dengan adara lalu pergi."
"Putri Brahmana merasa dirinya bagaikan orang yang baru sadar dari mimpi. Setelah mengakhiri samadhinya, ia merasa sangat riang gembira. Karena ia telah mengetahui asal usul dan sebab musabab itu. Kemudian ia kembali lagi ke vihara dan berikrar di depan Buddha rupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata: "Aku berjanji, bahwa selama berkalpa-kalpa yang akan datang aku bertekad akan memberikan kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan segala makhluk yang berdosa agar semua dapat membebaskan dirinya dari belenggu kesengsaraan!"
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Manjusri Bodhisattva: "Ketahuilah, bahwa yang disebut Raja Setan Amagadha itu kini beliau adalah Bodhisattva Dravyasri. Dan Putri Brahmana itu sekarang adalah Bodhisattva Ksitigarbha."
Bab 1. Istana Trayastrimsa Varga Rddhidhi Jnanam
Demikian yang kudengar. Pada suatu saat Buddha berada di surga Trayastrimsa akan mengkhotbahkan Dharma kepada ibuNya. Ketika itu dari 10 penjuru dunia yang tidak terbatas, semua Buddha dan Maha Bodhisattva-Mahasattva yang jumlahnya sulit diperkirakan datang berkumpul. Mereka menjunjung dan memuji Buddha Sakyamuni yang dapat menampilkan di dunia Panca-Kasayah, (5 macam kekeruhan) ini, Maha Prajna Rddhiabhijanabala (tenaga batin) yang tak dapat terpikirkan, untuk menundukkan umat yang bertegar hati, agar mereka sadar dan mengerti jalan mana menuju ke kebahagiaan dan mana menuju ke penderitaan. Masing-masing mengirim utusan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha.
Saat itu, Sang Buddha tersenyum dan tubuhNya mengeluarkan ratusan ribu koti awan bercahaya Maha Rasmihprabha Megha, seperti Maha Pari-Purna Megha, Maha-Maitri Megha, Maha-Jhana Megha, Maha-Prajna Megha, Maha-Samadhi Megha, Maha-Sri Megha, Maha-Punya Megha, Maha-Guna Megha, Maha-Sarana Megha, Maha-Stotra Megha. Setelah berbagai-bagai awan bercahaya berhenti keluar, kemudian terdengar bermacam-macam suara merdu, seperti Dana Paramita Ghosa, Sila Paramita Ghosa, Ksanti Paramita Ghosa, Virya Paramita Ghosa, Dhyana Paramita Ghosa, Prajna Paramita Ghosa, Maitri Ghosa, Karuna Ghosa, Upeksa Ghosa, Maha Simhanada Ghosa, Garjita Ghosa, Maha Garjita Ghosa. Setelah berbagai suara merdu yang tak terlukiskan berhenti berkumandang, datang dan berkumpul pula di Surga Trayastrimsa, Deva Naga, Hantu dasn Makhluk suci yang tidak terbilang banyaknya dari dunia Saha dan dunia lainnya. Seperti dari alam Surga Maha-Raja-Kajika dari Surga Trayastrimsa, dari Surga Yama, dari Surga Tusita, dari Surga Nimanarati, dari Surga Paranirmita-Vasavartin, dari Surga Brahma Kajika, dari Surga Bramaparsadya, dari Surga Bramapuronita, dari Surga Abhasvara, dari Surga Parittasubbha, dari Surga Apramanasubha, dari Surga Subhakrtsna, dari Surga Anabharaka, dari Surga Punyapravava, dari Surga Brhatphala, dari Surga Avrha, dari Surga Atapa, dari Surga Sudrsa, dari Surga Sudarsana, dari Surga Akanistha, dari Surga Mahamahesvara, hinggu Surga Naivasamjnanasamjnayatana. Segala macam Deva, Naga, Hantu dan Makhluk suci semuanya berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, seperti Dewa penguasa Laut, Dewa Sungai, Dewa Pohon, Dewa Gunung, Dewa Bumi, Dewa Danau, Dewa Pertanian, Dewa Siang, Dewa Malam, Dewa Angkasa, Dewa Langit, Dewa Minuman dan Makanan, Dewa Tumbuh-tumbuhan dan lain-lain Makhluk Suci semuanya datang berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, para Raja Setan seperti Raja Setan bermata kejam, Raja setan penghisap darah, Raja setan penghisap sari mani, Raja setan pemakan janin dan telur, Raja setan penyebar penyakit, Raja setan penolak tuba, Raja setan pengasih penyayang, Raja setan pemberi sejahtera, Raja setan berbudi luhur dan lain-lain Raja setan semuanya berkumpul. Pada saat itu, Sang Buddha bersabda kepada Pangeran Dharma Manjusri Bodhisattva Mahasattva: "Engkau melihat semua Buddha, Bodhisattva dan Deva, Naga, Hantu, Makhluk Suci di dunia, di dunia lain, di bumi ini, di bumi lain, kini semuanya datang berkumpul di Surga Trayastrimsa. Dapatkah engkau menghitung jumlahnya?" Manjusri menjawab: "Bhagawan yang Termulia, dengan daya Rddhiabhijhanabalaku, sekalipun ribuan kalpa menghitungnya, hamba tak dapat mengetahui berapa jumlah yang hadir." Sang Buddha bersabda lagi kepada Manjusri Boddhisattva: "Dengan Buddhacaksu-ku (mata Buddha) menghitung, masih juga tidak dapat mengetahui jumlah yang sebenarnya. Ini semua berkat penjelmaan Ksitigarbha Boddhisattva sejak berkalpa-kalpa lamanya, baik yang sudah ditolong, yang akan ditolong, yang belum ditolong, maupun yang sudah berhasil, yang akan berhasil, yang belum berhasil."
Manjusri Boddhisattva menjawab Sang Buddha: "Bhagawan yang termulia, sejak masa silam hamba telah banyak melakukan kusala-karma (perbuatan baik) dan telah memperoleh kebijaksanaan tanpa halangan (Omniscience). Mendengar sabda Bhagawan hamba percaya sepenuhnya. Tapi para Sravaka yang berpahala kecil, Deva, Naga, Asta Gatyah (8 kelompok makhluk) serta para umat dari masa yang akan datang, meskipun mendengar sabda Tathagatha yang jujur, mereka akan merasa sangsi. Jika kita paksakan Dharma ini mereka akan melakukan fitnahan. Oleh karena itu kami mohon dengan hormat Bhagawan sudi menguraikan prestasi yang dicapai Ksitigarbha Boddhisattva, sebab utama apa, melakukan ibadat yang bagaimana, menyatakan tekad apa, sehingga beliau dapat mencapai keberhasilan yang tak terpikirkan hebatnya.
Sang Buddha bersabda kepada Manjusri Bodhisattva :"Seandainya semua tumbuh-tumbuhan seperti rumput, pohon, hutan rimba, padi, rami,bumbu, kumpai, batu, gunung, debu halus yang berada di alam Trisahasra-Mahasahasra, masing-masing dijadikan Sungai Gangga. Butiran pasir yang berada di setiap Sungai Gangga itu tiap butir dijadikan alam Trisahasra-Mahasahasra, butiran debu yang berada di tiap alam Trisahasra-Mahasahasra itu tiap butir dijadikan satu kalpa, tumpukan debu selama satu kalpa. Maka berapa kalpa jumlahnya takkan dapat dihitung, namun Ksitigarbha Bodhisattva sejak mencapai Dasa-Bhumayah hingga sekarang, lamanya telah mencapai ribuan kali lipat daripada perumpamaan kita tadi. Apa lagi Ksitigarbha Bodhisattva pernah berada di Sravaka-Bhumi dan Prayekabuddha Bhumi, lamanya pun tak terhitungkan Manjusri, kewibawaan serta keagungan janji suci Bodhisattva ini sungguh takkan terperikan! Apabila terdapat putra putri yang berbudi dari masa yang akan datang, setelah mereka mendengarkan nama agung dari Bodhisattva ini walau hanya memberi hormat atau memuji jasaNya atau memuliakan namaNya atau mengadakan puja-bhakti atau membuat rupangnya baik dari gambar berwarna maupun dari ukiran, pahatan dan sebagainya, putra putri yang berbudi itu akan dianugrahi kesempatan lahir di surga Trayastrimsa hingga ratusan kali dan takkan terjerumus ke alam sengsara Manjusri, Ksitigarbha Bodhisattva pada masa lampau yang tak terhitung jumlah kalpanya, pernah lahir sebagai seorang putri Maha Grhapati (orang tua yang berjasa dan banyak harta benda). Waktu itu terdapat seorang Buddha yang bernama SIMHAVIKRIDITAPARIPURNA CARYA Tathagata. Pada suatu saat putra Maha Grhapati melihat rupa Buddha tersebut demikian anggun lalu ia bertanya kepada Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa ikrar dan perbuatan apa gerangan yang pernah dilakukanNya sehingga beliau memiliki paras muka yang demikian bagus dan anggun. Ketika itu Buddha Simhavikriditaparipurnacarya memberi tahu kepada pura Maha Grhapati, bahwa jika ingin memiliki tubuh yang demikian itu, harus banyak menolong makhluk hidup dari kesengsaraan terus menerus tanpa henti. Manjusri, setelah mendengar sabda Buddha tersebut, putra Maha Grhapati berikrar di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa sejak waktu itu hingga masa mendatang berkalpa-kalpa yang tak terhitung jumlahnya, ia akan menyelamatkan semua makhluk hidup dalam 6 jalur kehidupan (sad gatyah) bebas dari dukkha derita dengan berbagai cara yang mudah, kemudian ia baru mencapai kesadaran Bodhi yang agung. Demikianlah ia menyampaikan janji sucinya di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, hingga sekarang meskipun telah ratusan ribu koti nayuta kalpa yang tak terhitung jumlahnya beliau masih tetap sebagai Bodhisattva menjalankan tugasnya menolong makhluk hidup.
"Lagi pada masa lampau beberapa Asankhyeya-Kalpa yang tak terhitungkan, ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama BUDDHA PADMASAMADHISVARARAJA Tathagata, usiaNya mencapai 4 juta koti Asankhyeya Kalpa. Pada masa Saddharma-pratirupaka terdapat seorang putri Brahmana, yang banyak menanam benih kebajikan pada masa kehidupan yang lampau, sehingga kini ia selalu mendapat pujian orang sekitarnya. Di manapun ia berada, apapun yang dilakukannya selalu mendapat perlindungan para dewa. Tapi ibunya menganut ajaran sesat, selalu memfitnah Triratna. Sementara itu putri suci itu dengan berbagai kemudahan-kemudahan menasehati ibunya, supaya mendapatkan pandangan yang benar. Akan tetapi ibunya belum lagi percaya sepenuhnya, sudah ditinggal mati. Arwahnya jatuh ke dalam neraka Avicci. Putri Brahmana itu mengetahui betul bahwa ibunya semasa hidupnya tidak percaya kepada hukum sebab akibat, diperkirakan ibunya akan mengikuti karmanya, niscaya terjatuh ke dalam alam sengasara. Demi menyelamatkan ibunya yang malang itu secepat mungkin, Putri Brahmana itu menjual rumah kediamannya. Kemudian dari hasilnya ia tukar dengan dupa dan bermacam-macam bunga segar serta berbagai alat pujaan lain. Lalu sajian-sajian itu dipersembahkan di vihara-vihara untuk mengadakan puja-bhakti secara khidmat kepada Buddha di masa lampau."
"Ketika itu putri Brahmana di vihara itu melihat Buddharupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagatha yang agung megah, hal itu membuatnya lebih menghormat dan mengagumiNya. Seraya berkata dalam hatinya, bahwa Buddha ini memiliki gelar yang "Maha Sadar", memiliki Sarvajna (kebijakan luhur). Jika saja beliau masih berada di dunia ini aku akan memohon beliau untuk menunjukkan di alam mana ibuku berada setelah ia meninggal dunia, pastilah beliau mau memberitahuku."
"Pada saat putri Brahmana sedang bersedih dan lama sekali berdiri di depan Buddha rupang tersebut, tiba-tiba terdengar suara dari langit: "Putri yang berbudi, janganlah terlalu bersedih hati. Sekaranga aku akan menunjukkan tempat ibumu berada. Mendengar suara tersebut segeralah putri Brahmana itu mengatupkan kedua telapak tangannya ke arah langit seraya berkata: "Dewa berbudi manakah menghibur hatiku yang duka lara. Sejak ditinggalkan ibu tersayang, siang dan malam aku selalu merindukannya. Entah kepada siapa aku harus bertanya, di alam mana ibuku berada. "Kemudian dtang lagi suara dari langit: "Aku adalah Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata, seorang Buddha masa lampau yang sedang engkau puja. Melihat engkau merindukan ibu melebihi kesedihan umat-umat lain, maka aku datang untuk memberi tahu."
"Putri Brahmana sangat terharu mendengar sabda Buddha tersebut, lalu ia menyembah dengan sekuat tenaga, sekujur tubuhnya mendekap tanah sehingga anggota badannya terluka dan iapun pingsan. Setelah ditolong orang sekitar vihara itu lama kemudian baru siuman kembali. Lalu ia menengadah ke langit sambil berdoa dan berkata, "Kasihanilah aku Buddha yang termulia, katakanlah segera di alam mana ibuku berada. Sebab jiwa ragaku tak lama lagi akan mati." "Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata memberi tahu putri Brahmana: "Putri yang berbudi, setelah puja-bhaktimu ini selesai, cepatlah kembali ke rumahmu. Kemudian duduklah bersila di dalam kamar yang bersih dan pusatkanlah pikiranmu, lalu renungkanlah namaku terus menerus, lalu engkau dapat mengetahui di alam mana ibumu berada!"
"Setelah mendengar sabda tersebut Putri Brahmana merasa amat gembira dan lega, bergegas ia memberi hormat kepada Tathagata tersebut lalu pergi. Setiba di rumahnya putri Brahmana duduk bersila dan dengan sepenuh hati merenungkan nama Buddhapadmasamadhisvararaja dengan cara meditasi selama satu hari satu malam."
"Dalam samadhinya, putri Brahmana itu merasa dirinya berada di pantai laut, air laut nampak bergelora. Banyak binatang buas yang berbadan baja berkejar-kejaran di tengah laut. Di sana juga terdapat ratusan ribu orang, laki-laki dan perempuan. Mereka timbul tenggelam di dalam air laut itu, sebagian dimangsa binatang buas yang ada di situ. Tak berapa lama, datanglah bermacam-macam setan Yaksa, ada yang bertangan banyak, yang bermata banyak, berkaki banyak, berkepala banyak, atau yang taringnya setajam pedang. Mereka berbondong-bondong mengusir orang hukuman itu menuju ke kelompok binatang buas di situ; sebagian setan Yaksa beramai-ramai menangkap orang tersebut, lalu menekuk kepala dan kaki, lalu menggulungnya menjadi gumpalan atau menarik tubuh orang tersebut hingga panjang sekali, atau mematahkan seluruh tulangnya atau menyobek-nyobek dagingnya hingga mati, kemudian mayatnya dibuang ke dalam laut. Tingkah laku mereka sangat kejam, sungguh sangat menakutkan sehingga tak ada seorang pun yang sanggup memandangnya lama-lama. Namun putri Brahmana itu tidak takut sedikitpun. Karena ia telah memuliakan nama Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata."
"Saat itu datang seorang raja Setan yang bernama Amagadha menyambut putri Brahmana dengan penuh sujud seraya berkata, "Sadhu, Bodhisattva yang mulia! Ada apa gerangan datang ke alam ini ?"
Putri Brahmana bertanya kepada raja Setan: "Apakah nama alam ini? "Ini adalah Maha Cakravada, lapisan laut pertama di sebelah Barat." Jawab raja Setan.
Putri Brahmana bertanya pula: "Benarkah di tengah-tengah Maha Cakravada terdapat alam Neraka?"
"Betul. Alam neraka persis ditengah-tengahny." Jawab raja Setan.
"Raja Setan yang budiman!Katakanlah mengapa aku dapat mengunjungi alam neraka ini? Tanya putri Brahmana lagi.
Raja Setan Amagadha menjawab: "Engkau datang ke alam Neraka ini jika bukan karena kekuatan gaib, pastilah karena karma buruk."
Tanpa salah satu sebab tersebut, sulit datang berkunjung ke alam neraka ini.
Putri Brahmana bertanya kembali: "Mengapa air laut itu mendidih dan di dalamnya banyak orang yang bersalah dan binatang buas?"
Raja Setan Amagadha menjawab: "Orang-orang tersebut datang dari dunia Jambudvipa, mereka mempunya karma berat dan baru meninggal dunia. Tapi selama 49 hari ini tiada seorangpun yang membuat jasa-jasa kebajikan untuk disalurkan kepada mereka, untuk menyelamatkan mereka. Sewaktu mereka berada di dunia, mereka enggan menanam benih kebaikan: Maka tanpa membawa suatu apapun kecuali karma beratnya, kini mereka harus menanggung hasil perbuatannya dan sesuai dengan hukum karma, mereka terjerumus ke alam kesedihan. Sebelumnya mereka harus menyeberangi lautan yang mendidih ini."
"Disebelah Timur, kira-kira 100 Yojana dari lautan pertama ini terdapat satu lautan lagi dan keadaannya lebih menyedihkan dibandingkan dengan lautan pertama. Lagi di sebelah timur lautan kedua, terdapat satu lautan yang lebih menyedihkan lagi beberapa kali lipat dari lautan kedua!"
"Barangsiapa telah melanggar 3 macam karma (Trikarma), mereka langsung menyebrangi lautan ke alam neraka setelah kehidupan mreka berakhir. Ketiga lautan ini dinamakan Karmasagara." Demikian Raja Setan menjelaskan.
Selanjutnya putri Brahmana bertanya lagi: "Di mana letaknya neraka itu?"
Jawab Amagdha "Di bawah ketiga lautan ini adalah neraka besar, jumlahnya ratusan ribu dan jenisnya macam-macam. Neraka yang besar berjumlah 18 buah. Yang sedang 500 buah, hukumannya berat sekali dan yang kecil ribuan banyaknya, juga berat hukumanNya."
Putri Brahmana bertanya pula: "Ibuku juga baru meninggal dunia, entah di mana arwahnya berada."
Raja Setan bertanya: "Ketika ibumu masih hidup di dunia apa pekerjaannya?"
Putri Brahmana menjawab: "Ibuku berpandangan sesat, suka memfitnah Triratna. Jika dinasehati ia hanya percaya sebentar, kemudian tidak menghormati Triratna lagi. Meskipun ibuku meninggal belum lama, entah di mana ia kini berada."
"Siapa nama ibumu dan dari suku apa?" Tanya Raja Setan. "Orang tuaku adalah keturunan Brahmana. Ayahku bernama Silasudharsana dan ibuku bernama Vatri." Jawab Putri Brahmana.
"Setelah Raja Setan Amagadha mendengar nama ibunya lalu beradara (anjali) dan berkata: "Pulanglah sekarang, Bodhisattva yang mulia! Tinggalkan alam yang menyedihkan ini, kembalilah ke tempat asalmu dan mulai sekarang tak usah cemas dan sedih lagi. Sebab tiga hari yang lalu, seorang terhukum di Neraca Avici bernama Vatri telah terlahirkan di alam Surga dan menurut kabar Vatri itu diberkahi oleh putrinya yang amat menyayanginya, yang pernah mengadakan puja-bhakti di vihara serta stupa Buddhapadmasamadhisvararaja. Maka kali ini bukan saja ibunya terbebaskan dari Neraka Avici, akan tetapi penghuni Neraka Avici yang lainnyapun mendapat kebebasan dan dilahirkan di Surga."
"Setelah Raja Setan Amagadha selesai memberi penjelasan, iapun memberi hormat dengan adara lalu pergi."
"Putri Brahmana merasa dirinya bagaikan orang yang baru sadar dari mimpi. Setelah mengakhiri samadhinya, ia merasa sangat riang gembira. Karena ia telah mengetahui asal usul dan sebab musabab itu. Kemudian ia kembali lagi ke vihara dan berikrar di depan Buddha rupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata: "Aku berjanji, bahwa selama berkalpa-kalpa yang akan datang aku bertekad akan memberikan kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan segala makhluk yang berdosa agar semua dapat membebaskan dirinya dari belenggu kesengsaraan!"
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Manjusri Bodhisattva: "Ketahuilah, bahwa yang disebut Raja Setan Amagadha itu kini beliau adalah Bodhisattva Dravyasri. Dan Putri Brahmana itu sekarang adalah Bodhisattva Ksitigarbha."
Namo Buddhaya,
Bab 1. Istana Trayastrimsa Varga Rddhidhi Jnanam
Demikian yang kudengar. Pada suatu saat Buddha berada di surga Trayastrimsa akan mengkhotbahkan Dharma kepada ibuNya. Ketika itu dari 10 penjuru dunia yang tidak terbatas, semua Buddha dan Maha Bodhisattva-Mahasattva yang jumlahnya sulit diperkirakan datang berkumpul. Mereka menjunjung dan memuji Buddha Sakyamuni yang dapat menampilkan di dunia Panca-Kasayah, (5 macam kekeruhan) ini, Maha Prajna Rddhiabhijanabala (tenaga batin) yang tak dapat terpikirkan, untuk menundukkan umat yang bertegar hati, agar mereka sadar dan mengerti jalan mana menuju ke kebahagiaan dan mana menuju ke penderitaan. Masing-masing mengirim utusan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha.
Saat itu, Sang Buddha tersenyum dan tubuhNya mengeluarkan ratusan ribu koti awan bercahaya Maha Rasmihprabha Megha, seperti Maha Pari-Purna Megha, Maha-Maitri Megha, Maha-Jhana Megha, Maha-Prajna Megha, Maha-Samadhi Megha, Maha-Sri Megha, Maha-Punya Megha, Maha-Guna Megha, Maha-Sarana Megha, Maha-Stotra Megha. Setelah berbagai-bagai awan bercahaya berhenti keluar, kemudian terdengar bermacam-macam suara merdu, seperti Dana Paramita Ghosa, Sila Paramita Ghosa, Ksanti Paramita Ghosa, Virya Paramita Ghosa, Dhyana Paramita Ghosa, Prajna Paramita Ghosa, Maitri Ghosa, Karuna Ghosa, Upeksa Ghosa, Maha Simhanada Ghosa, Garjita Ghosa, Maha Garjita Ghosa. Setelah berbagai suara merdu yang tak terlukiskan berhenti berkumandang, datang dan berkumpul pula di Surga Trayastrimsa, Deva Naga, Hantu dasn Makhluk suci yang tidak terbilang banyaknya dari dunia Saha dan dunia lainnya. Seperti dari alam Surga Maha-Raja-Kajika dari Surga Trayastrimsa, dari Surga Yama, dari Surga Tusita, dari Surga Nimanarati, dari Surga Paranirmita-Vasavartin, dari Surga Brahma Kajika, dari Surga Bramaparsadya, dari Surga Bramapuronita, dari Surga Abhasvara, dari Surga Parittasubbha, dari Surga Apramanasubha, dari Surga Subhakrtsna, dari Surga Anabharaka, dari Surga Punyapravava, dari Surga Brhatphala, dari Surga Avrha, dari Surga Atapa, dari Surga Sudrsa, dari Surga Sudarsana, dari Surga Akanistha, dari Surga Mahamahesvara, hinggu Surga Naivasamjnanasamjnayatana. Segala macam Deva, Naga, Hantu dan Makhluk suci semuanya berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, seperti Dewa penguasa Laut, Dewa Sungai, Dewa Pohon, Dewa Gunung, Dewa Bumi, Dewa Danau, Dewa Pertanian, Dewa Siang, Dewa Malam, Dewa Angkasa, Dewa Langit, Dewa Minuman dan Makanan, Dewa Tumbuh-tumbuhan dan lain-lain Makhluk Suci semuanya datang berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, para Raja Setan seperti Raja Setan bermata kejam, Raja setan penghisap darah, Raja setan penghisap sari mani, Raja setan pemakan janin dan telur, Raja setan penyebar penyakit, Raja setan penolak tuba, Raja setan pengasih penyayang, Raja setan pemberi sejahtera, Raja setan berbudi luhur dan lain-lain Raja setan semuanya berkumpul. Pada saat itu, Sang Buddha bersabda kepada Pangeran Dharma Manjusri Bodhisattva Mahasattva: "Engkau melihat semua Buddha, Bodhisattva dan Deva, Naga, Hantu, Makhluk Suci di dunia, di dunia lain, di bumi ini, di bumi lain, kini semuanya datang berkumpul di Surga Trayastrimsa. Dapatkah engkau menghitung jumlahnya?" Manjusri menjawab: "Bhagawan yang Termulia, dengan daya Rddhiabhijhanabalaku, sekalipun ribuan kalpa menghitungnya, hamba tak dapat mengetahui berapa jumlah yang hadir." Sang Buddha bersabda lagi kepada Manjusri Boddhisattva: "Dengan Buddhacaksu-ku (mata Buddha) menghitung, masih juga tidak dapat mengetahui jumlah yang sebenarnya. Ini semua berkat penjelmaan Ksitigarbha Boddhisattva sejak berkalpa-kalpa lamanya, baik yang sudah ditolong, yang akan ditolong, yang belum ditolong, maupun yang sudah berhasil, yang akan berhasil, yang belum berhasil."
Manjusri Boddhisattva menjawab Sang Buddha: "Bhagawan yang termulia, sejak masa silam hamba telah banyak melakukan kusala-karma (perbuatan baik) dan telah memperoleh kebijaksanaan tanpa halangan (Omniscience). Mendengar sabda Bhagawan hamba percaya sepenuhnya. Tapi para Sravaka yang berpahala kecil, Deva, Naga, Asta Gatyah (8 kelompok makhluk) serta para umat dari masa yang akan datang, meskipun mendengar sabda Tathagatha yang jujur, mereka akan merasa sangsi. Jika kita paksakan Dharma ini mereka akan melakukan fitnahan. Oleh karena itu kami mohon dengan hormat Bhagawan sudi menguraikan prestasi yang dicapai Ksitigarbha Boddhisattva, sebab utama apa, melakukan ibadat yang bagaimana, menyatakan tekad apa, sehingga beliau dapat mencapai keberhasilan yang tak terpikirkan hebatnya.
Sang Buddha bersabda kepada Manjusri Bodhisattva :"Seandainya semua tumbuh-tumbuhan seperti rumput, pohon, hutan rimba, padi, rami,bumbu, kumpai, batu, gunung, debu halus yang berada di alam Trisahasra-Mahasahasra, masing-masing dijadikan Sungai Gangga. Butiran pasir yang berada di setiap Sungai Gangga itu tiap butir dijadikan alam Trisahasra-Mahasahasra, butiran debu yang berada di tiap alam Trisahasra-Mahasahasra itu tiap butir dijadikan satu kalpa, tumpukan debu selama satu kalpa. Maka berapa kalpa jumlahnya takkan dapat dihitung, namun Ksitigarbha Bodhisattva sejak mencapai Dasa-Bhumayah hingga sekarang, lamanya telah mencapai ribuan kali lipat daripada perumpamaan kita tadi. Apa lagi Ksitigarbha Bodhisattva pernah berada di Sravaka-Bhumi dan Prayekabuddha Bhumi, lamanya pun tak terhitungkan Manjusri, kewibawaan serta keagungan janji suci Bodhisattva ini sungguh takkan terperikan! Apabila terdapat putra putri yang berbudi dari masa yang akan datang, setelah mereka mendengarkan nama agung dari Bodhisattva ini walau hanya memberi hormat atau memuji jasaNya atau memuliakan namaNya atau mengadakan puja-bhakti atau membuat rupangnya baik dari gambar berwarna maupun dari ukiran, pahatan dan sebagainya, putra putri yang berbudi itu akan dianugrahi kesempatan lahir di surga Trayastrimsa hingga ratusan kali dan takkan terjerumus ke alam sengsara Manjusri, Ksitigarbha Bodhisattva pada masa lampau yang tak terhitung jumlah kalpanya, pernah lahir sebagai seorang putri Maha Grhapati (orang tua yang berjasa dan banyak harta benda). Waktu itu terdapat seorang Buddha yang bernama SIMHAVIKRIDITAPARIPURNA CARYA Tathagata. Pada suatu saat putra Maha Grhapati melihat rupa Buddha tersebut demikian anggun lalu ia bertanya kepada Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa ikrar dan perbuatan apa gerangan yang pernah dilakukanNya sehingga beliau memiliki paras muka yang demikian bagus dan anggun. Ketika itu Buddha Simhavikriditaparipurnacarya memberi tahu kepada pura Maha Grhapati, bahwa jika ingin memiliki tubuh yang demikian itu, harus banyak menolong makhluk hidup dari kesengsaraan terus menerus tanpa henti. Manjusri, setelah mendengar sabda Buddha tersebut, putra Maha Grhapati berikrar di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa sejak waktu itu hingga masa mendatang berkalpa-kalpa yang tak terhitung jumlahnya, ia akan menyelamatkan semua makhluk hidup dalam 6 jalur kehidupan (sad gatyah) bebas dari dukkha derita dengan berbagai cara yang mudah, kemudian ia baru mencapai kesadaran Bodhi yang agung. Demikianlah ia menyampaikan janji sucinya di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, hingga sekarang meskipun telah ratusan ribu koti nayuta kalpa yang tak terhitung jumlahnya beliau masih tetap sebagai Bodhisattva menjalankan tugasnya menolong makhluk hidup.
"Lagi pada masa lampau beberapa Asankhyeya-Kalpa yang tak terhitungkan, ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama BUDDHA PADMASAMADHISVARARAJA Tathagata, usiaNya mencapai 4 juta koti Asankhyeya Kalpa. Pada masa Saddharma-pratirupaka terdapat seorang putri Brahmana, yang banyak menanam benih kebajikan pada masa kehidupan yang lampau, sehingga kini ia selalu mendapat pujian orang sekitarnya. Di manapun ia berada, apapun yang dilakukannya selalu mendapat perlindungan para dewa. Tapi ibunya menganut ajaran sesat, selalu memfitnah Triratna. Sementara itu putri suci itu dengan berbagai kemudahan-kemudahan menasehati ibunya, supaya mendapatkan pandangan yang benar. Akan tetapi ibunya belum lagi percaya sepenuhnya, sudah ditinggal mati. Arwahnya jatuh ke dalam neraka Avicci. Putri Brahmana itu mengetahui betul bahwa ibunya semasa hidupnya tidak percaya kepada hukum sebab akibat, diperkirakan ibunya akan mengikuti karmanya, niscaya terjatuh ke dalam alam sengasara. Demi menyelamatkan ibunya yang malang itu secepat mungkin, Putri Brahmana itu menjual rumah kediamannya. Kemudian dari hasilnya ia tukar dengan dupa dan bermacam-macam bunga segar serta berbagai alat pujaan lain. Lalu sajian-sajian itu dipersembahkan di vihara-vihara untuk mengadakan puja-bhakti secara khidmat kepada Buddha di masa lampau."
"Ketika itu putri Brahmana di vihara itu melihat Buddharupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagatha yang agung megah, hal itu membuatnya lebih menghormat dan mengagumiNya. Seraya berkata dalam hatinya, bahwa Buddha ini memiliki gelar yang "Maha Sadar", memiliki Sarvajna (kebijakan luhur). Jika saja beliau masih berada di dunia ini aku akan memohon beliau untuk menunjukkan di alam mana ibuku berada setelah ia meninggal dunia, pastilah beliau mau memberitahuku."
