Sabtu, 28 Januari 2012

Meditasi, Moralistas dan Motivasi ala Buddhis I

Hidup Di Dunia Dengan Dhamma

Oleh : Venerable Ajahn Chah

Ajahn ChahKebanyakan orang masih saja tidak mengetahui inti dari latihan meditasi. Mereka mengira meditasi berjalan, meditasi duduk dan mendengarkan khotbah Dhamma itulah yang disebut berlatih. Itu ada benarnya juga, tetapi hal-hal ini hanyalah penampilan luar saja dari latihan. Latihan yang sebenarnya akan terjadi pada saat pikiran bertemu dengan objek-objek indera. Itulah tempat untuk berlatih, di mana kontak dengan indera terjadi. Bila orang-orang mengatakan hal-hal yang tidak kita sukai, maka akan ada kebencian, jika mereka mengucapkan kata-kata yang kita sukai, maka kita pun senang. Sekarang, di sinilah tempat untuk berlatih. Bagaimana kita akan berlatih dengan hal-hal semacam ini? Ini adalah titik yang sangat penting. Jika kita hanya berlari ke sana ke mari sambil mengejar kebahagiaan dan menghindar dari penderitaan di setiap saat, kita bisa saja berlatih hingga hari kematian kita, namun kita takkan pernah melihat Dhamma. Tidak ada gunanya. Ketika kesenangan dan kesengsaraan muncul, bagaimana kita akan menggunakan Dhamma untuk membebaskan diri dari mereka? Inilah tujuan dari latihan.


Biasanya, ketika orang berhadapan dengan sesuatu yang tidak sejalan dengan mereka, mereka tidak akan membuka diri terhadapnya. Seperti ketika orang dikritik: “Jangan ganggu saya! Mengapa menyalahkan saya?” Ini adalah seseorang yang telah menutup dirinya sendiri. Tepat di sanalah tempat untuk berlatih. Ketika orang mengkritik kita, kita seharusnya mendengarkannya. Apakah mereka berkata benar? Kita seharusnya terbuka dan mempertimbangkan apa yang mereka katakan. Mungkin ada tujuan di balik kata-kata mereka, barangkali memang ada sesuatu yang salah pada diri kita. Mereka mungkin saja benar namun kita dengan cepat menjadi tersinggung. Jika orang menunjukkan kesalahan kita, kita seharusnya berusaha untuk menghilangkan kesalahan tersebut dan memperbaiki diri kita sendiri. Beginilah caranya orang-orang yang cerdas akan berlatih.

Di mana ada kebingungan, maka di sana pula kedamaian bisa muncul. Bila kebingungan ditembus dengan pengertian, yang tersisa adalah kedamaian. Beberapa orang tidak bisa menerima kritik, mereka arogan. Mereka malah berbalik dan berdebat. Hal ini terjadi khususnya ketika orang-orang dewasa berhadapan dengan anak-anak. Sebenarnya, kadangkala anak-anak mungkin mengatakan beberapa hal yang cerdas, tetapi jika, katakanlah, kalian menjadi ibu mereka, kalian tak ingin menyerah begitu saja kepada mereka. Jika kalian adalah seorang guru, kadang-kadang murid-murid kalian mungkin mengatakan sesuatu yang tidak kalian ketahui, tetapi karena kalian adalah sang guru, maka kalian tidak mau mendengar. Ini bukanlah pemikiran yang benar.

Pada zaman Sang Buddha dulu, ada seorang murid yang sangat cerdas. Pada suatu waktu, ketika Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma, beliau berpaling kepada bhikkhu ini dan bertanya, “Sariputta, apakah kamu mempercayai ini?” Yang Mulia Sariputta menjawab, “Belum, saya belum mempercayainya.” Sang Buddha memuji jawabannya. “Bagus sekali, Sariputta, engkau adalah orang yang diberkahi dengan kebijaksanaan. Seseorang yang bijaksana, tidak langsung percaya, dia mendengarkan dengan pikiran yang terbuka dan kemudian mempertimbangkan kebenarannya sebelum mempercayai atau tidak mempercayainya.”

Sekarang, di sini Sang Buddha telah memberikan contoh yang baik sebagai seorang guru. Apa yang dikatakan Yang Mulia Sariputta adalah benar, beliau hanya mengutarakan perasaannya yang sebenarnya. Beberapa orang akan berpikir bahwa untuk mengatakan kalian tidak percaya pada ajaran itu berarti sama seperti tidak menghormati guru tersebut, mereka takut mengatakan hal-hal semacam ini. Mereka hanya setuju dan menerima begitu saja. Beginilah jalan duniawi itu adanya. Tetapi Sang Buddha tidak tersinggung. Beliau mengatakan bahwa kalian tidak perlu merasa malu terhadap hal-hal yang tidak salah atau buruk. Tidak ada salahnya jika kalian berkata bahwa kalian tidak percaya kalau memang kalian tidak mempercayainya. Itulah sebabnya mengapa Yang Mulia Sariputta berkata, “Saya belum mempercayainya.” Sang Buddha memuji beliau. “Bhikkhu ini memiliki kebijaksanaan yang tinggi. Dia mempertimbangkan dengan teliti sebelum mempercayai apa pun.” Tindakan Sang Buddha di sini merupakan suatu contoh yang baik untuk mereka yang menjadi guru bagi yang lain. Kadangkala kalian bisa belajar sesuatu bahkan dari seorang anak kecil; jangan secara membuta melekat begitu saja pada posisi-posisi dalam hirarki kekuasaan.

Apakah kalian sedang berdiri, duduk, atau berjalan di berbagai tempat, kalian selalu dapat mempelajari hal-hal di sekitar kalian. Kita belajar dengan cara yang alamiah, bersifat terbuka pada segala sesuatunya, apakah mereka berupa penglihatan-penglihatan, suara-suara, bau-bauan, rasa-rasa kecapan, perasaan ataupun pikiran-pikiran. Orang yang bijaksana mempertimbangkan mereka semua. Di dalam latihan yang sebenarnya, kita menuju pada suatu titik di mana tiada lagi kekhawatiran apa pun di dalam batin.

Jika kita masih tetap tidak mengetahui rasa suka dan tidak suka begitu mereka muncul, itu artinya masih ada kekhawatiran di dalam batin kita. Jika kita tahu kebenaran dari semua ini, kita merenungkan, “Oh, perasaan suka ini tidak ada apa-apanya. Ia hanyalah perasaan yang muncul dan pergi begitu saja. Ketidaksukaan itu tidak lebih dari suatu perasaan yang muncul dan pergi. Mengapa menganggap seolah-olah mereka itu ada?” Jika kita mengira bahwa kesenangan dan kesengsaraan adalah milik pribadi, maka kita akan menghadapi masalah, kita takkan pernah keluar dari titik di mana kita mengalami kekhawatiran atau yang lainnya, di dalam suatu mata rantai yang tidak terputus. Beginilah keadaannya bagi kebanyakan orang.

Tetapi pada zaman sekarang, orang-orang tidak begitu sering membicarakan tentang batin ketika sedang mengajarkan Dhamma, mereka tidak membicarakan tentang kebenaran. Jika kalian berbicara tentang kebenaran, orang bahkan akan menyangkalnya. Mereka mengatakan hal-hal seperti, “Dia tidak tahu waktu dan tempat, dia tidak tahu bagaimana cara berbicara yang sopan.” Tetapi orang-orang seharusnya mendengarkan kebenaran. Guru yang sejati tidak hanya berbicara dari ingatannya saja, tetapi dia juga mengatakan kebenaran. Orang-orang di dalam masyarakat umum biasanya berbicara dari ingatan mereka saja, tetapi sebaliknya guru yang sejati berbicara tentang kebenaran. Orang-orang di dalam masyarakat umum biasanya berbicara dari ingatan mereka, dan yang lebih parah lagi mereka biasanya berbicara untuk memuja-muji diri mereka sendiri. Bhikkhu yang sejati tidaklah berbicara seperti itu, dia mengatakan kebenaran, tentang sifat-sifat sejati dari segala sesuatunya.

Tidak peduli sekeras apa pun usahanya untuk menjelaskan tentang kebenaran, sungguh sulit bagi orang-orang untuk memahaminya. Sungguh sulit untuk memahami Dhamma. Jika kalian memahami Dhamma, kalian seharusnya mempraktekkannya. Mungkin tidak perlu menjadi bhikkhu, walaupun kehidupan seorang bhikkhu adalah bentuk yang ideal untuk berlatih. Untuk benar-benar berlatih, kalian harus meninggalkan segala kebingungan di dunia ini, melepaskan keluarga dan harta milik, dan pergi ke hutan-hutan. Inilah tempat yang ideal untuk berlatih.

Tetapi jika kita masih memiliki keluarga dan tanggung jawab, bagaimana kita bisa berlatih? Beberapa orang bilang tidak mungkin mempraktekkan Dhamma selagi masih menjadi umat awam. Pertimbangkan hal ini, kelompok mana yang lebih besar, bhikkhu atau umat awam? Umat awam jauh lebih banyak. Sekarang, jika hanya bhikkhu-bhikkhu saja yang berlatih dan umat awam tidak, lalu itu artinya akan ada begitu banyak kebingungan. Ini adalah pemahaman yang salah. “Saya tak bisa menjadi bhikkhu…” Menjadi seorang bhikkhu bukanlah tujuan sebenarnya! Menjadi bhikkhu tidak mempunyai arti sama sekali jika kalian tidak berlatih. Jika kalian benar-benar memahami praktek Dhamma, maka tak peduli apa pun jabatan atau pekerjaan kalian sehari-hari, apakah itu guru, dokter, pegawai sipil atau apa pun itu, kalian dapat mempraktekkan Dhamma di setiap saat.

Untuk berpikir bahwa sebagai umat awam, kalian tidak bisa berlatih, itu artinya kalian telah kehilangan arah sama sekali. Mengapa orang-orang bisa punya motivasi untuk melakukan hal-hal yang lain? Jika mereka merasa kekurangan sesuatu, mereka berusaha untuk mendapatkannya. Jika ada keinginan yang cukup, orang dapat melakukan apa pun. Beberapa orang bilang, “Saya belum ada waktu untuk mempraktekkan Dhamma.” Saya katakan, “Lalu bagaimana kalian bisa mempunyai waktu untuk bernafas?” Bernafas itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika mereka memandang praktek Dhamma sama pentingnya dengan hidup mereka, maka mereka juga akan memandang Dhamma sama pentingnya dengan nafas mereka.

