Berikut kisah kehidupan lampau ksitigarba
“Lagi pada masa lampau beberapa Asankhyeya-Kalpa yang tak terhitungkan, ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama BUDDHA PADMASAMADHISVARARAJA Tathagata, usiaNya mencapai 4 juta koti Asankhyeya Kalpa. Pada masa Saddharma-pratirupaka terdapat seorang putri Brahmana, yang banyak menanam benih kebajikan pada masa kehidupan yang lampau, sehingga kini ia selalu mendapat pujian orang sekitarnya. Di manapun ia berada, apapun yang dilakukannya selalu mendapat perlindungan para dewa. Tapi ibunya menganut ajaran sesat, selalu memfitnah Triratna. Sementara itu putri suci itu dengan berbagai kemudahan-kemudahan menasehati ibunya, supaya mendapatkan pandangan yang benar. Akan tetapi ibunya belum lagi percaya sepenuhnya, sudah ditinggal mati. Arwahnya jatuh ke dalam neraka Avicci. Putri Brahmana itu mengetahui betul bahwa ibunya semasa hidupnya tidak percaya kepada hukum sebab akibat, diperkirakan ibunya akan mengikuti karmanya, niscaya terjatuh ke dalam alam sengasara. Demi menyelamatkan ibunya yang malang itu secepat mungkin, Putri Brahmana itu menjual rumah kediamannya. Kemudian dari hasilnya ia tukar dengan dupa dan bermacam-macam bunga segar serta berbagai alat pujaan lain. Lalu sajian-sajian itu dipersembahkan di vihara-vihara untuk mengadakan puja-bhakti secara khidmat kepada Buddha di masa lampau.”
“Ketika itu putri Brahmana di vihara itu melihat Buddharupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagatha yang agung megah, hal itu membuatnya lebih menghormat dan mengagumiNya. Seraya berkata dalam hatinya, bahwa Buddha ini memiliki gelar yang “Maha Sadar”, memiliki Sarvajna (kebijakan luhur). Jika saja beliau masih berada di dunia iiin aku akan memohon beliau untuk menunjukkan di alam mana ibuku berada setelah ia meninggal dunia, pastilah beliau mau memberitahuku.”
“Pada saat putri Brahmana sedang bersedih dan lama sekali berdiri di depan Buddha rupang tersebut, tiba-tiba terdengar suara dari langit: “Putri yang berbudi, janganlah terlalu bersedih hati. Sekaranga aku akan menunjukkan tempat ibumu berada. Mendengar suara tersebut segeralah putri Brahmana itu mengatupkan kedua telapak tangannya ke arah langit seraya berkata: “Dewa berbudi manakah menghibur hatiku yang duka lara. Sejak ditinggalkan ibu tersayang, siang dan malam aku selalu merindukannya. Entah kepada siapa aku harus bertanya, di alam mana ibuku berada. “Kemudian dtang lagi suara dari langit: “Aku adalah Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata, seorang Buddha masa lampau yang sedang engkau puja. Melihat engkau merindukan ibu melebihi kesedihan umat-umat lain, maka aku datang untuk memberi tahu.”
“Putri Brahmana sangat terharu mendengar sabda Buddha tersebut, lalu ia menyembah dengan sekuat tenaga, sekujur tubuhnya mendekap tanah sehingga anggota badannya terluka dan iapun pingsan. Setelah ditolong orang sekitar vihara itu lama kemudian baru siuman kembali. Lalu ia menengadah ke langit sambil berdoa dan berkata, “Kasihanilah aku Buddha yang termulia, katakanlah segera di alam mana ibuku berada. Sebab jiwa ragaku tak lama lagi akan mati.” “Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata memberi tahu putri Brahmana: “Putri yang berbudi, setelah puja-bhaktimu ini selesai, cepatlah kembali ke rumahmu. Kemudian duduklah bersila di dalam kamar yang bersih dan pusatkanlah pikiranmu, lalu renungkanlah namaku terus menerus, lalu engkau dapat mengetahui di alam mana ibumu berada!”
“Setelah mendengar sabda tersebut Putri Brahmana merasa amat gembira dan lega, bergegas ia memberi hormat kepada Tathagata tersebut lalu pergi. Setiba di rumahnya putri Brahmana duduk bersila dan dengan sepenuh hati merenungkan nama Buddhapadmasamadhisvararaja dengan cara meditasi selama satu hari satu malam.”
“Dalam samadhinya, putri Brahmana itu merasa dirinya berada di pantai laut, air laut nampak bergelora. Banyak binatang buas yang berbadan baja berkejar-kejaran di tengah laut. Di sana juga terdapat ratusan ribu orang, laki-laki dan perempuan. Mereka timbul tenggelam di dalam air laut itu, sebagian dimangsa binatang buas yang ada di situ. Tak berapa lama, datanglah bermacam-macam setan Yaksa, ada yang bertangan banyak, yang bermata banyak, berkaki banyak, berkepala banyak, atau yang taringnya setajam pedang. Mereka berbondong-bondong mengusir orang hukuman itu menuju ke kelompok binatang buas di situ; sebagian setan Yaksa beramai-ramai menangkap orang tersebut, lalu menekuk kepala dan kaki, lalu menggulungnya menjadi gumpalan atau menarik tubuh orang tersebut hingga panjang sekali, atau mematahkan seluruh tulangnya atau menyobek-nyobek dagingnya hingga mati, kemudian mayatnya dibuang ke dalam laut. Tingkah laku mereka sangat kejam, sungguh sangat menakutkan sehingga tak ada seorang pun yang sanggup memandangnya lama-lama. Namun putri Brahmana itu tidak takut sedikitpun. Karena ia telah memuliakan nama Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata.”
