Boddhisattva Cundi
Sumber: Cundi Bodhisattva
Cundi (yang secara harafiah berarti “Sepenuhnya Suci”) adalah seorang buddha atau bodhisattva yang dimuliakan di dalam tradisi Buddha Mahayana, dengan penekanan sadhananya di dalam tradisi Esoterik (tantra). Ia dikenal sebagai bhagawati, atau “ibu dari para buddha”, dan sering disamakan dengan Bodhisattva Avalokiteshvara. Cundi juga kadang dihubungkan dengan Dewi Chandi dari agama Hindu.
DALAM TRADISI AGAMA BUDDHA
Cundi kurang begitu terkenal dalam komunitas agama Buddha Vajrayana Tibet, namun ia dimuliakan oleh ordo-ordo agama buddha esoterik China dan Jepang. Di China, ia dikenal sebagai Zhǔntí Púsà (準提菩薩, “Bodhisattva Cundi”) atau Zhǔntí Fómǔ (準提佛母, “Bhagawati Cundi”), sedangkan di Jepang sebagai Juntei Kannon (准胝観音, “Cundi Avalokitasvara”).Di masa penghujung kerajaan China, tradisi-tradisi Buddhisme Esoterik awal masih berkembang dalam berbagai komunitas Buddhis. Robert Gimello juga mengamati bahwa di dalam komunitas-komunitas tersebut, berbagai sadhana esoterik Cundi sangat populer, baik di dalam kalangan rakyat maupun kalangan elit.
NASKAH-NASKAH SUMBER
Sumber tertulis yang pertama kali membahas mengenai Cundi dan Dharani Cundi adalah Sutra Karandavyuha – sebuah sutra yang membahas seputar Bodhisattva Avalokiteshvara, dan juga turut memperkenalkan mantra Om Mani Padme Hum-nya yang terkenal. Naskah ini pertama kali muncul pada akhir abad ke-4 M hingga awal abad ke-5 M. Cundi dan Dharani Cundi juga menjadi topik bahasan utama di dalam Sutra Dharani Cundi, yang kemudian diterjemahkan sebanyak tiga kali dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin pada akhir abad ke-7 dan awal abad ke-8 oleh para guru esoterik dari India, mereka adalah Divākara (685 M), Vajrabodhi (723 M), dan Amoghavajra (abad ke-8).DHARANI CUNDI
Menurut Sutra Dharani Cundi, dharani yang berkaitan dengan Cundi adalah sebagai berikut:namah saptānām samyaksam buddha kotīnām tadyathā
om cale cule cundī svāhā
Di dalam sutra tersebut, Buddha secara panjang lebar membahas mengenai berbagai efek dan manfaat dari menjapa Dharani Cundi. Ada banyak efek fenomena yang bersifat menyucikan dan menggembirakan. Sebagai contoh, setelah menjapa dharani tersebut, Buddha kemudian berkata:om cale cule cundī svāhā
Jika ada para bhiksu, bhiksuni, upasaka, atau upasika yang mengingat dan menjapa dharani ini sebanyak 800.000 kali, berbagai karma buruknya yang sangat berat yang pernah dilakukan di mana saja, selama masa yang tak terhitung banyaknya, akan dimusnahkan seluruhnya. Di tempat di mana mereka akan terlahir dan tinggal, mereka akan selalu bertemu dengan para buddha dan bodhisattva. Semua kebutuhan mereka akan tercukupi dan berbagai kemampuan yang diinginkannya akan didapatkannya. Dalam setiap kelahirannya, mereka akan selalu bisa meninggalkan kehidupan rumah tangga, dan akan mempunyai kemampuan untuk menjaga sila-sila suci bodhisattva. Mereka akan terlahir dalam alam manusia ataupun surga, dan tidak akan jatuh ke dalam takdir yang penuh dengan kemalangan (tiga alam rendah), dan mereka akan selalu dilindungi oleh para penjaga langit.
Dharani tersebut juga sangat berhubungan dengan kebuddhaan dan pencerahan yang sempurna (Bhs. Sansekerta: Anuttarā Samyaksambodhi). Pada bagian akhir sutra, Buddha menyelesaikan ajaran tersebut dengan mengatakan:Dharani Cundi yang maha agung ini bagaikan ajaran mantra yang maha cemerlang yang diucapkan oleh semua buddha dari masa lampau, semua buddha dari masa mendatang, dan semua buddha dari masa kini. Aku sekarang juga mengucapkannya demi memberi manfaat kepada semua insan, sehingga mereka dapat mencapai Anuttarā Samyaksambodhi. Jika ada para insan yang pahalanya sedikit, yang tidak punya akar kebaikan, kemampuan alamiah, dan faktor-faktor Bodhi, bila mereka bisa mendengarkan ajaran dharani ini, mereka akan segera merealisasikan pencapaian Anuttarā Samyaksambodhi. Jika ada orang yang selalu dapat mengingat, menjapa, dan menjaga dharani ini, mereka akan mendapatkan berbagai akar kebaikan yang tak terukur.
0 komentar:
Posting Komentar