Praktek Dhamma bukanlah sesuatu yang harus kalian kelilingi sambil berlari-lari atau sesuatu yang akan menghabiskan seluruh tenaga kalian. Perhatikan saja perasaan-perasaan yang muncul di dalam pikiran kalian. Bila mata melihat bentuk-bentuk, telinga mendengar suara-suara, hidung mencium aroma-aroma dan seterusnya, mereka semua bergerak menuju pikiran yang menyatu ini, “yang mengetahui.” Sekarang, ketika pikiran mengamati hal-hal ini, apa yang terjadi? Jika kita menyukai objek tersebut, kita akan merasa senang, jika kita tidak menyukainya, kita merasa tidak senang. Itu saja mereka adanya.
Jadi, di manakah kalian akan menemukan kebahagiaan di dunia ini? Apakah kalian mengharapkan agar setiap orang mengucapkan hanya kata-kata yang menyenangkan kalian saja sepanjang hidup kalian? Mungkinkah itu? Tidak, itu tidak mungkin. Jika tidak mungkin, lalu apa yang akan kalian lakukan? Dunia memang seperti ini, kita harus mengetahui dunia – lokavidu – mengetahui kenyataan dari dunia ini. Dunia adalah sesuatu yang seharusnya kita pahami dengan jelas. Sang Buddha hidup di dunia ini, beliau tidak hidup di tempat lain. Beliau menjalani kehidupan berkeluarga, tetapi beliau melihat keterbatasannya dan melepaskan diriNya dari mereka. Sekarang, bagaimana kalian sebagai umat awam, akan berlatih? Jika kalian ingin berlatih, kalian harus berusaha untuk mengikuti sang jalan. Jika kalian berusaha dengan tekun untuk berlatih, kalian juga akan melihat keterbatasan dunia ini dan akan mampu untuk melepaskannya.

Orang yang minum alkohol kadang-kadang berkata, “Saya tidak bisa melepaskannya.” Mengapa mereka tidak bisa melepaskannya? Karena mereka belum melihat kerugian yang ada di dalamnya. Jika mereka melihat dengan jelas kerugiannya, mereka tak akan menunggu hingga disuruh untuk melepaskannya. Jika kalian tidak melihat kerugian dari sesuatu, itu berarti kalian juga tidak dapat melihat manfaat dari melepaskannya. Latihan kalian menjadi sia-sia, kalian hanya bermain-main dengan latihan. Jika kalian melihat dengan jelas kerugian dan manfaat dari sesuatu, kalian tidak perlu lagi menunggu orang lain untuk memberitahukan kalian tentangnya. Coba renungkan cerita mengenai nelayan yang menemukan sesuatu pada jaring penangkap ikannya. Dia tahu ada sesuatu di sana, dia bisa mendengarnya menggelepar di dalam. Menyangka bahwa ia adalah ikan, dia menjulurkan tangannya ke dalam jaring, tetapi hanya menemukan jenis hewan yang lain. Dia belum bisa melihatnya, jadi dia menjadi ragu-ragu. Di tangan yang satu mungkin ikan belut (note: ikan belut dianggap sebagai makanan yang lezat di beberapa daerah di Thailand), tetapi lagi-lagi ia bisa saja seekor ular. Jika dia membuangnya, dia mungkin akan menyesalinya… ia bisa saja seekor ikan belut. Di pihak lain, jika dia terus memegangnya dan jika ternyata ia adalah seekor ular, ia bisa menggigit dirinya. Dia terjebak di dalam keragu-raguan. Nafsu keinginannya begitu kuat sehingga ia terus memegangnya, kalau-kalau saja ia adalah ikan belut, tetapi begitu dia mengangkatnya dan melihat kulit yang bercorak loreng-loreng, dia langsung melemparkannya ke bawah. Dia tidak perlu menunggu seseorang untuk berteriak, “Itu seekor ular, itu seekor ular, lepaskan!” Penglihatan akan ular, memberitahukan apa yang harus dilakukannya secara jauh lebih jelas daripada yang bisa dilakukan dengan kata-kata saja. Mengapa? Karena dia melihat bahaya – ular bisa menggigit! Siapa yang perlu memberitahukannya tentang hal ini? Dengan cara yang sama, jika kita berlatih hingga kita mampu melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, kita tidak akan terlibat dengan hal-hal yang membahayakan.

Orang-orang tidak terbiasa berlatih seperti ini, mereka biasanya berlatih untuk hal-hal lain. Mereka tidak mempertimbangkan segala sesuatunya, mereka tidak merenungkan usia tua, sakit dan kematian. Mereka hanya berbicara tentang hal-hal yang tak berhubungan dengan usia tua dan kematian, jadi mereka tidak pernah mengembangkan perasaan yang benar terhadap praktek Dhamma. Mereka pergi dan mendengarkan khotbah Dhamma, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh menyimaknya. Kadang-kadang saya diundang untuk memberikan ceramah pada acara-acara yang penting, tetapi hal itu hanya akan menjadi gangguan bagi saya saja untuk pergi ke sana. Mengapa demikian? Karena ketika saya memperhatikan orang-orang yang berkumpul di sana, saya bisa melihat bahwa mereka datang bukan untuk mendengarkan Dhamma. Beberapa orang ada yang mulutnya bau alkohol, ada yang merokok, ada yang sedang ngobrol…. mereka sama sekali tidak terlihat seperti orang-orang yang telah meyakini Dhamma. Memberikan ceramah di tempat-tempat seperti itu sungguh kecil manfaatnya. Orang yang tenggelam dalam ketidakpedulian cenderung untuk berpikir hal-hal seperti, “Kapan sih dia akan berhenti berbicara?... Tak bisa melakukan ini, tak bisa melakukan itu…” dan pikiran mereka pun berkeliaran ke mana-mana.

Kadang-kadang, mereka bahkan mengundang saya untuk memberikan ceramah hanya untuk sekedar formalitas belaka: “Tolong berikanlah kami sedikit ceramah Dhamma saja, Yang Mulia.” Mereka tidak ingin saya berbicara terlalu banyak, itu akan mengganggu mereka! Begitu saya mendengar orang-orang berbicara seperti ini, saya sudah tahu apa maksud mereka. Orang-orang ini tidak suka mendengarkan Dhamma. Itu akan mengganggu mereka. Jika saya hanya memberikan ceramah yang sedikit saja, mereka tak akan mengerti. Jika kalian mengambil sedikit saja makanan, apakah cukup? Tentu saja tidak.

Kadang-kadang, ketika saya sedang memberikan ceramah, dan baru saja memulai topik pembicaraan, beberapa orang pemabuk akan berteriak, “Oke, berikan jalan, berikan jalan kepada Yang Mulia, dia akan keluar sekarang!” – mencoba untuk mengalihkan perhatian saya! Jika saya bertemu dengan orang seperti ini, saya mendapat banyak bahan-bahan untuk direnungkan, saya memperoleh suatu pencerahan akan sifat alami manusia. Seperti seseorang yang mendapat sebotol penuh air dan kemudian meminta lebih banyak lagi. Tidak ada tempat lagi untuk menampungnya. Itu semua tidak sepadan dengan waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk mengajari mereka, karena pikiran mereka sudah penuh terlebih dahulu. Tuang lebih banyak lagi dan ia hanya akan meluap dengan sia-sia. Jika botol mereka kosong, akan ada tempat untuk menampung air, dan kedua-duanya, baik yang memberi maupun yang menerima, akan memperoleh manfaatnya.

Dengan cara ini, ketika orang-orang benar-benar tertarik pada Dhamma dan duduk dengan tenang, mendengarkan dengan seksama, saya merasa lebih terinspirasi untuk mengajar. Jika orang tidak memperhatikan, ia sama seperti orang dengan botol yang penuh dengan air… tidak ada ruang kosong lagi untuk menampungnya. Sungguh tidak setimpal dengan waktu yang dihabiskan untuk berbicara dengan mereka. Dalam situasi seperti ini, saya tidak punya tenaga sama sekali untuk mengajar. Kalian tidak bisa berusaha keras untuk memberi, bila tidak ada yang berusaha keras untuk menerima pula.

Pada zaman sekarang, memberikan ceramah cenderung menjadi seperti ini, dan ia menjadi semakin memburuk setiap saat. Orang-orang tidak mencari kebenaran, mereka belajar hanya untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk meniti karir, membangun keluarga dan menjaga diri mereka sendiri. Mereka belajar untuk sebuah mata pencaharian. Mungkin ada beberapa pelajaran Dhamma, tetapi tidak banyak. Para pelajar di zaman sekarang memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan pelajar-pelajar di masa lalu. Semua keperluan mereka dipenuhi, segala sesuatunya menjadi lebih menyenangkan. Tetapi mereka juga menjadi semakin bingung dan menderita dibandingkan sebelumnya. Mengapa demikian? Karena mereka hanya mencari jenis pengetahuan yang dipergunakan untuk meniti karir saja.

Bahkan para bhikkhu juga seperti ini. Kadang-kadang saya mendengar mereka berkata, “Saya menjadi bhikkhu bukan untuk mempraktekkan Dhamma, saya ditahbiskan hanya untuk belajar.” Ini adalah kata-kata dari seseorang yang telah menghentikan latihannya secara total. Tidak ada jalan lagi di depan sana, jalan buntu. Bila bhikkhu-bhikkhu ini mengajar, ia bersumber hanya dari ingatannya saja. Mereka mungkin mengajarkan sesuatu, tetapi pikiran mereka sepenuhnya berada di tempat lain. Cara mengajar seperti ini tidaklah benar.

Beginilah dunia ini. Jika kalian mencoba hidup sederhana, mempraktekkan Dhamma dan hidup dengan damai, mereka bilang kalian itu aneh dan tidak mau bermasyarakat. Mereka bilang kalian menghambat kemajuan di masyarakat. Mereka bahkan menakut-nakuti kalian. Pada akhirnya kalian bahkan mungkin mulai mempercayai mereka dan kembali kepada jalan duniawi, tenggelam lebih dalam dan lebih dalam lagi ke dalam dunia hingga tidak mungkin lagi untuk keluar. Beberapa orang berkata, “Saya tidak bisa keluar sekarang, saya sudah masuk terlalu dalam.” Inilah kecenderungan masyarakat. Mereka tidak menghargai nilai dari Dhamma. Nilai dari Dhamma tidaklah untuk ditemukan di buku-buku. Itu hanyalah penampilan luar saja dari Dhamma, mereka bukanlah pemahaman Dhamma sebagai suatu pengalaman pribadi. Jika kalian memahami Dhamma, kalian memahami batin kalian sendiri, kalian melihat kebenaran di sana. Ketika kebenaran menjadi semakin jelas, ia akan menghentikan arus khayalan dan kebodohan.