"Pada saat putri Brahmana sedang bersedih dan lama sekali berdiri di depan Buddha rupang tersebut, tiba-tiba terdengar suara dari langit: "Putri yang berbudi, janganlah terlalu bersedih hati. Sekaranga aku akan menunjukkan tempat ibumu berada. Mendengar suara tersebut segeralah putri Brahmana itu mengatupkan kedua telapak tangannya ke arah langit seraya berkata: "Dewa berbudi manakah menghibur hatiku yang duka lara. Sejak ditinggalkan ibu tersayang, siang dan malam aku selalu merindukannya. Entah kepada siapa aku harus bertanya, di alam mana ibuku berada. "Kemudian dtang lagi suara dari langit: "Aku adalah Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata, seorang Buddha masa lampau yang sedang engkau puja. Melihat engkau merindukan ibu melebihi kesedihan umat-umat lain, maka aku datang untuk memberi tahu."
"Putri Brahmana sangat terharu mendengar sabda Buddha tersebut, lalu ia menyembah dengan sekuat tenaga, sekujur tubuhnya mendekap tanah sehingga anggota badannya terluka dan iapun pingsan. Setelah ditolong orang sekitar vihara itu lama kemudian baru siuman kembali. Lalu ia menengadah ke langit sambil berdoa dan berkata, "Kasihanilah aku Buddha yang termulia, katakanlah segera di alam mana ibuku berada. Sebab jiwa ragaku tak lama lagi akan mati." "Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata memberi tahu putri Brahmana: "Putri yang berbudi, setelah puja-bhaktimu ini selesai, cepatlah kembali ke rumahmu. Kemudian duduklah bersila di dalam kamar yang bersih dan pusatkanlah pikiranmu, lalu renungkanlah namaku terus menerus, lalu engkau dapat mengetahui di alam mana ibumu berada!"
"Setelah mendengar sabda tersebut Putri Brahmana merasa amat gembira dan lega, bergegas ia memberi hormat kepada Tathagata tersebut lalu pergi. Setiba di rumahnya putri Brahmana duduk bersila dan dengan sepenuh hati merenungkan nama Buddhapadmasamadhisvararaja dengan cara meditasi selama satu hari satu malam."
"Dalam samadhinya, putri Brahmana itu merasa dirinya berada di pantai laut, air laut nampak bergelora. Banyak binatang buas yang berbadan baja berkejar-kejaran di tengah laut. Di sana juga terdapat ratusan ribu orang, laki-laki dan perempuan. Mereka timbul tenggelam di dalam air laut itu, sebagian dimangsa binatang buas yang ada di situ. Tak berapa lama, datanglah bermacam-macam setan Yaksa, ada yang bertangan banyak, yang bermata banyak, berkaki banyak, berkepala banyak, atau yang taringnya setajam pedang. Mereka berbondong-bondong mengusir orang hukuman itu menuju ke kelompok binatang buas di situ; sebagian setan Yaksa beramai-ramai menangkap orang tersebut, lalu menekuk kepala dan kaki, lalu menggulungnya menjadi gumpalan atau menarik tubuh orang tersebut hingga panjang sekali, atau mematahkan seluruh tulangnya atau menyobek-nyobek dagingnya hingga mati, kemudian mayatnya dibuang ke dalam laut. Tingkah laku mereka sangat kejam, sungguh sangat menakutkan sehingga tak ada seorang pun yang sanggup memandangnya lama-lama. Namun putri Brahmana itu tidak takut sedikitpun. Karena ia telah memuliakan nama Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata."
"Saat itu datang seorang raja Setan yang bernama Amagadha menyambut putri Brahmana dengan penuh sujud seraya berkata, "Sadhu, Bodhisattva yang mulia! Ada apa gerangan datang ke alam ini ?"
Putri Brahmana bertanya kepada raja Setan: "Apakah nama alam ini? "Ini adalah Maha Cakravada, lapisan laut pertama di sebelah Barat." Jawab raja Setan.
Putri Brahmana bertanya pula: "Benarkah di tengah-tengah Maha Cakravada terdapat alam Neraka?"
"Betul. Alam neraka persis ditengah-tengahny." Jawab raja Setan.
"Raja Setan yang budiman!Katakanlah mengapa aku dapat mengunjungi alam neraka ini? Tanya putri Brahmana lagi.
Raja Setan Amagadha menjawab: "Engkau datang ke alam Neraka ini jika bukan karena kekuatan gaib, pastilah karena karma buruk."
Tanpa salah satu sebab tersebut, sulit datang berkunjung ke alam neraka ini.
Putri Brahmana bertanya kembali: "Mengapa air laut itu mendidih dan di dalamnya banyak orang yang bersalah dan binatang buas?"
Raja Setan Amagadha menjawab: "Orang-orang tersebut datang dari dunia Jambudvipa, mereka mempunya karma berat dan baru meninggal dunia. Tapi selama 49 hari ini tiada seorangpun yang membuat jasa-jasa kebajikan untuk disalurkan kepada mereka, untuk menyelamatkan mereka. Sewaktu mereka berada di dunia, mereka enggan menanam benih kebaikan: Maka tanpa membawa suatu apapun kecuali karma beratnya, kini mereka harus menanggung hasil perbuatannya dan sesuai dengan hukum karma, mereka terjerumus ke alam kesedihan. Sebelumnya mereka harus menyeberangi lautan yang mendidih ini."
"Disebelah Timur, kira-kira 100 Yojana dari lautan pertama ini terdapat satu lautan lagi dan keadaannya lebih menyedihkan dibandingkan dengan lautan pertama. Lagi di sebelah timur lautan kedua, terdapat satu lautan yang lebih menyedihkan lagi beberapa kali lipat dari lautan kedua!"
"Barangsiapa telah melanggar 3 macam karma (Trikarma), mereka langsung menyebrangi lautan ke alam neraka setelah kehidupan mreka berakhir. Ketiga lautan ini dinamakan Karmasagara." Demikian Raja Setan menjelaskan.
Selanjutnya putri Brahmana bertanya lagi: "Di mana letaknya neraka itu?"
Jawab Amagdha "Di bawah ketiga lautan ini adalah neraka besar, jumlahnya ratusan ribu dan jenisnya macam-macam. Neraka yang besar berjumlah 18 buah. Yang sedang 500 buah, hukumannya berat sekali dan yang kecil ribuan banyaknya, juga berat hukumanNya."
Putri Brahmana bertanya pula: "Ibuku juga baru meninggal dunia, entah di mana arwahnya berada."
Raja Setan bertanya: "Ketika ibumu masih hidup di dunia apa pekerjaannya?"
Putri Brahmana menjawab: "Ibuku berpandangan sesat, suka memfitnah Triratna. Jika dinasehati ia hanya percaya sebentar, kemudian tidak menghormati Triratna lagi. Meskipun ibuku meninggal belum lama, entah di mana ia kini berada."
"Siapa nama ibumu dan dari suku apa?" Tanya Raja Setan. "Orang tuaku adalah keturunan Brahmana. Ayahku bernama Silasudharsana dan ibuku bernama Vatri." Jawab Putri Brahmana.
"Setelah Raja Setan Amagadha mendengar nama ibunya lalu beradara (anjali) dan berkata: "Pulanglah sekarang, Bodhisattva yang mulia! Tinggalkan alam yang menyedihkan ini, kembalilah ke tempat asalmu dan mulai sekarang tak usah cemas dan sedih lagi. Sebab tiga hari yang lalu, seorang terhukum di Neraca Avici bernama Vatri telah terlahirkan di alam Surga dan menurut kabar Vatri itu diberkahi oleh putrinya yang amat menyayanginya, yang pernah mengadakan puja-bhakti di vihara serta stupa Buddhapadmasamadhisvararaja. Maka kali ini bukan saja ibunya terbebaskan dari Neraka Avici, akan tetapi penghuni Neraka Avici yang lainnyapun mendapat kebebasan dan dilahirkan di Surga."
"Setelah Raja Setan Amagadha selesai memberi penjelasan, iapun memberi hormat dengan adara lalu pergi."
"Putri Brahmana merasa dirinya bagaikan orang yang baru sadar dari mimpi. Setelah mengakhiri samadhinya, ia merasa sangat riang gembira. Karena ia telah mengetahui asal usul dan sebab musabab itu. Kemudian ia kembali lagi ke vihara dan berikrar di depan Buddha rupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata: "Aku berjanji, bahwa selama berkalpa-kalpa yang akan datang aku bertekad akan memberikan kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan segala makhluk yang berdosa agar semua dapat membebaskan dirinya dari belenggu kesengsaraan!"
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Manjusri Bodhisattva: "Ketahuilah, bahwa yang disebut Raja Setan Amagadha itu kini beliau adalah Bodhisattva Dravyasri. Dan Putri Brahmana itu sekarang adalah Bodhisattva Ksitigarbha."
Bab 1. Istana Trayastrimsa Varga Rddhidhi Jnanam
Demikian yang kudengar. Pada suatu saat Buddha berada di surga Trayastrimsa akan mengkhotbahkan Dharma kepada ibuNya. Ketika itu dari 10 penjuru dunia yang tidak terbatas, semua Buddha dan Maha Bodhisattva-Mahasattva yang jumlahnya sulit diperkirakan datang berkumpul. Mereka menjunjung dan memuji Buddha Sakyamuni yang dapat menampilkan di dunia Panca-Kasayah, (5 macam kekeruhan) ini, Maha Prajna Rddhiabhijanabala (tenaga batin) yang tak dapat terpikirkan, untuk menundukkan umat yang bertegar hati, agar mereka sadar dan mengerti jalan mana menuju ke kebahagiaan dan mana menuju ke penderitaan. Masing-masing mengirim utusan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha.
Saat itu, Sang Buddha tersenyum dan tubuhNya mengeluarkan ratusan ribu koti awan bercahaya Maha Rasmihprabha Megha, seperti Maha Pari-Purna Megha, Maha-Maitri Megha, Maha-Jhana Megha, Maha-Prajna Megha, Maha-Samadhi Megha, Maha-Sri Megha, Maha-Punya Megha, Maha-Guna Megha, Maha-Sarana Megha, Maha-Stotra Megha. Setelah berbagai-bagai awan bercahaya berhenti keluar, kemudian terdengar bermacam-macam suara merdu, seperti Dana Paramita Ghosa, Sila Paramita Ghosa, Ksanti Paramita Ghosa, Virya Paramita Ghosa, Dhyana Paramita Ghosa, Prajna Paramita Ghosa, Maitri Ghosa, Karuna Ghosa, Upeksa Ghosa, Maha Simhanada Ghosa, Garjita Ghosa, Maha Garjita Ghosa. Setelah berbagai suara merdu yang tak terlukiskan berhenti berkumandang, datang dan berkumpul pula di Surga Trayastrimsa, Deva Naga, Hantu dasn Makhluk suci yang tidak terbilang banyaknya dari dunia Saha dan dunia lainnya. Seperti dari alam Surga Maha-Raja-Kajika dari Surga Trayastrimsa, dari Surga Yama, dari Surga Tusita, dari Surga Nimanarati, dari Surga Paranirmita-Vasavartin, dari Surga Brahma Kajika, dari Surga Bramaparsadya, dari Surga Bramapuronita, dari Surga Abhasvara, dari Surga Parittasubbha, dari Surga Apramanasubha, dari Surga Subhakrtsna, dari Surga Anabharaka, dari Surga Punyapravava, dari Surga Brhatphala, dari Surga Avrha, dari Surga Atapa, dari Surga Sudrsa, dari Surga Sudarsana, dari Surga Akanistha, dari Surga Mahamahesvara, hinggu Surga Naivasamjnanasamjnayatana. Segala macam Deva, Naga, Hantu dan Makhluk suci semuanya berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, seperti Dewa penguasa Laut, Dewa Sungai, Dewa Pohon, Dewa Gunung, Dewa Bumi, Dewa Danau, Dewa Pertanian, Dewa Siang, Dewa Malam, Dewa Angkasa, Dewa Langit, Dewa Minuman dan Makanan, Dewa Tumbuh-tumbuhan dan lain-lain Makhluk Suci semuanya datang berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, para Raja Setan seperti Raja Setan bermata kejam, Raja setan penghisap darah, Raja setan penghisap sari mani, Raja setan pemakan janin dan telur, Raja setan penyebar penyakit, Raja setan penolak tuba, Raja setan pengasih penyayang, Raja setan pemberi sejahtera, Raja setan berbudi luhur dan lain-lain Raja setan semuanya berkumpul. Pada saat itu, Sang Buddha bersabda kepada Pangeran Dharma Manjusri Bodhisattva Mahasattva: "Engkau melihat semua Buddha, Bodhisattva dan Deva, Naga, Hantu, Makhluk Suci di dunia, di dunia lain, di bumi ini, di bumi lain, kini semuanya datang berkumpul di Surga Trayastrimsa. Dapatkah engkau menghitung jumlahnya?" Manjusri menjawab: "Bhagawan yang Termulia, dengan daya Rddhiabhijhanabalaku, sekalipun ribuan kalpa menghitungnya, hamba tak dapat mengetahui berapa jumlah yang hadir." Sang Buddha bersabda lagi kepada Manjusri Boddhisattva: "Dengan Buddhacaksu-ku (mata Buddha) menghitung, masih juga tidak dapat mengetahui jumlah yang sebenarnya. Ini semua berkat penjelmaan Ksitigarbha Boddhisattva sejak berkalpa-kalpa lamanya, baik yang sudah ditolong, yang akan ditolong, yang belum ditolong, maupun yang sudah berhasil, yang akan berhasil, yang belum berhasil."
Manjusri Boddhisattva menjawab Sang Buddha: "Bhagawan yang termulia, sejak masa silam hamba telah banyak melakukan kusala-karma (perbuatan baik) dan telah memperoleh kebijaksanaan tanpa halangan (Omniscience). Mendengar sabda Bhagawan hamba percaya sepenuhnya. Tapi para Sravaka yang berpahala kecil, Deva, Naga, Asta Gatyah (8 kelompok makhluk) serta para umat dari masa yang akan datang, meskipun mendengar sabda Tathagatha yang jujur, mereka akan merasa sangsi. Jika kita paksakan Dharma ini mereka akan melakukan fitnahan. Oleh karena itu kami mohon dengan hormat Bhagawan sudi menguraikan prestasi yang dicapai Ksitigarbha Boddhisattva, sebab utama apa, melakukan ibadat yang bagaimana, menyatakan tekad apa, sehingga beliau dapat mencapai keberhasilan yang tak terpikirkan hebatnya.
Sang Buddha bersabda kepada Manjusri Bodhisattva :"Seandainya semua tumbuh-tumbuhan seperti rumput, pohon, hutan rimba, padi, rami,bumbu, kumpai, batu, gunung, debu halus yang berada di alam Trisahasra-Mahasahasra, masing-masing dijadikan Sungai Gangga. Butiran pasir yang berada di setiap Sungai Gangga itu tiap butir dijadikan alam Trisahasra-Mahasahasra, butiran debu yang berada di tiap alam Trisahasra-Mahasahasra itu tiap butir dijadikan satu kalpa, tumpukan debu selama satu kalpa. Maka berapa kalpa jumlahnya takkan dapat dihitung, namun Ksitigarbha Bodhisattva sejak mencapai Dasa-Bhumayah hingga sekarang, lamanya telah mencapai ribuan kali lipat daripada perumpamaan kita tadi. Apa lagi Ksitigarbha Bodhisattva pernah berada di Sravaka-Bhumi dan Prayekabuddha Bhumi, lamanya pun tak terhitungkan Manjusri, kewibawaan serta keagungan janji suci Bodhisattva ini sungguh takkan terperikan! Apabila terdapat putra putri yang berbudi dari masa yang akan datang, setelah mereka mendengarkan nama agung dari Bodhisattva ini walau hanya memberi hormat atau memuji jasaNya atau memuliakan namaNya atau mengadakan puja-bhakti atau membuat rupangnya baik dari gambar berwarna maupun dari ukiran, pahatan dan sebagainya, putra putri yang berbudi itu akan dianugrahi kesempatan lahir di surga Trayastrimsa hingga ratusan kali dan takkan terjerumus ke alam sengsara Manjusri, Ksitigarbha Bodhisattva pada masa lampau yang tak terhitung jumlah kalpanya, pernah lahir sebagai seorang putri Maha Grhapati (orang tua yang berjasa dan banyak harta benda). Waktu itu terdapat seorang Buddha yang bernama SIMHAVIKRIDITAPARIPURNA CARYA Tathagata. Pada suatu saat putra Maha Grhapati melihat rupa Buddha tersebut demikian anggun lalu ia bertanya kepada Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa ikrar dan perbuatan apa gerangan yang pernah dilakukanNya sehingga beliau memiliki paras muka yang demikian bagus dan anggun. Ketika itu Buddha Simhavikriditaparipurnacarya memberi tahu kepada pura Maha Grhapati, bahwa jika ingin memiliki tubuh yang demikian itu, harus banyak menolong makhluk hidup dari kesengsaraan terus menerus tanpa henti. Manjusri, setelah mendengar sabda Buddha tersebut, putra Maha Grhapati berikrar di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, bahwa sejak waktu itu hingga masa mendatang berkalpa-kalpa yang tak terhitung jumlahnya, ia akan menyelamatkan semua makhluk hidup dalam 6 jalur kehidupan (sad gatyah) bebas dari dukkha derita dengan berbagai cara yang mudah, kemudian ia baru mencapai kesadaran Bodhi yang agung. Demikianlah ia menyampaikan janji sucinya di depan Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, hingga sekarang meskipun telah ratusan ribu koti nayuta kalpa yang tak terhitung jumlahnya beliau masih tetap sebagai Bodhisattva menjalankan tugasnya menolong makhluk hidup.
"Lagi pada masa lampau beberapa Asankhyeya-Kalpa yang tak terhitungkan, ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama BUDDHA PADMASAMADHISVARARAJA Tathagata, usiaNya mencapai 4 juta koti Asankhyeya Kalpa. Pada masa Saddharma-pratirupaka terdapat seorang putri Brahmana, yang banyak menanam benih kebajikan pada masa kehidupan yang lampau, sehingga kini ia selalu mendapat pujian orang sekitarnya. Di manapun ia berada, apapun yang dilakukannya selalu mendapat perlindungan para dewa. Tapi ibunya menganut ajaran sesat, selalu memfitnah Triratna. Sementara itu putri suci itu dengan berbagai kemudahan-kemudahan menasehati ibunya, supaya mendapatkan pandangan yang benar. Akan tetapi ibunya belum lagi percaya sepenuhnya, sudah ditinggal mati. Arwahnya jatuh ke dalam neraka Avicci. Putri Brahmana itu mengetahui betul bahwa ibunya semasa hidupnya tidak percaya kepada hukum sebab akibat, diperkirakan ibunya akan mengikuti karmanya, niscaya terjatuh ke dalam alam sengasara. Demi menyelamatkan ibunya yang malang itu secepat mungkin, Putri Brahmana itu menjual rumah kediamannya. Kemudian dari hasilnya ia tukar dengan dupa dan bermacam-macam bunga segar serta berbagai alat pujaan lain. Lalu sajian-sajian itu dipersembahkan di vihara-vihara untuk mengadakan puja-bhakti secara khidmat kepada Buddha di masa lampau."
"Ketika itu putri Brahmana di vihara itu melihat Buddharupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagatha yang agung megah, hal itu membuatnya lebih menghormat dan mengagumiNya. Seraya berkata dalam hatinya, bahwa Buddha ini memiliki gelar yang "Maha Sadar", memiliki Sarvajna (kebijakan luhur). Jika saja beliau masih berada di dunia ini aku akan memohon beliau untuk menunjukkan di alam mana ibuku berada setelah ia meninggal dunia, pastilah beliau mau memberitahuku."
"Pada saat putri Brahmana sedang bersedih dan lama sekali berdiri di depan Buddha rupang tersebut, tiba-tiba terdengar suara dari langit: "Putri yang berbudi, janganlah terlalu bersedih hati. Sekaranga aku akan menunjukkan tempat ibumu berada. Mendengar suara tersebut segeralah putri Brahmana itu mengatupkan kedua telapak tangannya ke arah langit seraya berkata: "Dewa berbudi manakah menghibur hatiku yang duka lara. Sejak ditinggalkan ibu tersayang, siang dan malam aku selalu merindukannya. Entah kepada siapa aku harus bertanya, di alam mana ibuku berada. "Kemudian dtang lagi suara dari langit: "Aku adalah Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata, seorang Buddha masa lampau yang sedang engkau puja. Melihat engkau merindukan ibu melebihi kesedihan umat-umat lain, maka aku datang untuk memberi tahu."
"Putri Brahmana sangat terharu mendengar sabda Buddha tersebut, lalu ia menyembah dengan sekuat tenaga, sekujur tubuhnya mendekap tanah sehingga anggota badannya terluka dan iapun pingsan. Setelah ditolong orang sekitar vihara itu lama kemudian baru siuman kembali. Lalu ia menengadah ke langit sambil berdoa dan berkata, "Kasihanilah aku Buddha yang termulia, katakanlah segera di alam mana ibuku berada. Sebab jiwa ragaku tak lama lagi akan mati." "Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata memberi tahu putri Brahmana: "Putri yang berbudi, setelah puja-bhaktimu ini selesai, cepatlah kembali ke rumahmu. Kemudian duduklah bersila di dalam kamar yang bersih dan pusatkanlah pikiranmu, lalu renungkanlah namaku terus menerus, lalu engkau dapat mengetahui di alam mana ibumu berada!"
"Setelah mendengar sabda tersebut Putri Brahmana merasa amat gembira dan lega, bergegas ia memberi hormat kepada Tathagata tersebut lalu pergi. Setiba di rumahnya putri Brahmana duduk bersila dan dengan sepenuh hati merenungkan nama Buddhapadmasamadhisvararaja dengan cara meditasi selama satu hari satu malam."
"Dalam samadhinya, putri Brahmana itu merasa dirinya berada di pantai laut, air laut nampak bergelora. Banyak binatang buas yang berbadan baja berkejar-kejaran di tengah laut. Di sana juga terdapat ratusan ribu orang, laki-laki dan perempuan. Mereka timbul tenggelam di dalam air laut itu, sebagian dimangsa binatang buas yang ada di situ. Tak berapa lama, datanglah bermacam-macam setan Yaksa, ada yang bertangan banyak, yang bermata banyak, berkaki banyak, berkepala banyak, atau yang taringnya setajam pedang. Mereka berbondong-bondong mengusir orang hukuman itu menuju ke kelompok binatang buas di situ; sebagian setan Yaksa beramai-ramai menangkap orang tersebut, lalu menekuk kepala dan kaki, lalu menggulungnya menjadi gumpalan atau menarik tubuh orang tersebut hingga panjang sekali, atau mematahkan seluruh tulangnya atau menyobek-nyobek dagingnya hingga mati, kemudian mayatnya dibuang ke dalam laut. Tingkah laku mereka sangat kejam, sungguh sangat menakutkan sehingga tak ada seorang pun yang sanggup memandangnya lama-lama. Namun putri Brahmana itu tidak takut sedikitpun. Karena ia telah memuliakan nama Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata."
"Saat itu datang seorang raja Setan yang bernama Amagadha menyambut putri Brahmana dengan penuh sujud seraya berkata, "Sadhu, Bodhisattva yang mulia! Ada apa gerangan datang ke alam ini ?"
Putri Brahmana bertanya kepada raja Setan: "Apakah nama alam ini? "Ini adalah Maha Cakravada, lapisan laut pertama di sebelah Barat." Jawab raja Setan.
Putri Brahmana bertanya pula: "Benarkah di tengah-tengah Maha Cakravada terdapat alam Neraka?"
"Betul. Alam neraka persis ditengah-tengahny." Jawab raja Setan.
"Raja Setan yang budiman!Katakanlah mengapa aku dapat mengunjungi alam neraka ini? Tanya putri Brahmana lagi.
Raja Setan Amagadha menjawab: "Engkau datang ke alam Neraka ini jika bukan karena kekuatan gaib, pastilah karena karma buruk."
Tanpa salah satu sebab tersebut, sulit datang berkunjung ke alam neraka ini.
Putri Brahmana bertanya kembali: "Mengapa air laut itu mendidih dan di dalamnya banyak orang yang bersalah dan binatang buas?"
Raja Setan Amagadha menjawab: "Orang-orang tersebut datang dari dunia Jambudvipa, mereka mempunya karma berat dan baru meninggal dunia. Tapi selama 49 hari ini tiada seorangpun yang membuat jasa-jasa kebajikan untuk disalurkan kepada mereka, untuk menyelamatkan mereka. Sewaktu mereka berada di dunia, mereka enggan menanam benih kebaikan: Maka tanpa membawa suatu apapun kecuali karma beratnya, kini mereka harus menanggung hasil perbuatannya dan sesuai dengan hukum karma, mereka terjerumus ke alam kesedihan. Sebelumnya mereka harus menyeberangi lautan yang mendidih ini."
"Disebelah Timur, kira-kira 100 Yojana dari lautan pertama ini terdapat satu lautan lagi dan keadaannya lebih menyedihkan dibandingkan dengan lautan pertama. Lagi di sebelah timur lautan kedua, terdapat satu lautan yang lebih menyedihkan lagi beberapa kali lipat dari lautan kedua!"
"Barangsiapa telah melanggar 3 macam karma (Trikarma), mereka langsung menyebrangi lautan ke alam neraka setelah kehidupan mreka berakhir. Ketiga lautan ini dinamakan Karmasagara." Demikian Raja Setan menjelaskan.
Selanjutnya putri Brahmana bertanya lagi: "Di mana letaknya neraka itu?"
Jawab Amagdha "Di bawah ketiga lautan ini adalah neraka besar, jumlahnya ratusan ribu dan jenisnya macam-macam. Neraka yang besar berjumlah 18 buah. Yang sedang 500 buah, hukumannya berat sekali dan yang kecil ribuan banyaknya, juga berat hukumanNya."
Putri Brahmana bertanya pula: "Ibuku juga baru meninggal dunia, entah di mana arwahnya berada."
Raja Setan bertanya: "Ketika ibumu masih hidup di dunia apa pekerjaannya?"
Putri Brahmana menjawab: "Ibuku berpandangan sesat, suka memfitnah Triratna. Jika dinasehati ia hanya percaya sebentar, kemudian tidak menghormati Triratna lagi. Meskipun ibuku meninggal belum lama, entah di mana ia kini berada."
"Siapa nama ibumu dan dari suku apa?" Tanya Raja Setan. "Orang tuaku adalah keturunan Brahmana. Ayahku bernama Silasudharsana dan ibuku bernama Vatri." Jawab Putri Brahmana.
"Setelah Raja Setan Amagadha mendengar nama ibunya lalu beradara (anjali) dan berkata: "Pulanglah sekarang, Bodhisattva yang mulia! Tinggalkan alam yang menyedihkan ini, kembalilah ke tempat asalmu dan mulai sekarang tak usah cemas dan sedih lagi. Sebab tiga hari yang lalu, seorang terhukum di Neraca Avici bernama Vatri telah terlahirkan di alam Surga dan menurut kabar Vatri itu diberkahi oleh putrinya yang amat menyayanginya, yang pernah mengadakan puja-bhakti di vihara serta stupa Buddhapadmasamadhisvararaja. Maka kali ini bukan saja ibunya terbebaskan dari Neraka Avici, akan tetapi penghuni Neraka Avici yang lainnyapun mendapat kebebasan dan dilahirkan di Surga."
"Setelah Raja Setan Amagadha selesai memberi penjelasan, iapun memberi hormat dengan adara lalu pergi."
"Putri Brahmana merasa dirinya bagaikan orang yang baru sadar dari mimpi. Setelah mengakhiri samadhinya, ia merasa sangat riang gembira. Karena ia telah mengetahui asal usul dan sebab musabab itu. Kemudian ia kembali lagi ke vihara dan berikrar di depan Buddha rupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata: "Aku berjanji, bahwa selama berkalpa-kalpa yang akan datang aku bertekad akan memberikan kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan segala makhluk yang berdosa agar semua dapat membebaskan dirinya dari belenggu kesengsaraan!"
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Manjusri Bodhisattva: "Ketahuilah, bahwa yang disebut Raja Setan Amagadha itu kini beliau adalah Bodhisattva Dravyasri. Dan Putri Brahmana itu sekarang adalah Bodhisattva Ksitigarbha."
Bab 2. Varga Pertemuan Badan-Badan Jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva
Ketika itu pada pertemuan di Istana Trayastrimsa datang berkumpul badan-badan jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva yang selama ini bertugas di Neraka berbagai dunia yang banyaknya ratusan ribu koti Asankhyeya yang sulit diperkirakan.
Kini mereka yang diberkati Maha Rddhijnabala dari Buddha Sakyamuni tidak kurang dari jutaan koti nayuta umat suci yang telah terbebaskan dari duniawi dan berbagai alam kesedihan, semua membawa bunga-bunga harum untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha Sakyamuni dan para hadirin yang datang bersamaan dengan Ksitigarbha Bodhisattva, selama ini telah mendapat bimbinganNya untuk mencapai Anuttara Samyaksambodhi tanpa mengalami kemunduran. Sebelum itu mereka selama berkalpa-kalpa terlunta-lunta antara kelahiran dan kematian dalam 6 jalur kehidupan tanap berhenti barang sesaatpun. Berkat semangat Ksitigarbha Bodhisattva yang Maha Karuna serta janji sucinya yang dalam, mereka semua telah mencapai Kebodhian. Setiba di Istana Trayastrimsa semua merasa amat gembira memandang wajah Buddha Sakyamuni dengan tidak berkedip.
Ketika itu Sang Buddha mengulurkan lenganNya yang keemas-emasan menyentuh ubun-ubun tiap jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva yang banyaknya ratusan ribu koti Asankhyeya itu seraya bersabda: "Aku di alam Panca-Kasayah mengajarkan para umat yang masih bertegar hari, supaya sadar dan kembali ke jalan yang benar. Meskipun demikian masih saja ada satu dua orang dari 10 orang yang berbuat kejahatan. Akupun menjelmakan diriku hingga ratusan ribu koti, dengan berbagai kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan para umat. Yang cerdas menerima ajaranku hanya dengan mendengarkan saja. Yang banyak menanam kebajikan pada masa silam, berhasil berkat nasehat-nasehatku. Mereka yang lemah mengalami masa yang lama sekali baru tersadarkan. Mereka yang berkarma berat tidak menghormati Buddha Dharma sukar disadarkan. Meskipun para umat demikian berbeda-beda adanya, tetap perlu ditolong dengan jelmaan yang berbagai-bagai pula. Atau menjelma sebagai laki-laki, atau sebagai wanita, atau sebagai dewa, naga, makhluk-makhluk suci, setan, bahkan aku pernah menjelmakan diriku menjadi gunung, hutan, sungai, padang, kali kecil, kolam sumber air, sumur, dan sebagainya agar dapat menolong makhluk yang sengsara! Kadang kala aku juga menjelmakan diriku menjadi seorang Raja Indra, Raja Brahmana, Raja Cakravartin atau seorang kulapati, atau seorang raja dunia, menteri, pegawai negri atau seorang Bhikshu, Bhikshuni, Upasaka, Upasika, Sravaka, Pratyekabuddha, Arahat atau Bodhisattva dasn sebagainya guna menyelamatkan para makhluk sengsara di alam semesta, maka Buddha tidak menjelma sebagai Buddha saja."
"Dapat engkau lihat aku berkalpa-kalpa dengan susah payah menolong berbagai makhluk hidup yang bertegar hati dan menderita. Mereka yang belum tersadarkan, menerima karmanya sesuai dengan perbuatannya. Jika mereka terjerumus ke dalam alam sengsara dan menderita, engkau semua harus ingat nasehatku ketika kita berada di Surga Trayastrimsa, supaya makhluk hidup yang berada di dunia Saha hingga pada masa Maitreya Bodhisattva lahir, semuanya dibebaskan dari penderitaan. Bebas dari segala macam dukkha derita selama-lamanya dan akan bertemu Buddha serta mendapat Vyakarana.