“Saat itu datang seorang raja Setan yang bernama Amagadha menyambut putri Brahmana dengan penuh sujud seraya berkata, “Sadhu, Bodhisattva yang mulia! Ada apa gerangan datang ke alam ini ?”
Putri Brahmana bertanya kepada raja Setan: “Apakah nama alam ini? “Ini adalah Maha Cakravada, lapisan laut pertama di sebelah Barat.” Jawab raja Setan.
Putri Brahmana bertanya pula: “Benarkah di tengah-tengah Maha Cakravada terdapat alam Neraka?”
“Betul. Alam neraka persis ditengah-tengahny.” Jawab raja Setan.
“Raja Setan yang budiman!Katakanlah mengapa aku dapat mengunjungi alam neraka ini? Tanya putri Brahmana lagi.
Raja Setan Amagadha menjawab: “Engkau datang ke alam Neraka ini jika bukan karena kekuatan gaib, pastilah karena karma buruk.”
Tanpa salah satu sebab tersebut, sulit datang berkunjung ke alam neraka ini.
Putri Brahmana bertanya kembali: “Mengapa air laut itu mendidih dan di dalamnya banyak orang yang bersalah dan binatang buas?”
Raja Setan Amagadha menjawab: “Orang-orang tersebut datang dari dunia Jambudvipa, mereka mempunya karma berat dan baru meninggal dunia. Tapi selama 49 hari ini tiada seorangpun yang membuat jasa-jasa kebajikan untuk disalurkan kepada mereka, untuk menyelamatkan mereka. Sewaktu mereka berada di dunia, mereka enggan menanam benih kebaikan: Maka tanpa membawa suatu apapun kecuali karma beratnya, kini mereka harus menanggung hasil perbuatannya dan sesuai dengan hukum karma, mereka terjerumus ke alam kesedihan. Sebelumnya mereka harus menyeberangi lautan yang mendidih ini.”
“Disebelah Timur, kira-kira 100 Yojana dari lautan pertama ini terdapat satu lautan lagi dan keadaannya lebih menyedihkan dibandingkan dengan lautan pertama. Lagi di sebelah timur lautan kedua, terdapat satu lautan yang lebih menyedihkan lagi beberapa kali lipat dari lautan kedua!”
“Barangsiapa telah melanggar 3 macam karma (Trikarma), mereka langsung menyebrangi lautan ke alam neraka setelah kehidupan mreka berakhir. Ketiga lautan ini dinamakan Karmasagara.” Demikian Raja Setan menjelaskan.
Selanjutnya putri Brahmana bertanya lagi: “Di mana letaknya neraka itu?”
Jawab Amagdha “Di bawah ketiga lautan ini adalah neraka besar, jumlahnya ratusan ribu dan jenisnya macam-macam. Neraka yang besar berjumlah 18 buah. Yang sedang 500 buah, hukumannya berat sekali dan yang kecil ribuan banyaknya, juga berat hukumanNya.”
Putri Brahmana bertanya pula: “Ibuku juga baru meninggal dunia, entayh di mana arwahnya berada.”
Raja Setan bertanya: “Ketika ibumu masih hidup di dunia apa pekerjaannya?”
Putri Brahmana menjawab: “Ibuku berpandangan sesat, suka memfitnah Triratna. Jika dinasehati ia hanya percaya sebentar, kemudian tidak menghormati Triratna lagi. Meskipun ibuku meninggal belum lama, entah di mana ia kini berada.”
“Siapa nama ibumu dan dari suku apa?” Tanya Raja Setan. “Orang tuaku adalah keturunan Brahmana. Ayahku bernama Silasudharsana dan ibuku bernama Vatri.” Jawab Putri Brahmana.
“Setelah Raja Setan Amagadha mendengar nama ibunya lalu beradara (anjali) dan berkata: “Pulanglah sekarang, Bodhisattva yang mulia! Tinggalkan alam yang menyedihkan ini, kembalilah ke tempat asalmu dan mulai sekarang tak usah cemas dan sedih lagi. Sebab tiga hari yang lalu, seorang terhukum di Neraca Avici bernama Vatri telah terlahirkan di alam Surga dan menurut kabar Vatri itu diberkahi oleh putrinya yang amat menyayanginya, yang pernah mengadakan puja-bhakti di vihara serta stupa Buddhapadmasamadhisvararaja. Maka kali ini bukan saja ibunya terbebaskan dari Neraka Avici, akan tetapi penghuni Neraka Avici yang lainnyapun mendapat kebebasan dan dilahirkan di Surga.”
“Setelah Raja Setan Amagadha selesai memberi penjelasan, iapun memberi hormat dengan adara lalu pergi.”
“Putri Brahmana merasa dirinya bagaikan orang yang baru sadar dari mimpi. Setelah mengakhiri samadhinya, ia merasa sangat riang gembira. Karena ia telah mengetahui asal usul dan sebab musabab itu. Kemudian ia kembali lagi ke vihara dan berikrar di depan Buddha rupang Buddhapadmasamadhisvararaja Tathagata: “Aku berjanji, bahwa selama berkalpa-kalpa yang akan datang aku bertekad akan memberikan kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan segala makhluk yang berdosa agar semua dapat membebaskan dirinya dari belenggu kesengsaraan!”
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Manjusri Bodhisattva: “Ketahuilah, bahwa yang disebut Raja Setan Amagadha itu kini beliau adalah Bodhisattva Dravyasri. Dan Putri Brahmana itu sekarang adalah Bodhisattva Ksitigarbha.”
0 komentar:
Posting Komentar