Ajaran Sang Buddha adalah kebenaran yang tidak berubah, apakah di saat ini ataupun di waktu yang lain. Sang Buddha membabarkan kebenaran ini 2.500 tahun yang lalu dan sejak saat itu, ia menjadi kebenaran yang sejati. Ajaran ini seharusnya tidak ditambah atau dikurangi. Sang Buddha berkata, “Apa yang telah Tathagata paparkan seharusnya tidak dibuang, apa yang tidak dipaparkan oleh Tathagata seharusnya tidak ditambahkan ke dalam ajaran-ajaran ini.” Beliau “menutup rapat-rapat” ajaran-ajaran ini. Mengapa Sang Buddha menutup mereka rapat-rapat? Karena ajaran-ajaran ini adalah kata-kata yang berasal dari seseorang yang sudah tidak memiliki kekotoran batin. Tidak peduli bagaimana pun dunia ini berubah, ajaran-ajaran ini tidak akan terpengaruh, mereka tak akan berubah dengannya. Jika ada sesuatu yang salah, meskipun jika orang-orang mengatakan ia benar, tidak membuatnya menjadi berkurang salahnya. Jika sesuatu benar, itu tidak akan berubah hanya karena orang-orang mengatakan yang sebaliknya. Generasi demi generasi akan datang dan pergi, tetapi hal-hal ini tidak akan berubah, karena ajaran-ajaran ini adalah kebenaran.

Sekarang, siapakah yang menciptakan kebenaran ini? Kebenaran sendirilah yang menciptakan kebenaran! Apakah Sang Buddha menciptakannya! Tidak, beliau tidak menciptakannya. Sang Buddha hanya menemukan kebenaran, sifat-sifat sejati dari segala sesuatunya, dan kemudian membabarkannya. Kebenaran ini tetaplah benar, terlepas dari apakah seorang Buddha muncul di dunia atau tidak. Sang Buddha hanya “memiliki” Dhamma di dalam konteks ini, beliau tidak benar-benar menciptakannya. Ia telah ada di sini sepanjang masa, namun sebelumnya tidak ada seorang pun yang mencari dan menemukan Yang Tidak Mati tersebut, dan kemudian mengajarkannya sebagai Dhamma. Beliau tidak menciptakannya, ia telah ada di sana terlebih dahulu.

Pada beberapa masa, kebenaran ini bersinar terang dan praktek Dhamma pun berkembang. Seiring dengan berjalannya waktu dan berakhirnya generasi demi generasi, praktek ini menjadi menurun dan berkurang hingga ajaran tersebut sirna sama sekali. Setelah beberapa waktu, ajaran ini ditemukan kembali dan berkembang lagi. Waktu pun terus berlanjut, pengikut-pengikut Dhamma menjadi berlipat ganda, kesejahteraan pun tiba, dan sekali lagi ajaran ini mulai mengikuti kegelapan dunia. Jadi, untuk kesekian kalinya, ia merosot dan menurun, hingga pada suatu saat ia tidak mampu lagi bertahan. Kebingungan pun berkuasa kembali. Lalu kemudian tiba saatnya untuk membangun kembali sang kebenaran. Sebenarnya, kebenaran ini tidak pergi ke mana-mana. Ketika para Buddha wafat, Dhamma tidak ikut hilang bersama mereka.

Dunia berputar seperti ini. Mirip seperti pohon mangga. Pohonnya tumbuh besar, berbunga, dan buah-buah pun muncul dan berkembang hingga masak. Mereka membusuk dan benihnya kembali ke dalam tanah untuk menjadi pohon mangga yang baru. Perputarannya dimulai lagi. Pada akhirnya, terdapat lebih banyak buah-buah masak yang terus jatuh, busuk, terbenam di dalam tanah sebagai benih-benih dan tumbuh kembali menjadi pohon-pohon. Beginilah dunia. Ia tidak pergi terlalu jauh, ia hanya berputar di sekitar hal-hal yang sama.

Kehidupan kita di saat ini juga sama. Hari ini kita hanya melakukan hal-hal yang sama yang selalu kita lakukan pada hari-hari sebelumnya. Orang-orang berpikir terlalu banyak. Ada begitu banyak hal yang membuat mereka tertarik, tetapi tidak satu pun dari mereka yang menuntun kepada penyelesaian. Ada ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, psikologi dan seterusnya. Kalian bisa menggali mereka secara lebih mendalam, tetapi kalian bisa mengakhiri segala sesuatunya hanya dengan kebenaran.

Anggaplah ada sebuah pedati yang sedang ditarik oleh seekor keledai. Roda-rodanya tidak panjang, tetapi jejak rodanya lah yang panjang. Selama keledai itu menarik pedati tersebut, jejak rodanya akan mengikuti. Roda-rodanya bulat, namun jejaknya panjang; jejak rodanya panjang namun roda-rodanya hanya berupa bulatan saja. Hanya memperhatikan pedati yang tidak bergerak itu saja, kalian takkan dapat melihat apa pun yang panjang darinya, tetapi begitu keledai itu mulai bergerak, kalian melihat jejaknya yang membentang di belakang kalian. Selama keledai itu terus menarik, roda-rodanya pun terus berputar… tetapi akan tiba saatnya ketika keledai itu lelah dan melepaskan tali penariknya. Si keledai angkat kaki dan meninggalkan pedati yang kosong itu di sana. Roda-rodanya tidak lagi berputar. Bila saatnya tiba, pedati tersebut akan tercerai berai, bagian-bagiannya akan terurai kembali menjadi keempat unsur-unsur – tanah, air, angin dan api.

Mencari kedamaian di dunia adalah seperti kalian membentangkan jejak roda pedati secara terus-menerus tanpa akhir di belakang kalian. Selama kalian masih mengikuti dunia, tak akan ada penghentian, takkan ada istirahat. Jika kalian berhenti mengikutinya, pedati akan beristirahat, roda-rodanya tidak lagi berputar. Mengikuti dunia akan memutar roda-roda tersebut tanpa henti. Membuat kamma buruk adalah seperti ini. Selama kalian masih mengikuti cara yang lama, maka tidak akan ada penghentian. Jika kalian berhenti, maka akan ada penghentian. Beginilah cara kita mempraktekkan Dhamma.
 
Clairvoyance | Kemampuan Melihat Masa Depan 

Oleh : Ajahn Brahm

meramalTema pembicaraan kita pada malam ini adalah tentang kemampuan melihat masa depan (clairvoyance). Ada berapa orang di antara anda sekalian yang telah meramalkan bahwa saya akan berbicara tentang hal ini pada malam ini ? Dan yang anehnya, kadang-kadang kebanyakan dari kita telah sudah mengetahui apa yang akan terjadi kemudian. Atau mungkin kita pergi ke paranormal atau ke orang-orang yang menyebut diri mereka peramal. Mereka memberikan ramalan. Kadang-kadang mereka benar dan kadang-kadang mereka tidak benar. Dan apa yang terjadi, terutama dengan para bhikkhu yang ada di depan anda ini, karena kami telah bermeditasi untuk waktu yang lama dan orang-orang berpikir kami mempunyai kekuatan supranatural yang hebat.


Seperti yang saya alami ketika saya menghadiri suatu konferensi global pada bulan Juni lalu. Pihak panitianya menginginkan suatu pertunjukan untuk konferensi tersebut. Lalu mereka bertanya, apakah saya bisa "terbang" (levitate) di hadapan umum, karena hal itu akan menjadikan konferensi tersebut sukses besar. Dan saya menolaknya. Mengapa ? Karena para bhikkhu tidak akan pernah mempertunjukkan kekuatan supranatural mereka. Karena jika kami benar-benar melakukan hal-hal seperti meramal nasib di dalam praktek kami, maka tentu saja anda semua akan bertanya kepada saya tentang siapa yang akan memenangkan Piala Melbourne. Dan anda semua akan bertanya kepada saya, "Tolonglah, bisakah anda memberitahukan nomor lotere nya?" Itu namanya mencuri ! Karena jika seseorang membeli lotere atau bertaruh di pacuan kuda, bukankah itu tidak adil ketika anda mencuri kesempatan dengan mencari para bhikkhu atau peramal, dan mencari tahu siapa yang akan menang ? Oleh karena itu kami tidak melakukan hal-hal seperti itu.


Dan juga jika kami mengetahui apa yang akan terjadi dan memberitahukannya kepada orang-orang, lalu bayangkan saja apa yang akan dilakukan oleh pemerintah. Mereka akan mengangkat saya menjadi anggota CIA. Dan saya takkan pernah bisa datang ke Buddhist Center ini lagi karena saya akan menjadi sangat sibuk. Kerjanya hanya meramal peristiwa apa yang akan terjadi, kapan bom akan meledak, atau siapa yang menjadi teroris atau siapa yang bukan teroris. Dan jika anda bisa "terbang" seperti apa yang sudah saya katakan sebelumnya, Pesta Olahraga Persemakmuran di Melbourne akan segera tiba, dan saya akan senantiasa berada di sana di setiap saat, mengikuti pertandingan lompat tinggi. Dan itu akan menjadi sangat tidak adil karena saya mencuri kesempatan dari orang lain. Jadi, kami tidak melakukan hal-hal tsb.

Tetapi orang lain melakukannya. Kadang-kadang bahkan para bhikkhu sendiri. Kadang-kadang anda mengatakan sesuatu dan orang-orang mendengarkan dengan penuh perhatian. Terutama tradisi-tradisi di Asia. Mereka selalu berpikir bahwa bhikkhu-bhikkhu bisa meramal tentang hal-hal ini. Memberikan nomor lotere dan hal-hal semacam itu. Dan sayangnya, kadang-kadang mereka benar. Saya ingat ini ketika saya masih seorang bhikkhu muda, saya sedang menetap di gunung seorang diri di pedalaman Thailand. Dan orang-orang Thai di sana suka bermain lotere. Kami punya sebuah guyonan di Thailand, bahwa tidak seorang pun yang tahu kapan rahib Buddhis bekerja, kapan bulan purnama ataupun setengah bulan purnama tiba. Tetapi mereka semua tahu kapan ada permainan lotere.

Karena itu adalah hari yang paling penting dalam seminggu bagi mereka. Jadi, mereka akan mendatangi saya dua atau tiga hari sebelumnya. Dan mereka akan bertanya, "Begini, anda kan seorang bhikkhu pertapa. Anda pasti sudah menjalani meditasi yang mendalam, jadi anda bisa menolong kami. Bisakah anda memberi kami angka-angkanya?" Dan kadang-kadang mereka akan datang dan memperlihatkan semua bilur-bilur di tangan mereka untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat miskin. Dan mereka akan berkata, "Oh, anda benar-benar tidak memiliki rasa iba, jika anda tidak memberitahukan kami angka-angkanya." Kadang-kadang saya berpikir untuk bilang, "Baiklah, selama kalian membagikan saya 10 persen !"

Tetapi tentu saja kami tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu. Dan pada akhirnya saya hanya berkata kepada mereka, "Tidak, saya tidak bisa mengatakannya." Namun mereka mencoba mengelabui saya. Mereka mulai bertanya kepada saya pertanyaan-pertanyaan seperti, "Berapa lama anda akan tinggal di sini?" Saya bilang saya tidak tahu. "Kapan anda akan pergi?" Dan saya katakan, sekitar dua atau tiga hari lagi. Setelah itu saya mengetahui bahwa ketika saya bilang saya tidak tahu, itu artinya 0 (nol), dua atau tiga hari artinya 5 (lima), dua tambah tiga. Jadi, sebagian besar penduduk desa membeli 50 (limapuluh). Dan bagi orang-orang Thai yang bermain lotere ilegal ini, dua angka terakhir adalah angka lotere yang sebenarnya. Itulah yang mereka beli.