Pada saat itu semua jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva dari berbagai dunia dan sejak berkalpa-kalpa yang lalu bersatu kembali menjadi tubuh asalnya lagi, lalu memberi penghormatan dengan perasaan haru serta menceritakan dengan air mata berlinang kepada Sang Buddha: "Sejak berkalpa-kalpa yang lalu hamba telah mendapat bimbingan Sang Bhagawan sehingga hamba mendapatkan Rddhiabhijhanabala dan Mahaprajna."
"Berkat Buddha, jelmaan hamba telah dapat memenuhi dunia yang banyaknya ratusan ribu koti. Mengajari mereka menyakini Triratna agar mereka terbebaskan dari kelahiran dan kematian dan melaksanakan Dharma luhur hingga mencapai Nibbana."
"Barangsiapa dapat mengamalkan Buddha Dharma, walaupun jasanya hanya sehelai rambut, setetes air, sebutir pasir, atau sebutir debu, aku bertekad menolong mereka membebaskan diri dari duka dan mendapatkan manfaat yang besar dari Buddha Dharma."
"Dengan ini hamba memohon dengan tulus ikhlas, agar Sang Bhagava tidak menjadi kuatir akan keadaan para umat yang melakukan karma berat di masa yang akan datang." Demikianlah kata kata ini diulangi 3 kali oleh Ksitigarbha Bodhisattva di hadapan Buddha Sakyamuni.
Ketika itu Sang Buddha menjawab Ksitigarbha Bodhisattva: "Sadhu!Sadhu! Aku gembira dan akan membantumu agar engkau mencapai hasil yang gilang gemilang. Apabila engkau telah berhasil melaksanakan ikrar pada masa silam itu dan usaha sucimu akan selesai, ketika itu pulalah engkau akan mencapai Anuttara Samyaksambodhi."
Ketika itu pada pertemuan di Istana Trayastrimsa datang berkumpul badan-badan jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva yang selama ini bertugas di Neraka berbagai dunia yang banyaknya ratusan ribu koti Asankhyeya yang sulit diperkirakan.
Kini mereka yang diberkati Maha Rddhijnabala dari Buddha Sakyamuni tidak kurang dari jutaan koti nayuta umat suci yang telah terbebaskan dari duniawi dan berbagai alam kesedihan, semua membawa bunga-bunga harum untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha Sakyamuni dan para hadirin yang datang bersamaan dengan Ksitigarbha Bodhisattva, selama ini telah mendapat bimbinganNya untuk mencapai Anuttara Samyaksambodhi tanpa mengalami kemunduran. Sebelum itu mereka selama berkalpa-kalpa terlunta-lunta antara kelahiran dan kematian dalam 6 jalur kehidupan tanap berhenti barang sesaatpun. Berkat semangat Ksitigarbha Bodhisattva yang Maha Karuna serta janji sucinya yang dalam, mereka semua telah mencapai Kebodhian. Setiba di Istana Trayastrimsa semua merasa amat gembira memandang wajah Buddha Sakyamuni dengan tidak berkedip.
Ketika itu Sang Buddha mengulurkan lenganNya yang keemas-emasan menyentuh ubun-ubun tiap jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva yang banyaknya ratusan ribu koti Asankhyeya itu seraya bersabda: "Aku di alam Panca-Kasayah mengajarkan para umat yang masih bertegar hari, supaya sadar dan kembali ke jalan yang benar. Meskipun demikian masih saja ada satu dua orang dari 10 orang yang berbuat kejahatan. Akupun menjelmakan diriku hingga ratusan ribu koti, dengan berbagai kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan para umat. Yang cerdas menerima ajaranku hanya dengan mendengarkan saja. Yang banyak menanam kebajikan pada masa silam, berhasil berkat nasehat-nasehatku. Mereka yang lemah mengalami masa yang lama sekali baru tersadarkan. Mereka yang berkarma berat tidak menghormati Buddha Dharma sukar disadarkan. Meskipun para umat demikian berbeda-beda adanya, tetap perlu ditolong dengan jelmaan yang berbagai-bagai pula. Atau menjelma sebagai laki-laki, atau sebagai wanita, atau sebagai dewa, naga, makhluk-makhluk suci, setan, bahkan aku pernah menjelmakan diriku menjadi gunung, hutan, sungai, padang, kali kecil, kolam sumber air, sumur, dan sebagainya agar dapat menolong makhluk yang sengsara! Kadang kala aku juga menjelmakan diriku menjadi seorang Raja Indra, Raja Brahmana, Raja Cakravartin atau seorang kulapati, atau seorang raja dunia, menteri, pegawai negri atau seorang Bhikshu, Bhikshuni, Upasaka, Upasika, Sravaka, Pratyekabuddha, Arahat atau Bodhisattva dasn sebagainya guna menyelamatkan para makhluk sengsara di alam semesta, maka Buddha tidak menjelma sebagai Buddha saja."
"Dapat engkau lihat aku berkalpa-kalpa dengan susah payah menolong berbagai makhluk hidup yang bertegar hati dan menderita. Mereka yang belum tersadarkan, menerima karmanya sesuai dengan perbuatannya. Jika mereka terjerumus ke dalam alam sengsara dan menderita, engkau semua harus ingat nasehatku ketika kita berada di Surga Trayastrimsa, supaya makhluk hidup yang berada di dunia Saha hingga pada masa Maitreya Bodhisattva lahir, semuanya dibebaskan dari penderitaan. Bebas dari segala macam dukkha derita selama-lamanya dan akan bertemu Buddha serta mendapat Vyakarana.
Pada saat itu semua jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva dari berbagai dunia dan sejak berkalpa-kalpa yang lalu bersatu kembali menjadi tubuh asalnya lagi, lalu memberi penghormatan dengan perasaan haru serta menceritakan dengan air mata berlinang kepada Sang Buddha: "Sejak berkalpa-kalpa yang lalu hamba telah mendapat bimbingan Sang Bhagawan sehingga hamba mendapatkan Rddhiabhijhanabala dan Mahaprajna."
"Berkat Buddha, jelmaan hamba telah dapat memenuhi dunia yang banyaknya ratusan ribu koti. Mengajari mereka menyakini Triratna agar mereka terbebaskan dari kelahiran dan kematian dan melaksanakan Dharma luhur hingga mencapai Nibbana."
"Barangsiapa dapat mengamalkan Buddha Dharma, walaupun jasanya hanya sehelai rambut, setetes air, sebutir pasir, atau sebutir debu, aku bertekad menolong mereka membebaskan diri dari duka dan mendapatkan manfaat yang besar dari Buddha Dharma."
"Dengan ini hamba memohon dengan tulus ikhlas, agar Sang Bhagava tidak menjadi kuatir akan keadaan para umat yang melakukan karma berat di masa yang akan datang." Demikianlah kata kata ini diulangi 3 kali oleh Ksitigarbha Bodhisattva di hadapan Buddha Sakyamuni.
Ketika itu Sang Buddha menjawab Ksitigarbha Bodhisattva: "Sadhu!Sadhu! Aku gembira dan akan membantumu agar engkau mencapai hasil yang gilang gemilang. Apabila engkau telah berhasil melaksanakan ikrar pada masa silam itu dan usaha sucimu akan selesai, ketika itu pulalah engkau akan mencapai Anuttara Samyaksambodhi."
Bab 3. Varga Pengamatan Atas Karma Makhluk Hidup Serta Sebab Akibatnya.
Ketika itu Ibu Mahamaya merangkapkan kedua telapak tangannya memberi hormat kepada Bodhisattva Ksitigarbha seraya bertanya: "Yang Arya, bagaimanakah hukum karma yang berlaku bagi para makhluk dari dunia Jambudvipa yang pernah berbuat macam-macam karma buruk itu?"
Ksitigarbha Bodhisattva menjawab: "Dunia serta alam Buddha banyak sekali hingga berjuta-juta. Di dunia Saha terdapat neraka, di alam lain tiada neraka, di dunia saha terdapat wanita, di alam lain tidak terdapat wanita, Dunia yang terdapat Buddha Dharma adalah dunia yang miskin merana. Ada dunia yang terdapat Bodhisattva, tiada Sravaka dan Pratyeka Buddha. Sebaliknya ada dunia yang hanya terdapat Sravaka dan pratyeka buddha saja, tanpa Bodhisattva. Jadi tidak terbatas pada makhluk hidup di alam neraka saja yang mendapat siksaan karena karma berat.
Ibu Mahamaya menjelaskan kembali maksudnya, bahwa beliau ingin mengetahui pembalasan karma yang dilakukan oleh makhluk hidup di dunia Jambudvipa. Ksitigarbha Bodhisattva menjawab Ibu Mahamaya: "Dengarkanlah baik-baik, aku akan menguraikannya dengan singkat."
"Sudilah menerangkan, kami sekalian telah siap mendengarkan," sahut Ibu Mahamaya.
Ksitigarbha Bodhisattva menguraikan kepada Ibu Mahamaya: "Hukuman terberat dari neraka dan berlaku di dunia Jambudvipa adalah sebagai berikut: Apabila terdapat seorang anak durhaka yang tidak mematuhi orang tuanya, bahkan ia berani membunuh orang tuanya, maka umat yang berkelakukan seperti itu akan terjerumus ke dalam Neraka Avici setelah ia meninggal dunia dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat seorang umat yang berani melukai badan Buddha atau berani memfitnah Triratna, tidak menhormati kitab suci, juga akan terjerumus ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, juga sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat seorang umat yang berani menyakiti Bhikshu, berani menodai Bhiksuni atau berani melakukan perbuatan asusila di Vihara atau berani membunuh makhluk bernyawa dalam vihara, akan terjerumus juga ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat umat yang berani menyamar sebagai Sramana, tapi hatinya bukan Sramana dan ia memboroskan harta benda milik Sangha, menipu kulapati, melanggar vinaya dan melakukan bermacam-macam karma buruk. Orang semacam ini juga akan terjerumus ke dalam Neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa juga sulit untuk mendapatkan kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat umat yang berani mencuri harta benda milih Sangha, seperti barang keperluan sehari-hari, beras atau palawija, makanan atau minuman, jubah atau pakaian lain, bahkan barang apapun diambil bukan atas pemberiakn, ia akan terjerumus ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya juga jutaan koti kalpa dan sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ."
Ksitigarbha Bodhisattva menjelaskan: "Ibu Mahamaya, jika terdapat umat berbuat karma demikian itu akan terjerumus ke dalam Neraka Avici dan tidak dapat mohon istirahat sesaatpun, menderita terus tak berkesudahan."
Ibu Mahamaya bertanya pula kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Yang Arya, mengapa Neraka itu dinamakan Neraka Avici?"
Ksitigarbha Bodhisattva menjelaskan: "Ibu Mahamaya yang berbudi, semua neraka berada dalam Gunung Maha Cakravada. Neraka yang besar terdapat 18 buah, yang sedang 500 buah. Setiap neraka mempunyai nama sendiri-sendiri. Sedangkan yang kecil jumlahnya banyak sekali, hingga jutaan buah dan namanyapun berbeda-beda juga! Neraka Avici itu kelilingnya kurang lebih 8 juga Yojana, semua dilengkapi dengan tembok besi, tinggi tembok tersebut 10 ribu Yojana. Dalam neraka tersebut tidak ada tempat yang kosong, semuanya dipenuhi kobaran api yang dasyat. Neraka ini bersambungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai besar itulah Neraka Avici. Kelilingnya 18 ribu Yojana, temboknya juga dibuat dari besi dan tingginya 1.000 Yojana. Kobaran api yang membara menyala-nyala dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Di samping itu terdapat pula ular-ular berbisa dan anjing-anjing buas yang tubuhnya semuanya terbuat dari besi, dari mulutnya menyembur-nyembur api yang dasyat. Di atas tembok Neraka itu berkejar-kejaran ke timur ke barat. Di alam neraka terdapat ranjang besi tersebar seluas 10 ribu Yojana. Apabila terdapat seorang terhukum berbaring di atas ranjang besi itu, ia segera melihat dirinya telah berada di setiap ranjang besi yang banyaknya ribuan itu. Demikian pula apabila terdapat jutaan orang hukuman berbaring di atasnya, segera mereka melihat tubuhnya berada di setiap ranjang tersebut. Demikian pembalasan dari karma yang mereka perbuat. Dan semua terhukum menerima semua siksaan dan penderitaan."
Kemudian "Datanglah ribuan mara Yaksa dan hantu jahat. Giginya runcing bagaikan belati, sinar matanya bagaikan kilat, kukunya tajam terbuat dari tembaga. Mereka menyeret-nyeret yang terhukum sesuka hatinya. Ada pula setan Yaksa memegang toya runcing, menusuk-nusuknya ke dalam tubuh orang-orang yang berdosa atau menusuk ke dalam mulut atau hidung atau perut atau punggunya. Kemudian orang yang ditusuk itu dilempar ke atas lalu disambut kembali dan diletakkan di atas ranjang yang menyala membara."
"Ada pula serombongan garuda besi datang mematuki mata orang yang bersalah atau datang ular bertubuh baja melilit leher terhukum atau seluruh sendir tulangnya dipaku dengan paku panjang, atau lidahnya dicabut lalu digilas dengan bajak tajam atau ususnya dikeluarkan lalu diiris-iris menjadi potongan atau mulutnya dituangi cairan tembaga panas atau seluruh badannya dililiti besi panas. Hidup dan mati berulang-ulang ribuan kali demikianlah pembalasan karma. Demikian hingga jutaan kalpa lamanya, ia akan sulit memperoleh peluang untuk keluar. Jika dunia itu menuju kepunahan, sedangkan masa hukuman bagi para umat yang jahat tersebut belum habis, mereka berpindah ke alam dunia lain untuk menerima hukuman lanjutan, jika alam dunia lain mengalami pula kepunahan, mereka berpindah pula ke alam yang lainnya lagi untuk menerima hukuman selanjutnya, dan jika alam yang lainnya lagi ini mengalami kepunahan pula mereka berpindah lagi ke alam yang lainnya demikian seterusnya, hingga dunia ini terbentuk kembali dan mereka datang pula ke dunia tempat asal mereka. Hukuman karma yang tak terputus-putus ini demikianlah halnya."
"Masih terdapat lima hal mengenai hukum karma yang berkaitan dengan Neraka Avici. Maka disebut Anantarya. Kelima macam karma yang bagaimanakah itu ?
Ke 1. Yang terhukum mendapat penderitaan siang dan malam tiada henti-hentinya selama berkalpa-kalpa, waktunya tiada terputus-putus. Maka disebut Anantarya.
Ke 2. Di Neraka tersebut berapapun jumlah orang hukuman, satu atau jutaan, di setiap ruangan akan tetap terasa sesak padat, maka disebut Anantarya.
Ke 3. Tak ada satu terhukumpun yang dapat menghindar dari suatu hukuman, baik itu dari siksaan garpu tajam, tongkat berat, binatang-binatang bertubuh besi seperti garuda, ular, serigala, anjing, dan sebagainya. Atau dari siksaan lesung serta alu besi yang terbakar panas menumbuk tubuh orang yang jahat atau tubuhnya dilindas, digergaji, dipahat, dikikir atau diiris-iris menjadi berkeping-keping atau dimasukkan ke dalam periuk besar berisi air mendidih atau tubuhnya dibalut dengan jaringan baja yang panas atau diikat dengan tali baja yang telah terbakar atau dipaksa menaiki keledai besi panas atau kuda besi yang panas, lalu dibakar, dikupas kulitnya atau dibawa keledai atau kuda tersebut yang berlari kencang, kemudian disirami cairan besi yang sedang melebur. Apabila orang yang berdosa itu lapar, ia akan diberi makan peluru besi untuk ditelan dan yang haus diberi minuman cairan besi. Dan hukuman itu akan dijalaninya selama berkalpa-kalpa. Penderitaan itu sambung menyambung tiada putus-putusna. Maka disebut Anantarya.
Ke 4. Di neraka tersebut tidak ada alasan untuk meringankan hukumannya, baik itu lelaki atau wanita, suku bangsa minoritas atau telah berlanjut usia, atau muda belia, atau bangsawan atau hina dina, naga atau makluk suci, dewata atau setan, dan sebagainya. Siapa saja yang mempunyai karma berat, ia harus menanggung hukumannya tanpa pandang bulu. Maka disebut Anantarya.
Ke 5. Selama hukumannya belum habis, terhukum akan berulang kali mati dan hidup kembali. Siang dan malam mereka akan menerima penderitaan ini. Sekejappun takkan berhenti. Kendati telah habis masa hukumannya, barulah ia dilahirkan di alam lain. Maka disebut Anantarya."
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan uraiannya: "Keadaan Neraka Avici sungguh rumit sekali atau sulit diterangkan. Aku hanya dapat menguraikannya secara singkat, jika meliputi semua alat-alat hukuman serta rupa-rupa penderitaannya secara lengkap, mungkin hingga satu kalpapun uraianku belum selesai!"
Setelah mendengar uraian tersebut, Ibu Mahamaya merasa cemas dan sedih! Lalu beliau segera beradara(beranjali) kepada Bodhisattva Ksitigarbha dan kembali ke tempatnya.
Ketika itu Ibu Mahamaya merangkapkan kedua telapak tangannya memberi hormat kepada Bodhisattva Ksitigarbha seraya bertanya: "Yang Arya, bagaimanakah hukum karma yang berlaku bagi para makhluk dari dunia Jambudvipa yang pernah berbuat macam-macam karma buruk itu?"
Ksitigarbha Bodhisattva menjawab: "Dunia serta alam Buddha banyak sekali hingga berjuta-juta. Di dunia Saha terdapat neraka, di alam lain tiada neraka, di dunia saha terdapat wanita, di alam lain tidak terdapat wanita, Dunia yang terdapat Buddha Dharma adalah dunia yang miskin merana. Ada dunia yang terdapat Bodhisattva, tiada Sravaka dan Pratyeka Buddha. Sebaliknya ada dunia yang hanya terdapat Sravaka dan pratyeka buddha saja, tanpa Bodhisattva. Jadi tidak terbatas pada makhluk hidup di alam neraka saja yang mendapat siksaan karena karma berat.
Ibu Mahamaya menjelaskan kembali maksudnya, bahwa beliau ingin mengetahui pembalasan karma yang dilakukan oleh makhluk hidup di dunia Jambudvipa. Ksitigarbha Bodhisattva menjawab Ibu Mahamaya: "Dengarkanlah baik-baik, aku akan menguraikannya dengan singkat."
"Sudilah menerangkan, kami sekalian telah siap mendengarkan," sahut Ibu Mahamaya.
Ksitigarbha Bodhisattva menguraikan kepada Ibu Mahamaya: "Hukuman terberat dari neraka dan berlaku di dunia Jambudvipa adalah sebagai berikut: Apabila terdapat seorang anak durhaka yang tidak mematuhi orang tuanya, bahkan ia berani membunuh orang tuanya, maka umat yang berkelakukan seperti itu akan terjerumus ke dalam Neraka Avici setelah ia meninggal dunia dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat seorang umat yang berani melukai badan Buddha atau berani memfitnah Triratna, tidak menhormati kitab suci, juga akan terjerumus ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, juga sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat seorang umat yang berani menyakiti Bhikshu, berani menodai Bhiksuni atau berani melakukan perbuatan asusila di Vihara atau berani membunuh makhluk bernyawa dalam vihara, akan terjerumus juga ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat umat yang berani menyamar sebagai Sramana, tapi hatinya bukan Sramana dan ia memboroskan harta benda milik Sangha, menipu kulapati, melanggar vinaya dan melakukan bermacam-macam karma buruk. Orang semacam ini juga akan terjerumus ke dalam Neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa juga sulit untuk mendapatkan kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila terdapat umat yang berani mencuri harta benda milih Sangha, seperti barang keperluan sehari-hari, beras atau palawija, makanan atau minuman, jubah atau pakaian lain, bahkan barang apapun diambil bukan atas pemberiakn, ia akan terjerumus ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya juga jutaan koti kalpa dan sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ."
Ksitigarbha Bodhisattva menjelaskan: "Ibu Mahamaya, jika terdapat umat berbuat karma demikian itu akan terjerumus ke dalam Neraka Avici dan tidak dapat mohon istirahat sesaatpun, menderita terus tak berkesudahan."
Ibu Mahamaya bertanya pula kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Yang Arya, mengapa Neraka itu dinamakan Neraka Avici?"
Ksitigarbha Bodhisattva menjelaskan: "Ibu Mahamaya yang berbudi, semua neraka berada dalam Gunung Maha Cakravada. Neraka yang besar terdapat 18 buah, yang sedang 500 buah. Setiap neraka mempunyai nama sendiri-sendiri. Sedangkan yang kecil jumlahnya banyak sekali, hingga jutaan buah dan namanyapun berbeda-beda juga! Neraka Avici itu kelilingnya kurang lebih 8 juga Yojana, semua dilengkapi dengan tembok besi, tinggi tembok tersebut 10 ribu Yojana. Dalam neraka tersebut tidak ada tempat yang kosong, semuanya dipenuhi kobaran api yang dasyat. Neraka ini bersambungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai besar itulah Neraka Avici. Kelilingnya 18 ribu Yojana, temboknya juga dibuat dari besi dan tingginya 1.000 Yojana. Kobaran api yang membara menyala-nyala dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Di samping itu terdapat pula ular-ular berbisa dan anjing-anjing buas yang tubuhnya semuanya terbuat dari besi, dari mulutnya menyembur-nyembur api yang dasyat. Di atas tembok Neraka itu berkejar-kejaran ke timur ke barat. Di alam neraka terdapat ranjang besi tersebar seluas 10 ribu Yojana. Apabila terdapat seorang terhukum berbaring di atas ranjang besi itu, ia segera melihat dirinya telah berada di setiap ranjang besi yang banyaknya ribuan itu. Demikian pula apabila terdapat jutaan orang hukuman berbaring di atasnya, segera mereka melihat tubuhnya berada di setiap ranjang tersebut. Demikian pembalasan dari karma yang mereka perbuat. Dan semua terhukum menerima semua siksaan dan penderitaan."
Kemudian "Datanglah ribuan mara Yaksa dan hantu jahat. Giginya runcing bagaikan belati, sinar matanya bagaikan kilat, kukunya tajam terbuat dari tembaga. Mereka menyeret-nyeret yang terhukum sesuka hatinya. Ada pula setan Yaksa memegang toya runcing, menusuk-nusuknya ke dalam tubuh orang-orang yang berdosa atau menusuk ke dalam mulut atau hidung atau perut atau punggunya. Kemudian orang yang ditusuk itu dilempar ke atas lalu disambut kembali dan diletakkan di atas ranjang yang menyala membara."
"Ada pula serombongan garuda besi datang mematuki mata orang yang bersalah atau datang ular bertubuh baja melilit leher terhukum atau seluruh sendir tulangnya dipaku dengan paku panjang, atau lidahnya dicabut lalu digilas dengan bajak tajam atau ususnya dikeluarkan lalu diiris-iris menjadi potongan atau mulutnya dituangi cairan tembaga panas atau seluruh badannya dililiti besi panas. Hidup dan mati berulang-ulang ribuan kali demikianlah pembalasan karma. Demikian hingga jutaan kalpa lamanya, ia akan sulit memperoleh peluang untuk keluar. Jika dunia itu menuju kepunahan, sedangkan masa hukuman bagi para umat yang jahat tersebut belum habis, mereka berpindah ke alam dunia lain untuk menerima hukuman lanjutan, jika alam dunia lain mengalami pula kepunahan, mereka berpindah pula ke alam yang lainnya lagi untuk menerima hukuman selanjutnya, dan jika alam yang lainnya lagi ini mengalami kepunahan pula mereka berpindah lagi ke alam yang lainnya demikian seterusnya, hingga dunia ini terbentuk kembali dan mereka datang pula ke dunia tempat asal mereka. Hukuman karma yang tak terputus-putus ini demikianlah halnya."
"Masih terdapat lima hal mengenai hukum karma yang berkaitan dengan Neraka Avici. Maka disebut Anantarya. Kelima macam karma yang bagaimanakah itu ?
Ke 1. Yang terhukum mendapat penderitaan siang dan malam tiada henti-hentinya selama berkalpa-kalpa, waktunya tiada terputus-putus. Maka disebut Anantarya.
Ke 2. Di Neraka tersebut berapapun jumlah orang hukuman, satu atau jutaan, di setiap ruangan akan tetap terasa sesak padat, maka disebut Anantarya.
Ke 3. Tak ada satu terhukumpun yang dapat menghindar dari suatu hukuman, baik itu dari siksaan garpu tajam, tongkat berat, binatang-binatang bertubuh besi seperti garuda, ular, serigala, anjing, dan sebagainya. Atau dari siksaan lesung serta alu besi yang terbakar panas menumbuk tubuh orang yang jahat atau tubuhnya dilindas, digergaji, dipahat, dikikir atau diiris-iris menjadi berkeping-keping atau dimasukkan ke dalam periuk besar berisi air mendidih atau tubuhnya dibalut dengan jaringan baja yang panas atau diikat dengan tali baja yang telah terbakar atau dipaksa menaiki keledai besi panas atau kuda besi yang panas, lalu dibakar, dikupas kulitnya atau dibawa keledai atau kuda tersebut yang berlari kencang, kemudian disirami cairan besi yang sedang melebur. Apabila orang yang berdosa itu lapar, ia akan diberi makan peluru besi untuk ditelan dan yang haus diberi minuman cairan besi. Dan hukuman itu akan dijalaninya selama berkalpa-kalpa. Penderitaan itu sambung menyambung tiada putus-putusna. Maka disebut Anantarya.
Ke 4. Di neraka tersebut tidak ada alasan untuk meringankan hukumannya, baik itu lelaki atau wanita, suku bangsa minoritas atau telah berlanjut usia, atau muda belia, atau bangsawan atau hina dina, naga atau makluk suci, dewata atau setan, dan sebagainya. Siapa saja yang mempunyai karma berat, ia harus menanggung hukumannya tanpa pandang bulu. Maka disebut Anantarya.
Ke 5. Selama hukumannya belum habis, terhukum akan berulang kali mati dan hidup kembali. Siang dan malam mereka akan menerima penderitaan ini. Sekejappun takkan berhenti. Kendati telah habis masa hukumannya, barulah ia dilahirkan di alam lain. Maka disebut Anantarya."
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan uraiannya: "Keadaan Neraka Avici sungguh rumit sekali atau sulit diterangkan. Aku hanya dapat menguraikannya secara singkat, jika meliputi semua alat-alat hukuman serta rupa-rupa penderitaannya secara lengkap, mungkin hingga satu kalpapun uraianku belum selesai!"
Setelah mendengar uraian tersebut, Ibu Mahamaya merasa cemas dan sedih! Lalu beliau segera beradara(beranjali) kepada Bodhisattva Ksitigarbha dan kembali ke tempatnya.
Bab 5.Varga Berbagai Macam Neraka dan Namanya
Bodhisattva Mahasattva Samanta Bhadra berkata kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Yang Arya Ksitigarbha yang maha welas asih! Sudilah menerangkan Hukum Karma dan jenis jenis nama neraka serta tempat hukuman bagi para makhluk Jambudvipa, baik untuk para Deva, Naga, keempat Parsadah (yakni Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika)serta para umat, baik yang berada di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang, agar mereka dapat mengetahui keadaan yang demikian pahit di alam Neraka dan akibat Hukum Karmanya."
"Baik sekali Yang Arya Samanta Bhadra yang Mahacarya! Sahut Ksitigarbha Bodhisattva, "Sekarang berkat kewibawaan Sang Buddha serta dari kekuatan cita-cita Yang Arya Samanta Bhadra, aku akan menguraikan jenis jenis dan nama Neraka beserta hukumannya yang berlaku di alam itu secara singkat! Yang Maha Pengasih, di sebelah timur Jambudvipa terdapat sebuah gunung besar yang bernama Maha Cakravada. Di dalam gunung ini gelap sekali dan sulit ditembus cahaya bulan atau matahari. Di dalamnya terdapat sebuah neraka utama yang maha besar, bernama Anantarya dan di sebelahnya juga terdapat sebuah neraka yang besar sekali, bernama Avici. Selain itu terdapat juga neraka-neraka lain seperti Nereka pojok empat, Neraka padang terbang, Neraka panah api, Neraka gunung berapit, Neraka tembusan ombak, Neraka kereta baja, Neraka ranjang baja, Neraka kerbau baja, Neraka jubah baja, Neraka mata keris seribu, Neraka keledai baja, Neraka leburan tembaga, Neraka peluk tiang, Neraka api menjalar, Neraka bajak lidah, Neraka untuk mengikir kepala, Neraka pembakar betis, Neraka pematuk mata, Neraka penelan gumpalan(peluru) besi, Neraka pertengkaran, Neraka kapak baja, Neraka saling geram, dan neraka-neraka lainnya."
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan: "Yang Maha Pengasih, neraka-neraka yang berada di dalam gunung Maha Cakravada ini jumlahnya tak terhitung, seperti Neraka Menjerit, Neraka pencabut lidah, Neraka air kotor, Neraka gembok tembaga, Neraka gajah api, Neraka anjing api, Neraka kuda api, Neraka kerbau api, Neraka gunung api, Neraka batu api, Neraka ranjang api, Neraka balok api, Neraka elang api, Neraka gergaji gigi, Neraka pengupas kulit, Neraka pengisap darah, Neraka pembakar tangan, Neraka pembakar kaki, Neraka penusuk tubuh, Neraka rumah api, Neraka rumah besi, Neraka serigala api, dan sebagainya. Dalam setiap neraka terdapat lagi neraka-neraka kecil dengan jumlah tak menentu, ada yang satu, adan yang dua, ada yang tiga atau empat, bahkan hingga ratusan ribu buah dan mempunyai nama yang berbeda beda juga."
Ksitigarbha Bodhisattva memberitahu Samanta Bhadra Bodhisattva: "Yang Maha Pengasih, neraka-neraka tersebut tersedia khusus untuk para makhluk yang berbuat karma buruk di dunia Jambudvipa ini. Daya karma ini besar sekali, dapat menandingi tingginya gunung Semeru, ke bawah dapat menyamai dalamnya samudra, dan dapat menghalangi jalan menuju Buddha Dharma. Oleh karena itu semua makhluk hidup jangan suka meremehkan kesalahan kecil dan menganggapnya tidak berdosa. Setelah meninggal dunia, yang berbuat dosa pasti akan menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, betapapun kecilnya karma yang pernah diperbuatnya dulu.
"Jika saatnya tiba, datang hukuman, tak ada yang dapat menggantikannya walaupun itu ayah ataupun anaknya sendiri. Masing-masing mempunyai karmanya sendiri-sendiri, tak dapat saling menggantikan untuk menerima hukuman. Kini aku menerima kesaktian Buddha, menguraikan keadaan hukuman dalam neraka. Mohon Yang Maha Pengasih mendengarkan dengan baik."
Samanta Bhadra Bodhisattva menjawab: "Yang Maha Pengasih, keadaan hukuman dalam neraka sesungguhnya demikian adanya," ada neraka yang mencabut lidah terhukum, lalu dibajak oleh kerbau besi hingga lumat; ada neraka yang mencabut jantung terhukum, kemudian dimakan oleh Yaksa; ada neraka yang memasak tubuh terhukum dengan air mendidih; ada neraka yang menyiksa terhukum dengan menyuruh memeluk tiang tembaga panas hingga hangus; ada neraka tempat membakar tubuh terhukum dengan kobaran api yang amat dasyat; ada neraka yang penuh dengan salju dan terhukum kedinginan dan mati beku seketika; ada neraka yang berisi air kotor kerbau busuk tak terperikan membuat terhukum mati sesak nafas; ada neraka tempat menyiksa terhukum dengan menusukkan tombak; ada neraka tempat menumbuk punggung dan dada terhukum; ada neraka tempat membakar tangan dan kaki; ada neraka tempat ular besi panas untuk melilit terhukum, ada neraka tempat anjing besi untuk menggigit terhukum hingga tewas; ada neraka tempat keledai besi panas untuk ditunggangi oleh terhukum hingga mati."
