translated by Meilinda Xu
Ada yang bertanya, “Haruskah kita bersadhana setiap hari? Haruskah kita setiap hari mengerjakan tugas harian? Haruskah kita bersamadhi dan bersadhana setiap hari?”
Saya menjawab, “Harus.”
Mengapa?
Logikanya sangat simpel: kita menjunjung tinggi Buddha Dharma, bersandar pada Buddha Dharma. Kita mempraktekkan Buddha Dharma, menyelami Buddha Dharma, untuk memperoleh penyelamatan.
Saya rasa, “Ini merupakan yang paling berharga di dalam kehidupan manusia.”
Yang dikejar oleh manusia zaman sekarang, semuanya merupakan penampilan luar:
“Harta”.
“Rupa”.
“Nama”.
Saya berkata, “Kekayaan hanya dimiliki sementara waktu saja di dunia manusia, rupa hanya dimiliki di masa muda saja, nama dan kedudukan juga hanya dimiliki sementara waktu saja. Saya mengatakan dengan sangat jujur, saya memandang rendah ‘harta’, ‘rupa’, ‘nama’.”
Ada yang menjadi konglomerat, menganggap diri sendiri sudah sangat menakjubkan!
Ada yang sangat rupawan di masa muda, menganggap diri sendiri sudah sangat menakjubkan!
Ada yang menjadi pejabat, menganggap diri sendiri sudah sangat menakjubkan!
Saya tertawa terbahak-bahak, tidak pantas!
Sudah menjadi seorang konglomerat, terus kenapa? Ketika tiba saatnya meninggalkan dunia ini, satu pun tidak ada yang dapat dibawa serta. Rupawan dan muda, terus kenapa? Hanya sekejap waktu saja, sudah menjadi si tua bangka. Menjadi pejabat tinggi, terus kenapa? Lewat beberapa tahun, sudah berubah menjadi ubanan dan lamban.
Semua itu hanya sesaat.
Yang benar-benar paling berharga adalah, terbebas dari kelahiran dan kematian, menentukan sendiri kelahiran dan kematian diri sendiri, memahami hati dan menyaksikan Buddhata, mencapai keBuddhaan dalam tubuh sekarang, tiada dilahirkan dan tiada musnah, menyaksikan Buddhata diri sendiri, Buddhata yang abadi.
Saya menghormati dan berdecak kagum pada sadhaka yang berhasil mencapai pencerahan.
Di dunia ini, satu-satunya yang paling memiliki harga adalah:
“Buddhata”.
*
Kutipan kata bajik zaman dahulu berkata, “Buddhata tidak diperoleh melalui pelatihan diri, Buddhata sesungguhnya telah ada.”Saya berkata, “Jika tidak melalui samadhi dan proses sadhana yang lama, anda tidak akan dapat memahami bahwa Buddhata tidak diperoleh melalui pelatihan diri.”
Ini kelihatannya bertentangan.
Kemudian, anda mesti mengamati dengan saksama. Sadhaka yang mempraktekkan jalan ini sejak lama, jika tidak mengalami “ombak pasang”, bagaimana bisa memahami “tidak ada yang diperoleh”?
Buddhata tidak diperoleh dari pelatihan diri.
Namun, samadhi dan bersadhana merupakan keharusan.
*
Tantrayana menganggap:Tahap halus dari bersadhana dan samadhi untuk mengenali hati, di saat tubuh menjadi tenang dan bersih, ucapan menjadi tenang dan bersih, pikiran menjadi tenang dan bersih, dapat memahami sunyata dari tubuh kasar diri. Sunyata tubuh kasar ini, dapat membebaskan dari tumimbal lahir kelahiran dan kematian, dan dapat melepaskan beban pikiran dan penderitaan.
Prajna dari hawa.
Pembebasan dari nadi.
Titik cahaya terang yang suci.
Pengalaman bersadhana yang demikian dapat memperlihatkan dengan jelas bahwa harapan duniawi sebetulnya biasa-biasa saja, memahami makna hidup yang sesungguhnya, bahkan dengan prajna dari kesunyataan dapat mengakhiri penderitaan, harapan, avidya.
Kita sepatutnya:
Menghormati Buddhata yang ada dalam diri kita.
Buddhata bagaikan penari yang bersahaja.
Pakaian duniawi yang bergemerlapan seluruhnya ditinggalkan.
Menembusi lautan ilusi.
Hanya Arya yang melakukan samadhi dan bersadhana, barulah dapat mengenali anda.
Saya berkata, “Samadhi dan bersadhana merupakan keharusan, sama seperti Buddha Dharma, hanyalah merupakan sebuah alat. Saya telah mendalami selama 40 tahun, akhirnya menyaksikan Buddhata yang amat langka dan amat berharga. Tak dapat disangkal, samadhi, sadhana, dan Buddha Dharma hanya merupakan alat. Namun, tanpa alat, tidak akan dapat menyaksikan Buddhata!”
0 komentar:
Posting Komentar