Dan ternyata angka 50 pun keluar. Saya mengetahui hal itu karena keesokan harinya, kepala desa bersama dengan beberapa orang warganya datang mengunjungi saya, dan mereka berkata, "Semua penduduk desa sangat senang dengan anda. Anda adalah seorang bhikkhu yang hebat. Tolonglah anda tinggal di sini selama-lamanya." Itulah yang mereka katakan. Jadi saya pun harus segera angkat kaki dari sana, karena itu bukanlah alasan untuk tinggal dengan bhikkhu, yakni hanya untuk menjadi kaya.

Ada sebuah cerita yg sangat menarik. Tidak berapa lama sesudah Perang Dunia Kedua, ada salah seorang sepupu saya, atau lebih tepatnya sepupu ibu saya. Usianya sekitar delapan belas atau dua puluhan tahun. Hanya untuk bersenang-senang seperti yg dilakukan kebanyakan orang, dia pun pergi menemui salah seorang dari paranormal-paranormal yang terkenal di London. Paranormal ini melihat padanya dan berkata, "Kamu akan menikah dgn seorang pria yg bernama Donald Woofrist." Dia tak pernah mengenal seseorang dengan nama itu. Dan itu bukan nama yang umum. Tidak seperti John Smith atau nama-nama yang umum lainnya. Ini adalah Woofrist. Dan tentu saja dia mengabaikannya. "Itu sesuatu yang tidak mungkin. Cuma hal-hal yang bodoh," pikirnya. Dan beberapa minggu kemudian, dia sedang berada di sebuah pesta dansa dan bertemu dengan seorang pria muda yang baik. Mereka pun berdansa bersama. Dan seperti halnya jika anda berdansa dengan seseorang, maka dia pun bertanya, "Namamu siapa ?" Lalu pria itu menjawab,"Donald." "Dan nama keluargamu?" tanyanya lagi. Dan pria itu menjawab,"Woofrist." Astaga! Dan mereka telah menikah selama 50 atau 60 tahun sekarang dan mereka tetap bersama setelah sekian lama.
Itu sangatlah aneh. Maksud saya, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi. Tidak ada orang yang bisa melakukan hal itu. Itu tak bisa diprediksi. Sudah pasti ada sesuatu di sana. Kadang-kadang ia memang benar-benar menjadi kenyataan. Tetapi ada bahayanya juga. Salah seorang umat Buddha senior di sini di Australia Barat yakni Profesor Jayasuriya. Dia dulunya adalah seorang profesor sosiologi di UWA. Dia menceritakan kepada saya tentang salah seorang sahabat karibnya yang juga seorang profesor, yaitu Profesor Jayatileki(?), yang merupakan seorang umat Buddha yang sangat taat dan telah menulis banyak buku mengenai Buddhisme. Dia adalah orang yang sangat pintar, yang meninggal di usia muda. Alasan mengapa dia meninggal di usia muda adalah karena semasa kuliah, dia juga pernah mengunjungi seorang peramal di sekitar daerah selatan India atau di utara Sri Lanka. Peramal tersebut berkata kepada mahasiswa muda ini bahwa dia kelak akan menikah dengan seorang wanita dengan nama tertentu. Dan tentu saja dia sama sekali tidak pernah mengenal orang dengan nama tersebut. Tetapi kemudian, dia bertemu dengan wanita tersebut dan menikah dengannya. Suatu kebetulan yang tidak mungkin. Sehingga dia menjadi benar-benar percaya kepada peramal itu dan pergi mengunjunginya secara rutin. Tetapi pada suatu hari, peramal ini berkata kepadanya,"Sekarang saya bisa melihat masa depanmu, kamu akan hidup sampai usia tua." Dan karena peramal ini sudah pernah meramalnya dengan begitu tepat, maka dia pun berpikir bahwa si peramal ini akan selalu benar. Jadi ketika dia menginjak usia 40, Profesor Jayatileki(?) mengidap suatu penyakit ringan. Tetapi karena dia diberitahu bahwa dia akan hidup sampai usia tua, maka dia tidak pernah berobat ke dokter. Sampai semuanya sudah terlambat. Dia meninggal pada pertengahan usia 40-an. Dan dia meninggal karena dia tidak berobat ke dokter. Karena dia mempercayai ramalan peramal itu. Secara harfiah dikatakan, kepercayaannya pada si peramal itu telah membunuhnya.

Itulah alasannya mengapa ketika anda mencari peramal, untuk mengetahui masa depan anda atau hal-hal lain yg sejenis dgn itu, satu hal yang ditekankan dgn sangat jelas dalam Buddhisme adalah bahwa anda tidak bisa mempercayai hal-hal ini. Anda tidak tahu apakah ia benar atau tidak. Itulah alasannya mengapa saya menceritakan sebuah kisah dari buku "Membuka Pintu Hati". Tentang satu-satunya orang yang pernah diramal masa depannya oleh Ajahn Chah. Ajahn Chah adalah guru saya di Thailand. Dia adalah seorang bhikkhu yg sangat ketat disiplinnya.

Dia menjalankan semua peraturan dan pantangan yang menjadi kewajiban seorang bhikkhu. Tetapi pada suatu hari, seorang pria datang mengunjunginya. Pria ini adalah salah seorang donatur vihara. Dan dia berkata kepada guru saya Ajahn Chah, "Ajahn Chah, anda adalah seorang meditator yg hebat. Saya yakin bahwa anda telah mencapai pencerahan. Dan banyak orang yang telah tercerahkan akan memiliki kekuatan supranatural. Tolong ramal masa depan saya." Dan sebagai seorang bhikkhu yang baik, Ajahn Chah berkata, "Saya tidak diperbolehkan utk melakukan hal itu. Itu melanggar peraturan kebhikkhuan." Itu adalah alasan yang bagus. Tetapi pria ini tidak mudah untuk ditolak. Dia mengingatkan Ajahn Chah tentang ceramah yang dia berikan baru-baru ini mengenai rasa terima kasih. Dan orang ini mengingatkannya bahwa di masa-masa awal vihara Ajahn Chah, pria inilah yang memberinya makan ketika tidak ada seorang pun yang datang. Bahwa dialah yang mengantarkan Ajahn Chah dari satu tempat ke tempat lain, ketika tidak ada seorang pun yang mau melakukannya. Dia menyisihkan waktu dari pekerjaannya.

Dia bahkan sudah memberikan sumbangan yang besar untuk membangun vihara. Dan pada kenyataannya, tanpa dukungan dari pria ini, Ajahn Chah mungkin tidak akan mempunyai sebuah vihara. "Tentu saja, Ajahn sudah mengajarkan kami tentang rasa terima kasih. Tidak bisakah anda berterima kasih kepada saya atas semua dukungan dan sumbangan yang telah saya berikan, hanya dgn meramal masa depan saya?" Dan itu adalah argumen yang sangat kuat. Ajahn Chah menyadari bahwa dia berada dalam keadaan terjepit. Jadi, dia pun memutuskan hanya untuk satu kali ini saja di dalam hidupnya, dia akan meramal masa depan orang ini. Ajahn Chah berkata, "Ulurkan tangan anda. Saya akan membaca dari garis-garis di telapak tangan anda, bagaimana nasib anda di masa depan." Hanya untuk satu kali ini saja, untuk satu-satunya orang, Ajahn Chah melakukan hal ini. Jadi, anda bisa membayangkan betapa gembiranya pria ini. Tetapi Ajahn Chah tidak terburu-buru. Anda harus berhati-hati tentang hal ini.

Kalau tidak, anda bisa melakukan kesalahan. Jadi, secara perlahan-lahan Ajahn Chah menelusuri garis-garis di telapak tangan pria tsb dengan jarinya. Dan untuk beberapa saat, Ajahn Chah akan berhenti dan berkata, "Hmmm, ini menarik." "Oooh, lihat itu !" "Wah, wah !" Dan setiap kali Ajahn Chah melakukan ini, anda bisa melihat kegembiraan orang ini telah memasuki level yg berikutnya. Sebagaimana yang akan anda lakukan, jika saya yang meramal nasib anda, dan jika anda percaya bahwa saya akan meramal dgn tepat 100 persen, anda akan senang sekali, bukan ? Dan inilah yg terjadi pada pria tsb. Ini bukan Ajahn Brahm, tetapi Ajahn Chah, seorang Arahat yang hebat. Jadi, ketika Ajahn Chah selesai, orang ini sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui masa depannya seperti apa, nasibnya seperti apa. Karena dia tahu Ajahn Chah tidak akan pernah berdusta. Dan Ajahn Chah begitu bijaksana dan sakti, bahwa apa pun yang dia katakan, pasti benar. Dan apa yang selanjutnya dikatakan Ajahn Chah ternyata memang benar. Dia meramal nasib orang ini dengan begitu sempurna. Sungguh menakjubkan. Karena ketika Ajahn Chah berkata, "Saya tahu masa depan anda seperti apa." Dan pria tersebut berkata,"Ya, tolong katakan kepada saya." Dan Ajahn Chah berkata,"Masa depan anda, Tuan ...... adalah tidak pasti."

Dan Ajahn Chah memang tidak salah. Itu adalah seorang guru yang cerdas dan hebat. Karena Ajahn Chah tahu, pria ini tak akan begitu mudah ditolak hanya dgn berkata, "Tidak, saya tidak bisa melakukannya karena tidak sesuai dgn peraturan kebhikkhuan." Jadi, Ajahn Chah mengajarinya, mengapa bhikkhu tidak bisa meramal nasib. Karena nasib anda, masa depan anda, adalah tidak pasti. Tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa meramalnya. Semua yg bisa mereka katakan hanyalah kemungkinan tentang apa yg akan terjadi. Kadang, ada kemungkinan yang benar-benar terjadi. Hanya setelah itu terjadi, baru kita berpikir, "Wah, dia seorang peramal yang hebat!" Anda perhatikan, jika ramalannya tidak terjadi, tidak ada orang yg pergi ke sana lagi, dan dia hanya akan dipuji oleh orang yang masa depannya diramal dengan tepat. Itu adalah salah satu masalahnya. Ketika Ajahn Chah mengajarkan tentang masa depan, dia mengikutsertakan hal itu di dalam ramalan nasibnya, bahwa masa depan itu tidak pasti. Dan itu artinya melihat secara jelas tentang apa yang dimaksud dgn meramal masa depan. Tentu, di sana ada kecenderungan. Hal-hal yang mungkin akan terjadi. Tetapi anda selalu dapat mengubahnya. Hukum Karma di dalam agama Buddha artinya adalah, ya, di sana ada kecenderungan, ada pengaruh-pengaruh. Hal-hal yang menekan dan mendorong anda. Tetapi dgn kebijaksanaan, dgn ketekunan, dgn kecakapan, anda selalu dapat membalikkan segala sesuatunya. Anda tidak ditakdirkan terhadap apa pun di dalam kehidupan. Anda secara konstan, selalu merubah dan menciptakan masa depan anda sendiri. Itulah alasannya mengapa ketika orang-orang bertanya, "Apakah Buddhisme percaya pada sang pencipta?" Dan mereka bilang, "Ya. Anda sendirilah sang penciptanya."