"Yang Maha Pengasih, alat-alat hukuman yang terdapat dalam neraka itu banyak sekali hingga ratusan ribu jenisnya dan terbuat dari tembaga, baja, batu dan api. Semua ini akibat dari karma umat yang bersangkutan. Jika secara luas menceritakan keadaan hukuman dalam neraka, hingga satu kalpapun takkan habis. Karena di tiap neraka terdapat penderitaan ratusan ribu macam, sedangkan neraka neraka itu demikian banyaknya. Kini aku menerima kesaktian Sang Buddha dan mendapat pertanyaan dari Yang Arya, maka aku hanya dapat menguraikannya secara singkat saja.
Bodhisattva Mahasattva Samanta Bhadra berkata kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Yang Arya Ksitigarbha yang maha welas asih! Sudilah menerangkan Hukum Karma dan jenis jenis nama neraka serta tempat hukuman bagi para makhluk Jambudvipa, baik untuk para Deva, Naga, keempat Parsadah (yakni Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika)serta para umat, baik yang berada di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang, agar mereka dapat mengetahui keadaan yang demikian pahit di alam Neraka dan akibat Hukum Karmanya."
"Baik sekali Yang Arya Samanta Bhadra yang Mahacarya! Sahut Ksitigarbha Bodhisattva, "Sekarang berkat kewibawaan Sang Buddha serta dari kekuatan cita-cita Yang Arya Samanta Bhadra, aku akan menguraikan jenis jenis dan nama Neraka beserta hukumannya yang berlaku di alam itu secara singkat! Yang Maha Pengasih, di sebelah timur Jambudvipa terdapat sebuah gunung besar yang bernama Maha Cakravada. Di dalam gunung ini gelap sekali dan sulit ditembus cahaya bulan atau matahari. Di dalamnya terdapat sebuah neraka utama yang maha besar, bernama Anantarya dan di sebelahnya juga terdapat sebuah neraka yang besar sekali, bernama Avici. Selain itu terdapat juga neraka-neraka lain seperti Nereka pojok empat, Neraka padang terbang, Neraka panah api, Neraka gunung berapit, Neraka tembusan ombak, Neraka kereta baja, Neraka ranjang baja, Neraka kerbau baja, Neraka jubah baja, Neraka mata keris seribu, Neraka keledai baja, Neraka leburan tembaga, Neraka peluk tiang, Neraka api menjalar, Neraka bajak lidah, Neraka untuk mengikir kepala, Neraka pembakar betis, Neraka pematuk mata, Neraka penelan gumpalan(peluru) besi, Neraka pertengkaran, Neraka kapak baja, Neraka saling geram, dan neraka-neraka lainnya."
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan: "Yang Maha Pengasih, neraka-neraka yang berada di dalam gunung Maha Cakravada ini jumlahnya tak terhitung, seperti Neraka Menjerit, Neraka pencabut lidah, Neraka air kotor, Neraka gembok tembaga, Neraka gajah api, Neraka anjing api, Neraka kuda api, Neraka kerbau api, Neraka gunung api, Neraka batu api, Neraka ranjang api, Neraka balok api, Neraka elang api, Neraka gergaji gigi, Neraka pengupas kulit, Neraka pengisap darah, Neraka pembakar tangan, Neraka pembakar kaki, Neraka penusuk tubuh, Neraka rumah api, Neraka rumah besi, Neraka serigala api, dan sebagainya. Dalam setiap neraka terdapat lagi neraka-neraka kecil dengan jumlah tak menentu, ada yang satu, adan yang dua, ada yang tiga atau empat, bahkan hingga ratusan ribu buah dan mempunyai nama yang berbeda beda juga."
Ksitigarbha Bodhisattva memberitahu Samanta Bhadra Bodhisattva: "Yang Maha Pengasih, neraka-neraka tersebut tersedia khusus untuk para makhluk yang berbuat karma buruk di dunia Jambudvipa ini. Daya karma ini besar sekali, dapat menandingi tingginya gunung Semeru, ke bawah dapat menyamai dalamnya samudra, dan dapat menghalangi jalan menuju Buddha Dharma. Oleh karena itu semua makhluk hidup jangan suka meremehkan kesalahan kecil dan menganggapnya tidak berdosa. Setelah meninggal dunia, yang berbuat dosa pasti akan menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, betapapun kecilnya karma yang pernah diperbuatnya dulu.
"Jika saatnya tiba, datang hukuman, tak ada yang dapat menggantikannya walaupun itu ayah ataupun anaknya sendiri. Masing-masing mempunyai karmanya sendiri-sendiri, tak dapat saling menggantikan untuk menerima hukuman. Kini aku menerima kesaktian Buddha, menguraikan keadaan hukuman dalam neraka. Mohon Yang Maha Pengasih mendengarkan dengan baik."
Samanta Bhadra Bodhisattva menjawab: "Yang Maha Pengasih, keadaan hukuman dalam neraka sesungguhnya demikian adanya," ada neraka yang mencabut lidah terhukum, lalu dibajak oleh kerbau besi hingga lumat; ada neraka yang mencabut jantung terhukum, kemudian dimakan oleh Yaksa; ada neraka yang memasak tubuh terhukum dengan air mendidih; ada neraka yang menyiksa terhukum dengan menyuruh memeluk tiang tembaga panas hingga hangus; ada neraka tempat membakar tubuh terhukum dengan kobaran api yang amat dasyat; ada neraka yang penuh dengan salju dan terhukum kedinginan dan mati beku seketika; ada neraka yang berisi air kotor kerbau busuk tak terperikan membuat terhukum mati sesak nafas; ada neraka tempat menyiksa terhukum dengan menusukkan tombak; ada neraka tempat menumbuk punggung dan dada terhukum; ada neraka tempat membakar tangan dan kaki; ada neraka tempat ular besi panas untuk melilit terhukum, ada neraka tempat anjing besi untuk menggigit terhukum hingga tewas; ada neraka tempat keledai besi panas untuk ditunggangi oleh terhukum hingga mati."
"Yang Maha Pengasih, alat-alat hukuman yang terdapat dalam neraka itu banyak sekali hingga ratusan ribu jenisnya dan terbuat dari tembaga, baja, batu dan api. Semua ini akibat dari karma umat yang bersangkutan. Jika secara luas menceritakan keadaan hukuman dalam neraka, hingga satu kalpapun takkan habis. Karena di tiap neraka terdapat penderitaan ratusan ribu macam, sedangkan neraka neraka itu demikian banyaknya. Kini aku menerima kesaktian Sang Buddha dan mendapat pertanyaan dari Yang Arya, maka aku hanya dapat menguraikannya secara singkat saja.
Bab 6.Varga Sanjungan dan Pujian Sang Tathagata.
Ketika itu tubuh Sang Bhagava tiba-tiba memancarkan sinar yang terang benderang dan cahayanya mencapai alam Buddha lain yang banyaknya hingga jutaan koti bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, bersamaan dengan itu terdengar suara merdu yang memberitahukan kepada para Bodhisattva Mahasattva, Deva, Naga, Makhluk-makhluk suci, Raja setan, Kinnara dan umat lainnya yang berada di segala alam Buddha, bunyinya: "Para pendengar yang budiman, hari ini aku memuji Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha yang telah dapat menyalurkan cinta kasih serta kesaktian yang tak terperikan ke 10 penjuru dunia untuk menyelamatkan semua makhluk hidup yang menderita mencapai kebebasan. Apabila aku mencapai parinirvana, kamu selaku Bodhisattva Mahasattva atau para dewa, naga, makhluk-makhluk suci, raja setan serta umat lainnya, dengan segala kemudahan-kemudahan memelihara dan melindungi sutra ini agar para umat dapat mencapai kebahagiaan Nirvana."
Setelah suara merdu yang berkumandang dengan nada gembira itu berhenti, Bodhisattva Samantavistara (Samantavipula) yang berada di pertemuan itu bangkit dari tempat duduknya, mengatupkan kedua telapak tangaannya lalu memberi hormat kepada Sang Buddha seraya berkata: "Bhagava yang termulia, hari ini Sang Bhagava dengan suara merdu dan nada yang gembria menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki daya Maha Prabhava yang tak terperikan, mohon Sang Bhagava menjelaskan dengan cara apa dan bagaimana Beliau memberikan manfaat serta ajaran Hukum karma kepada para dewa dan manusia, agar hal ini dapat dimengerti oleh para umat di jaman kaliyuga pada masa yang akan datang dan supaya para dewa, naga dan makhluk di alam Asta Gatyah serta makhluk hidup lainnya pada masa yang akan datang mendapatkan Buddha Dharma dan melaksanakannya.
"Ketika itu Sang Bhagava memberitahukan Samantavistara dan Catvarah Parsadah (Bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika) dan yang lainnya: "Dengarkanlah baik-baik, aku akan menceritakan bagaimana Ksitigarbha Bodhisattva memberikan manfaat serta kegunaan kepada para dewa dan manusia."
"Kami siap mendengarkan, Bhagava yang termulia!" sahut Sang Samantavistara."
"Pada masa mendatang, apabila terdapat putra-putri berbudi yang setelah mendengar nama Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha, lalu atas kesadaran hati sanubari yang sedalam-dalamnya memberi hormat, memuji dan merenungkan jasa-jasa Beliau, dengan demikian sipemuja telah memusnahkan karma buruknya sebanyak 30 kalpa. Yang Arya Samantavistara, seandaikata terdapat putra-putri berbudi yang melukiskan gambar Bodhisattva Ksitigarbha atau membuat bodhirupangnya dari tanah liat, batu, akik atau dari emas, perak, tembaga, perunggu, besi, dan sebagainya, kemudian dihormati dengan mengadakan puja bhakti, maka si pemuja tersebut akan mendapat kesempatan lahir di Surga Trayastrimsa sebanyak seratus kali berturut-turut setelah ia meninggal dunia! Jika masa hidup di Surga sudah habis, ia masih dapat tumimbal lahir di dunia manusia sebagai seorang raja atau bangsawan yang sangat mulia dan ia takkan terjerumus ke dalam alam sengsara. Yang Arya Samantavistara, seandainya terdapat seorang wanita yang telah tidak menyukai lagi tubuh wanitannya pada masa yang akan datang, ia boleh memelihara gambar atau bodhirupang Bodhisattva Ksitigarbha dan mengadakan puja bhakti siang malam tiada hentinya dengan persembahan bunga, dupa, makanan, minuman, jubah, spanduk sutra, panji-panji dan sebagainya. Apabila ia telah mengakhiri kehidupannya yang sekarang ini, maka ia akan dilahirkan di alam yang suci yang tiada terdapat wanitanya dan lamanya akan jutaan kalpa, kecuali jia ia masih harus menjalankan tugas suci sebagai wanita di berbagai alam semesta guna menyelamatkan para makhluk yang sengsara. Berkata jasa-jasa yang diperoleh dari pemujaan Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha itu selama jutaan kalpa ia tidak akan lahir sebagai wanita lagi."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara," Sang Buddha melanjutkan sabdaNya:
"Apabila terdapat seorang wanita yang tidak senang akan parasnya yang buruk, serta sakit-sakitan, jika ia mau memberi hormat dan bersembahyang di hadapan bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva, walaupun lamanya sekejap saja, di masa yang akan datang ia akan memiliki paras yang amat cantik dan memiliki tubuh yang sehat hinggar ratusan ribu kali ia dilahirkan. Apabila sipemuja tidak jemu akan tubuh wanitanya, ia akan jutaan kali lahir sebagai putri raja atau permaisuri, atau sebagai putri bangsawan atau putri menteri, Naigama-bharyarupa atau Maha Sreti-bharyarupa dan sebagainya. Parasnya cantik elok, tubuhnya sehat segar bugar. Ini semua disebabkan sipemuja menghormati Ksitigarbha Bodhisattva dengan tulus ikhlas hingga mendapatkan pahala yang demikian membanggakan."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara, jika terdapat putra-putri yang berbudi sering memuji jasa-jasa Ksitigarbha Bodhisattva dengan diiringi dengan nyanyian dan tarian rohani disertai dengan persembahan bunga-bungaan, dupa dan sebagainya di depan gambarNya, atau menyadarkan seorang atau beberapa orang untuk berlindung kepada Sang Triratna. Maka umat tersebut baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang akan dilindungi oleh ratusan ribu Malaikat yang berbudi siang dan malam. Tidak ada kabar buruk yang terdengar, juga tidak ada musibah atau malapetaka yang menimpa dirinya.
"Lagi, Yang Arya Samantavistara," Sang Buddha melanjutkannya sabdanya. "Apabila di masa yang akan datang, terdapat umat manusia yang berkelakuan jahat, makhluk-makhluk, setan serta makhluk halus yang tidak berbudi, mengejek, menyindir dan menghina putra-putri yang berbudi dengan sujud menyembah, memuji gambar atau bodhi rupang Ksitigarbha Bodhisattva dan menganggap persembahan itu semua tiada gunanya, tidak akan mendapat jasa dan sebagainya. Bahkan mereka berani menertawakan atau membuat fitnahan, mengajak makhluk-makhluk lain beramai ramai melakukan kejahatan, meskipun kejahatan itu hanya berupa pikiran sekecil apapun, makhluk semacam ini akan terjerumus ke dalam Neraka Avici menerima hukuman terberat selama seribu Buddha dalam bhadrakalpa mencapai parinirvana. Setelah bhadrakalpa berakhir mereka baru dilahirkan di alam pretta, selang seribu kalpa mereka terlahir sebagai binatang dan selang seribu kalpa lagi mereka baru memiliki tubuh manusia, namun mereka berada dalam keadaan hina dina serta cacad tubuh, bathinnya selalu dipengaruhi berbagai karma buruk sehingga tak berapa lama mereka akan terjerumus kembali ke alam kesengsaraan lagi. Oleh karena itu Yang Arya Samantavistara Hukum Karma bagi yang memfitnah orang yang bersembahyang telah demikian berat, apalagi yang dengan sengaja berusaha memusnahkan Buddha Dharma."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara, pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang lelaki atau wanita yang mengidap penyakit parah atau menahun, tidak sembuh-sembuh, sepanjang hari terbaring di ranjang, walau sering diobati. Tetap merana, mati tak bisa, hiduppun sengsara. Atau terdapat umat yang setiap malam bermimpi buruk, seolah-olah dirinya selalu diajak iblis jahat atau arwah sanak saudaranya bersama-sama pergi ke suatu gunung yang amat curam, sehingga menggigil dan berkeringat, atau setiap siang dan malam digoda makhluk halus selama bertahun-tahun, sehingga badannya makin lama makin kurus,hanya bisa mengeluh dan merintih di atas ranjang. Namun usia orang tersebut belum sampai saatnya, sehingga ia harus mengalami penderitaan yang amat sangat. Sayang sekali orang awam hanya memiliki mata jasmani, sehingga tak dapat melihat makhluk halus yang berada di sisinya. Oleh karena itu perlulah membacakan sutra ini dengan khidmat di depan Buddharupang atau di depan Bodhirupang (gambar Bodhisattva Mahasattva). Menyediakan barang-barang kesayangan si sakit seperti benda pusaka, pakaian berharga, atau rumah dan kebun dan sebagainya, sebagai sajian suci yang dipersembahkan kepada Sang Triratna. Kemudian tokoh suciwan berdiri di depan sisakit seraya berkata: "Saya bernama A mewakili B (yang sakit) dengan ini dipersembahkan barang-barang ini sebagai dana ke hadapan Sang Buddha serta para Bodhisattva Mahasattva, Ksitigarbha Bodhisattva dan Sutra. Mohon karma buruk sisakit diringankan atau dimusnahkan sama sekali. Atau cara lain yaitu supaya keluarga B (sisakit) memelihara Buddharupang atau pra Bodhisattva serta Sutra suci ini, atau mengumpulkan dana guna membuat Buddharupang, Bodhirupang di tempat ibadat atau membangun stupa, vihara atau menyalakan lampu di dalam rumah suci, di jalan yang gelap, atau berdana berupa makanan dan pakaian kepada Sangha. Orang yang mewakili sisakit membacakan pernyataan itu sebanyak 3 kali dengan suara lantang di sisi sisakit, agar semua isi pernyataan itu dapat ditangkap olehnya. Jika sisakit sampai waktunya menghembuskan nafasnya yang terakhir, pembacaan pernyataan serta Sutra suci ini dilanjutkan dengan suara lantang berlangsung dari 1 sampai 7 hari. Berkat jasa-jasaa ini sisakit yang meninggal akan terbebas dari karma buruk yang pernah diperbuat di masa silam dan masa ini. Bahkan 5 karma durhaka yang beratpun dapat dihapuskan. Selanjutnya ia akan dilahirkan di alam yang lebih baik dan ia akan mengetahui hal-hal di masa silam. Jika putra-putri yang berbudi itu menyalin atau menyuruh orang menyalin Sutra suci ini atau membuat Bodhirupang atau menyuruh orang menggambar Bodhisattva Mahasattva, mereka akan mendapat pahala besar sekali. Oleh karena itu Yang Arya Samantavistara, apabila berjumpa dengan umat yang berbudi membaca Sutra ini atau memujinay atau menghormatinya, engkau harus berusaha dengan segala macam kemudahan-kemudahan menganjurkan ia tetap setia kepada Buddha Dharma, pada masa sekarang dan masa yang akan datang ia akan mendapatkan pahala yang tak dapat dikira banyaknya."
"Yang Arya Samantavistara yang berbudi, di masa yang akan datang, jika terdapat umat di waktu tidur sering bermimpi dan melihat banyak makhluk halus datang menunggu, merintih dengan suara yang amat menyedihkan atau menangis tersedu-sedu, mengeluh atau menampakkan bayangannya yang amat menakutkan, atau tubuhnya menggigil terus menerus. Itu adalah arwah dari leluhur yang bersangkutan, entah itu orangtuanya, anaknya, adik-kakak, suami istri atau sanak saudaranya beberapa turunan yang silam. Karena mereka berbuat dosa berat hingga sekarang mereka masih berada di berbagai alam kesedihan dan belum dapat keluar. Mereka tidak mempunyai pelindung untuk menyelamatkan dirinya. Maka mereka terpaksa datang ke rumah sanak saudaranya itu untuk minta bantuan agar mereka mendapat peluang untuk membebaskan dirinya dari penderitaan. "Jika bertemu dengan hal yang demikian, umat yang bersangkutan harus memberitahu mereka, bahwa ia akan menyelamatkan mereka dengan kemudahan-kemudahan Buddha Dharma, agar mereka bertobat dan terbebaskan dari penderitaan."
"Yang Arya Samantavistara yang berbudi, dengan daya prabava engkau dapat membantu umat yang bersangkutan dengan sujud membaca atau menyuruh orang tersebut membaca Sutra suci ini di hadapan Buddharupang atau Bodhirupang sebanyak 3 atau 7 kali. Setelah sutra ini selesai dibaca, arwah leluhur dari sanak saudara umat yang bersangkutan akan terbebaskan dari alam kesedihan. Dan sejak itu mimpi buruk atau bayang makhluk halus itu tak akan muncul kembali.
"Lagi, Yang Arya Samantavistara yang budiman, jika pada masa yang akan datang terdapat umat yang hina dina, merasa hidupnya selalu malang dan mereka telah sadar, bahwa hal itu diakibatkan oleh karmanya yang lampau dan kini mereka ingin bertobat dan merubah jalan hidup mereka yang buruk itu, maka mereka harus dengan sujud memberi hormat kepada bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva, kemudian menyebut nama Beliau sebanyak 10 ribu kali selama 7 hari. Berkat jasa-jasa ini mereka akan dilahirkan sebagai anggota keluarga terhormat tanpa mengalami penderitaan di alam kesengsaraan selama ratusan ribu masa."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara yang budiman, ada 10 hari yang suci (Dasa Upavasatha) yaitu tanggal 1,8,15,18,23,24,28,29 dan 30 menurut penanggalan Candra Sengkala. Bagi umat di masa yang akan datang hari hari tersebut merupakan hari pengumpulan perbuatan baik atau buruk untuk menentukan ringan beratnya karma buruk yang mereka lakukan. Segala perbuatan umat di alam Jambudvipa ini merupakan karma buruk. Apalagi perbuatan seperti pembunuhan, pencurian, dursila, berdusta dan ratusan ribu macam karma buruk yang lainnya. Jika dalam 10 hari yang suci itu dapat membaca sutra ini dihadapan gambar Buddha atau Bodhirupang, maka daerah 4 penjuru angin seluas satu Yojana akan terhindar dari malapetaka dan anggota sekeluarga takkan terjerumus ke dalam kesengsaraan pada masa sekarang atau di masa yang akan datang selama ribuan tahun. Barang siapa dapat mengulangi sutra ini pada setiap 10 hari suci itu seisi anggota keluarganya takkan tertimpa musibah atau terkena penyakit parah, selalu cukup sandang pangan, penghidupannya sejahtera dan bahagia."
"Oleh karena itu Yang Arya Samantavistara yang budiman, ketahuilah bahwa, Ksitigarbha Bodhisattva memiliki daya maha prabhava yang tak terbayangkan untuk menyelamatkan umat mencapai kebebasan. Umat di alam Jambudvipa ini mempunyai Hetupratyaya dengan Ksitigarbha Bodhisattva. Walau ada umat yang hanya mendengar Namanya atau melihat 3 atau 5 kata dari SutraNya atau satu bait syair (gatha), dalam masa sekarang ini mereka akan merasa hidupnya aman tentram dan di masa yang akan datang mereka akan dilahirkan dalam keluarga yang mulia dengan paras muka yang rupawan."
Setelah mendengar sabda Sang Buddha, lalu Bodhisatva Samantavistara bersujud kepada Buddha Sakyamuni seraya berkata : "Bhagavan yang termulia ! Sesungguhnya, sejak dahulu aku telah mengenal Bodhisatva Mahasattva Ksitigarbha Yang Maha Pranidhana dan Maha Prabhava ini, akan tetapi, agar para umat dapat mengetahui betapa besar faedahnya uraian ini maka aku sengaja bertanya kepada Bhagavan, apakah gerangan nama Sutra ini ? Dan dengan cara apa aku harus menyebarkan Sutra tersuci ini?"
Sang Buddha bersabda kepada Samantavistara Bodhisattva: "Sutra ini mempunyai 3 nama, yang pertama bernama Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidha Sutra, kedua Ksitigarbha Bodhisattva Purva Carya Sutra dan yang ketiga Ksitigarbha Bodhisattva Purva Sannahabala Sutra. Akan tetapi, karena Bodhisattva Mahasattva ini sejak jutaan kalpa hingga sekarang selalu berikrar dengan Maha Pranidhananya untuk menyelamatkan para makhluk yang berada di alam semesta, maka kamu sekalian harus dengan jujur dan ikhlas mewujudkan cita-citaNya dan membantu Beliau menyebarkan Sutra ini ke berbagai daerah, agar para umat dapat memperoleh manfaat dari Dharma ini."
Setelah Samantavistara Bodhisattva mendengar uraian Sang Buddha ini merasa sangat gembira lalu memberi hormat dengan beradara kepada Sang Buddha dan kembali ke tempat dudukNya.
Ketika itu tubuh Sang Bhagava tiba-tiba memancarkan sinar yang terang benderang dan cahayanya mencapai alam Buddha lain yang banyaknya hingga jutaan koti bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, bersamaan dengan itu terdengar suara merdu yang memberitahukan kepada para Bodhisattva Mahasattva, Deva, Naga, Makhluk-makhluk suci, Raja setan, Kinnara dan umat lainnya yang berada di segala alam Buddha, bunyinya: "Para pendengar yang budiman, hari ini aku memuji Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha yang telah dapat menyalurkan cinta kasih serta kesaktian yang tak terperikan ke 10 penjuru dunia untuk menyelamatkan semua makhluk hidup yang menderita mencapai kebebasan. Apabila aku mencapai parinirvana, kamu selaku Bodhisattva Mahasattva atau para dewa, naga, makhluk-makhluk suci, raja setan serta umat lainnya, dengan segala kemudahan-kemudahan memelihara dan melindungi sutra ini agar para umat dapat mencapai kebahagiaan Nirvana."
Setelah suara merdu yang berkumandang dengan nada gembira itu berhenti, Bodhisattva Samantavistara (Samantavipula) yang berada di pertemuan itu bangkit dari tempat duduknya, mengatupkan kedua telapak tangaannya lalu memberi hormat kepada Sang Buddha seraya berkata: "Bhagava yang termulia, hari ini Sang Bhagava dengan suara merdu dan nada yang gembria menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki daya Maha Prabhava yang tak terperikan, mohon Sang Bhagava menjelaskan dengan cara apa dan bagaimana Beliau memberikan manfaat serta ajaran Hukum karma kepada para dewa dan manusia, agar hal ini dapat dimengerti oleh para umat di jaman kaliyuga pada masa yang akan datang dan supaya para dewa, naga dan makhluk di alam Asta Gatyah serta makhluk hidup lainnya pada masa yang akan datang mendapatkan Buddha Dharma dan melaksanakannya.
"Ketika itu Sang Bhagava memberitahukan Samantavistara dan Catvarah Parsadah (Bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika) dan yang lainnya: "Dengarkanlah baik-baik, aku akan menceritakan bagaimana Ksitigarbha Bodhisattva memberikan manfaat serta kegunaan kepada para dewa dan manusia."
"Kami siap mendengarkan, Bhagava yang termulia!" sahut Sang Samantavistara."
"Pada masa mendatang, apabila terdapat putra-putri berbudi yang setelah mendengar nama Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha, lalu atas kesadaran hati sanubari yang sedalam-dalamnya memberi hormat, memuji dan merenungkan jasa-jasa Beliau, dengan demikian sipemuja telah memusnahkan karma buruknya sebanyak 30 kalpa. Yang Arya Samantavistara, seandaikata terdapat putra-putri berbudi yang melukiskan gambar Bodhisattva Ksitigarbha atau membuat bodhirupangnya dari tanah liat, batu, akik atau dari emas, perak, tembaga, perunggu, besi, dan sebagainya, kemudian dihormati dengan mengadakan puja bhakti, maka si pemuja tersebut akan mendapat kesempatan lahir di Surga Trayastrimsa sebanyak seratus kali berturut-turut setelah ia meninggal dunia! Jika masa hidup di Surga sudah habis, ia masih dapat tumimbal lahir di dunia manusia sebagai seorang raja atau bangsawan yang sangat mulia dan ia takkan terjerumus ke dalam alam sengsara. Yang Arya Samantavistara, seandainya terdapat seorang wanita yang telah tidak menyukai lagi tubuh wanitannya pada masa yang akan datang, ia boleh memelihara gambar atau bodhirupang Bodhisattva Ksitigarbha dan mengadakan puja bhakti siang malam tiada hentinya dengan persembahan bunga, dupa, makanan, minuman, jubah, spanduk sutra, panji-panji dan sebagainya. Apabila ia telah mengakhiri kehidupannya yang sekarang ini, maka ia akan dilahirkan di alam yang suci yang tiada terdapat wanitanya dan lamanya akan jutaan kalpa, kecuali jia ia masih harus menjalankan tugas suci sebagai wanita di berbagai alam semesta guna menyelamatkan para makhluk yang sengsara. Berkata jasa-jasa yang diperoleh dari pemujaan Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha itu selama jutaan kalpa ia tidak akan lahir sebagai wanita lagi."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara," Sang Buddha melanjutkan sabdaNya:
"Apabila terdapat seorang wanita yang tidak senang akan parasnya yang buruk, serta sakit-sakitan, jika ia mau memberi hormat dan bersembahyang di hadapan bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva, walaupun lamanya sekejap saja, di masa yang akan datang ia akan memiliki paras yang amat cantik dan memiliki tubuh yang sehat hinggar ratusan ribu kali ia dilahirkan. Apabila sipemuja tidak jemu akan tubuh wanitanya, ia akan jutaan kali lahir sebagai putri raja atau permaisuri, atau sebagai putri bangsawan atau putri menteri, Naigama-bharyarupa atau Maha Sreti-bharyarupa dan sebagainya. Parasnya cantik elok, tubuhnya sehat segar bugar. Ini semua disebabkan sipemuja menghormati Ksitigarbha Bodhisattva dengan tulus ikhlas hingga mendapatkan pahala yang demikian membanggakan."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara, jika terdapat putra-putri yang berbudi sering memuji jasa-jasa Ksitigarbha Bodhisattva dengan diiringi dengan nyanyian dan tarian rohani disertai dengan persembahan bunga-bungaan, dupa dan sebagainya di depan gambarNya, atau menyadarkan seorang atau beberapa orang untuk berlindung kepada Sang Triratna. Maka umat tersebut baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang akan dilindungi oleh ratusan ribu Malaikat yang berbudi siang dan malam. Tidak ada kabar buruk yang terdengar, juga tidak ada musibah atau malapetaka yang menimpa dirinya.
"Lagi, Yang Arya Samantavistara," Sang Buddha melanjutkannya sabdanya. "Apabila di masa yang akan datang, terdapat umat manusia yang berkelakuan jahat, makhluk-makhluk, setan serta makhluk halus yang tidak berbudi, mengejek, menyindir dan menghina putra-putri yang berbudi dengan sujud menyembah, memuji gambar atau bodhi rupang Ksitigarbha Bodhisattva dan menganggap persembahan itu semua tiada gunanya, tidak akan mendapat jasa dan sebagainya. Bahkan mereka berani menertawakan atau membuat fitnahan, mengajak makhluk-makhluk lain beramai ramai melakukan kejahatan, meskipun kejahatan itu hanya berupa pikiran sekecil apapun, makhluk semacam ini akan terjerumus ke dalam Neraka Avici menerima hukuman terberat selama seribu Buddha dalam bhadrakalpa mencapai parinirvana. Setelah bhadrakalpa berakhir mereka baru dilahirkan di alam pretta, selang seribu kalpa mereka terlahir sebagai binatang dan selang seribu kalpa lagi mereka baru memiliki tubuh manusia, namun mereka berada dalam keadaan hina dina serta cacad tubuh, bathinnya selalu dipengaruhi berbagai karma buruk sehingga tak berapa lama mereka akan terjerumus kembali ke alam kesengsaraan lagi. Oleh karena itu Yang Arya Samantavistara Hukum Karma bagi yang memfitnah orang yang bersembahyang telah demikian berat, apalagi yang dengan sengaja berusaha memusnahkan Buddha Dharma."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara, pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang lelaki atau wanita yang mengidap penyakit parah atau menahun, tidak sembuh-sembuh, sepanjang hari terbaring di ranjang, walau sering diobati. Tetap merana, mati tak bisa, hiduppun sengsara. Atau terdapat umat yang setiap malam bermimpi buruk, seolah-olah dirinya selalu diajak iblis jahat atau arwah sanak saudaranya bersama-sama pergi ke suatu gunung yang amat curam, sehingga menggigil dan berkeringat, atau setiap siang dan malam digoda makhluk halus selama bertahun-tahun, sehingga badannya makin lama makin kurus,hanya bisa mengeluh dan merintih di atas ranjang. Namun usia orang tersebut belum sampai saatnya, sehingga ia harus mengalami penderitaan yang amat sangat. Sayang sekali orang awam hanya memiliki mata jasmani, sehingga tak dapat melihat makhluk halus yang berada di sisinya. Oleh karena itu perlulah membacakan sutra ini dengan khidmat di depan Buddharupang atau di depan Bodhirupang (gambar Bodhisattva Mahasattva). Menyediakan barang-barang kesayangan si sakit seperti benda pusaka, pakaian berharga, atau rumah dan kebun dan sebagainya, sebagai sajian suci yang dipersembahkan kepada Sang Triratna. Kemudian tokoh suciwan berdiri di depan sisakit seraya berkata: "Saya bernama A mewakili B (yang sakit) dengan ini dipersembahkan barang-barang ini sebagai dana ke hadapan Sang Buddha serta para Bodhisattva Mahasattva, Ksitigarbha Bodhisattva dan Sutra. Mohon karma buruk sisakit diringankan atau dimusnahkan sama sekali. Atau cara lain yaitu supaya keluarga B (sisakit) memelihara Buddharupang atau pra Bodhisattva serta Sutra suci ini, atau mengumpulkan dana guna membuat Buddharupang, Bodhirupang di tempat ibadat atau membangun stupa, vihara atau menyalakan lampu di dalam rumah suci, di jalan yang gelap, atau berdana berupa makanan dan pakaian kepada Sangha. Orang yang mewakili sisakit membacakan pernyataan itu sebanyak 3 kali dengan suara lantang di sisi sisakit, agar semua isi pernyataan itu dapat ditangkap olehnya. Jika sisakit sampai waktunya menghembuskan nafasnya yang terakhir, pembacaan pernyataan serta Sutra suci ini dilanjutkan dengan suara lantang berlangsung dari 1 sampai 7 hari. Berkat jasa-jasaa ini sisakit yang meninggal akan terbebas dari karma buruk yang pernah diperbuat di masa silam dan masa ini. Bahkan 5 karma durhaka yang beratpun dapat dihapuskan. Selanjutnya ia akan dilahirkan di alam yang lebih baik dan ia akan mengetahui hal-hal di masa silam. Jika putra-putri yang berbudi itu menyalin atau menyuruh orang menyalin Sutra suci ini atau membuat Bodhirupang atau menyuruh orang menggambar Bodhisattva Mahasattva, mereka akan mendapat pahala besar sekali. Oleh karena itu Yang Arya Samantavistara, apabila berjumpa dengan umat yang berbudi membaca Sutra ini atau memujinay atau menghormatinya, engkau harus berusaha dengan segala macam kemudahan-kemudahan menganjurkan ia tetap setia kepada Buddha Dharma, pada masa sekarang dan masa yang akan datang ia akan mendapatkan pahala yang tak dapat dikira banyaknya."