Anda secara terus-menerus menciptakan masa depan anda. Dan itu bukanlah sesuatu yang perlu anda cari di dalam buku, karena anda bisa melihatnya di dalam kehidupan anda sendiri. Pada dasarnya, anda adalah orang yang paling bertanggung jawab atas nasib anda sendiri. Tentu saja kehidupan bisa memberikan anda bahan-bahan baku yang berbeda-beda. Tetapi bagaimana anda menggunakan bahan baku tersebut, sepenuhnya terserah kepada anda. Jadi, bila anda berkata tentang meramal masa depan, tak seorang pun yang bisa meramal itu, karena anda bisa merubahnya, jika anda mau. Ia benar-benar terserah kepada anda.

Dan itu adalah sebuah ajaran yang ampuh, yang jauh lebih baik daripada mengatakan kepada anda, nomor lotere apa yang akan keluar, atau siapa yang akan memenangkan Piala Melbourne, atau apa yg akan terjadi kelak. Karena jika anda meramal masa depan, itu bukan hanya tidak akurat dan menipu orang-orang, tetapi poin yang kedua, anda sudah mengambil bagian yang paling penting dari kehidupan. Ibaratnya seperti memberikan seseorang jawaban dari soal-soal ujian di sekolah. Itu melenyapkan alasan mengapa kita mengikuti ujian di sekolah. Kita mengikuti ujian, karena ujian-ujian ini diberlakukan tidak hanya untuk lulus saja, tetapi mereka ada di sana agar kita bisa belajar. Sekolah tidak hanya untuk mendapatkan gelar saja. Sekolah ada di sana adalah agar kita bisa belajar untuk mendapat ilmu, untuk mengetahui, untuk mencari tahu. Itulah alasannya mengapa kita memiliki universitas dan sekolah-sekolah. Itulah alasannya mengapa kita memiliki sebuah kehidupan. Jadi, ia menghilangkan arti dari kehidupan ini, jika kita bisa meramalkan apa yg akan terjadi. Oleh karena itu, masa depan itu tidak pasti, dan siapa pun yang memiliki pengetahuan tentang apa yg akan terjadi, mereka tidak akan pernah memberitahukan anda, karena kadang-kadang mereka bisa saja salah.

Ada sebuah cerita lain. Ada seorang rekan sesama bhikkhu yang seangkatan dengan saya dan kami bergabung dalam kehidupan kebhikkhuan di Vihara Thai-nya Ajahn Chah. Dia berasal dari Amerika. Ayahnya adalah seorang tentara amerika, seorang kolonel dan dia berasal dari sebuah keluarga yang kaya raya dan tinggal di Pasadena. Di rumah yang besar dengan kolam renang, rumah untuk tamu, segalanya. Dia sangat akrab dgn saya. Kami duduk berdampingan di vihara selama bertahun-tahun. Dia bilang, ketika dia masih kecil, dia mengalami suatu mimpi yang berulang-ulang. Selalu muncul di kolam renang di rumah keluarganya. Dan dia melihat adik perempuannya tenggelam di kolam renang keluarganya itu. Suatu hari dia sedang duduk di kolam renang tsb. Hanya untuk santai-santai, hanya dia seorang diri. Dan mimpi itu pun mulai muncul. Mimpi itu begitu sering muncul, dan memang mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan, karena dia mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia pun turun tangan dan dia berhasil menyelamatkan nyawa adiknya. Karena mimpi itu muncul berkali-kali sehingga dia mampu mengingatnya. Itulah sebenarnya yang telah menyelamatkan nyawa adiknya. Dia berkata bahwa dia juga mengalami mimpi yang lain bertahun-tahun kemudian. Ketika dia sedang berada di New Zealand, pergi berwisata dan bekerja di sana. Pada saat itu dia sedang berada di sebuah rumah bersama beberapa pemuda yg lain. Dan seperti kebanyakan anak-anak muda pada usia itu, mereka mengkonsumsi zat-zat terlarang. Dan dia mengalami sebuah mimpi, bahwa kepolisian New Zealand menyerbu rumah tsb, dan menangkapnya. Dia mengalami mimpi itu berulang kali. Tetapi kali ini, karena kebodohannya sendiri, dia tidak melakukan apa-apa. Dan hal itu pun terjadi. Dia akhirnya dideportasi.

Dengan kedua kejadian tsb, membuatnya yakin bahwa mimpi-mimpi yang dia alami, pasti akan terjadi. Jadi, ketika dia menjadi bhikkhu di Thailand pada masa-masa Perang Vietnam, vihara kami hanya berjarak sekitar satu atau setengah jam dari perbatasan di mana Vietkong dan Khmer Merah bermarkas. Dan di sana adalah wilayah Thailand yang bakal diserang oleh para tentara komunis itu. Bahkan pemerintahan asing dan kedutaan besar di Bangkok benar-benar berpikir bahwa wilayah timur laut Thailand akan jatuh. Ada rencana untuk melakukan pengungsian darurat. Kami diberitahu tentang hal itu. Jadi, itu adalah ancaman yang benar-benar serius. Dan bhikkhu ini selalu mengalami mimpi ini, bahwa ketika penyerangan terhadap wilayah timur laut Thailand yg dilakukan oleh tentara komunis di perbatasan itu terjadi, dia tidak akan selamat. Dia selalu bermimpi berlari menelusuri sawah, dan ditembak oleh tentara komunis. Dan dia begitu yakin dikarenakan dua mimpi yang dia alami sebelumnya menjadi kenyataan. Bahwa ini adalah takdirnya, bahwa dia akan tertembak. Tetapi tentu saja, itu tidak pernah terjadi. Dia memang tertembak, tetapi tertembak di perasaannya. Karena dia jatuh cinta pada seorang gadis, melepas jubah dan menikah. Dan setahun kemudian, dia meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Bukan karena ditembak. Dia keliru.

Ada beberapa kejadian yang saya alami sendiri, ketika anda melihat bahwa kadang-kadang apa yang kita ramalkan bakal terjadi. Tetapi walaupun kita yakin itu akan terjadi, kadang itu tidak terjadi, karena hidup selalu berubah. Hal-hal yang selalu mempengaruhi sesuatu yang disebut nasib. Kita sendiri yang menciptakan nasib. Dan orang lain kadang-kadang mempengaruhinya juga. Jadi, anda tidak bisa memastikan. Itulah sebabnya mengapa saya selalu berkata kepada orang-orang, jangan pernah percaya kepada peramal yang miskin. Jika mereka memang hebat, tentu saja mereka sendiri juga sudah kaya. Jika anda melihat saya bersusah payah mencari dana untuk mendirikan pusat retret kita, mengapa anda malah meminta saya memberikan anda nomor lotere ? Cari saja sendiri !

Kadang, ada suatu penglihatan tentang masa depan, atau melihat apa yang akan terjadi. Atau suatu penglihatan mendalam tentang sifat alami dari segala sesuatunya, dan ini benar-benar aneh. Baiklah, kadang-kadang anda salah. Tetapi orang bertanya, bagaimana mungkin anda kadang-kadang bisa benar ? Bagaimana mungkin seseorang bisa meramalkan sebuah nama seperti Donald Woofrist yang dinikahi oleh sepupu ibu saya ? Bagaimana hal itu bisa terjadi ? Dan tepat di sinilah praktek meditasi Buddhis muncul untuk menjelaskan hal-hal ini. Karena kita semua tahu bahwa di dalam Buddhisme, kita sangat mementingkan sesuatu yang kita sebut pikiran (mind). Dan Buddhisme selalu memiliki enam indera. Tidak hanya lima yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa kecapan, dan sentuhan. Selalu enam. Seperti guyonan saya sebelumnya, bahwa hal itu bukanlah hasil temuan budaya timur. Itu adalah bagian dari warisan budaya barat. Karena Socrates, Plato, Aristoteles, terutama Aristoteles, selalu mengatakan enam indera. Pikiran (mind) juga termasuk. Entah bagaimana, kita kehilangan indera keenam tersebut. Guyonan saya adalah ada suatu masa di dalam sejarah peradaban barat, di mana kita jadi kehilangan pikiran kita / gila (lost our mind). Tinggal lima indera saja yang tersisa. Dan yang menarik adalah, sebenarnya Aristoteles menyebut pikiran itu sebagai indera yang umum (common sense), karena ia bersifat umum (common) terhadap kelima indera (sense) yang lain. Jadi guyonan saya yang kedua adalah bahwa kita juga kehilangan akal sehat (common sense) kita. Kita jadi gila. Kita kehilangan aspek-aspek spiritual dari segala sesuatunya. Dan karena kita tidak pernah menganggap bahwa pikiran itu ada, maka kita sama sekali tidak mengembangkan pikiran. Itulah sebabnya mengapa kita tidak memiliki kemampuan apa pun dalam bidang itu di dunia barat. Jika anda benar-benar mengembangkan pikiran terutama melalui meditasi, pada akhirnya anda akan menjadi kuat. Anda menjadi sangat-sangat kuat. Anda telah mendengar saya menjelaskan tentang retret meditasi. Sekarang saya akan menjelaskannya lagi secara singkat di sini. Ketika energi anda, energi alamiah anda, anda boleh menyebutnya energi spiritual jika anda suka, anda boleh menyebutnya chi atau hawa tubuh atau apapun itu, ketika energi tsb dipakai sampai habis dengan sangat cepat - melakukan aktivitas, datang ke sini, pergi ke sana - itu tidak menyediakan cukup energi hanya untuk pikiran yang murni saja, hanya untuk "Yang Mengetahui" saja. Dan karena kita begitu aktif, begitu banyak melakukan sesuatu, begitu banyak berpikir, maka pikiran kita menjadi sangat sangat lemah. Dua bagian dari pikiran. "Yang Melakukan" dan "Yang Mengetahui". "Yang Melakukan" adalah bagian yang aktif, yang berpikir, yang merencanakan, yang mengeluh, yang menggerakkan tubuh anda, bagian yang melakukan dari pikiran. Bagian yang kedua dari pikiran adalah "Yang Mengetahui", bagian pikiran yang pasif yang menerima informasi. Kita memberikan begitu banyak energi kepada "Yang Melakukan" ini, untuk berpikir, untuk merencanakan, untuk bergerak. Hampir tidak ada energi yang tersisa, hanya untuk "Yang Mengetahui" ini saja. Itulah sebabnya mengapa kita menjadi bodoh. Apa yg anda temukan di dalam meditasi, tujuan sesungguhnya di dalam meditasi, adalah untuk tidak melakukan apa pun, untuk tidak merencanakan, untuk tidak menguasai. Jadi, bagian yg aktif dari pikiran, "Yang Melakukan", menjadi tenang. Ia berhenti menghabiskan energi, sehingga energi pun secara bebas mengalir ke "Yang Mengetahui", ke dalam pikiran, ke dalam kesadaran pasif. Dan ini adalah salah satu alasan mengapa ketika anda mulai bermeditasi, anda mulai mendapatkan kecerahan pikiran, pikiran mulai mendapatkan energi. Anda mulai bisa melihat dan mendengar segala sesuatunya. Menjadi lebih peka terhadap dunia di sekitar anda. Dan itulah yang biasanya dialami oleh para meditator, yg meningkatkan kecerahan, kebahagiaan. Kesadaran menjadi lebih bertenaga. Guru meditasi saya menciptakan sebuah sebutan, yaitu kesadaran yang bertenaga, karena memang itulah yang terasa. Anda bisa melihat jauh lebih dalam lagi tentang segala sesuatunya. Anda bisa mendengar lebih dalam, anda bisa merasakan lebih dalam, anda bisa melihat lebih dalam lagi. Dan anda juga bisa mengetahui secara jauh lebih dalam lagi.