"Yang Arya Samantavistara yang berbudi, di masa yang akan datang, jika terdapat umat di waktu tidur sering bermimpi dan melihat banyak makhluk halus datang menunggu, merintih dengan suara yang amat menyedihkan atau menangis tersedu-sedu, mengeluh atau menampakkan bayangannya yang amat menakutkan, atau tubuhnya menggigil terus menerus. Itu adalah arwah dari leluhur yang bersangkutan, entah itu orangtuanya, anaknya, adik-kakak, suami istri atau sanak saudaranya beberapa turunan yang silam. Karena mereka berbuat dosa berat hingga sekarang mereka masih berada di berbagai alam kesedihan dan belum dapat keluar. Mereka tidak mempunyai pelindung untuk menyelamatkan dirinya. Maka mereka terpaksa datang ke rumah sanak saudaranya itu untuk minta bantuan agar mereka mendapat peluang untuk membebaskan dirinya dari penderitaan. "Jika bertemu dengan hal yang demikian, umat yang bersangkutan harus memberitahu mereka, bahwa ia akan menyelamatkan mereka dengan kemudahan-kemudahan Buddha Dharma, agar mereka bertobat dan terbebaskan dari penderitaan."
"Yang Arya Samantavistara yang berbudi, dengan daya prabava engkau dapat membantu umat yang bersangkutan dengan sujud membaca atau menyuruh orang tersebut membaca Sutra suci ini di hadapan Buddharupang atau Bodhirupang sebanyak 3 atau 7 kali. Setelah sutra ini selesai dibaca, arwah leluhur dari sanak saudara umat yang bersangkutan akan terbebaskan dari alam kesedihan. Dan sejak itu mimpi buruk atau bayang makhluk halus itu tak akan muncul kembali.
"Lagi, Yang Arya Samantavistara yang budiman, jika pada masa yang akan datang terdapat umat yang hina dina, merasa hidupnya selalu malang dan mereka telah sadar, bahwa hal itu diakibatkan oleh karmanya yang lampau dan kini mereka ingin bertobat dan merubah jalan hidup mereka yang buruk itu, maka mereka harus dengan sujud memberi hormat kepada bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva, kemudian menyebut nama Beliau sebanyak 10 ribu kali selama 7 hari. Berkat jasa-jasa ini mereka akan dilahirkan sebagai anggota keluarga terhormat tanpa mengalami penderitaan di alam kesengsaraan selama ratusan ribu masa."
"Lagi, Yang Arya Samantavistara yang budiman, ada 10 hari yang suci (Dasa Upavasatha) yaitu tanggal 1,8,15,18,23,24,28,29 dan 30 menurut penanggalan Candra Sengkala. Bagi umat di masa yang akan datang hari hari tersebut merupakan hari pengumpulan perbuatan baik atau buruk untuk menentukan ringan beratnya karma buruk yang mereka lakukan. Segala perbuatan umat di alam Jambudvipa ini merupakan karma buruk. Apalagi perbuatan seperti pembunuhan, pencurian, dursila, berdusta dan ratusan ribu macam karma buruk yang lainnya. Jika dalam 10 hari yang suci itu dapat membaca sutra ini dihadapan gambar Buddha atau Bodhirupang, maka daerah 4 penjuru angin seluas satu Yojana akan terhindar dari malapetaka dan anggota sekeluarga takkan terjerumus ke dalam kesengsaraan pada masa sekarang atau di masa yang akan datang selama ribuan tahun. Barang siapa dapat mengulangi sutra ini pada setiap 10 hari suci itu seisi anggota keluarganya takkan tertimpa musibah atau terkena penyakit parah, selalu cukup sandang pangan, penghidupannya sejahtera dan bahagia."
"Oleh karena itu Yang Arya Samantavistara yang budiman, ketahuilah bahwa, Ksitigarbha Bodhisattva memiliki daya maha prabhava yang tak terbayangkan untuk menyelamatkan umat mencapai kebebasan. Umat di alam Jambudvipa ini mempunyai Hetupratyaya dengan Ksitigarbha Bodhisattva. Walau ada umat yang hanya mendengar Namanya atau melihat 3 atau 5 kata dari SutraNya atau satu bait syair (gatha), dalam masa sekarang ini mereka akan merasa hidupnya aman tentram dan di masa yang akan datang mereka akan dilahirkan dalam keluarga yang mulia dengan paras muka yang rupawan."
Setelah mendengar sabda Sang Buddha, lalu Bodhisatva Samantavistara bersujud kepada Buddha Sakyamuni seraya berkata : "Bhagavan yang termulia ! Sesungguhnya, sejak dahulu aku telah mengenal Bodhisatva Mahasattva Ksitigarbha Yang Maha Pranidhana dan Maha Prabhava ini, akan tetapi, agar para umat dapat mengetahui betapa besar faedahnya uraian ini maka aku sengaja bertanya kepada Bhagavan, apakah gerangan nama Sutra ini ? Dan dengan cara apa aku harus menyebarkan Sutra tersuci ini?"
Sang Buddha bersabda kepada Samantavistara Bodhisattva: "Sutra ini mempunyai 3 nama, yang pertama bernama Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidha Sutra, kedua Ksitigarbha Bodhisattva Purva Carya Sutra dan yang ketiga Ksitigarbha Bodhisattva Purva Sannahabala Sutra. Akan tetapi, karena Bodhisattva Mahasattva ini sejak jutaan kalpa hingga sekarang selalu berikrar dengan Maha Pranidhananya untuk menyelamatkan para makhluk yang berada di alam semesta, maka kamu sekalian harus dengan jujur dan ikhlas mewujudkan cita-citaNya dan membantu Beliau menyebarkan Sutra ini ke berbagai daerah, agar para umat dapat memperoleh manfaat dari Dharma ini."
Setelah Samantavistara Bodhisattva mendengar uraian Sang Buddha ini merasa sangat gembira lalu memberi hormat dengan beradara kepada Sang Buddha dan kembali ke tempat dudukNya.
Bab 7.Varga Manfaat bagi yang Hidup dan yang Meninggal Dunia
Ketika itu Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan yang termulia! Menurut pendapatku para umat yang berada di alam Jambudvipa selalu berbuat karma buruk yang dihasilkan pikiran dan perbuatannya. Mereka mudah melepas kebaikan-kebaikan yang telah diperoleh, meninggalkan peribadatan yang selama ini telah dilaksanakan dengan baik. Sedangkan jika mereka tergoda oleh hal-hal yang buruk, segera mereka terpengaruh dan keburukan-keburukan yang mereka terima semakin hari semakin banyak pula, bagaikan orang-orang yang dibebani batu melintasi jalan berlumpur, semakin melangkah kakinya semakin terjerembab. Dalam pada itu jika bertemu dengan seorang yang bijaksana (Maitrayani) yang mau membantu meringankan bebannya sebagian atau semuanya, tokoh bijaksana itu memiliki kekuatan yang cukup dan mau membantu umat yang malang itu mengatasi perjalanan di lumpur tersebut dan beliau selalu menasehati agar dapat bertahan hingga tiba di atas jalan yang rata datar dan mawas diri supaya tidak terulang kembali ke jalan yang berat lagi.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan: "Yang Arya Bhagavan yang termulia, karma buruk yang dibuat umat manusia, asal mulanya hanya sedikit saja, namun lama kelamaan menjadi banyak tak terbilang lagi. Karena terdapat hal yang demikian itu apabila seorang umat sampai kepada ajalnya, orangtua atau sanak keluarganya perlu mengadakan puja bhakti untuk mengamalkan jasa dan menyalurkannya kepada almarhum dan membantu membuka jalan bagi almarhum. Pada saat seseorang akan meninggal, pasanglah panji atau payung sutra kuning di depan gambar Sang Buddha,dengan demikian almarhum dapat menghindari 8 macam penderitaan dan akan mencapai Surga Sukhavati, atau menyalakan pelita dengan minyak bersih yang diletakkan di atas meja atau di atas petinya, supaya makhluk yang menderita di akhirat mendapat penerangnan dan terbebaskan dari penderitaan. Keluarga almarhum boleh membaca Sutra-sutra Buddha atau menyediakan gambar Buddha atau Bodhisattva yagn digantungkan, lalu menyebut-nyebut nama Buddha atau Bodhisattva dengan suara lantang, supaya setiap nama Buddha atau Bodhisattva tertangkap indera pendengar almarhum, atau Vijnana Nya (kesadarannya) dan dapat diingatnya terus. Jika para umat yang demikian banyak membuat karma buruk selama hidupnya dan akan terjerumus ke dalam alam kesengsaraan, bnerkat jasa-jasa yang diamalkan oleh keluarganya pada saat almarhum akan meninggal dunia, maka karma buruk almarhum akan musnah semua. Seandainya keluarga almarhum tersebut beramal kebajikan selama 49 hari sejak almarhum meninggal dan jasa-jasa itu disalurkan kepada almarhum, maka almarhum tak akan terjerumus ke alam kesengsaraan, tapi akan emnikmati kebahagiaan di Surga, sedangkan keluarga yang berada di dunia itu akan memperoleh keberuntungan besar."
"Oleh karena itu,"lanjut Ksitigarbha Bodhisattva,"aku sekarang dihadapan Sang Bhagavan, Bodhisattva Mahasattva, para dewa, naga asta gatyah, kinnara serta para hadirin sekalian, memberi nasehat kepada para umat di alam Jambudvipa, dalam menghadapi kematian seseorang, jangan melakukan penyembelihan makhluk apapun dan tidak menyembah makhluk halus dan jin-jin untuk menerima sajian penyembelihan itu. Yang demikian itu tidak ada manfaat apapun bagi almarhum, melainkan karma buruk almarhum makin bertambah berat.
Seandainya di masa yang akan datang atau di masa sekarang, sebetulnya almarhum akan mendapatkan anugerah dari para suciwan dan akan dilahirkan di alam manusia atau dewa, berhubung ketika almarhum meninggal dunia, keluarganya melakukan pembunuhan yang disajikan kepada jin-jin dan setan. Mengakibatkan almarhum terlibat dalam karma buruk itu dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan keluarganya itu di akhirat sehingga almarhum terhambat dilahirkan di alam yang lebih baik. Apalagi jika mengingat almarhum ketika masih berada di dunia ini sangat sedikit menanam kebaikan-kebaikan, membuat dirinya terikat oleh karma-karma yang pernah diperbuatnya dan menerima semua akibatnya. Dengan demikian seolah-olah keluarganya telah berbuat kejam terhadapnya karena perbuatan perbuatan mereka telah menambah beratnya karma buruk almarhum." Peristiwa ini bagaikan seorang yang datang dari tempat yang jauh dan telah 3 hari kehabisan makanan dan minuman, sedangkan pundaknya masih menanggung ratusan kilo beban, tetangganya yang ditemui di perjalanan malah menambah beberapa barang, dengan demikian semakin berat saja bebannya."
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan dan meyakinkan pendapatnya: "Yang Arya Bhagavan, jika umat Jambudvipa tersebut dapat membuat kebaikan dengan berpedomankan kepada ajaran Sang Buddha, meskipun kebaikan itu hanya seujung rambut atau setetes air, sebutir pasir, bahkan sebutir debu saja, hasil kebaikan itu semua diterima oleh sepembuat sendiri."
Ksitigarbha Bodhisattva selesai berbicara demikian, dalam pertemuan agung di istana Trayastrimsa terdapat seorang Grhapati bernama Mahapratibhana. Beliau telah lama mencapai Nirvana, akan tetapi dengan tubuh jelmaan sebagai seorang Grhapati, selalu hadir di sepuluh penjuru alam Buddha guna menyelamatkan para makhluk yang sengsara. Sekarang Beliau bangkit dari tempat duduknya dan merangkapkan kedua telapak tangannya seraya bertanya kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Yang Arya Ksitigarbha Bodhisattva! Jika ada umat Jambudvipa yang telah meninggal dan keluarganya, baik tua maupun muda mengadakan amal bhakti dengan berbagai sajian yang dipersembahkan kepada Sang Triratna dan jasa-jasanya disalurkan kepada almarhum. Apakah dengan demikian almarhum akan mendapatkan keuntungan dan kebebasana?"
"Yang Arya Grhapati yang bijak!" jawab Ksitigarbha Bodhisattva: "Berkat daya prabhava Sang Buddha, demi kepentingan semua makhluk di masa sekarang dan yang akan datang, aku akan menjawab pertanyaanmu secara singkat. Yang Arya Grhapati yang baik hati, para umat dari masa apapun, ketika mereka akan menghembuskan nafasnya yang terakhir, dapat mendengar nama Buddha, nama Bodhisattva atau hanya nama Pratyekabuddha saja, tanpa peduli almarhum mempunyai karma buruk atau tidak, ia pasti dapat membebaskan dirinya."
"Jika terdapat umat baik pria atau wanita yang sewaktu masih berada di dunia tidak berbuat kebaikan, melainkan banyak berbuat karma buruk sehingga akibat karmanya banyak sekali. Meskipun keluarganya telah berbuat banyak amal dan jasa-jasanya disalurkan kepada almarhum, namum almarhum hanya mendapat sepertujuh saja dari jasa-jasa tersebut, yang 6 bagian milik keluarga yang berada di dunia. Oleh karena itu pria atau wanita di masa sekarang dan yang akan datang, pergunakanlah kesempatan selama masih sehat dan kuta untuk menanam benih-benih kebaikan sebanyak mungkin demi keberuntungan diri sendiri. Jika tidak demikian, dewa menurut Anitya akan datang sewaktu-waktu merenggut jiwa dan arwahnya terlunta di alam baka tanpa mengetahui dirinya banyak berbuat jahat atau tidak. Selama 49 hari bagaikan orang bisu dan tuli. Atau berada di berbagai bagian untuk memperdebatkan karma-karma yang pernah diperbuat selama ia berada di dunia. Apabila keputusan telah ditetapkan, ia akan menerima kelahiran berdasarkan karma-karmanya. Namun selama belum mendapat kepastian dan harus menunggu dengan berbagai perasaan tak menentu yang menggelisahkan, sungguh merisaukan. Apalagi jika telah dapat mengetahui akan terjerumus ke alam kesengsaraan! Almarhum yang belum menerima keputusan lahir entah di mana, selama 49 hari selalu mengharap-harap keluarganya membuat amal bhakti bagi dirinya, agar secepatnya almarhum terbebaskan dari alam kesengsaraan. Setelah 49 hari almarhum akan menerima keputusan berdasarkan karmanya. Apabila ia ternyata mempunyai karma yang berat, maka ia akan menerima hukuman hingga jutaan tahun dan sulit membebaskan dirinya. Apabila ia membuat karma buruk pancanantarya, jelas ia akan terjerumus ke Neraka Avici hingga ribuan kalpa dan sulit mendapat kesempatan untuk keluar!"
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan: "Lagi Yang Arya Grhapati yang bijak jika umat yang berkarma buruk tersebut meninggal dunia, sanak keluarganya mengadakan amal bhakti dengan mempersembahkan sajian-sajian kepada Sang Triratna untuk membantu menyelamatkan almarhum dari alam kesengsaraan, selama persiapan dan berlangsungnya upacara Upavasatha, bekas air pencuci beras, sisa-sisa sayur masakan dll, tidak boleh sembarang dibuang di lantai, serta makanan yang dipersembahkan kepada Triratna, sebelumnya tidak boleh dimakan oleh yang menyelenggarakannya. Jika peraturan dan tatacaranya dilanggar, penyajiannya tidak memenuhi syarat kebersihan dan tidak rapi, bagi almarhum tidak akan mendatangkan manfaat apa apa, begitu pula keluarga yang menyelenggarakannya tidak akan mendapatkan kefaedahan apa apa juga. Apabila penyajiannya bersih rapi, dipersembahkan kepada sang Triratna, maka almarhum akan mendapatkan sepertujuh kebajikan, sedangkan yang menyelenggarakan akan memperoleh 6 bagian."
"Oleh karena itu Yang Arya Ghrapati yang bijak, umat di alam Jambudvipa, jika orang tuanya atau sanak keluarganya meninggal dunia, lalu mengadakan upacara upavasatha atau puja bhakti dengan sujud dan khidmat kepada Sang Triratna, baik bagi yang meninggal maupun yang masih hidup akan mendatangkan berkat."
Ketika Ksitigarbha Bodhisattva mengakhiri sabdanya, terdapat jutaan koti Nayuta Makhluk Surga dan bumi yang berasal dari dunia Jambudvipa, semua yang berada dalam pertemuan agung di istana Trayastrimsa itu tergugah bodhicittanya yang tak terhingga. Yang Arya Grhapati Mahaprabtibhanapun memberi hormat kepada Sang Buddha Sakyamuni, lalu kembali ke tempat duduknya.
Ketika itu Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan yang termulia! Menurut pendapatku para umat yang berada di alam Jambudvipa selalu berbuat karma buruk yang dihasilkan pikiran dan perbuatannya. Mereka mudah melepas kebaikan-kebaikan yang telah diperoleh, meninggalkan peribadatan yang selama ini telah dilaksanakan dengan baik. Sedangkan jika mereka tergoda oleh hal-hal yang buruk, segera mereka terpengaruh dan keburukan-keburukan yang mereka terima semakin hari semakin banyak pula, bagaikan orang-orang yang dibebani batu melintasi jalan berlumpur, semakin melangkah kakinya semakin terjerembab. Dalam pada itu jika bertemu dengan seorang yang bijaksana (Maitrayani) yang mau membantu meringankan bebannya sebagian atau semuanya, tokoh bijaksana itu memiliki kekuatan yang cukup dan mau membantu umat yang malang itu mengatasi perjalanan di lumpur tersebut dan beliau selalu menasehati agar dapat bertahan hingga tiba di atas jalan yang rata datar dan mawas diri supaya tidak terulang kembali ke jalan yang berat lagi.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan: "Yang Arya Bhagavan yang termulia, karma buruk yang dibuat umat manusia, asal mulanya hanya sedikit saja, namun lama kelamaan menjadi banyak tak terbilang lagi. Karena terdapat hal yang demikian itu apabila seorang umat sampai kepada ajalnya, orangtua atau sanak keluarganya perlu mengadakan puja bhakti untuk mengamalkan jasa dan menyalurkannya kepada almarhum dan membantu membuka jalan bagi almarhum. Pada saat seseorang akan meninggal, pasanglah panji atau payung sutra kuning di depan gambar Sang Buddha,dengan demikian almarhum dapat menghindari 8 macam penderitaan dan akan mencapai Surga Sukhavati, atau menyalakan pelita dengan minyak bersih yang diletakkan di atas meja atau di atas petinya, supaya makhluk yang menderita di akhirat mendapat penerangnan dan terbebaskan dari penderitaan. Keluarga almarhum boleh membaca Sutra-sutra Buddha atau menyediakan gambar Buddha atau Bodhisattva yagn digantungkan, lalu menyebut-nyebut nama Buddha atau Bodhisattva dengan suara lantang, supaya setiap nama Buddha atau Bodhisattva tertangkap indera pendengar almarhum, atau Vijnana Nya (kesadarannya) dan dapat diingatnya terus. Jika para umat yang demikian banyak membuat karma buruk selama hidupnya dan akan terjerumus ke dalam alam kesengsaraan, bnerkat jasa-jasa yang diamalkan oleh keluarganya pada saat almarhum akan meninggal dunia, maka karma buruk almarhum akan musnah semua. Seandainya keluarga almarhum tersebut beramal kebajikan selama 49 hari sejak almarhum meninggal dan jasa-jasa itu disalurkan kepada almarhum, maka almarhum tak akan terjerumus ke alam kesengsaraan, tapi akan emnikmati kebahagiaan di Surga, sedangkan keluarga yang berada di dunia itu akan memperoleh keberuntungan besar."
"Oleh karena itu,"lanjut Ksitigarbha Bodhisattva,"aku sekarang dihadapan Sang Bhagavan, Bodhisattva Mahasattva, para dewa, naga asta gatyah, kinnara serta para hadirin sekalian, memberi nasehat kepada para umat di alam Jambudvipa, dalam menghadapi kematian seseorang, jangan melakukan penyembelihan makhluk apapun dan tidak menyembah makhluk halus dan jin-jin untuk menerima sajian penyembelihan itu. Yang demikian itu tidak ada manfaat apapun bagi almarhum, melainkan karma buruk almarhum makin bertambah berat.
Seandainya di masa yang akan datang atau di masa sekarang, sebetulnya almarhum akan mendapatkan anugerah dari para suciwan dan akan dilahirkan di alam manusia atau dewa, berhubung ketika almarhum meninggal dunia, keluarganya melakukan pembunuhan yang disajikan kepada jin-jin dan setan. Mengakibatkan almarhum terlibat dalam karma buruk itu dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan keluarganya itu di akhirat sehingga almarhum terhambat dilahirkan di alam yang lebih baik. Apalagi jika mengingat almarhum ketika masih berada di dunia ini sangat sedikit menanam kebaikan-kebaikan, membuat dirinya terikat oleh karma-karma yang pernah diperbuatnya dan menerima semua akibatnya. Dengan demikian seolah-olah keluarganya telah berbuat kejam terhadapnya karena perbuatan perbuatan mereka telah menambah beratnya karma buruk almarhum." Peristiwa ini bagaikan seorang yang datang dari tempat yang jauh dan telah 3 hari kehabisan makanan dan minuman, sedangkan pundaknya masih menanggung ratusan kilo beban, tetangganya yang ditemui di perjalanan malah menambah beberapa barang, dengan demikian semakin berat saja bebannya."
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan dan meyakinkan pendapatnya: "Yang Arya Bhagavan, jika umat Jambudvipa tersebut dapat membuat kebaikan dengan berpedomankan kepada ajaran Sang Buddha, meskipun kebaikan itu hanya seujung rambut atau setetes air, sebutir pasir, bahkan sebutir debu saja, hasil kebaikan itu semua diterima oleh sepembuat sendiri."
Ksitigarbha Bodhisattva selesai berbicara demikian, dalam pertemuan agung di istana Trayastrimsa terdapat seorang Grhapati bernama Mahapratibhana. Beliau telah lama mencapai Nirvana, akan tetapi dengan tubuh jelmaan sebagai seorang Grhapati, selalu hadir di sepuluh penjuru alam Buddha guna menyelamatkan para makhluk yang sengsara. Sekarang Beliau bangkit dari tempat duduknya dan merangkapkan kedua telapak tangannya seraya bertanya kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Yang Arya Ksitigarbha Bodhisattva! Jika ada umat Jambudvipa yang telah meninggal dan keluarganya, baik tua maupun muda mengadakan amal bhakti dengan berbagai sajian yang dipersembahkan kepada Sang Triratna dan jasa-jasanya disalurkan kepada almarhum. Apakah dengan demikian almarhum akan mendapatkan keuntungan dan kebebasana?"
"Yang Arya Grhapati yang bijak!" jawab Ksitigarbha Bodhisattva: "Berkat daya prabhava Sang Buddha, demi kepentingan semua makhluk di masa sekarang dan yang akan datang, aku akan menjawab pertanyaanmu secara singkat. Yang Arya Grhapati yang baik hati, para umat dari masa apapun, ketika mereka akan menghembuskan nafasnya yang terakhir, dapat mendengar nama Buddha, nama Bodhisattva atau hanya nama Pratyekabuddha saja, tanpa peduli almarhum mempunyai karma buruk atau tidak, ia pasti dapat membebaskan dirinya."
"Jika terdapat umat baik pria atau wanita yang sewaktu masih berada di dunia tidak berbuat kebaikan, melainkan banyak berbuat karma buruk sehingga akibat karmanya banyak sekali. Meskipun keluarganya telah berbuat banyak amal dan jasa-jasanya disalurkan kepada almarhum, namum almarhum hanya mendapat sepertujuh saja dari jasa-jasa tersebut, yang 6 bagian milik keluarga yang berada di dunia. Oleh karena itu pria atau wanita di masa sekarang dan yang akan datang, pergunakanlah kesempatan selama masih sehat dan kuta untuk menanam benih-benih kebaikan sebanyak mungkin demi keberuntungan diri sendiri. Jika tidak demikian, dewa menurut Anitya akan datang sewaktu-waktu merenggut jiwa dan arwahnya terlunta di alam baka tanpa mengetahui dirinya banyak berbuat jahat atau tidak. Selama 49 hari bagaikan orang bisu dan tuli. Atau berada di berbagai bagian untuk memperdebatkan karma-karma yang pernah diperbuat selama ia berada di dunia. Apabila keputusan telah ditetapkan, ia akan menerima kelahiran berdasarkan karma-karmanya. Namun selama belum mendapat kepastian dan harus menunggu dengan berbagai perasaan tak menentu yang menggelisahkan, sungguh merisaukan. Apalagi jika telah dapat mengetahui akan terjerumus ke alam kesengsaraan! Almarhum yang belum menerima keputusan lahir entah di mana, selama 49 hari selalu mengharap-harap keluarganya membuat amal bhakti bagi dirinya, agar secepatnya almarhum terbebaskan dari alam kesengsaraan. Setelah 49 hari almarhum akan menerima keputusan berdasarkan karmanya. Apabila ia ternyata mempunyai karma yang berat, maka ia akan menerima hukuman hingga jutaan tahun dan sulit membebaskan dirinya. Apabila ia membuat karma buruk pancanantarya, jelas ia akan terjerumus ke Neraka Avici hingga ribuan kalpa dan sulit mendapat kesempatan untuk keluar!"
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan: "Lagi Yang Arya Grhapati yang bijak jika umat yang berkarma buruk tersebut meninggal dunia, sanak keluarganya mengadakan amal bhakti dengan mempersembahkan sajian-sajian kepada Sang Triratna untuk membantu menyelamatkan almarhum dari alam kesengsaraan, selama persiapan dan berlangsungnya upacara Upavasatha, bekas air pencuci beras, sisa-sisa sayur masakan dll, tidak boleh sembarang dibuang di lantai, serta makanan yang dipersembahkan kepada Triratna, sebelumnya tidak boleh dimakan oleh yang menyelenggarakannya. Jika peraturan dan tatacaranya dilanggar, penyajiannya tidak memenuhi syarat kebersihan dan tidak rapi, bagi almarhum tidak akan mendatangkan manfaat apa apa, begitu pula keluarga yang menyelenggarakannya tidak akan mendapatkan kefaedahan apa apa juga. Apabila penyajiannya bersih rapi, dipersembahkan kepada sang Triratna, maka almarhum akan mendapatkan sepertujuh kebajikan, sedangkan yang menyelenggarakan akan memperoleh 6 bagian."
"Oleh karena itu Yang Arya Ghrapati yang bijak, umat di alam Jambudvipa, jika orang tuanya atau sanak keluarganya meninggal dunia, lalu mengadakan upacara upavasatha atau puja bhakti dengan sujud dan khidmat kepada Sang Triratna, baik bagi yang meninggal maupun yang masih hidup akan mendatangkan berkat."
Ketika Ksitigarbha Bodhisattva mengakhiri sabdanya, terdapat jutaan koti Nayuta Makhluk Surga dan bumi yang berasal dari dunia Jambudvipa, semua yang berada dalam pertemuan agung di istana Trayastrimsa itu tergugah bodhicittanya yang tak terhingga. Yang Arya Grhapati Mahaprabtibhanapun memberi hormat kepada Sang Buddha Sakyamuni, lalu kembali ke tempat duduknya.
Bab 8.Varga Pujian Yamaraja dan Pengikutnya
Ketika itu dari Cakravada datang rombongan Raja Setan beserta Yamaraja di istana Trayastrimsa tempat Sang Buddha memberikan khotbah. Nama-nama raja setan itu adalah: Raja setan Maha Jahat, Raja setan aneka kejahatan, Rajasetan Pertengkaran, Rajasetan Macan Putih, Rajasetan Macan Darah, Rajasetan Macan Merah, Rajasetan Macan penyebar Malapetaka, Rajasetan Terbang, Rajasetan Kilat, Rajasetan Petir, Rajasetan Bergigi Serigala, Rajasetan Penelan Binatang, Rajasetan Pemikul Batu, Rajasetan Pengurus Pemborosan, Rajasetan Pengurus Bencana, Rajasetan Pengurus Makanan, Rajasetan Pengurus Hartabenda, Rajasetan Pengurus Ternak, Rajasetan Pengurus Unggas, Rajasetan Pengurus Binatang, Rajasetan Pengurus Para Iblis, Rajasetan Pengurus Kelahiran, Rajasetan Pengurus Nyawa, Rajasetan Penurus Penyakit, Rajasetan Pengurus Kecelakaan, Rajasetan Bermata Tiga, Rajasetan Bermata Empat, Rajasetan Bermata Lima, Rajasetan Kiris, Rajasetan Kriksa, Rajasetan Maha Kriksa, Rajasetan Anotha, Rajasetan Maha Anotha, dan Rajasetan lainnya. Setiap Rajasetan memimpin ratusan ribu Raja setan muda yang berasal dari Jambudvipa, semua mempunyai tugas dan kedudukan masing-masing. Mereka semua bernama Yamaraja berkat Prabhava Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva berada di istana Trayastrimsa untuk mendengarkan khotbah Sang Buddha dengan berdiri.
Saat itu Yamaraja bersujud dengan berlutut kepada Sang Buddha seraya berkata: "Bhagavan yang Termulia! Berkat prabhava Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva, kami serombongan dapat memperoleh kesempatan menghadiri pertemuan agung di istana Trayastrimsa. Kami telah mendapat manfaat dan kebahagiaan dari mendengarkan Buddha Dharma. Namun kini kami masih mempunyai persoalan, sudi kiranya Sang Bhagava menerangkan kepada kami!"
Sang Buddha bersabda kepada Yamaraja: "Baik sekali, hal-hal apa yang masih kamu ragukan? Sebutkanlah satu persatu, aku akan menjelaskan kepada kamu nanti."