Pengalaman-pengalaman yang saya alami sendiri, pada masa-masa awal saya sebagai seorang meditator. Kadang, saya hanya pergi ke luar dan melihat ke langit di malam hari. Sungguh menakjubkan, ia sungguh luar biasa. Apa pun yang anda lihat, kelihatannya menjadi lebih dalam, lebih kaya, corak dan warnanya. Ada suatu saat di dalam retret meditasi, ketika anda melihat ke karpet, seperti karpet yang ada di depan anda sekarang ini, ini adalah karpet yang sudah usang yang dibeli oleh umat Buddha, ia sudah bertahan untuk waktu yang lama. Tetapi ada berapa orang di antara anda semua yang benar-benar melihat ke karpet ini dan melihat betapa indahnya ia. Dan anda berpikir,"Kenapa ? Ini kan cuma karpet yang sudah usang, itu saja." Apa yg terjadi, kadang-kadang ketika anda mengalami meditasi yang mendalam, ketika pikiran anda menjadi begitu kuat, energinya mulai meningkat, dan anda melihat selembar karpet ini, ia terlihat menjadi begitu indah. Dan anda pun mulai melihat begitu banyak warna yang berbeda-beda di sana. Begitu banyak bentuk. Anda melihat jauh lebih banyak lagi dari selembar karpet yang sederhana ini, yg tidak pernah anda lihat seumur hidup anda, dan ia menjadi benar-benar indah. Memikat, dan penuh dgn detil-detil yang tidak pernah anda duga sebelumnya. Saya menyebutnya kesadaran yang bertenaga, hanya karena ia menunjukkan bahwa karpet adalah selalu seperti itu.

Tetapi sekarang pikiran anda menjadi kuat. Anda bisa melihat secara jauh lebih mendalam lagi tentang apa yang sedang terjadi di sana. Dan itu adalah bagian dari meditasi, untuk membuat pikiran menjadi lebih dan lebih kuat lagi, dgn membuatnya menjadi lebih dan lebih tenang lagi. Dan membiarkan, bukan melakukan, tetapi hanya mengetahui. Inilah cara kita untuk memperkuat pikiran, dan kadang-kadang pikiran anda menjadi begitu kuat, karena anda sangat tenang, tidak banyak melakukan kegiatan. Anda pun bisa memahami dari mana kekuatan supranatural itu datang. Pikiran kita menjadi bertenaga. Dan pikiran yg kuat adalah sama seperti tubuh yang kuat, mampu melakukan hal-hal yang bagi orang lain merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Dan pikiran yg kuat itulah yang menimbulkan kemampuan untuk melihat masa depan.

Tetapi peramal yg tulen, orang yang benar-benar mengetahui, tidak akan pernah berkata, "Inilah yg akan terjadi kelak." Ketika semua yg mereka lihat hanyalah berupa kecenderungan, maka mereka akan berkata,"Inilah yang cenderung akan terjadi." Anda bisa melihat, bukan secara detil tentang masa depan, melainkan arus menuju masa depan. Dan satu hal yang akan selalu dikatakan oleh orang yang bijaksana, "Ketika anda melihat arus menuju masa depan, anda bisa melihat bahwa dunia ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Anda bisa melihat sifat-sifat dari manusia. Kita akan mempertahankan agar kehidupan ini terus berlangsung, dengan satu atau lain cara, ... selama berabad-abad." Anda tidak harus menjadi peramal untuk bisa melihat hal itu. Tetapi tentu saja kadangkala ramalan-ramalan itu dibuat orang-orang karena ada maksud tersembunyi. Mereka meramalkannya hanya untuk menakut-nakuti anda. Tetapi kenyataan yg sebenarnya adalah dia mampu melihat bahwa itu tidak akan pernah terjadi. Sesuai dengan sifat manusia yang selalu bisa beradaptasi. Melihat masa depan artinya adalah melihat secara jelas. Seseorang mengatakan hal ini kepada saya suatu hari, "Lihatlah, begitu banyak angin topan, gelombang tsunami, gempa bumi. Itu adalah sebuah pertanda. Kiamat sedang berlangsung !" Dan saya katakan, "Anda tidak melihat dgn jelas. Itu bukan melihat masa depan." Kadang, orang-orang selalu memusatkan perhatian pada apa yang salah. Tetapi saya bilang, "Berapa banyak angin topan yang tidak terjadi minggu lalu ? Berapa banyak gempa bumi yang tidak terjadi di dunia ? Berapa banyak gelombang tsunami yg tidak muncul ?" Dan itu jauh lebih banyak. Untuk menjadi peramal yg sebenarnya, kita harus melihat secara keseluruhan. Dan secara keseluruhan itu adalah, ya, kadang-kadang hal-hal ini terjadi, kadang-kadang tidak. Kebanyakan tidak terjadi. Dan umat manusia selalu beradaptasi. Jadi, dunia ini tidak akan berakhir dengan begitu cepat.

Tetapi bila kita memiliki ramalan-ramalan ini, kita seharusnya selalu mempergunakan mereka dengan bijaksana. Hal-hal ini hanya memberitahukan kita secara kasar, apa yg bakal terjadi, dan itu terserah kepada kita untuk tidak menjadi korban dari kepercayaan seperti ini, melainkan untuk memanfaatkannya. Itulah sebabnya Hukum Karma tidak mengatakan, "Saya sudah ditakdirkan menjadi seperti ini untuk selama-lamanya !" Jika anda jelek, anda tidak ditakdirkan untuk menjadi jelek. Anda bisa melakukan operasi pengangkatan wajah di zaman sekarang. Sungguh menakjubkan melihat bagaimana anda bisa mengubah karma anda. Apapun itu, selalu ada sesuatu di sana yang bisa kita lakukan terhadapnya. Tetapi itu hanyalah salah satu bagian dari melihat masa depan. Begitu anda memahami bagaimana pikiran bisa dikembangkan, anda akan bisa memahami bagaimana hal-hal ini bisa dilakukan. Dan kadang-kadang mereka benar-benar terjadi. Dan mereka terjadi adalah justru ketika anda tidak bisa meramalkannya. Anda tidak bisa membuatnya terjadi. Hal yg menarik adalah bahwa orang-orang yang mengembangkan kekuatan-kekuatan supranatural itu, mereka tidak mampu mengaturnya. Ia tidak seperti meramal berdasarkan permintaan. Seperti misalnya, "Bisakah anda memberitahukan masa depan saya?" Dan kemudian berusaha untuk mengaturnya, karena tiap-tiap kejadian penglihatan masa depan atau kekuatan supranatural ini, akan muncul dari ketenangan pikiran, ketika ia tidak melakukan apa pun. Jika anda mencoba melakukan sesuatu, ia selalu menjadi kacau balau. Anda tidak bisa memaksakan hal-hal ini. Ia terjadi karena adanya sebab-sebab alamiah. Anda harus mempertahankan sebab-sebab alamiah tersebut. Bahkan kekuatan supranatural untuk terbang, terkadang ada sebab-sebab alamiah yang menyebabkan hal itu terjadi. Jika sebab-sebab itu tidak ada, ia tidak akan terjadi.Sekarang, ada sebuah kisah yang sering saya ceritakan tentang melayang di udara (levitate). Ini adalah sebuah cerita dari sutta-sutta kuno. Sebuah cerita mengenai seorang bhikkhu yg tinggal di hutan selama bertahun-tahun lamanya. Dan dia belajar untuk melayang di udara, untuk terbang ke angkasa. Dan dia selalu pergi di pagi hari, berlatih setiap pagi di hutan untuk terbang ke angkasa. Itu adalah tindakan yang sangat berbahaya, hanya karena seseorang melihatnya. Dan ketika mereka melihatnya, dia mulai menjadi terkenal. Bayangkan saja, jika anda melihat seseorang terbang di langit, apa yang akan anda lakukan ? Anda akan memberitahukan ke teman-teman anda, atau mungkin dia sendiri yg akan memberitahukan, supaya mereka bisa melihatnya. Akhirnya, berita tersebut sampai kepada sang raja, dan sang raja menyadari bahwa seseorang yang bisa terbang ke angkasa tentunya adalah seorang meditator yang sangat sangat hebat, dan mungkin dia adalah orang yg bijaksana pula. Jadi dia ingin mengundang bhikkhu ini untuk datang dan mendemonstrasikan kemampuannya serta untuk menjadi penasehatnya, semacam penasehat spiritual bagi sang raja. Jadi, dia mengundang bhikkhu ini untuk datang ke istana. Dan tentu saja bhikkhu ini menolak. "Tidak, saya adalah seorang bhikkhu hutan. Saya senang tinggal di hutan. Di sini sangat nyaman dan damai. Saya tidak mau tinggal di istana !" Namun setelah ditolak oleh bhikkhu ini, sang raja kemudian mengirimkan tentaranya untuk menjemput bhikkhu ini, sehingga bhikkhu ini pun terpaksa pergi ke istana. Tetapi sang raja sangat baik. Dia menyediakan satu bagian dari wilayah istananya untuk dibuat menjadi sebuah hutan kecil untuk bhikkhu ini. Jadi, sang raja pun membawa bhikkhu ini ke istananya, dan membawanya ke sebuah gubuk kecil yg nyaman, di dalam sebuah hutan kecil yg nyaman pula. Dan bhikkhu ini cukup bahagia di sana. Sang raja akan datang dan memberikannya sejumlah makanan, dan bertanya kepadanya beberapa pertanyaan tentang Dhamma, tentang kehidupan, kebijaksanaan dan seterusnya. Dan sang bhikkhu akan "terbang" di setiap paginya, dan sang raja akan melihatnya dan terinspirasi, bahwa hal-hal ini benar-benar terjadi. Tetapi kemudian masalahnya adalah, pada suatu hari, sang raja sangat sibuk, jadi dia pun mengirim salah seorang putrinya untuk membawakan makanan untuk bhikkhu ini. Dan ini adalah seorang wanita muda yg sangat-sangat cantik, seperti putri-putri raja pada umumnya. Ketika dia membawakan makanan untuk bhikkhu ini, sang bhikkhu juga sedang dalam perjalanan kembali dari "penerbangan" pagi harinya. Dan dari angkasa sana, dia melihat putri raja ini. Sang bhikkhu begitu terpesona pada kecantikan sang putri. Dan dia pun punya sedikit waktu lagi ... sebelum akhirnya dia jatuh dan terjerembab ke tanah ! Dia kehilangan kemampuan terbangnya tepat pada saat itu dan untuk seterusnya, karena dia begitu terpesona pada kecantikan sang putri raja.