Pada waktu itu Yamaraja memberi hormat kepada Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva lalu berkata: "Bhagavan Yang Termulia, menurut pengamatan kami, selama ini Sang Bodhisattva Ksitigarbha telah menggunakan ratusan ribu kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan para makhluk yang mempunyai karma berat di 6 Gatya kesengsaraan dan hingga kini pekerjaan Beliau masih berlangsung tanpa jemu-jemunya. Bodhisattva Mahasattva ini sungguh memiliki kesaktian luar biasa yang tak terbayangkan. Sungguhpun demikian, para makhluk yang baru bebas dari akibat karma buruknya tak selang berapa lama kembali terjerumus ke alam kesengsaraan. Yang Arya Bhagavan yang termulia, Ksitigarbha Bodhisattva jelas memiliki kesaktian yang luar biasa tak terbayangkan, mengapa para makhluk tidak dapat dibuatnya tetap berada di jalan kebaikan? Dan mencapai kebebasan? Sudilah Yang Arya Bhagavan menerangkan kepada kami sekalian.
Sang Buddha bersabda kepada Yamaraja: "Yamaraja yang terhormat, ketahuilah, bahwa para umat dari Jambudvipa memiliki pembawaan yang sangat keras, sukar melunakkan hati mereka menjadi umat penurut. Akan tetapi Yang Maha Welasasih Sang Mahasattva ini tetap memperjuangkan pembebasan makhluk yang menderita dengan semangat tinggi dan ulet hingga jutaan kalpa. Satu-satunya diselamatkannya agar cepat bebas dari kesengsaraan. Walaupun umat yang berkarma berat berada dialam neraka, Beliau selalu berusaha dengan daya prabhavanya mencabut akar karma buruk para umat dan membuat mereka sadar akan karma buruk di masa silam sehingga mereka dapat mencapai kebebasan. Umat Jambudvipa yang demikian itu timbul tenggelam dalam karma buruk yang berat yang mereka perbuat. Dengan demikian telah melelahkan Sang Bodhisattva Ksitigarbha berkalpa-kalpa dalam usahanya membebaskan umat dari penderitaannya."
Sang Buddha melanjutkan sabdanya: "Ibarat seorang yang tersesat, salah masuk ke jalan yang berbahaya. Dimana terdapat banyak Yaksa jahat serta harimau, serigala, singa, ular berbisa dan kalajengking bersengat. Orang yang tersesat di jalan yang berbahaya itu tak lama akan menjadi korban dari serangan makhluk buas dan berbisa itu. Sementara itu datanglah seorang yang bijak serta berilmu luhur, dapat mencegah racun-racun dari satwa tersebut dan dari Yaksa jahat, melihat orang tersesat itu sedang menuju ke jalan yang berbahaya itu, iapun dengan segera memberitahukan: "Putraku yang tersayang, apa sebabnya engkau berani masuk ke jalan yang berbahaya ini? Apakah engkau benar-benar memiliki daya tangkal melawan racun-racun para satwa yang buas itu?" setelah mendengar nasehat orang bijak itu, orang yang tersesat itupun sadar, bahwa ia berada di jalan sangat berbahaya dan ingin segera meninggalkan jalan yang berbahaya itu. Kemudian orang bijak tersebut menyambut tangan orang yang tersesat itu dan menuntunnya keluar dari jalan yang berbahaya itu sehingga yang tersesat tadi terselamatkan dari marabahaya yang mengancam, menuju jalan yang aman sentosa dan sejahtera bahagia. Setelah itu orang yang bijak kembali memberi nasehat: "Putraku yang tersayang, sejak sekarang engkau jangan mengambil jalan yang berbahaya ini. Orang yang masuk ke jalan ini tidak pernah keluar, mereka telah menjadi korban satwa yang buas." Setelah orang yang tersesat itu mendengar peringatan itu ia sangat terharu dan berterima kasih. Ketika mereka akan berpisah, orang yang bijak itu berkata lagi: "Apabila engkau melihat sanak saudara atau pejalan kaki lainnya, baik lelaki maupun wanita, mohon diberitahukan kepada mereka, bahwa jalan ini sangat berbahaya untuk dilalui karena terdapat banyak sekali margasatwa yang bagus dan berbisa yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban. Usahakanlah supaya para umat tidak mengambil jalan bunuh diri ini!"
"Demikianlah Ksitigarbha Bodhisattva mempunyai jiwa yang sangat welasasih untuk menolong semua makhluk yang mempunyai karma buruk agar mereka terlahir di surga menikmati kehidupan yang bahagia sejahtera. Akhirnya para umat yang jahat itu sadar, bahwa karma buruk akan mengakibatkan penderitaan yang tidak berkesudahan. Mereka tak ingin timbul tenggelam dalam karma dan berusaha membebaskan diri dari perbuatan karma buruk untuk selama-lamanya. Umat manusia yang tergiur oleh kehidupan yang beraneka rona bagaikan orang yang tersesat dan masuk ke jalan yang penuh mara bahaya. Untunglah bertemu dengan seorang Maitriyani yang bijak menuntun dan membimbing keluar dari jalan malapetaka itu dan terhindarlah ia dari kecelakaan untuk selama-lamanya. Setelah yang tersesat terselamatkan, iapun memberi nasihat dan petunjuk kepada orang yang dijumpainya untuk tidak memasuki jalan berbahaya itu serta memberitahu kepada pendatang baru itu, bahwa dirinya nyaris masuk ke jalan yang berbahaya itu dan menjadi korban, apabila tidak bertemu dengan orang bijak yang menolong dirinya menghindar dari kecelakaan, terjeremus ke dalam kesengsaraan. Ksitigarbha Bodhisattva dengan segala macam kemudahan-kemudahan menolong semua umat yang mempunyai karma-karma berat agar mereka terbebaskan dari penderitaan-penderitaan dan lahir di sorga atau di alam manusia. Sungguhpun demikian karena karma buruk yang diperbuat oleh umat manusia telah sedemikian beratnya sehingga mereka tidak dapat membebaskan diri dari cengkeramannya. Baru saja mereka terbebas dari penderitaan, tak selang berapa lama mereka terjerumus lagi ke dalam kesengsaraan, malah semakin dalam dan berat karma buruk yang mereka perbuat sehingga mereka akan tetap tinggal dalam neraka tiada dapat terbebaskan lagi!"
ketika itu Rajasetan Maha Jahat merangkapkan kedua telapak tangannya memberi hormat kepada Sang Buddha seraya berkata: "Yang Arya Bhagava Yang Termulia! Aku selaku pemimpin rombongan Raja setan yang berjumlah banyak sekali, semua bertugas di alam Jambudvipa. Tugas kamipun berbeda-beda; ada yang menguntungkan, ada yang merugikan umat manusia. Mengingat hukum karma manusia yang menimbulkan sebab akibat. Kami mengirim bawahan ke dunia untuk menyelidiki keadaan kehidupan manusia, ternyata yang berbuat kebaikan lebih sedikit dibandingkan dengan yang melakukan kejahatan. Hantu Dewa yang meninjau rumah tangga, atau kampung atau kota, kebun, pekarangan, asrama dan sebagainya, melihat pria atau wanita yang berbuat baik dapat dihitung dengan jari. Apalagi orang yang melakukan puja bhakti dengan memasang panji kuning, payung sutra kuning di sisi Buddharupang atau Bodhirupang, membakar dupa atau mempersembahkan bunga-bunga di atas altar, memelihara gambar Buddha atau Bodhisattva atau membaca Sutra Buddha dengan pembakaran dupa wangi sebagai persembahan lebih sedikit lagi. Namun demikian kami sangat menghargai dan menghormati mereka yang melakukan kebaikan ini. Kami memandang mereka sebagai Buddha di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Dan memerintahkan para setan dengan daya kekuatannya masing-masing serta dewa tanah untuk melindungi keselamatan mereka, supaya mereka dijauhkan dari marabahaya, penyakit, bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan, jangan sampai masuk ke rumahnya dan mengganggunya!"
sang Buddha memuji Rajasetan: "Sadhu, sadhu, kamu sekalian beserta Yamaraja suka melindungi para pria wanita yang berbudi, aku mohon kepada Raja Indra di istana Trayastrimsa serta Raja Brahma di Surga Brahmakayika untuk membantu kamu, supaya pekerjaan kamu dapat berjalan lancar selalu!"
ketika sabda Sang Buddha baru selesai, dalam pertemuan agung tersebut terdapat Rajasetan Pengurus Nyawa berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan Yang Termulia, tugasku berhubungan dengan hukum karma, mengurus kelahiran atau kematian umat dari Jambudvipa. Maksud hatiku yang semula adalah ingin memberikan manfaat bagi mereka. Sayang sekali mereka tidak memahami maksud yang kukandung sehingga ketika mereka lahir atau meninggal dunia mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Ini semua disebabkan oleh perilaku mereka sendiri, bukan kesalahanku. Mengapa demikian? Para umat dari Jambudvipa baik pria maupun wanita, sewaktu ibunya telah mengandung atau akan melahirkan hendaknya mereka banyak berbuat kebaikan untuk menambah suasana nyaman dalam rumah tangganya, agar para dewa bumi merasa gembira dan senang memberi perlindungan kepada sang ibu dan anaknya, dan supaya mereka serta seluruh keluarganya selalu sehat dan bahagia! Atau setelah sang bayi telah lahir dengan selamat, janganlah membunuh makhluk berjiwa sebagai santapan yang dihidangkan kepada sang ibu atau untuk menjamu sanak saudara dan tamu dengan berbagai minuman keras dan lauk pauk yang beraneka macam disertai dengan hiburan bermain musik. Hal ini semua akan mengakibatkan ibu dan anaknya berkurang kesejahteraannya!"
"Mengapa perbuatan di atas itu harus dihindarkannya?" "Sebab saat sang ibu akan melahirkan dan sedang mengalami kesukaran, berdatanglah banyak setan jahat, jin-jin liar, serta makhluk halus lain yang ingin merasakan kotoran darah yang amis itu. Sementara itu aku telah memerintahkan para dewa bumi untuk menlindungi sang ibu dan bayinya agar supaya selamat. Dengan demikian, sudah selayaknya mereka bersyukur dan mengamalkan jasa untuk membalas budi para dewa tersebut, sehubungan dengan sang ibu dan bayi telah berada dalam keadaan selamat. Namun mereka tidak berbuat sebagaimana mestinya, tapi malah melakukan pembunuhan terhadap hewan yang kemudian dihidangkan kepada sanak keluarga sebagai santapan perjamuan. Akibat perbuatan karma buruk itu akan diterima oleh sipembuat sendiri, bayi dan ibu itu akan kurang kesejahteraannya!"
"Lagi, para umat dari Jambudvipa pada saat mereka akan meninggal dunia, baik jahat maupun yang tidak, semuanya akan kubantu, agar mereka tidak terjerumus ke alam kesengsaraan. Apalagi umat yang suka berbuat kebaikan pada masa hidupnya, ditambah dengan daya kekuatan Rajasetan Pengurus Nyawa, ia pasti akan dilahirkan di Surga atau di alam manusia. Umat Jambudvipa yang pada masa hidupnya suka berbuat kebaikan sekalipun, jika ia meninggal dunia, akan berdatangan ratusan ribu iblis jahat menjelma sebagai orangtuanya atau sanak keluarganya menjemput dan membujuk almarhum untuk ikut mereka ke alam kesengsaraan. Apalagi jika yang meninggal itu umat yang semasa hidupnya banyak berbuat karma buruk."
"Yang Arya Bhagavan Yang Termulia, saat umat Jambudvipa itu akan meninggal dunia, kesadarannya amat lemah dan sangat bingung, ia sama sekali tidak dapat membedakan baik dan buruk, pikirannya keruh sekali. Penglihatannya dan pendengarannya telah kabur. Dalam keadaan semacam itu ia mudah terpedaya oleh para iblis yang jahat dan mengikut mereka ke alam kesengsaraan. Dalam pada itu sanak keluarga almarhum perlu secepatnya mengadakan puja bhakti dengan pembacaan Sutra Buddha, memuliakan nama Buddha, Bodhisattva Mahasattva. Kemudian jasa mulia itu disalurkan kepada almarhum. Dengan demikian almarhum akan terbebaskan dari alam kesengsaraan dan para iblis jahat serta makhluk halus yang lainnya akan mundur dengan sendirinya tidak berani mendekat dan mengganggu almarhum."
"Yang Arya Bhagavan yang termulia, semua makhluk akan meninggal dunia, apabila dapat mendengar nama Buddha atau Bodhisattva atau satu bait Gatha dari Sutra Mahayana, maka umat semacam ini akan terbebaskan dari karma akibat pembunuhan di masa silam dan terhindar dari nereka pancanantarya. Karma buruk yang ringan dan kesempatan akan terjerumus ke alam kesengsaraan seketika itu hilang lenyap semua."
Sang Buddha bersabda kepada Rajasetan Pengurus Nyawa: "Raja setan yang berbudi, engkau sunggu seorang Raja yang Maha pengasih telah menyatakan tekad yang demikian agung, melindungi semua makhluk dalam soal hidup dan mati. Jika dalam masa yang akan datang, terdapat seorang pria atau wanita tengah menghadapi kelahiran atau kematian, janganlah engkau mundur dari janji ikrarmu yang mulia itu bantulah mereka membebaskan diri dari kesengsaraan dan supaya mereka selalu bahagia sentosa.
Rajasetan berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan yang termulia, mohon jangan kuatir selama hayat dikandung badan, aku akan selalu melindungi makhluk dari Jambudvipa. Baik ketika mereka akan lahir maupun akan meninggal dunia, akan kubuat sedemikian rupa sehingga mereka merasa aman tentram dan bahagia. Semoga semua makhluk pada saat akan lahir atau akan meninggal dunia, percaya sepenuhnya dan memegang teguh ucapanku, dan lakukanlah menurut petunjuk yang pernah kuucapkan, maka semua akan terbebaskan dari kesengsaraan dan mendapatkan manfaat dari Buddha Dharma."
Pada saat itu, Sang Buddha memberitahukana kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Rajasetan Pengurus Nyawa ini telah mengalami ratusan ribu kelahiran menjadi Rajasetan. Dalam perihal kelahiran dan kematian telah banyak melindungi makhluk dari kesengsaraan, menjelmakan dirinya sebagai rajasetan itu sesungguhnya bukan Rajasetan yang sebenarnya, melainkan Bodhisattva yang penuh dengan jiwa welasasih untuk menyelamatkan umat dari penderitaan. Dan kira kira 170 kalpa lagi, beliau akan menjadi seorang Buddha dan gelarnya Animitta Tathagata, nama kalpanya Sukham, nama dunianya Posadha dan usianya panjang sekali tak dapat dihitung dengan masa kalpa. Yang Arya Ksitigarbha Bodhisattva hal ikhwal Rajasetan itu demikianlah adanya, tidak terbayangkan! Umat manusia dan para dewa yang pernah diselamatkannya juga tidak terhingga banyaknya."
Ketika itu dari Cakravada datang rombongan Raja Setan beserta Yamaraja di istana Trayastrimsa tempat Sang Buddha memberikan khotbah. Nama-nama raja setan itu adalah: Raja setan Maha Jahat, Raja setan aneka kejahatan, Rajasetan Pertengkaran, Rajasetan Macan Putih, Rajasetan Macan Darah, Rajasetan Macan Merah, Rajasetan Macan penyebar Malapetaka, Rajasetan Terbang, Rajasetan Kilat, Rajasetan Petir, Rajasetan Bergigi Serigala, Rajasetan Penelan Binatang, Rajasetan Pemikul Batu, Rajasetan Pengurus Pemborosan, Rajasetan Pengurus Bencana, Rajasetan Pengurus Makanan, Rajasetan Pengurus Hartabenda, Rajasetan Pengurus Ternak, Rajasetan Pengurus Unggas, Rajasetan Pengurus Binatang, Rajasetan Pengurus Para Iblis, Rajasetan Pengurus Kelahiran, Rajasetan Pengurus Nyawa, Rajasetan Penurus Penyakit, Rajasetan Pengurus Kecelakaan, Rajasetan Bermata Tiga, Rajasetan Bermata Empat, Rajasetan Bermata Lima, Rajasetan Kiris, Rajasetan Kriksa, Rajasetan Maha Kriksa, Rajasetan Anotha, Rajasetan Maha Anotha, dan Rajasetan lainnya. Setiap Rajasetan memimpin ratusan ribu Raja setan muda yang berasal dari Jambudvipa, semua mempunyai tugas dan kedudukan masing-masing. Mereka semua bernama Yamaraja berkat Prabhava Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva berada di istana Trayastrimsa untuk mendengarkan khotbah Sang Buddha dengan berdiri.
Saat itu Yamaraja bersujud dengan berlutut kepada Sang Buddha seraya berkata: "Bhagavan yang Termulia! Berkat prabhava Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva, kami serombongan dapat memperoleh kesempatan menghadiri pertemuan agung di istana Trayastrimsa. Kami telah mendapat manfaat dan kebahagiaan dari mendengarkan Buddha Dharma. Namun kini kami masih mempunyai persoalan, sudi kiranya Sang Bhagava menerangkan kepada kami!"
Sang Buddha bersabda kepada Yamaraja: "Baik sekali, hal-hal apa yang masih kamu ragukan? Sebutkanlah satu persatu, aku akan menjelaskan kepada kamu nanti."
Pada waktu itu Yamaraja memberi hormat kepada Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva lalu berkata: "Bhagavan Yang Termulia, menurut pengamatan kami, selama ini Sang Bodhisattva Ksitigarbha telah menggunakan ratusan ribu kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan para makhluk yang mempunyai karma berat di 6 Gatya kesengsaraan dan hingga kini pekerjaan Beliau masih berlangsung tanpa jemu-jemunya. Bodhisattva Mahasattva ini sungguh memiliki kesaktian luar biasa yang tak terbayangkan. Sungguhpun demikian, para makhluk yang baru bebas dari akibat karma buruknya tak selang berapa lama kembali terjerumus ke alam kesengsaraan. Yang Arya Bhagavan yang termulia, Ksitigarbha Bodhisattva jelas memiliki kesaktian yang luar biasa tak terbayangkan, mengapa para makhluk tidak dapat dibuatnya tetap berada di jalan kebaikan? Dan mencapai kebebasan? Sudilah Yang Arya Bhagavan menerangkan kepada kami sekalian.
Sang Buddha bersabda kepada Yamaraja: "Yamaraja yang terhormat, ketahuilah, bahwa para umat dari Jambudvipa memiliki pembawaan yang sangat keras, sukar melunakkan hati mereka menjadi umat penurut. Akan tetapi Yang Maha Welasasih Sang Mahasattva ini tetap memperjuangkan pembebasan makhluk yang menderita dengan semangat tinggi dan ulet hingga jutaan kalpa. Satu-satunya diselamatkannya agar cepat bebas dari kesengsaraan. Walaupun umat yang berkarma berat berada dialam neraka, Beliau selalu berusaha dengan daya prabhavanya mencabut akar karma buruk para umat dan membuat mereka sadar akan karma buruk di masa silam sehingga mereka dapat mencapai kebebasan. Umat Jambudvipa yang demikian itu timbul tenggelam dalam karma buruk yang berat yang mereka perbuat. Dengan demikian telah melelahkan Sang Bodhisattva Ksitigarbha berkalpa-kalpa dalam usahanya membebaskan umat dari penderitaannya."
Sang Buddha melanjutkan sabdanya: "Ibarat seorang yang tersesat, salah masuk ke jalan yang berbahaya. Dimana terdapat banyak Yaksa jahat serta harimau, serigala, singa, ular berbisa dan kalajengking bersengat. Orang yang tersesat di jalan yang berbahaya itu tak lama akan menjadi korban dari serangan makhluk buas dan berbisa itu. Sementara itu datanglah seorang yang bijak serta berilmu luhur, dapat mencegah racun-racun dari satwa tersebut dan dari Yaksa jahat, melihat orang tersesat itu sedang menuju ke jalan yang berbahaya itu, iapun dengan segera memberitahukan: "Putraku yang tersayang, apa sebabnya engkau berani masuk ke jalan yang berbahaya ini? Apakah engkau benar-benar memiliki daya tangkal melawan racun-racun para satwa yang buas itu?" setelah mendengar nasehat orang bijak itu, orang yang tersesat itupun sadar, bahwa ia berada di jalan sangat berbahaya dan ingin segera meninggalkan jalan yang berbahaya itu. Kemudian orang bijak tersebut menyambut tangan orang yang tersesat itu dan menuntunnya keluar dari jalan yang berbahaya itu sehingga yang tersesat tadi terselamatkan dari marabahaya yang mengancam, menuju jalan yang aman sentosa dan sejahtera bahagia. Setelah itu orang yang bijak kembali memberi nasehat: "Putraku yang tersayang, sejak sekarang engkau jangan mengambil jalan yang berbahaya ini. Orang yang masuk ke jalan ini tidak pernah keluar, mereka telah menjadi korban satwa yang buas." Setelah orang yang tersesat itu mendengar peringatan itu ia sangat terharu dan berterima kasih. Ketika mereka akan berpisah, orang yang bijak itu berkata lagi: "Apabila engkau melihat sanak saudara atau pejalan kaki lainnya, baik lelaki maupun wanita, mohon diberitahukan kepada mereka, bahwa jalan ini sangat berbahaya untuk dilalui karena terdapat banyak sekali margasatwa yang bagus dan berbisa yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban. Usahakanlah supaya para umat tidak mengambil jalan bunuh diri ini!"
"Demikianlah Ksitigarbha Bodhisattva mempunyai jiwa yang sangat welasasih untuk menolong semua makhluk yang mempunyai karma buruk agar mereka terlahir di surga menikmati kehidupan yang bahagia sejahtera. Akhirnya para umat yang jahat itu sadar, bahwa karma buruk akan mengakibatkan penderitaan yang tidak berkesudahan. Mereka tak ingin timbul tenggelam dalam karma dan berusaha membebaskan diri dari perbuatan karma buruk untuk selama-lamanya. Umat manusia yang tergiur oleh kehidupan yang beraneka rona bagaikan orang yang tersesat dan masuk ke jalan yang penuh mara bahaya. Untunglah bertemu dengan seorang Maitriyani yang bijak menuntun dan membimbing keluar dari jalan malapetaka itu dan terhindarlah ia dari kecelakaan untuk selama-lamanya. Setelah yang tersesat terselamatkan, iapun memberi nasihat dan petunjuk kepada orang yang dijumpainya untuk tidak memasuki jalan berbahaya itu serta memberitahu kepada pendatang baru itu, bahwa dirinya nyaris masuk ke jalan yang berbahaya itu dan menjadi korban, apabila tidak bertemu dengan orang bijak yang menolong dirinya menghindar dari kecelakaan, terjeremus ke dalam kesengsaraan. Ksitigarbha Bodhisattva dengan segala macam kemudahan-kemudahan menolong semua umat yang mempunyai karma-karma berat agar mereka terbebaskan dari penderitaan-penderitaan dan lahir di sorga atau di alam manusia. Sungguhpun demikian karena karma buruk yang diperbuat oleh umat manusia telah sedemikian beratnya sehingga mereka tidak dapat membebaskan diri dari cengkeramannya. Baru saja mereka terbebas dari penderitaan, tak selang berapa lama mereka terjerumus lagi ke dalam kesengsaraan, malah semakin dalam dan berat karma buruk yang mereka perbuat sehingga mereka akan tetap tinggal dalam neraka tiada dapat terbebaskan lagi!"
ketika itu Rajasetan Maha Jahat merangkapkan kedua telapak tangannya memberi hormat kepada Sang Buddha seraya berkata: "Yang Arya Bhagava Yang Termulia! Aku selaku pemimpin rombongan Raja setan yang berjumlah banyak sekali, semua bertugas di alam Jambudvipa. Tugas kamipun berbeda-beda; ada yang menguntungkan, ada yang merugikan umat manusia. Mengingat hukum karma manusia yang menimbulkan sebab akibat. Kami mengirim bawahan ke dunia untuk menyelidiki keadaan kehidupan manusia, ternyata yang berbuat kebaikan lebih sedikit dibandingkan dengan yang melakukan kejahatan. Hantu Dewa yang meninjau rumah tangga, atau kampung atau kota, kebun, pekarangan, asrama dan sebagainya, melihat pria atau wanita yang berbuat baik dapat dihitung dengan jari. Apalagi orang yang melakukan puja bhakti dengan memasang panji kuning, payung sutra kuning di sisi Buddharupang atau Bodhirupang, membakar dupa atau mempersembahkan bunga-bunga di atas altar, memelihara gambar Buddha atau Bodhisattva atau membaca Sutra Buddha dengan pembakaran dupa wangi sebagai persembahan lebih sedikit lagi. Namun demikian kami sangat menghargai dan menghormati mereka yang melakukan kebaikan ini. Kami memandang mereka sebagai Buddha di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Dan memerintahkan para setan dengan daya kekuatannya masing-masing serta dewa tanah untuk melindungi keselamatan mereka, supaya mereka dijauhkan dari marabahaya, penyakit, bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan, jangan sampai masuk ke rumahnya dan mengganggunya!"
sang Buddha memuji Rajasetan: "Sadhu, sadhu, kamu sekalian beserta Yamaraja suka melindungi para pria wanita yang berbudi, aku mohon kepada Raja Indra di istana Trayastrimsa serta Raja Brahma di Surga Brahmakayika untuk membantu kamu, supaya pekerjaan kamu dapat berjalan lancar selalu!"
ketika sabda Sang Buddha baru selesai, dalam pertemuan agung tersebut terdapat Rajasetan Pengurus Nyawa berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan Yang Termulia, tugasku berhubungan dengan hukum karma, mengurus kelahiran atau kematian umat dari Jambudvipa. Maksud hatiku yang semula adalah ingin memberikan manfaat bagi mereka. Sayang sekali mereka tidak memahami maksud yang kukandung sehingga ketika mereka lahir atau meninggal dunia mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Ini semua disebabkan oleh perilaku mereka sendiri, bukan kesalahanku. Mengapa demikian? Para umat dari Jambudvipa baik pria maupun wanita, sewaktu ibunya telah mengandung atau akan melahirkan hendaknya mereka banyak berbuat kebaikan untuk menambah suasana nyaman dalam rumah tangganya, agar para dewa bumi merasa gembira dan senang memberi perlindungan kepada sang ibu dan anaknya, dan supaya mereka serta seluruh keluarganya selalu sehat dan bahagia! Atau setelah sang bayi telah lahir dengan selamat, janganlah membunuh makhluk berjiwa sebagai santapan yang dihidangkan kepada sang ibu atau untuk menjamu sanak saudara dan tamu dengan berbagai minuman keras dan lauk pauk yang beraneka macam disertai dengan hiburan bermain musik. Hal ini semua akan mengakibatkan ibu dan anaknya berkurang kesejahteraannya!"
"Mengapa perbuatan di atas itu harus dihindarkannya?" "Sebab saat sang ibu akan melahirkan dan sedang mengalami kesukaran, berdatanglah banyak setan jahat, jin-jin liar, serta makhluk halus lain yang ingin merasakan kotoran darah yang amis itu. Sementara itu aku telah memerintahkan para dewa bumi untuk menlindungi sang ibu dan bayinya agar supaya selamat. Dengan demikian, sudah selayaknya mereka bersyukur dan mengamalkan jasa untuk membalas budi para dewa tersebut, sehubungan dengan sang ibu dan bayi telah berada dalam keadaan selamat. Namun mereka tidak berbuat sebagaimana mestinya, tapi malah melakukan pembunuhan terhadap hewan yang kemudian dihidangkan kepada sanak keluarga sebagai santapan perjamuan. Akibat perbuatan karma buruk itu akan diterima oleh sipembuat sendiri, bayi dan ibu itu akan kurang kesejahteraannya!"
"Lagi, para umat dari Jambudvipa pada saat mereka akan meninggal dunia, baik jahat maupun yang tidak, semuanya akan kubantu, agar mereka tidak terjerumus ke alam kesengsaraan. Apalagi umat yang suka berbuat kebaikan pada masa hidupnya, ditambah dengan daya kekuatan Rajasetan Pengurus Nyawa, ia pasti akan dilahirkan di Surga atau di alam manusia. Umat Jambudvipa yang pada masa hidupnya suka berbuat kebaikan sekalipun, jika ia meninggal dunia, akan berdatangan ratusan ribu iblis jahat menjelma sebagai orangtuanya atau sanak keluarganya menjemput dan membujuk almarhum untuk ikut mereka ke alam kesengsaraan. Apalagi jika yang meninggal itu umat yang semasa hidupnya banyak berbuat karma buruk."
"Yang Arya Bhagavan Yang Termulia, saat umat Jambudvipa itu akan meninggal dunia, kesadarannya amat lemah dan sangat bingung, ia sama sekali tidak dapat membedakan baik dan buruk, pikirannya keruh sekali. Penglihatannya dan pendengarannya telah kabur. Dalam keadaan semacam itu ia mudah terpedaya oleh para iblis yang jahat dan mengikut mereka ke alam kesengsaraan. Dalam pada itu sanak keluarga almarhum perlu secepatnya mengadakan puja bhakti dengan pembacaan Sutra Buddha, memuliakan nama Buddha, Bodhisattva Mahasattva. Kemudian jasa mulia itu disalurkan kepada almarhum. Dengan demikian almarhum akan terbebaskan dari alam kesengsaraan dan para iblis jahat serta makhluk halus yang lainnya akan mundur dengan sendirinya tidak berani mendekat dan mengganggu almarhum."
"Yang Arya Bhagavan yang termulia, semua makhluk akan meninggal dunia, apabila dapat mendengar nama Buddha atau Bodhisattva atau satu bait Gatha dari Sutra Mahayana, maka umat semacam ini akan terbebaskan dari karma akibat pembunuhan di masa silam dan terhindar dari nereka pancanantarya. Karma buruk yang ringan dan kesempatan akan terjerumus ke alam kesengsaraan seketika itu hilang lenyap semua."
Sang Buddha bersabda kepada Rajasetan Pengurus Nyawa: "Raja setan yang berbudi, engkau sunggu seorang Raja yang Maha pengasih telah menyatakan tekad yang demikian agung, melindungi semua makhluk dalam soal hidup dan mati. Jika dalam masa yang akan datang, terdapat seorang pria atau wanita tengah menghadapi kelahiran atau kematian, janganlah engkau mundur dari janji ikrarmu yang mulia itu bantulah mereka membebaskan diri dari kesengsaraan dan supaya mereka selalu bahagia sentosa.
Rajasetan berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan yang termulia, mohon jangan kuatir selama hayat dikandung badan, aku akan selalu melindungi makhluk dari Jambudvipa. Baik ketika mereka akan lahir maupun akan meninggal dunia, akan kubuat sedemikian rupa sehingga mereka merasa aman tentram dan bahagia. Semoga semua makhluk pada saat akan lahir atau akan meninggal dunia, percaya sepenuhnya dan memegang teguh ucapanku, dan lakukanlah menurut petunjuk yang pernah kuucapkan, maka semua akan terbebaskan dari kesengsaraan dan mendapatkan manfaat dari Buddha Dharma."
Pada saat itu, Sang Buddha memberitahukana kepada Ksitigarbha Bodhisattva: "Rajasetan Pengurus Nyawa ini telah mengalami ratusan ribu kelahiran menjadi Rajasetan. Dalam perihal kelahiran dan kematian telah banyak melindungi makhluk dari kesengsaraan, menjelmakan dirinya sebagai rajasetan itu sesungguhnya bukan Rajasetan yang sebenarnya, melainkan Bodhisattva yang penuh dengan jiwa welasasih untuk menyelamatkan umat dari penderitaan. Dan kira kira 170 kalpa lagi, beliau akan menjadi seorang Buddha dan gelarnya Animitta Tathagata, nama kalpanya Sukham, nama dunianya Posadha dan usianya panjang sekali tak dapat dihitung dengan masa kalpa. Yang Arya Ksitigarbha Bodhisattva hal ikhwal Rajasetan itu demikianlah adanya, tidak terbayangkan! Umat manusia dan para dewa yang pernah diselamatkannya juga tidak terhingga banyaknya."
Bab 9.Varga Manfaat Menyebut Nama Buddha.
Ketika itu Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan yang termulia, sekarang aku ingin menguraikan suatu cara yang mudah dan bermanfaat bagi para umat di masa yang akan datang, agar mereka dapat memanfaatkannya dalam menghadapi kelahiran dan kematian yang mereka alami dari masa ke masa!"
Sang Buddha bersabda kepada Ksitigarbha Bodhisattva : "Yang Arya Ksitigarbha, kini engkau akan menampilkan rasa welas asihmu yang maha agung untuk menolong semua makluk menderita yang masih berada di 6 jalur kehidupan. Penjelasan akan cara-cara yang mudah itu kini tepat pada waktunya. Uraikanlah secepatnya. Beberapa saat lagi aku akan memasuki Parinirvana dan apabila cita-citamu telah tercapai, aku takkan kuatir lagi akan para umat yang berada di masa sekarang dan masa yang akan datang."
Ksitigarbha Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha : "Yang Arya Bhagavan yang termulia, pada masa Asankyeya Kalpa yang tak terbilang itu terdapat seorang Buddha, bernama Anantakayah Tathagata. Apabila terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Buddha tersebut lalu bangkit rasa hormat dalam hatinya, maka pria atau wanita itu dapat menghapus karma Janmamarana sebanyak 40 kalpa. Jika mereka dapat membuat atau melukis gambar Buddha tersebut untuk puja bhakti, mereka akan memperoleh kebahagiaan yang tak terbatas."
"Adalagi, pada masa dahulu kala lamanya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, terdapat seorang Buddha yang bernama Ratnakara Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Buddha tersebut dan serta merta berhasrat berlindung kepada Beliau dan memuliakan namaNya, dalam menuntut kesadaran Bodhi, mereka akan mencapai Anuttara Samyaksambodhi !"
"Adalagi, pada masa yang silam terdapat seorang Buddha yang bernama Padmajina Tathagata. Apabila terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Beliau, lalu terus meng-ingat-ingat dalam hati, maka umat tersenbut akan mendapatkan kesempatan dilahirkan di Devaloka ke 6 (Paranirmitavasavartin) sebanyak 1000 kali. Apalagi jika mereka dapat menyebut namaNya dengan sepenuh hati, mereka akan cepat mencapai ke-Buddha-an."
"Lagi, pada masa Asankyeya Kalpa yang tak terbilang, terdapat seorang Buddha yang bernama Simhanada Tathagata, jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya, lalu timbul hasrat ingin berlindung kepadaNya, maka umat tersebut akan bertemu dengan para Buddha yang akan menyentuh ubun-ubunnya dan mencatatnya sebagai calon Buddha dikemudian hari."
"Lagi, pada masa lampau, terdapat seorang Buddha yang bernama Krakucchandah Buddha. Apabila terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Beliau menghormati memuliakan namaNya maka umat tersebut akan memperoleh kesempatan menjadi Raja Maha Brahma dan tercatat sebagai calon Buddha pada pertemuan Seribu Buddha pada masa Bhadrakalpa."
"Lagi, pada masa yang lampau afa seorang Buddha yang bernama Vipasyin Buddha, jika terdapat seorang pria atau wanita yang mendengar namaNya dan memuliakan namaNya, mereka akan selalu dilahirkan di Surga atau di dunia manusia, serta akan menikmati kebahagiaan yang luar biasa."
"Lagi, pada masa yang tak terbilang bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, terdapat seorang Buddha yang bernama Prabhutaratna Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya, lalu memuliakan namaNya, maka umat berbudi itu tak akan terjerumus ke dalam alam kesedihan, tapi ia akan dilahirkan di berbagai Surga untuk menikmati kebahagiaan!"
"Lagi, pada masa yang lampau terdapat seorang Buddha yang bernama Ratnaketu Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya, lalu timbul rasa hormat dan memuliakanNya, maka tidak selang berapa lama, mereka akan mencapai tingakatan Arahat."
"Lagi, pada masa Asankyeya Kalpa yang silam terdapat seorang Buddha yang bernama Kasayadhvaja Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya serta memuliakan namaNya, akibat katma dari Tumimbal lahir dan kematian akan dihapus hingga 100 kalpa."
"Lagi, pada masa yang lampau terdapat seorang Buddha yang bernama Mahabhijnagiriraja Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya dan memuliakanNya, maka mereka akan berjumpa dengan Buddha yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga dan mereka akan dapat mendengarkan khotbah-Nyza hingga mencapai kesadaran Bodhi!"
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan : "Yang Arya Bhagavan yang termulia, para Buddha di masa lampau yang pernah bertugas di dunia ini masih banyak sekali seperti :
Suddhacandra Buddha,
Giriraja Buddha,
Jnanabhibhu Buddha,
Vimalakirtiraja Buddha,
Prajnasiddhi Buddha,
Anuttara Buddha,
Manjughosa Buddha,
Candraparipurna Buddha,
Candramukha Buddha, dan sebagainya.
"Yang Arya Bhagavan yang termulia, semua makhluk yang berada dimasa sekarang atau masa yang akan datang, baik dewa maupun manusia, lelaki atau manusia, lelaki atau wanita, bila mereka dapat menyebut salah satu nama Buddha, mereka akan mendapatkan kebajikan yyang tiada bandingnya. Apalagi jika mereka dapat menyebut nama para Buddha. Umat yang demikian itu mendapatkan banyak sekali manfaat ; baik saat mereka lahir maupun ketika mereka meninggal dunia, mereka takkan terjerumus ke alam kesengsaraan, tapi akan menikmati kebahagiaan !"
"Lagi, Yang Arya Bhagavan yang termulia, jika terdapat seseorang yang akan meninggal dunia, pada saat itu seluruh anggota keluarga atau hanya seorang saja me-nyebut-nyebut nama Buddha dengan suara lantang secara berulang-ulang, karma berat Pancanantarya yang dilakukan almarhum pada masa hidupnya akan mendapat kesempatan terhapus, sedangkan karma buruk yang ringan-ringan akan habis terhapuskan. Akan tetapi berkat bantuan orang yang me-nyebut-nyebut nama Buddha (Amitabha) ber-ulang-ulang, sekalipun almarhum mempunyai karma buruk Pancanantarya yang berat akan mengahruskannya terjerumus kealam Neraka dengan masa ratusan ribu kalpa, akan mendapat kesempatan terhapuskan dengan lambat laun dan ber-angsur-angsur. Apalagi jika seseorang akan meninggal dunia dan ia dapat me-nyebut-nyebut nama Buddha, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang tak terbatas dan terhapuskanlah segala karma buruknya."
Ketika itu Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha berkata kepada Sang Buddha: "Yang Arya Bhagavan yang termulia, sekarang aku ingin menguraikan suatu cara yang mudah dan bermanfaat bagi para umat di masa yang akan datang, agar mereka dapat memanfaatkannya dalam menghadapi kelahiran dan kematian yang mereka alami dari masa ke masa!"
Sang Buddha bersabda kepada Ksitigarbha Bodhisattva : "Yang Arya Ksitigarbha, kini engkau akan menampilkan rasa welas asihmu yang maha agung untuk menolong semua makluk menderita yang masih berada di 6 jalur kehidupan. Penjelasan akan cara-cara yang mudah itu kini tepat pada waktunya. Uraikanlah secepatnya. Beberapa saat lagi aku akan memasuki Parinirvana dan apabila cita-citamu telah tercapai, aku takkan kuatir lagi akan para umat yang berada di masa sekarang dan masa yang akan datang."
Ksitigarbha Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha : "Yang Arya Bhagavan yang termulia, pada masa Asankyeya Kalpa yang tak terbilang itu terdapat seorang Buddha, bernama Anantakayah Tathagata. Apabila terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Buddha tersebut lalu bangkit rasa hormat dalam hatinya, maka pria atau wanita itu dapat menghapus karma Janmamarana sebanyak 40 kalpa. Jika mereka dapat membuat atau melukis gambar Buddha tersebut untuk puja bhakti, mereka akan memperoleh kebahagiaan yang tak terbatas."
"Adalagi, pada masa dahulu kala lamanya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, terdapat seorang Buddha yang bernama Ratnakara Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Buddha tersebut dan serta merta berhasrat berlindung kepada Beliau dan memuliakan namaNya, dalam menuntut kesadaran Bodhi, mereka akan mencapai Anuttara Samyaksambodhi !"
"Adalagi, pada masa yang silam terdapat seorang Buddha yang bernama Padmajina Tathagata. Apabila terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Beliau, lalu terus meng-ingat-ingat dalam hati, maka umat tersenbut akan mendapatkan kesempatan dilahirkan di Devaloka ke 6 (Paranirmitavasavartin) sebanyak 1000 kali. Apalagi jika mereka dapat menyebut namaNya dengan sepenuh hati, mereka akan cepat mencapai ke-Buddha-an."
"Lagi, pada masa Asankyeya Kalpa yang tak terbilang, terdapat seorang Buddha yang bernama Simhanada Tathagata, jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya, lalu timbul hasrat ingin berlindung kepadaNya, maka umat tersebut akan bertemu dengan para Buddha yang akan menyentuh ubun-ubunnya dan mencatatnya sebagai calon Buddha dikemudian hari."
"Lagi, pada masa lampau, terdapat seorang Buddha yang bernama Krakucchandah Buddha. Apabila terdapat seorang pria atau wanita mendengar nama Beliau menghormati memuliakan namaNya maka umat tersebut akan memperoleh kesempatan menjadi Raja Maha Brahma dan tercatat sebagai calon Buddha pada pertemuan Seribu Buddha pada masa Bhadrakalpa."
"Lagi, pada masa yang lampau afa seorang Buddha yang bernama Vipasyin Buddha, jika terdapat seorang pria atau wanita yang mendengar namaNya dan memuliakan namaNya, mereka akan selalu dilahirkan di Surga atau di dunia manusia, serta akan menikmati kebahagiaan yang luar biasa."
"Lagi, pada masa yang tak terbilang bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, terdapat seorang Buddha yang bernama Prabhutaratna Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya, lalu memuliakan namaNya, maka umat berbudi itu tak akan terjerumus ke dalam alam kesedihan, tapi ia akan dilahirkan di berbagai Surga untuk menikmati kebahagiaan!"
"Lagi, pada masa yang lampau terdapat seorang Buddha yang bernama Ratnaketu Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya, lalu timbul rasa hormat dan memuliakanNya, maka tidak selang berapa lama, mereka akan mencapai tingakatan Arahat."
"Lagi, pada masa Asankyeya Kalpa yang silam terdapat seorang Buddha yang bernama Kasayadhvaja Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya serta memuliakan namaNya, akibat katma dari Tumimbal lahir dan kematian akan dihapus hingga 100 kalpa."
"Lagi, pada masa yang lampau terdapat seorang Buddha yang bernama Mahabhijnagiriraja Tathagata. Jika terdapat seorang pria atau wanita mendengar namaNya dan memuliakanNya, maka mereka akan berjumpa dengan Buddha yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga dan mereka akan dapat mendengarkan khotbah-Nyza hingga mencapai kesadaran Bodhi!"
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan : "Yang Arya Bhagavan yang termulia, para Buddha di masa lampau yang pernah bertugas di dunia ini masih banyak sekali seperti :
Suddhacandra Buddha,
Giriraja Buddha,
Jnanabhibhu Buddha,
Vimalakirtiraja Buddha,
Prajnasiddhi Buddha,
Anuttara Buddha,
Manjughosa Buddha,
Candraparipurna Buddha,
Candramukha Buddha, dan sebagainya.
"Yang Arya Bhagavan yang termulia, semua makhluk yang berada dimasa sekarang atau masa yang akan datang, baik dewa maupun manusia, lelaki atau manusia, lelaki atau wanita, bila mereka dapat menyebut salah satu nama Buddha, mereka akan mendapatkan kebajikan yyang tiada bandingnya. Apalagi jika mereka dapat menyebut nama para Buddha. Umat yang demikian itu mendapatkan banyak sekali manfaat ; baik saat mereka lahir maupun ketika mereka meninggal dunia, mereka takkan terjerumus ke alam kesengsaraan, tapi akan menikmati kebahagiaan !"
"Lagi, Yang Arya Bhagavan yang termulia, jika terdapat seseorang yang akan meninggal dunia, pada saat itu seluruh anggota keluarga atau hanya seorang saja me-nyebut-nyebut nama Buddha dengan suara lantang secara berulang-ulang, karma berat Pancanantarya yang dilakukan almarhum pada masa hidupnya akan mendapat kesempatan terhapus, sedangkan karma buruk yang ringan-ringan akan habis terhapuskan. Akan tetapi berkat bantuan orang yang me-nyebut-nyebut nama Buddha (Amitabha) ber-ulang-ulang, sekalipun almarhum mempunyai karma buruk Pancanantarya yang berat akan mengahruskannya terjerumus kealam Neraka dengan masa ratusan ribu kalpa, akan mendapat kesempatan terhapuskan dengan lambat laun dan ber-angsur-angsur. Apalagi jika seseorang akan meninggal dunia dan ia dapat me-nyebut-nyebut nama Buddha, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang tak terbatas dan terhapuskanlah segala karma buruknya."
Bab 11.Varga Dewa Bumi Sang Prthivi Pelindung Dharma
Ketika itu Dewa Bumi Sang Prthivi berkata kepada Sang Buddha: “Yang Arya Bhagavan yang termulia, sejak dahulu kala aku menghormat dan memuja Bodhisattva Mahasattva yang tak terbilang banyaknya. Mereka semua memiliki kesaktian dan kebijakan yang tak terkirakan dalam usaha menyelamatkan umat manusia dari penderitaan. Sungguhpun demikian, dibandingkan dengan Bodhisattva Mahasattva yang lain, kiranya hanya Ksitigarbha Bodhisattva saja yang memiliki Pranidhana yang dalam dan luhur!”
“Yang Arya Bhagavan yang termulia, Ksitigarbha Bodhisattva ini mempunyai Hetupratyaya terhadap umat Jambudvipa. Sebagaimana halnya dengan Manjusri, Samanta Bhadra, Avalokitesvara dan Maitreya Bodhisattva, merekapun menjelmakan dirinya ratusan ribu bentuk untuk menolong makhluk yang berada dalam 6 Gatya kehidupan. Namun demikian janji suci mereka terbatas. Hanya Ksitigarbha Bodhisattva dalam menyelamatkan semua makhluk dalam 6 Gatya kehidupan memberikan janji sucinya yang luas tak terbatas. Jika dihitung dengan kalpa, bagaikan ratusan ribu koti butiran pasir sungai Gangga.”
“Yang Arya Bhagavan yang termulia, menurut pendapatku, umat manusia yang berada di masa sekarang atau di masa yang akan datang, apabila mereka dapat menyediakan satu tempat yang bersih di sebelah selatan dalam rumahnya, kemudian membuat ruang dari tanah, batu, bambu atau kaya dan letakkanlah Bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva yang terbuat dari emas atau perak atau tembaga atau dari besi. Tiap hari dihormati dan dipuja dengan dupa, sambil memuliakan namaNya dan jasa-jasaNya. Tempat pemukiman pemuja itu menjadi selamat sentosa dan mendapatkan 10 keuntungan:
1. Tanah atau kebunnya menjadi subur akan menghasilkan panen yang melimpah.
2. Sekeluarga akan sehat selalu, rumahnya aman tentram.
3. Leluhurnya, orangtua dan keluarganya yang almarhum akan dilahirkan di surga.
4. Keluarga yang masih ada akan mendapatkan keberuntungan dan panjang usia.
5. Segala permohonan akan terpenuhi.
6. Terhindar dari musibah banjir dan kebakaran.
7. Terhindar dari segala kerugian dan pemborosan, selalu tercukupi.
8. Tidak ada mimpi buruk mengganggu.
9. Selalu dilindungi para Dewa Bumi dan dewa Surga.
10. Selalu bertemu dan dibantu para suciwan yang bijak hingga sipemuja mudah mencapai kebodhian.
“Yang Arya Bhagavan yang termulia, pada masa yang akan datang atau masa sekarang, jika para umat dapat membuat altar Ksitigarbha Bodhisattva dan rajin mengadakan puja bhakti di depan Bodhirupangnya, sipemuja akan memperoleh 10 keberuntungan yang tersebut di atas!”
“Yang Arya Bhagavan yang termulia,”Sang Prthivi melanjutkan katanya: ”Pada masa yang akan datang, jika terdapat putra putri yang berbudi, tersedia Sutra suci ini serta gambar atau Bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva dalam rumahnya, dan mereka rajin mengadakan puja bhakti kepada Beliau serta rajin membaca Sutranya sipemuja ini akan kulindungi siang malam dengan daya Prabhava-ku sehingga terhindar dari musibah banjir dan kebakaran, pencurian dan perampokan. Semua kejadian yang malang besar dan kecil akan musnah sama sekali!”
Sang Buddha bersabda kepada Sang Dewa Bumi Prthivi “Engkau memiliki daya maha Prabhava yang jarang dimiliki oleh para dewa lainnya. Apa sebabnya? Sebab sejauh ini engkau melindungi seluruh bumi yang berada di Jambudvipa. Bahkan rumput, pohon, pasir, batu, padi, rami, bambu, kumpai, palawija, logam, permata dan lain-lainnya yang berada di bumi Jambudvipa ini berkat kekuatanmu semua menjadi subur, makmur, dan sejahtera. Apalagi engkau sering menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan Ksitigarbha Bodhisattva. Sunggu, jasa-jasamu, daya prabhavamu menlampaui para dewa Bumi ratusan ribu kali lipat! Jika di masa yang akan datang terdapat putra putri yang berbudi, melakukan puja bhakti dengan khidmat kepada Ksitigarbha Bodhisattva serta rajin membaca Sutranya, juga yang setia melakukan ibadat berdasarkanj Sutra Ksitigarbha ini, engkau harus melindungi semuanya dengan daya Maha Prabhavamu. Sehingga mereka terhindar dari segala macam bencana. Segala hal-hal yang tidak menyenangkan, jangan sampai terdengar oleh mereka sehingga mereka bingung, apalagi menyebabkan mereka mereka menderita. Bukan saja engkau seorang diri harus melindungi mereka, tapi juga Raja Sakra, Raja Maha Brahmana dan para Dewata beserta keluarganya dari berbagai Surga harus membantu melindungi mereka. Mengapa demikian? Sebab mereka dengan hati sujud tulus iklas memuja Ksitigarbha Bodhisattva, dengan rajin membaca sutraNya dan melakukan ibadat menurut sutraNya. Dengan sendirinya mereka akan terbebaskan dari laut penderitaan dan mencapai kebahagiaan Nirvana. Itulah sebabnya mereka perlu dilindungi.”
Ketika itu Dewa Bumi Sang Prthivi berkata kepada Sang Buddha: “Yang Arya Bhagavan yang termulia, sejak dahulu kala aku menghormat dan memuja Bodhisattva Mahasattva yang tak terbilang banyaknya. Mereka semua memiliki kesaktian dan kebijakan yang tak terkirakan dalam usaha menyelamatkan umat manusia dari penderitaan. Sungguhpun demikian, dibandingkan dengan Bodhisattva Mahasattva yang lain, kiranya hanya Ksitigarbha Bodhisattva saja yang memiliki Pranidhana yang dalam dan luhur!”
“Yang Arya Bhagavan yang termulia, Ksitigarbha Bodhisattva ini mempunyai Hetupratyaya terhadap umat Jambudvipa. Sebagaimana halnya dengan Manjusri, Samanta Bhadra, Avalokitesvara dan Maitreya Bodhisattva, merekapun menjelmakan dirinya ratusan ribu bentuk untuk menolong makhluk yang berada dalam 6 Gatya kehidupan. Namun demikian janji suci mereka terbatas. Hanya Ksitigarbha Bodhisattva dalam menyelamatkan semua makhluk dalam 6 Gatya kehidupan memberikan janji sucinya yang luas tak terbatas. Jika dihitung dengan kalpa, bagaikan ratusan ribu koti butiran pasir sungai Gangga.”
“Yang Arya Bhagavan yang termulia, menurut pendapatku, umat manusia yang berada di masa sekarang atau di masa yang akan datang, apabila mereka dapat menyediakan satu tempat yang bersih di sebelah selatan dalam rumahnya, kemudian membuat ruang dari tanah, batu, bambu atau kaya dan letakkanlah Bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva yang terbuat dari emas atau perak atau tembaga atau dari besi. Tiap hari dihormati dan dipuja dengan dupa, sambil memuliakan namaNya dan jasa-jasaNya. Tempat pemukiman pemuja itu menjadi selamat sentosa dan mendapatkan 10 keuntungan:
1. Tanah atau kebunnya menjadi subur akan menghasilkan panen yang melimpah.
2. Sekeluarga akan sehat selalu, rumahnya aman tentram.
3. Leluhurnya, orangtua dan keluarganya yang almarhum akan dilahirkan di surga.
4. Keluarga yang masih ada akan mendapatkan keberuntungan dan panjang usia.
5. Segala permohonan akan terpenuhi.
6. Terhindar dari musibah banjir dan kebakaran.
7. Terhindar dari segala kerugian dan pemborosan, selalu tercukupi.
8. Tidak ada mimpi buruk mengganggu.
9. Selalu dilindungi para Dewa Bumi dan dewa Surga.
10. Selalu bertemu dan dibantu para suciwan yang bijak hingga sipemuja mudah mencapai kebodhian.
“Yang Arya Bhagavan yang termulia, pada masa yang akan datang atau masa sekarang, jika para umat dapat membuat altar Ksitigarbha Bodhisattva dan rajin mengadakan puja bhakti di depan Bodhirupangnya, sipemuja akan memperoleh 10 keberuntungan yang tersebut di atas!”
“Yang Arya Bhagavan yang termulia,”Sang Prthivi melanjutkan katanya: ”Pada masa yang akan datang, jika terdapat putra putri yang berbudi, tersedia Sutra suci ini serta gambar atau Bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva dalam rumahnya, dan mereka rajin mengadakan puja bhakti kepada Beliau serta rajin membaca Sutranya sipemuja ini akan kulindungi siang malam dengan daya Prabhava-ku sehingga terhindar dari musibah banjir dan kebakaran, pencurian dan perampokan. Semua kejadian yang malang besar dan kecil akan musnah sama sekali!”
Sang Buddha bersabda kepada Sang Dewa Bumi Prthivi “Engkau memiliki daya maha Prabhava yang jarang dimiliki oleh para dewa lainnya. Apa sebabnya? Sebab sejauh ini engkau melindungi seluruh bumi yang berada di Jambudvipa. Bahkan rumput, pohon, pasir, batu, padi, rami, bambu, kumpai, palawija, logam, permata dan lain-lainnya yang berada di bumi Jambudvipa ini berkat kekuatanmu semua menjadi subur, makmur, dan sejahtera. Apalagi engkau sering menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan Ksitigarbha Bodhisattva. Sunggu, jasa-jasamu, daya prabhavamu menlampaui para dewa Bumi ratusan ribu kali lipat! Jika di masa yang akan datang terdapat putra putri yang berbudi, melakukan puja bhakti dengan khidmat kepada Ksitigarbha Bodhisattva serta rajin membaca Sutranya, juga yang setia melakukan ibadat berdasarkanj Sutra Ksitigarbha ini, engkau harus melindungi semuanya dengan daya Maha Prabhavamu. Sehingga mereka terhindar dari segala macam bencana. Segala hal-hal yang tidak menyenangkan, jangan sampai terdengar oleh mereka sehingga mereka bingung, apalagi menyebabkan mereka mereka menderita. Bukan saja engkau seorang diri harus melindungi mereka, tapi juga Raja Sakra, Raja Maha Brahmana dan para Dewata beserta keluarganya dari berbagai Surga harus membantu melindungi mereka. Mengapa demikian? Sebab mereka dengan hati sujud tulus iklas memuja Ksitigarbha Bodhisattva, dengan rajin membaca sutraNya dan melakukan ibadat menurut sutraNya. Dengan sendirinya mereka akan terbebaskan dari laut penderitaan dan mencapai kebahagiaan Nirvana. Itulah sebabnya mereka perlu dilindungi.”
Bab 12.Varga Manfaat dari Melihat dan Mendengar
Pada saat itu di puncak kepala Sang Buddha Sakyamuni tiba tiba keluar ratusan ribu koti “Maha Urnasaprabha (Urnakesahprabha) yakni berjenis-jenis sinar berupa rambut yang bercahaya dan berwarna, warnanya seperti: ‘sinar putih’ dan ‘maha sinar putih’; ‘sinar bahagia’ dan ‘maha sinar bahagia’; ‘sinar mutiara’ dan ‘maha sinar mutiara’; ‘sinar lembayung’ dan ‘maha sinar lembayung’; ‘sinar nila’ dan ‘maha sinar nila’; ‘sinar biru’ dan ‘maha sinar biru’; ‘sinar merah’ dan ‘maha sinar merah’; ‘sinar hijau’ dan ‘maha sinar hijau’; ‘sinar emas’ dan ‘maha sinar emas’; ‘sinar awan bahagia’ dan ‘maha sinar awan bahagia’; ‘sinar roda seribu’ dan maha sinar roda seribu’; ‘sinar roda permata’ dan ‘maha sinar roda permata’; ‘sinar roda surya’ dan ‘maha sinar roda surya’; ‘sinar roda candra’ dan ‘maha sinar roda candra’; ‘sinar istana surga’ dan ‘maha sinar istana surga’; ‘sinar sagara megha’ dan ‘maha sinar sagara megha’ serta sinar-sinar yang lainnya.
Setelah sinar tersebut berhenti keluar dari atas kepala Sang Buddha Sakyamuni, kemudian disusul oleh suara merdu dan bunyinya amat harmonis langsung mengumandangkan kabar baik kepada para hadirin serta para Dewa, Naga, delapan kelompok makhluk, kinnara, dll.
“Dengarlah hadirin yang berbahagia, hari ini aku berada di istana Trayastrimsa dalam pertemuan agung, memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang selalu memberikan manfaat kepada Dewa dan manusia dengan segala kemudahan-kemudahan serta usaha-usaha berfaedah lainnya yang tak terbayangkan. Dengan cara Vikramaryahetu (memuliakan nama Buddha), dengan peningkatan kesadarang agung (Dasabhumaya) dan akhirnya mencapai Anuttara Samyak Sambodhi.”
Saat sabda Sang Buddha selesai, tiba-tiba seorang Bodhisattva Mahasattva yang bernama Avalokitesvara bangkit dari tempatnya lalu bersujud dengan merangkapkan kedua telapak tangannya kepada Sang Buddha seraya berkata: “Yang Arya Bhagavan yang termulia, Ksitigarbha Bodhisattva sungguh memiliki jiwa yang maha welasasih, mengasihani semua umat yang menderita dengan menjelmakan dirinya hingga jutaan tubuh muncul dalam jutaan dunia untuk menolong mereka. Jasa-jasaNya terlampau agung untuk disebutkan, begitupula daya maha prabhavanya sangat luar biasa tak terkirakan. Aku telah mendengar Yang Arya Bhagavan dan para Buddha yang tak terbilang banyaknya dari 10 penjuru dunia bersama-sama memuji dan menyanjung Ksitigarbha Bodhisattva, karena jasa-jasa Beliau yang demikian agung, mulia tak terkirakan. Sekalipun para Buddha dimasa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang memuji jasa-jasanya tak akan habis diceritakan. Yang Arya Bhagavan yang termulia, seperti Bhagavan ungkapkan terdahulu, bahwa Bhagavan beserta para hadirin ingin memuji dan menyanjung jasa-jasa Kditigarbha Bodhisattva. Demi para makhluk yang berada di di masa sekarang dan yang akan datang, mohon Yang Arya Bhagavan menerangkan jasa-jasa Ksitigarbha Bodhisattva yang tak terbayangkan itu agar para Dewa, Naga, kedelapan kelompok makhluk dapat menghormati dan mendapatkan kebahagiaan.”
Sang Buddha bersabda kepada Avalokitesvara Bodhisattva: “Engkau mempunyau Maha Hetupratyaya dengan makhluk di dunia Saha, Baik Dewa, Naga, lelaki, wanita, maupun makhluk-makhluk suci, hantu, bahkan makhluk hidup di 6 gatya. Mereka yang mendengar namamu, melihat Bodhirupangmu, mendambakanmu, memujamu, tidak akan mundur dari jalan Anuttara Samyak Sambodhi. Mereka akan selalu dilahirkan di Surga, menikmati kebahagiaan yang tiada taranya dan jika saatnya telah tiba, mereka akan tercatat sebagai calon Buddha. Kini engkau telah memiliki jiwa yang Maha Karuna dan Maha Maitri, mengasihi semua makhluk yang menderita serta Dewa, Naga dan ke 8 kelompok makhluk. Sekarang aku akan menjelaskan kepadamu semua tentang jasa-jasa Ksitigarbha Bodhisattva yang tidak terkirakan itu. Dengarkanlah baik-baik, aku akan memulia !”
“Yang Arya Bhagavan yang termulia, ceritakannlah, kami telah siap mendengarkan dengan baik !”
sang Buddha bersabda kepada Avalokitesvara Bodhisattva : “Pada masa sekarang atau yang akan datang, di berbagai dunia, jika terdapat dewa yang akan habis masanya, akan timbul 5 gejala buruk yang dapat mengakibatkan terjerumus ke alam kesengsaraan. Para Dewa semacam ini baik lelaki maupun wanita, jika mendapatkan gejala semacam itu, lalu mereka dapat kesempatan melihat gambar atau bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva, atau hanya dengan mendengar nama Beliau, kemudian menghormat kepada Beliau, maka keadaaan buruk para Dewa segera berubah, kebahagiaan Surga akan bertambah, menikmati kesenangan yang luar biasa dan takkan terjerumus kealam kesengsaraan selamanya ! Apa lagi setelah mereka mengetahui hal ini lalu mereka mengadakan puja bhakti kepada Ksitigarbha Bodhisattva dengan mempersembahkan bunga-bungaan, pakaian, makanan, minuman, berbagai permata, untaian ratna manikam dan saji-sajian lainnya. Maka jasa dan kebajikan yang akan diperoleh tidak terhingga.”
“Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa sekarang atau yang akan datang, terdapat makhluk dalam 6 jalur kehidupan di berbagai dunia ini akan berakhir masa kehidupannya, lalu dapat mendengar nama Ksitigarbha Bodhisattva, maka umat tersebut akan terbebaskan dari 3 alam kesengsaraan ! Apalagi jika saat umat tersebut akan meninggal dunia, orang tuanya atau sanak keluarganya membuatkan sebuah gambar atau bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva dengan harta benda almarhum, dengan demikian almarhum akan dilahirkan di Surga. Atau umat tersebut telah lama mengidap penyakit, namun belum putus jiwa, mendapat kesempatan mendengar dan melihat sanak keluarganya sedang menggunakan harta bendanya untuk membuat atau melukis gambar Ksitigarbha Bodhisattva sebagai amal bhakti sipenderita, jika sekiranya sipenderita akan menerima hukuman karmanya dan mendapatkan penyakit berat, berkat jasa yang diperbuatnya itu sisakit akan ber-angsur-angsur sembuh dan umumnya akan bertambah panjang. Tapi sebaliknya, jika sipenderita tersebut telah sampai saatnya untuk menerima segala kesalahan dan karma buruknya, kini berkat jasanya membuat atau melukis gambar Ksitigarbha Bodhisattva, maka almarhum akan dilahirkan di Surga untuk menikmati kebahagiaannya dan segala karma buruk yang dimilikinya akan musnah !”
“Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa yang akan datang, terdapat pria atau wanita, ketikaa mereka masih bayi menyusu, atau baru berumur 3 tahun atau 5 tahun atau masih di bawah 10 tahun, orang tuanya atau adik kakaknya telah meninggal dunia, kini mereka telah dewasa dan selalu merindukan orangtuanya atau adik kakaknya. Namun mereka tidak tahu di alam mana orangtuanya atau adik kakaknya berada.”
“Akan tetapi, jika siyatim piatu dapat membuat atau melukis gambar Ksitigarbha Bodhisattva atau hanya mendengar nama Beliau, lalu mengadakan puja bhakti selama satu sampai tujuh hari dengan setia, meskipun almarhum seharusnya menerima hukuman berat atas karmanya dulu, terjerumus ke alam kesengsaraan ber-kalpa-kalpa, kini berkat telah dibuatkan jasa-jasa yang demikian agung, maka almarhum tersebut, baik adik kakaknya maupun kedua orangtuanya, segera terbebaskan dari alam kesengsaraan itu dan dilahirkan di Surga untuk menikmati kebagahiaannya! Jika senadainya almarhum telah lama dilahirkan di Surga atau dunia manusia, karena berkat Karma Baik yang pernah diperbuat selama hidupnya, kini karena mendapat tambahan jasa dari siyatim piatu itu kebahagiaannya akan semakin bertambah. Kesenangan yang dinikmati tak terbatas. Jika si yatim piatu itu dengan sujud memuja Ksitigarbha Bodhisattva selama 3 hari atau 7 hari penuh terus menerus dengan menyebut nama Beliau hingga 10 ribu kali, maka Beliau akan menjelma menjadi sebuah tubuh yang maha besar tanpa batas (ananytayakaya) untuk menemui dan mengabarkan kepada si yatim piatu dimana dilahirkan keluarganya itu atau Beliau dengan daya Maha Prabhava datang dalam mimpi si yatim piatu dan mengajaknya pergi menengok keluarnya di berbagia dunia. Jika umat tersebut setelah menengok keluarganya, dan ia amat rajin menyebut nama Beliau tiap hari sebanyak 1000 kali hingga seribu hari terus menerus tanpa berhenti, maka Ksitigarbha Bodhisattva akan memerintahkan Dewa Bumi di tempat ia tinggal untuk melindunginya seumur hidup. Kehidupannya masa sekarang amat sejahtera, cukup sandang pangan, tiada penyakit atau penderitaan. Segala kemalangan takkan dapat masuk ke dalam rumahnya, apalagi menganggu dirinya. Karena rajinnya melaksanakan ibadat, akhirnya ia akan tercatat oleh Ksitigarbha Bodhisattva sebagai calon Buddha.”
“Lagi, Yang Arya Avalokitesvara,” Sang Buddha melanjutkan “pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang putra atau putri yang berbudi, berhasrat mengembagkan Bodhicittanya untuk menolong umat manusia dari penderitaan, ingin mencapai Annutara Samyak Sambodhi; ingin membebaskan dirinya dari Triloka, supaya terlahir di alam Buddha, asalkan mereka melihat Bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva atau mendengar namaNya, lalu berlindung kepadaNya dengan sepenuh hati dan mengadakan puja bhakti dengan persembahan dupa, bunga-bungaan, permata, makanan dan minuman, mana cita-cita umat berbudi itu akan berhasil sempurna tiada kekurangan suatu apapun !”
“Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, jika di masa yang akan datang, terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, berhasrat mewujudkan cita-citanya, usahanya yang banyaknya tak terbilang pada masa sekarang dan yang akan datang mereka hanya perlu berlindung kepada Ksitigarbha Bodhisattva dengan mengadakan puja bhakti, memuliakan namaNya serta jasa-jasanya. Dengan demikian segala permintaan dan cita-citanya akan terkabulkan sepenuhnya. Jika umat tersebut memohon lebih lanjut kepada Ksitigarbha Bodhisattva yang maha welas asih untuk melindungi mereka selama-lamanya, Ksitigarbha Bodhisattva akan datang dalam mimpinya menghibur dan mencatat mereka sebagai calon Buddha.”
“Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang putra atau putri yang berbudi, sangat menghargai Sutra-sutra Mahayana dan menyatakan tekadnya untuk mempelajari dan memahami Sutra-sutra tersebut dengan bantuan seorang guru yang mahir, supaya segala yang dipelajarinya dapat diingat selalu tidak terlupakan. Namun segala yang dipelajarinya selalu terlupakan. Ber-bulan-bulan bahkan ber-tahun-tahun, tidak juga dapat meng-ingat-ingat apa yang telah dipelajarinya. Ini semua dikarenakan umat tersebut mempunyai karma buruk di masa yang lampau yang belum terhapuskan. Oleh karena itu mereka akan takkan dapat mengerti Sutra-sutra Mahayana yang dipelajarinya sehingga tidak mendapatkan faedah apa-apa. Umat semacam ini jika mendengar nama atau melihat Bodhi Rupang Ksitigarbha Bodhisattva lalu dengan sujud dan tulus hati menyatakan penyesalannya atas segala kejadian yang dialaminya dan mengadakan puja bhakti kepada Ksitigaarbha Bodhisattva dengan mempersembahkan dupa, bunga-bungaan, pakaian, barang-barang berharga dan sebagainya. Pada saat pemujaan akan dimulai, sediakannlah segelas air bersih dan letakkan di altarNya. Setelah selang satu hari satu malam, sipemuja menghormat Ksitigarbha Bodhisattva dengan merangkapkan kedua telapak tangan dan kemudian minumlah air tersebut dengan muka menghadap ke Selatan dengan rasa khidmat. Setelah itu pantang makan sayur yang berbau, daging dan alkohol, juga pantang campur dengan perempuan, berdusta, membunuh selama 7 hari 7 malam atau 21 hari. Putra putri yang berbudi tersebut dalam mimpinya akan bertemu dengan Ksitigarbha Bodhisattva dalam bentuk Anantayakaya dan mereka menerima Abhisecani (pemercikan air suci di kepala, wisuda). Setelah mereka bangun dari tidurnya, akan terasa ke 6 inderanya menjadi demikian tajam luar biasa. Sejak itu, Sutra-sutra yang di pelajarinya, baik dengan membacanya maupun mendengarnya selalu akan teringat dan takkan terlupakan selama-lamanya !”
“Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa yang akan datang, jika terdapat umat manusia yang selalu mengalami kekurangan sandang pangan, meskipun mereka berjuang atau yang berpenyakitan saja, kehidupannya tidak cerah, atau keluarganya yang sering mendapat malapetaka, terpencar berpisahanm atau anggota keluarganya sering mengalami berbagai musibah atau sering merasa ketakutan diwaktu tidur hingga batinnya tidak merasa tenang. Umat yang semacam ini apabila mereka mendengarkan nama atau melihat bodhirupang Ksitigarbha Bodhisattva, lalu memberi hormat kepada Beliau serta menyebut namaNya, setelah ucapannya genap seribu kali, hal-hal yang tidak menyenangkan itu akan lenyap berangsur-angsur. Dan sejak itu rumah mereka akan aman tentram, sandang pangan akan berkecukupan. Dalam tidurpun mereka akan merasakan ketenangan, tiada lagi mimpi buruk yang menganggu dan hidup mereka akan terasa aman tentram.
“Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang putra atau putri yang berbudi, karena mencari penghidupan atau karena keperluan umum atau pribadi, atau karena kelahiran atau kematian atau karena keperluan lain-lainnya yang mendesak, sehingga mereka harus keluar hutan, menempuh sungai dan laut bahkan perjalanan yang sangat berbahaya. Maka umat tersebut perlu sebelumnya menyebut nama Ksitigarbha Bodhisattva 10 ribu kali. Dengan demikian kemanapun umat tersebut pergi, akan selalu dilindungi oleh para Malaikat Bumi. Baik mereka sedang berdiam diri, duduk, tidur atau berjalan, mereka akan aman tentram. Sekalipun mereka bertemu dengan harimau, serigala, singa dan binatang berbisa lainnya, semuanya takkan dapat mencelakakannya.”
Sang Buddha bersabda kepada Avalokitesvara Bodhisattva : “Ksitigarbha Bodhisattva mempunyai hubungan bathin yang erat sekali dengan umat Jambudvipa. Jika ingin menceritakan jasa-jasa Beliau dengan usahaNya menyelamatkan umat manusia selengkapnya, sekalipun harus menghabiskan waktu sebanyak ratusan ribu Kalpa, takkan kunjung habis juga. Oleh karena itu Yang Arya Avalokitesvara, sebar luaskanlah Sutra ini dengan daya Maha Prabhavamu, agar semua umat di dunia Saha dapat menikmati kebahagiaan Dharma untuk selama-lamanya.”
Ketika itu Sang Buddha mengucapkan sebuah Gatha : Kekuatan Ksitigarbha Bodhisattva sungguh luar biasa Mengisahkannya jutaan kalpapun tak kunjung habis ! Mendengar, melihat dan menhormatiNya sesaat saja, Manfaatnya bagi Dewa manusia tak terbatas !
Baik pria, wanita maupun Dewa, Naga,
Yang akan terjerumus ke alam sengsara karena saatnya
tiba, Berkat berlindun kepada Ksatria sejati setulus hati,
Usia bertambah, karma beratpun lenyap musnah !
Semasa kecil kehilangan cinta kasih ayah bunda,
Entah mereka berada di alam mana,
Kakak Adik serta sanak keluarga.
Sejak lahir tak mengenal satu sama lain.
Dengan melukis gambar Ksatria Sejati,
Menghormat, memuja setulus hati,
3 atau 8 hari memuliakan namaNya,
Beliau menampakkan tubuh Anantayakaya !
Menunjukkan tempat sanak keluarganya berada.
Sekalipun telah terjerumus ke alam sengsara,
Dapat ditolongNya terbebas dari derita !
Jika saja setia percaya teguh tak tergoyahkan,
Kelak pasti akan tercatat sebagai calon Buddha !
Jika ingin mencapai Anuttara Samyak Sambodhi,
Hingga terbebaskan dari penderitaan Triloka,
Setelah tumbuh Bodhi Cittanya
Hormat dan pujalah dulu Ksatria sejati ini,
Segala cita-cita segera akan terkabul,
Tiada lagi Karma penghalang
Menuju kesadaran Agung !
Ada orang berhasrat mengaji Sutra Mahayana,
Ingin menyebrangkan umat ke pantai bahagia,
Meskipun tekad ini besar tidak terperikan,
Tiap menghafal terlupakan, waktu terbuang percuma,
Karena karma buruk terdahulu belum terhapuskan,
Tak teringat sebait gatha sekata Sutra.
Puja bhakti kepada Ksitigarbha Bodhisattva,
Dengan dupa, bunga, busana, makanan, minuman serta barang berharga.
Letakkan secawan air bersih di altar Ksatria sejati,
Satu hari satu malam kemudian minumlah dengan khidmatnya,
Setelah itu pantang daging, alkohol, dusta dan wanita.
Duapuluhsatu hari jangan membunuh sesama makhluk,
Sepenuh hati kenang Ksatria sejati.
Dalam mimpi akan berjumpa Ksitigarbha Bodhisattva anantayakaya,
Bangun dari mimpi keenam indera jernih bersih,
Sutra, Buddha Dharma tertanam dalam sanubari abadi,
Daya Prabhava Ksitigarbha Bodhisattva tidak terlukiskan,
Membuat orang demikian bijak dan bestari.
Umat yang menderita miskin papa lagi berpenyakit,
Kediamannya buruk sekali keluarganya meninggalkan pergi,
Atau selalu ketakutan di dalam mimpi,
Begitupula mengalami kegagalan ekonomi,
Pujalah Sang Ksitigarbha sepenuh hati,
Berangsur penderitaan akan lenyap sama sekali,
Mimpi yang buruk takkan mengganggu lagi,
Sandang pangan cukup selalu dilindungi Makhluk suci yang berbudi!
Jika harus mendaki gunung menuruni lembah, masuk hutan
rimba mengarungi lautan lepas,
Bertemu satwa luas lagi dihadang orang jahat,
Atau datang lagi Setan, Iblis, serta Badai Ganas,
Segala rintangan dan berbagai penderitaan,
Ingatlah Ksitigarbha Bodhisattva sebelum berangkat,
Pujalah Beliau dengan tulus ikhlas penuh khidmat,
Meskipun berada dalam kesulitan maha luar biasa,
Sekejap sirna lenyap semua berkat Buddha Dharma.
Dengarlah baik-baik, Yang Arya Avalokitesvara!
Daya Prabhava Ksitigarbha Bodhisattva tak terperikan,
Menyelamatkan uamt manusia tak terbilangkan!
Jutaan kalpa dikisahkan tidak akan habis,
Sebarkanlah Maha Pranidhana Beliau ke seluruh alam semesta!
Bila terdapat umat yang dapat mendengar namaNya,
Melihat bodhirupangNya, memuja dengan dupa, bunga, pangan dan jubah.
Akan menikmati pahalanya hingga jutaan masa!
Bila jasa-jasa pemujaan disalurkan kepada makhluk hidup,
Akan terbebaskan dari penderitaan kelahiran dan kematian.
Mencapai tepian Nirvana - menjadi Buddha.
Oleh karena itu Yang Arya Avalokitesvara,
Ketahuilah Ksitigarbha Bodhisattva demikian Maha Welas Asihnya
Demikian besar tekadnya, Maha Prabhava tidak terlukiskan.
Sampaikan ini semua kepada makhluk hidup yang berada di
Berbagai Dunia yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga.
Agar mereka semua mengetahui dan percaya
sedalam-dalamnya sehingga memperoleh kebahagiaan Dharma yang sejati!
Pada saat itu Sang Buddha mengangkat tangan emasNya dan menyentuh kepala Ksitigarbha Bodhisattva seraya bersabda: “Yang Arya Ksitigarbha, Ksitigarbha! Prabhavamu tak terkatakan, welas asihmu tak terperikan, kebijakanmu tak terlukiskan dan Pratibhanamu tak tertandingi. Para Buddha di 10 penjuru dunia semuanya memuji dan menyanjung daya kebajikan yang engkau miliki tiada taranya, sekalipun menceritakannya hingga jutaan kalpa, tak akan kunjung habis!”
“Yang Arya Ksitigarbha, Ksitigarbha! Camkanlah, bahwa aku hari ini berada di istana Trayastrimsa, dalam pertemuan agung antara ratusan ribu koti Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, kedelapan kelompok makhluk, untuk kesekian kalinya aku menyampaikan pesan kepada Engkau, bahwa para Dewa, manusia serta makhluk lainnya yang belum terbebaskan dari Triloka, agar mereka tidak terjerumus ke dalam alam kesengsaraan barang satu hari satu malam juga, apa lagi terjerumus ke dalam Neraka Pancanantarya atau Avici yang membuat mereka menderita ribuan juta kalpa dan takkan dapat membebaskan diri selamanya.”
“Yang Arya Ksitigarbha, umat Jambudvipa sifat tabiatnya dan kemauannya tidak menentu, wataknya lebih mudah mengarah kepada keburukan-keburukan. Sekalipun mereka telah menyatakan keinginan baiknya, tak lama kemudian mereka berubah. Tapi jika mereka bertemu dengan keburukan-keburukan, hal itu akan cepat berkembang menjadi subur. Oleh karena itu aku menjelmakan diriku menjadi ratusan ribu koti banyaknya dan menuruti kodrat mereka masing-masing, lalu membebaskan mereka dari kesengsaraan.”
“Yang Arya Ksitigarbha, hari ini aku dengan kesungguhan hati menyampaikan pesan kepada engkau, jika pada masa yang akan datang terdapat Dewa, manusia serta putra-putri yang berbudi menanamkan kebaikan dalam Buddha Dharma sedikit saja, seperti seujung rambut, sebutir debu, sebutir pasir, dan setetes air, maka lindungilah mereka dengan bodhicitta agar mereka maju terus di atas jalan Dharma dan pantang mundur.”
“Lagi, Yang Arya Ksitigarbha, pada masa yang akan datang jika terdapat seorang Dewa atau manusia, karena masanya sudah habis akan menerima karmanya terjerumus ke dalam alam kesengsaraan, atau ketika akan terjatuh ke dalam Neraka, tiba tiba teringat akan Buddha, jika umat tersebut dapat menyebut salah satu nama Buddha atau Bodhisattva atau sebait Gatha sebaris Sutra, maka umat tersebut harus diselamatkan dengan kesaktianmu dan dengan segala kemudahan-kemudahan. Nampakkanlah diri Anantayakaya-mu di sisi pintu Neraka tempat umat tersebut berada dan hancurkan lenyapkan sekali Neraka itu, selanjutnya upayakan agar umat yang telah sadar itu dilahirkan di Surga untuk menikmati kebahagiaan sejahtera.”
Ketika itu Sang Buddha mengucapkan Gatha: “Dewa manusia di masa yang akan datang, Ku serahkan kepada engkau dengan penuh keyakinan, Selamatkan mereka dengan Daya Maha Prabhava, Sekali-kali jangan ada yang terjerumus ke salah satu alam kesengsaraan.
Saat itu Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva menghormat dengan merangkapkan kedua belah tangannya seraya berkata: “Yang Arya Bhagavan termulia, jangan kuatir akan masalah tersebut. Pada masa yang akan datang jika terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, asalkan terbit rasa hormat dalam Buddha Dharma, aku akan menolongnya dengan segala kemudahan-kemudahan agar umat tersebut terbebaskan dari lautan dukkha mencapai pantai bahagia. Apalagi jika mereka itu telah banyak mengetahui kebaikan-kebaikan dan selalu melaksanakannya dalam peribadatannya. Sudah pasti mereka akan mencapai Anuttara Samyak Sambodhi dan pantang mundur.”
Ketika Ksitigarbha Bodhisattva berkata demikian, tiba-tbia seorang Bodhisattva bernama Akasagarbha bangkit dari tempat duduknya lalu bersujud kepada Sang Buddha sambil berkata: “Yang Arya Bhagavan yang termulia, sejak aku berada di istana Trayastrimsa ini mendengarkan Sang Bhagavan memuji dan menyanjung kesaktian Ksitigarbha Bodhisattva yang amat menakjubkan itu sungguh tak terperikan. Jika pada masa yang akan datang terdapat seorang pria atau wanita serta Dewa, Naga mendengar akan Sutra ini dan nama Ksitigarbha, lalu memberi hormat kepada bodhirupangnya dengan mengadakan puja bhakti. Dengan demikian berapa banyak manfaat yang akan diperoleh? Mohon Sang Bhagavan sudi menguraikan kepada kami sekalian serta para umat yang berada di di masa sekarang dan yang akan datang.”
Sang Buddha bersabda kepada Akasagarbha Bodhisattva: “Dengarlah baik-baik, Yang Arya Akasagarbha, akan kuuraikan satu persatu kepada kamu sekalian. Pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, melihat gambar Ksitigarbha Bodhisattva dan mendengar sutra ini lalu memuja Beliau dengan dupa, bunga, makanan, minuman, jubah permata dan sebagainya. Atau menghormati Beliau dengan memuji jasa-jasaNya dan memuliakan namaNya. Maka putra-putri yang berbudi tersebut akan memperoleh 28 macam manfaat sebagai berikut:
1. Selalu dilindungi Dewa, Naga, 8 asta Gatya, selamat sentosa.
2. Jasa-jasa dan kebajikan makin bertambah.
3. Terkumpulkan benih kebaikan dari Buddha Dharma.
4. Tidak mundur dari jalan Anuttara Samyak sambodhi
5. Cukup sandang pangan
6. Terhindar dari segala musibah dan wabah penyakit
7. Terhindar dari banjir dan kebakaran
8. Terbebas dari pencurian dan perampokan
9. Selalu disegani orang
10. Selalu mendapat dukungan dan bantuan dari para makhluk suci
11. Yang wanita akan dapat menjadi pria pada kehidupan yang akan datang
12. Dapat dilahirkan sebagai putri raja atau bangsawan Mendapatkan paras muka yang cantik elok disukai orang dimana-mana
13. Selalu dapat kesempatan dilahirkan dialam surga
14. Akan lahir sebagai raja atau kepala negara
15. Dapat mengetahui kehidupan di masa yang silam
16. Cita citanya selalu terkabul
17. Keluarganya selalu tentram dan bahagia
18. Semua malapetaka lenyap
19. Terhindar dari 3 jalur kesengsaraan
20. a jalan bebas hambatan
21. Mimpinya selalu indah
22. Leluhurnya ikut terbebas dari belenggu penderitaan
23. Jika leluhurnya pernah menanam kebaikan, dapat membantunya lahir di surga
24. Mendapat pujian para suciwan
25. Cerdas tangkas, cekatan dan tajam pikirannya
26. Memiliki jiwa yang welas asih
27. Akhirnya akan mencapai ke-Buddha-an
Sang Buddha melanjutkan sabdanya: “Lagi, Yang Arya Akasagarbha, apabila para Dewa, Naga, Malaikat bumi, Malaikat Surga. Para Raja setan, dan pengikutnya, baik yang berada di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, setelah mendengar nama Ksitigarbha Bodhisattva, lalu mereka memberi hormat kepada bodhirupangnya atau mereka pernah mendengar kisah suci Beliau, lalu memuji jasa-jasa Beliau serta menghormatnya dengan tulus iklas, maka mereka akan mendapatkan 7 macam manfaat sebagai berikut:
1. Mereka akan cepat meningkat ke alam yang lebih suci
2. Karma buruk yang diperbuat di masa yang silam akan lenyap
3. Selalu dilindungi oleh para Buddha
4. Kesadaran Bodhi yang telah dicapai takkan menyusut
5. Kekuatan dan kebajikan makin bertambah
6. Memiliki daya pengetahuan di masa silam dan masa yang akan datang
7. Kelak akan menjadi Buddha Ketika hadirin yang berada dalam pertemua agung serta jutaan Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, Delapan Kelompok makhluk dan umat lainnya mendengar Buddha Sakyamuni menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki Maha Prabhava yang tak terperikan. Mereka serentak berseru: “Adbhuta! Adbhuta! Adbhuta!” (hal itu belum pernah terjadi)
Ketika itu Surga Trayastrimsa turun hujan berbagai bunga harum semerbak, jubah surga dan ratna mutu manikam sebagai persembahan puja kepada Sakyamuni Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva. Juga sebagai tanda terima kasih yang mendalam atas jasa-jasa Sang Buddha yang telah memberikan khotbah yang tiada ternilai dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ksatria Sejati Ksitigarbha Bodhisattva.
Kemudian para hadirin bersama-sama memberi hormat kepada Sang Buddha dengan mengatupkan kedua tangannya lalu pergi.Bab 13
Varga Amanat Sang Buddha kepada Dewa dan manusia
Pada saat itu Sang Buddha mengangkat tangan emasNya dan menyentuh kepala Ksitigarbha Bodhisattva seraya bersabda: “Yang Arya Ksitigarbha, Ksitigarbha! Prabhavamu tak terkatakan, welas asihmu tak terperikan, kebijakanmu tak terlukiskan dan Pratibhanamu tak tertandingi. Para Buddha di 10 penjuru dunia semuanya memuji dan menyanjung daya kebajikan yang engkau miliki tiada taranya, sekalipun menceritakannya hingga jutaan kalpa, tak akan kunjung habis!”
“Yang Arya Ksitigarbha, Ksitigarbha! Camkanlah, bahwa aku hari ini berada di istana Trayastrimsa, dalam pertemuan agung antara ratusan ribu koti Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, kedelapan kelompok makhluk, untuk kesekian kalinya aku menyampaikan pesan kepada Engkau, bahwa para Dewa, manusia serta makhluk lainnya yang belum terbebaskan dari Triloka, agar mereka tidak terjerumus ke dalam alam kesengsaraan barang satu hari satu malam juga, apa lagi terjerumus ke dalam Neraka Pancanantarya atau Avici yang membuat mereka menderita ribuan juta kalpa dan takkan dapat membebaskan diri selamanya.”
“Yang Arya Ksitigarbha, umat Jambudvipa sifat tabiatnya dan kemauannya tidak menentu, wataknya lebih mudah mengarah kepada keburukan-keburukan. Sekalipun mereka telah menyatakan keinginan baiknya, tak lama kemudian mereka berubah. Tapi jika mereka bertemu dengan keburukan-keburukan, hal itu akan cepat berkembang menjadi subur. Oleh karena itu aku menjelmakan diriku menjadi ratusan ribu koti banyaknya dan menuruti kodrat mereka masing-masing, lalu membebaskan mereka dari kesengsaraan.”
“Yang Arya Ksitigarbha, hari ini aku dengan kesungguhan hati menyampaikan pesan kepada engkau, jika pada masa yang akan datang terdapat Dewa, manusia serta putra-putri yang berbudi menanamkan kebaikan dalam Buddha Dharma sedikit saja, seperti seujung rambut, sebutir debu, sebutir pasir, dan setetes air, maka lindungilah mereka dengan bodhicitta agar mereka maju terus di atas jalan Dharma dan pantang mundur.”
“Lagi, Yang Arya Ksitigarbha, pada masa yang akan datang jika terdapat seorang Dewa atau manusia, karena masanya sudah habis akan menerima karmanya terjerumus ke dalam alam kesengsaraan, atau ketika akan terjatuh ke dalam Neraka, tiba tiba teringat akan Buddha, jika umat tersebut dapat menyebut salah satu nama Buddha atau Bodhisattva atau sebait Gatha sebaris Sutra, maka umat tersebut harus diselamatkan dengan kesaktianmu dan dengan segala kemudahan-kemudahan. Nampakkanlah diri Anantayakaya-mu di sisi pintu Neraka tempat umat tersebut berada dan hancurkan lenyapkan sekali Neraka itu, selanjutnya upayakan agar umat yang telah sadar itu dilahirkan di Surga untuk menikmati kebahagiaan sejahtera.”
Ketika itu Sang Buddha mengucapkan Gatha: “Dewa manusia di masa yang akan datang, Ku serahkan kepada engkau dengan penuh keyakinan, Selamatkan mereka dengan Daya Maha Prabhava, Sekali-kali jangan ada yang terjerumus ke salah satu alam kesengsaraan.
Saat itu Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva menghormat dengan merangkapkan kedua belah tangannya seraya berkata: “Yang Arya Bhagavan termulia, jangan kuatir akan masalah tersebut. Pada masa yang akan datang jika terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, asalkan terbit rasa hormat dalam Buddha Dharma, aku akan menolongnya dengan segala kemudahan-kemudahan agar umat tersebut terbebaskan dari lautan dukkha mencapai pantai bahagia. Apalagi jika mereka itu telah banyak mengetahui kebaikan-kebaikan dan selalu melaksanakannya dalam peribadatannya. Sudah pasti mereka akan mencapai Anuttara Samyak Sambodhi dan pantang mundur.”
Ketika Ksitigarbha Bodhisattva berkata demikian, tiba-tbia seorang Bodhisattva bernama Akasagarbha bangkit dari tempat duduknya lalu bersujud kepada Sang Buddha sambil berkata: “Yang Arya Bhagavan yang termulia, sejak aku berada di istana Trayastrimsa ini mendengarkan Sang Bhagavan memuji dan menyanjung kesaktian Ksitigarbha Bodhisattva yang amat menakjubkan itu sungguh tak terperikan. Jika pada masa yang akan datang terdapat seorang pria atau wanita serta Dewa, Naga mendengar akan Sutra ini dan nama Ksitigarbha, lalu memberi hormat kepada bodhirupangnya dengan mengadakan puja bhakti. Dengan demikian berapa banyak manfaat yang akan diperoleh? Mohon Sang Bhagavan sudi menguraikan kepada kami sekalian serta para umat yang berada di di masa sekarang dan yang akan datang.”
Sang Buddha bersabda kepada Akasagarbha Bodhisattva: “Dengarlah baik-baik, Yang Arya Akasagarbha, akan kuuraikan satu persatu kepada kamu sekalian. Pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, melihat gambar Ksitigarbha Bodhisattva dan mendengar sutra ini lalu memuja Beliau dengan dupa, bunga, makanan, minuman, jubah permata dan sebagainya. Atau menghormati Beliau dengan memuji jasa-jasaNya dan memuliakan namaNya. Maka putra-putri yang berbudi tersebut akan memperoleh 28 macam manfaat sebagai berikut:
1. Selalu dilindungi Dewa, Naga, 8 asta Gatya, selamat sentosa.
2. Jasa-jasa dan kebajikan makin bertambah.
3. Terkumpulkan benih kebaikan dari Buddha Dharma.
4. Tidak mundur dari jalan Anuttara Samyak sambodhi
5. Cukup sandang pangan
6. Terhindar dari segala musibah dan wabah penyakit
7. Terhindar dari banjir dan kebakaran
8. Terbebas dari pencurian dan perampokan
9. Selalu disegani orang
10. Selalu mendapat dukungan dan bantuan dari para makhluk suci
11. Yang wanita akan dapat menjadi pria pada kehidupan yang akan datang
12. Dapat dilahirkan sebagai putri raja atau bangsawan Mendapatkan paras muka yang cantik elok disukai orang dimana-mana
13. Selalu dapat kesempatan dilahirkan dialam surga
14. Akan lahir sebagai raja atau kepala negara
15. Dapat mengetahui kehidupan di masa yang silam
16. Cita citanya selalu terkabul
17. Keluarganya selalu tentram dan bahagia
18. Semua malapetaka lenyap
19. Terhindar dari 3 jalur kesengsaraan
20. a jalan bebas hambatan
21. Mimpinya selalu indah
22. Leluhurnya ikut terbebas dari belenggu penderitaan
23. Jika leluhurnya pernah menanam kebaikan, dapat membantunya lahir di surga
24. Mendapat pujian para suciwan
25. Cerdas tangkas, cekatan dan tajam pikirannya
26. Memiliki jiwa yang welas asih
27. Akhirnya akan mencapai ke-Buddha-an
Sang Buddha melanjutkan sabdanya: “Lagi, Yang Arya Akasagarbha, apabila para Dewa, Naga, Malaikat bumi, Malaikat Surga. Para Raja setan, dan pengikutnya, baik yang berada di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, setelah mendengar nama Ksitigarbha Bodhisattva, lalu mereka memberi hormat kepada bodhirupangnya atau mereka pernah mendengar kisah suci Beliau, lalu memuji jasa-jasa Beliau serta menghormatnya dengan tulus iklas, maka mereka akan mendapatkan 7 macam manfaat sebagai berikut:
1. Mereka akan cepat meningkat ke alam yang lebih suci
2. Karma buruk yang diperbuat di masa yang silam akan lenyap
3. Selalu dilindungi oleh para Buddha
4. Kesadaran Bodhi yang telah dicapai takkan menyusut
5. Kekuatan dan kebajikan makin bertambah
6. Memiliki daya pengetahuan di masa silam dan masa yang akan datang
7. Kelak akan menjadi Buddha Ketika hadirin yang berada dalam pertemua agung serta jutaan Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, Delapan Kelompok makhluk dan umat lainnya mendengar Buddha Sakyamuni menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki Maha Prabhava yang tak terperikan. Mereka serentak berseru: “Adbhuta! Adbhuta! Adbhuta!” (hal itu belum pernah terjadi)
Ketika itu Surga Trayastrimsa turun hujan berbagai bunga harum semerbak, jubah surga dan ratna mutu manikam sebagai persembahan puja kepada Sakyamuni Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva. Juga sebagai tanda terima kasih yang mendalam atas jasa-jasa Sang Buddha yang telah memberikan khotbah yang tiada ternilai dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ksatria Sejati Ksitigarbha Bodhisattva.
Kemudian para hadirin bersama-sama memberi hormat kepada Sang Buddha dengan mengatupkan kedua tangannya lalu pergi.
1 komentar:
Saya tidak melihat Bab 10.
Posting Komentar