Anda menyadari akan bahayanya, betapa begitu sensitifnya kekuatan supranatural itu. Mereka muncul karena ada penyebabnya, yaitu kemurnian pikiran. Meditasi mendalam dan kesederhanaan. Dan anda menyadari bahwa anda tidak bisa melakukan hal itu di kota-kota besar. Jadi, anda pun kembali ke hutan. Dan menurut cerita tsb, diperlukan waktu sekitar tiga tahun untuk mengembalikan kemampuan supranatural sang bhikkhu tsb. Itu sangat sensitif. Kemampuan melihat masa depan yg sebenarnya, kekuatan supranatural yg sebenarnya, anda harus memiliki pikiran yg sangat-sangat murni untuk mendapatkannya. Hal itu sebenarnya cukup bagus untuk beberapa alasan, karena ia seperti mekanisme pengaman. Jika ada yg menyalahgunakan kekuatan-kekuatan itu, seperti misalnya menggunakannya untuk keuntungan pribadi, hanya sekedar untuk dipamerkan, "Hei, lihatlah saya !" Jika anda memiliki tingkatan ego dan nafsu seperti itu, maka anda akan kehilangan semua kemampuan itu. Anda menyalahgunakannya, maka anda akan kehilangannya. Dahulu kala, terdapat beberapa orang suci, dan bahkan di masa sekarang juga ada, yang dikenal memiliki kekuatan-kekuatan supranatural seperti ini. Mereka bisa melakukan hal-hal yg menakjubkan orang-orang. Kadang-kadang orang memperhatikan mereka, dan ia kelihatan begitu nyata. Mereka tidak memperhatikan bahwa kadang-kadang mereka memiliki kekuatan-kekuatan ini ketika mereka masih muda. Tetapi mereka cenderung kehilangan beberapa kekuatan tsb seiring perjalanan hidup mereka. Dan alasannya adalah karena kadang-kadang mereka melupakan kemurnian dari gaya hidup mereka, kemurnian dari motivasi mereka. Dan karena mereka terjebak di dalam hal-hal duniawi, mereka kehilangannya. Itulah yg kadang-kadang terjadi.

Jadi, seorang peramal yang tulen, orang yg benar-benar memiliki kekuatan-kekuatan seperti ini. mereka muncul dari pikiran yang damai. Suatu gaya hidup yang sederhana. Hati yang sangat-sangat murni. Tidak egois. Selalu memberi. Orang-orang semacam ini memiliki pikiran yang sangat kuat. Mereka menjalani meditasi yang mendalam. Mereka bisa mendapatkan kekuatan-kekuatan itu, tetapi mereka tidak akan menggunakannya untuk kepentingan pribadi mereka. Kadang mereka bahkan tidak akan menggunakannya sama sekali. Mereka akan menyembunyikannya, semata-mata demi untuk kesederhanaan, demi untuk mengajarkan Dhamma, karena hal itulah yang ingin mereka berikan kepada orang-orang. Baiklah, jadi anda bisa terbang ke udara. Lalu memangnya kenapa ? Apa tujuannya ? Sekarang, jika bhikkhu benar-benar melakukan hal itu, mereka hanya akan menjadi pemain sirkus, hanya itu saja. Hanya orang-orang aneh, hal-hal yang aneh. Dan juga jika anda memiliki semua kemampuan itu, maka para ilmuwan dan psikolog akan memasang segala jenis peralatan, untuk mencoba menemukan bagaimana anda melakukannya, atau mencoba untuk membantahnya. Dan anda tidak akan pernah menemukan kedamaian. Dan juga dengan mampu melakukan hal-hal seperti itu, bukan merupakan tujuan dari hidup ini. Tujuan hidup yang sebenarnya adalah kebijaksanaan, kedamaian, kemurahan hati. Kadang-kadang dengan mengetahui bahwa hal-hal ini memang ada, bisa menjadi inspirasi, tetapi ada sesuatu yang jauh lebih penting di dalam kehidupan: mengetahui bahwa kedamaian itu ada, mengetahui bahwa kebahagiaan itu ada, mengetahui bahwa kebijaksanaan itu ada.

Jadi, ketika Sang Buddha memberikan ramalannya, beliau akan meramalkan hal-hal sesuai dengan sebab dan akibat, dengan berkata, "Lihat, jika anda mengembangkan kebaikan dan kemurahan hati di dalam hidup anda, maka anda akan menjadi kaya." Bukan kaya dengan uang yang melimpah, tetapi kaya akan kebahagiaan. Jika anda memaafkan orang lain, anda akan memiliki banyak teman, dan anda akan memperoleh kedamaian di hati anda. Itulah ramalan. Apa yang Sang Buddha katakan adalah jika anda menempatkan sebab-sebab tsb pada tempatnya, inilah yang akan terjadi. Dan ramalan-ramalan seperti itulah yang suka diberikan oleh Buddhisme. Jika anda murah hati, anda akan memperoleh banyak kebahagiaan.

Saya selalu teringat tentang sumbangan, kebaikan yg pernah saya berikan di kehidupan saya sebagai seorang bhikkhu, dan terutama sebelum saya menjadi bhikkhu. Sesuatu yang sedikit, yang saya berikan. Salah satu pemberian terbesar yang pernah saya berikan, sumbangan untuk vihara, adalah ketika saya masih seorang mahasiswa, seorang mahasiswa yang miskin. Saya pergi mendengarkan ceramah yang diberikan oleh seorang bhiksuni Tibet, dan dia tidak berbicara banyak tentang Buddhisme secara teoritis. Yang dia lakukan adalah menceritakan tentang sebuah panti asuhan yang dia pimpin, yang terletak di sekitar utara India. Saya berpikir betapa mulianya bhiksuni tersebut. Jadi, pada keesokan paginya, saya begitu terinspirasi. Saya pergi ke bank. Saya mengambil 10 pound, saat itu sekitar tahun 1969 atau 1970. Anda mungkin tidak menganggap itu jumlah yg banyak, tetapi bagi saya itu adalah uang jatah makan saya selama dua minggu. Saya menjadi kelaparan dikarenakan sumbangan itu. Saya sungguh menderita secara lahiriah. Namun saya tidak pernah menyesalinya. Itu adalah salah satu sumbangan terbesar yang pernah saya berikan. Saya tidak pernah menyesalinya karena hal itu memberikan kebahagiaan batiniah yg begitu besar kepada saya setiap kali saya mengingatnya. Hal kecil seperti itu, membuktikan kebenaran ramalan Sang Buddha: jika anda berbaik hati kepada seseorang, maka anda akan selalu memperoleh banyak kebahagiaan sebagai imbalannya. Kita menyebutnya investasi yang kecil, keuntungan yang besar. Pasar saham, anda tidak pernah bisa mempercayainya, anda tidak bisa meramalnya. Tetapi hukum karma, kemurahan hati, anda selalu bisa meramalnya. Hanya memaafkan, ketika seseorang menyakiti atau melukai anda. Anda hanya memaafkan mereka. Sungguh menakjubkan bahwa anda bisa meramalkan bagaimana membawa kedamaian dan kerukunan di dunia ini. Terutama bagi dunia anda khususnya. Anda bisa meramalkan bahwa jika anda murah hati dan baik, anda menolong makhluk-makhluk lain, maka makhluk-makhluk lain akan baik dan murah hati terhadap anda. Anda bisa meramalkan hal itu. Saya menghabiskan kehidupan saya sebagai seorang bhikkhu dengan mencoba berbaik hati dan murah hati dan memberikan apa yg bisa saya berikan. Saya tidak bisa memberikan uang, tetapi paling tidak saya bisa memberikan waktu saya. Dan sebentar lagi saya akan melakukan perjalanan ke luar negeri. Saya tidak begitu membutuhkan asuransi. Asuransi saya adalah karma baik saya. Jika saya jatuh sakit ketika saya berada di Thailand, orang-orang akan berkelahi dan berebut untuk merawat saya. "Tolong datang ke rumah sakit saya." "Tidak, anda sudah ke rumah sakit itu sebelumnya, tolong datang ke tempat saya saja." Sama seperti di London atau di Amerika, begitu banyak orang yang merawat anda. Itulah sebabnya mengapa ketika saya sakit, saya mencoba untuk menyembunyikannya. Bilamana saya jatuh sakit, beraneka ragam jenis obat-obatan akan disodorkan kepada saya. Dan setiap orang berkata, "Saya membawakan obat yg istimewa ini untuk anda Ajahn Brahm, tolong terimalah..." Lalu seseorang yang lain pun datang dan berkata, "Saya membawakan obat yg istimewa ini, tolong ambil yg ini juga..." Dan seseorang yg lain datang, "Tidak, tolong ambil punya saya..." Dan mereka tidak akan pergi sampai saya berjanji untuk menerimanya. Jadi, saya harus mengambil dan memakan semuanya, dan itulah yang membuat saya jadi benar-benar sakit !

Jadi, dengan cara ini kita meramal masa depan, kebaikan dan kemurahan hati, itulah yang bisa kita ramal. Tetapi orang-orang tidak tertarik dengan hal itu. Mereka hanya ingin tahu siapa yang akan memenangkan Piala Melbourne. Mereka ingin tahu bagaimana saham-saham akan bergerak. Mereka ingin tahu apa yang akan terjadi di masa depan, siapa yang akan mereka nikahi, kapan mereka seharusnya melakukan ini dan melakukan itu. Dan tentu saja, itu adalah ramalan dari orang-orang yang bodoh. Jadi tolong, ketika kita membicarakan tentang ramal-meramal, pahamilah ia: ya, kadang-kadang ia benar, tetapi kadang-kadang ia salah. Anda tidak bisa mempercayainya. Jadi anda harus berhati-hati.


Saya tertarik untuk menceritakan sebuah kisah tentang Lima Malaikat, tetapi saya rasa saya sudah sering menceritakannya sebelumnya. Ia ada di buku saya yg berjudul Membuka Pintu Hati. Baiklah, itu adalah sebuah cerita yang bagus tentang apa yg terjadi dengan ramalan-ramalan. Karena ini adalah tentang mimpi yang sempurna. Kadang-kadang anda pernah mengalami mimpi-mimpi yang kelihatannya begitu nyata, dan kadang mereka benar-benar terjadi. Hanya setelah benar-benar terjadi, barulah anda memahami apa makna dari mimpi itu sebenarnya. Ada seorang pria yang tinggal di Perth beberapa tahun yang lalu. Dia bermimpi tentang lima malaikat, dan setiap malaikat mempunyai lima kendi yang terisi penuh dengan emas. Dan malaikat-malaikat itu antri untuk memberikan dua puluh lima kendi penuh emas itu kepada pria tsb. Pemberian yg sungguh berlimpah. Dan begitu dia menerima kendi emas yg terakhir, seperti yg biasanya terjadi pada mimpi-mimpi seperti itu, dia pun terbangun, di kamar tidurnya. Tidak ada satu pun malaikat di kamar tidurnya. Tetapi yg lebih celaka lagi, tidak ada satu pun kendi emas. Itu hanyalah sebuah mimpi. Namun, ketika dia turun ke bawah, secara mengejutkan dia menemukan bahwa istrinya pada pagi itu telah membuatkan lima kue bolu dan lima roti panggang untuknya. Itu agak aneh, ada apa dengan angka keramat lima ini ? Anda bisa menebak apa yg terjadi, ketika dia membaca suratkabar, dia menyadari bahwa hari itu adalah tanggal 5 Mei, dan Mei adalah bulan ke lima. Kadang-kadang anda memiliki semacam pemahaman bahwa ada sesuatu yang berbau mistis di sana. Bahwa sesuatu memang sedang terjadi. Jadi, dia pun melihat ke bagian belakang suratkabar. Pacuan kuda ! Dan seperti anda-anda yg tinggal di daerah ini ketahui, ada sebuah tempat pacuan kuda yang bernama Ascot. Dia memperhatikan: A-S-C-O-T, lima huruf ! Jadi, dia langsung melihat ke pacuan nomor lima. Anda bisa membayangkan betapa terkejutnya dia ketika mengetahui bahwa kuda nomor lima bernama "Lima Malaikat" ! Sekarang, kebetulan-kebetulan seperti itu tidak mungkin bisa terjadi. Jadi, dia permisi keluar kantor pada siang harinya, dia tidak pernah memberitahu istrinya, dia mengambil uang sebesar lima ribu dollar di bank untuk bertaruh angka keberuntungan lima. Dia pergi ke tempat pacuan kuda, dia memilih bandar nomor lima, untuk mempertahankan angka keberuntungan lima, lima ribu dollar, pacuan nomor lima, untuk kemenangan kuda nomor lima, si Lima Malaikat. Itu tidak mungkin suatu kebetulan belaka, ia tidak mungkin salah. Angka keberuntungan lima tidak mungkin bisa salah. Dan ternyata ia memang tidak salah. Karena setelah mencapai garis finish, kuda andalannya berada di urutan ... ke lima.

Seringkali kita mensalahartikan apa yang akan terjadi. Jadi, kadang-kadang kita tidak bisa mempercayai prediksi-prediksi dan ramalan-ramalan seperti itu. Jadi, sumber-sumber ramalan yg didapat dari tukang ramal, paranormal, dari bhikkhu atau apa pun itu, tolong jangan pernah percaya pada mereka. Jangan gantungkan hidup anda pada ramalan-ramalan itu, karena ia tidak pasti. Dan pada akhirnya akan terungkap. Seorang peramal yang hebat, orang seperti Ajahn Chah, akan selalu berkata sejak awal, bahwa hidup adalah tidak pasti. Masa depan itu tidak pasti. Anda tidak bisa meramalnya. Jadi, berhentilah merencanakan dan mengkhawatirkan hal-hal ini. Adalah merupakan seorang peramal yg hebat untuk bisa mengetahui bahwa masa depan itu tidak pasti, karena anda tidak tahu apa yang akan terjadi. Mengagumkan bukan ? Yang artinya anda tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa.

Pada hari Senin, saya akan mulai melakukan perjalanan ke luar negeri. Saya tidak tahu berapa penerbangan yang harus saya jalani. Mungkin 20 atau 30. Jadi, kemungkinan untuk mengalami semacam kecelakaan bagi saya, sebenarnya cukup tinggi. Saya mungkin akan diserang teroris, dan diledakkan di ketinggian 30.000 kaki. Tetapi saya selalu berkata kepada orang-orang tentang tiga keuntungan dengan diledakkan di dalam pesawat pada ketinggian 30.000 kaki. Anda masih ingat ketiga keuntungan tsb ? Yang pertama, anda akan dikremasi seketika itu juga, jadi anda tidak perlu membayar seorang pengurus pemakaman. Yang kedua, perusahaan penerbangan akan memberikan santunan/ganti rugi, asuransi. Jadi, anda sebenarnya dibayar untuk mati. Dan yang ketiga, dengan mati di atas sana, anda kan sudah setengah jalan menuju ke surga.... Jadi, ada banyak sekali keuntungannya. Mengapa setiap kali kita melihat ramalan, kita selalu berpikir tentang hal-hal negatif yang akan terjadi. Begitu banyak kekhawatiran akan masa depan, ketika kita meramalkan hal-hal terburuk yg akan terjadi pada kita. Itu bukan meramal namanya. Itu seperti phobia pada masa depan. Kita selalu melihat hal-hal buruk yg akan terjadi. Dan cara Buddhisme adalah untuk tidak melihat pada hal-hal buruk yg akan terjadi, tetapi untuk melihat pada hal-hal baik yg mungkin akan terjadi. Saya akan mengakhiri dengan sebuah cerita yang tidak bisa saya tulis di buku saya, karena berhubungan dengan masalah hak cipta. Tetapi saya boleh menceritakannya. Ada sebuah cerita tentang Winny The Pooh. Pada suatu malam Winny The Pooh dan Picklet sedang berjalan di hutan, di tengah hujan badai. Mereka berada jauh dari rumah. Badai menjadi semakin hebat. Ranting-ranting berjatuhan, dan kemudian pohon-pohon tercerabut dari tanah oleh angin topan. Dan mereka sangat takut. Pada suatu ketika, pada saat badai mengalami puncaknya, si kecil Picklet, sahabat Winny The Pooh, begitu takutnya sampai-sampai dia tidak bisa berjalan lagi. Dia memandang Winny The Pooh dan berkata, "Saya tidak bisa berjalan lagi. Saya sangat takut. Apa yg akan terjadi jika pohonnya jatuh, ketika kita berada di bawahnya?" Dan itu adalah suatu kemungkinan yang nyata. Untuk beberapa saat, bahkan Winny The Pooh sendiri juga takut. Tetapi dia memiliki kebijaksanaan. Dan dia menjawab, "Apa yang akan terjadi jika pohonnya tidak jatuh menimpa kita ketika kita berada di bawahnya ?" Dan itulah akhir dari rasa takut. Ketika kita meramalkan masa depan, mengapa kita selalu berpikir tentang hal-hal buruk yg akan terjadi ? Mengapa kita selalu khawatir tentang kegagalan ? Mengapa kita tidak bisa meramalkan masa depan ? Karena ia tidak pasti. Jadi, mengapa kita tidak meramal dengan cara yang positif ? Bukan pada hal-hal buruk yang akan terjadi, tetapi pada hal-hal baik yang akan terjadi. Jadi, jika anda akan menikah, daripada memikirkan tentang hal-hal buruk yg mungkin terjadi, bagaimana kalau berpikir tentang hal-hal baik yg mungkin terjadi.


Pada hari Minggu, Ajahn Vayama melakukan upacara Kathina. Terakhir saya membaca di suratkabar, hari itu akan turun hujan. Lalu, apa yang akan terjadi jika hujan turun ? Saya akan bilang, apa yang akan terjadi jika hujan tidak turun ? Dan anda pun bisa tidur dengan nyenyak. Jadi, selama ini kita terlalu khawatir tentang masa depan karena kita menambahkan hal-hal yg negatif di dalam ramalan kita. Dan meramal masa depan, penglihatan jernih yg sebenarnya, adalah memahami masa depan. Ya, ia tidak pasti, seperti yg diramalkan Ajahn Chah. Akan selalu ada ketidakpastian di sana. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Jadi, jika anda akan merencanakan masa depan, memikirkan tentang masa depan, karena ia tidak pasti, mengapa anda tidak berpikir dengan cara yang positif saja ? Dan inilah yang aneh. Jika anda berpikir dengan positif, hal-hal itu biasanya benar-benar terjadi. Kita melakukan upacara Kathina pada hari Minggu yang lalu di Vihara Bodhinyana. Apakah anda memperhatikan ? Hari Kamis, hujan turun. Jumat, hujan. Sabtu, hujan. Hari Minggu, ketika kita melakukan upacara Kathina, adalah hari yang sangat cerah. Lalu, Senin hujan, Selasa hujan, Rabu juga hujan. Hal-hal yg aneh terjadi, bukan ? Ketika hujan turun selama satu atau dua minggu, kita mengalami satu hari yang cerah. Dan itu adalah hari ketika kita melakukan upacara Kathina. Anda pikir mengapa itu bisa terjadi ? Apakah itu sebuah ramalan ? Atau hanya pikiran yang positif saja ? Daripada khawatir akan apa yg akan terjadi jika hujan turun, kita berpikir apa yg akan terjadi jika hujan tidak turun. Dan memang itulah yang terjadi.

Sekarang anda sudah memahami, bukan meramalkan masa depan, tetapi menciptakan masa depan. Membuatnya terjadi. Jadi, jika anda menjalani pemeriksaan biopsi minggu depan, dan anda akan berpikir, "Bagaimana jika saya mengidap kanker ?" Jika anda berpikir seperti itu, kadang-kadang anda akan mendapatkannya. Kekhawatiran adalah salah satu penyebab terbesar dari kanker, anda tahu itu ? Tetapi jika anda berpikir, "Bagaimana jika saya tidak mengidap kanker ?" maka anda memperluas kesempatan anda untuk tidak mendapatkannya. Mengertikah anda ? Kita yg menciptakan masa depan, bukan kehidupan. Jadi kita berbicara mengenai meramal masa depan. Ini artinya melihat secara jelas, dan ia juga melihat secara positif, karena ia benar-benar membuat anda kaya dan sehat, aman dan bahagia. Dan bukankah hal itu yg benar-benar kita harapkan dari sebuah ramalan pada awalnya ? Tetapi anda tidak akan mendapatkannya dengan cara diberitahu tentang apa yg akan terjadi. Anda mendapatkannya dengan cara mendengarkan hal-hal seperti Dhamma, yang menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam urusan ramal-meramal ini. Ketidakpastian. Anda adalah sang pencipta, anda bisa mengubah segala sesuatunya. Jadi, daripada khawatir atau cemas tentang apa yg dikatakan seseorang, anda mengambil alih tanggungjawab, anda mengambil alih kemudi, lalu pergi dan melakukannya. Dan itu adalah penglihatan yg sebenarnya, apa yg sebenarnya dimaksud dengan meramal masa depan. Jadi, saya harap anda menikmati pembicaraan hari ini tentang meramal masa depan.
  

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;