Sabtu, 28 Januari 2012

Zen

Seorang umat bertanya kepada guru Zen.

Umat : Orang seperti apa yang mempraktekkan Zen ?

Guru : Orang seperti saya.

Umat : Guru, bagaimana kamu melatih Zen ?

Guru : Berlatih Zen adalah mengganti pakaian, mandi, tidur dan makan.

Umat : Tapi Itu kan pekerjaan duniawi. Pelajaran pikiran yang bagaimana yang bisa disebut dengan berlatih Zen ?

Guru : Menurutmu, apa yang aku lakukan setiap hari ?

Catatan
Latihan Zen berasal dari percakapan setiap hari, mencuci muka, makan dan hal-hal seperti itu. Orang harus melakukannya dengan penuh KESADARAN. Persepsi atas hakikat benda berasal dari melakukan hal-hal itu dengan sepenuh hati.

Walaupun Zen adalah salah satu aliran dalam Buddhisme, namun thread ini saya namai Zen saja, agar semua orang menyadari Zen tanpa harus dibatasi oleh label label agama

karena Zen tidak berlabel, Zen adalah universal, Zen adalah Kesadaran

selama mempelajari Zen anda tidak perlu merasa mengkhianati agama anda, tak perlu berhenti melaksanakan ibadah agamanya masing masing

berikut ini adalah sejarah dari aliran Buddha Zen

Wikipedia :
Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen berasal dari bahasa Jepang. Sedangkan bahasa Sansekerta nya, dhyana( ध्यान ). Di Tiongkok dikenal sebagai chan yang berarti meditasi. Aliran Zen memberikan fokus pada meditasi untuk mencapai penerangan atau kesempurnaan.

Aliran Zen dianggap bermula dari Bodhidharma. Ia berasal dari India dan merupakan murid generasi ke-28 setelah Mahakassapa (dalam Bahasa Pali; Bahasa Sansekerta:Mahakasyapa). Pada sekitar tahun 520 dia pergi ke Tiongkok Selatan di kerajaan Liang. Dia kemudian bermeditasi selama 9 tahun menghadap dinding batu di vihara di Luoyang. Di sinilah juga dipercayai berdirinya vihara Shaolin (少林寺).
Aliran Zen asli kemudian diteruskan sampai ke generasi ke-6 Hui Neng. Setelah itu aliran Zen berpencar di Tiongkok, dan Jepang.
1. Bodhidharma (atau Damo 達摩) lahir sekitar 440 - meninggal sekitar 528
2. Dazu Huike (慧可) lahir 487 - meninggal 593
3. Jianzhi Sengcan (僧燦) lahir ? - meninggal 606
4. Dayi Daoxin (道信) lahir 580 - meninggal 651
5. Hung Ren (弘忍) lahir 601 - meninggal 674
6. Hui Neng (慧能) lahir 638 - meninggal 713

Seni Zen

Dari abad ke-12 dan abad ke-13, perkembangan lebih lanjut ialah seni Zen, mengikuti perkenalan aliran ini oleh Dogen dan Eisai setelah mereka pulang dari Tiongkok. Seni Zen sebagian besar memiliki ciri khas lukisan asli (seperti sumi-E dan Enso) dan puisi (khususnya haiku). Seni ini berusaha keras untuk mengungkapkan intisari sejati dunia melalui gaya impressionisme dan gambaran tak terhias yang tak "dualistik". Pencarian untuk penerangan "sesaat" juga menyebabkan perkembangan penting lain sastra derivatif seperti Chanoyu (upacara minum teh) atau Ikebana; seni merangkai bunga. Perkembangan ini sampai sejauh pendapat bahwa setiap kegiatan manusia merupakan sebuah kegiatan seni sarat dengan muatan spiritual dan estetika, pertama-tama apabila aktivitas itu berhubungan dengan teknik pertempuran (seni beladiri).

Silsilah 28 Sesepuh ZEN India
Menurut sutra Platform (Sutra yang ditulis oleh Master Zen China ke-6 Hui Neng... satu-satu-nya sutra china yang diakui sebagai sutra buddhis), silsilah sesepuh zen India selama 28 generasi adalah :

1. Maha Kassapa
2. Ananda
3. Madyhanitka
4. Sanavasa
5. Upagupta
6. Dhritaka
7. Buddhananti
8. Buddhamitra
9. Parsva
10. Punyayasas
11. Asvaghosa
12. Kapimala
13. Nagarjuna
14. Kanadeva
15. Rahulata
16. Sanghanandi
17. Gayasata
18. Kumarata
19. Vasubandhu
21. Manorhita
22. Haklennayasas
23. Aryasimha
24. Basiasita
25. Upaguta
26. Sangharaksha
27. Vasumitra
28. Bodhidharma

==============

Apa itu Zen?

Cerita Teka-Teki
Berikut ini ada satu cerita yang menggambarkan hal-hal yang menarik mengenai Zen.

Suatu hari Dao Xin, patriarch Zen ke-4, mengunjungi Fa Rong di Gunung Kepala Banteng. Fa Rong begitu sucinya sehingga tempat tinggalnya dilindungi oleh macan dan serigala sementara burung-burung membawakannya bunga setiap hari. Saat Dao Xin melihat hewan-hewan liar itu, ia berpura-pura takut dan menggerak-gerakkan tangannya untuk melindungi diri. Melihat hal itu, si orang suci berkata, 'Kau masih memiliki rasa takut?' Kemudian saat Fa Rong berkunjung ke rumahnya, Dao Xin menuliskan kata 'Buddha' pada batu tempat duduknya. Saat Fa Rong muncul dan akan duduk, ia melihat kata keramat itu dan tidak jadi duduk. "Kau masih memiliki rasa takut duduk diatas kata tersebut?' kata Dao Xin. Pada saat itu ia sadar dan memperoleh pencerahan. Sejak saat itu ia sadar akan tidak perlunya keberadaan binatang liar yang melindungi rumahnya dan burung yang membawakannya bunga.

Apa yang maksud kata Dao Xin kepada Fa Rong, dan mengapa binatang-binatang liar serta burung-burung tidak lagi datang setelah Fa Rong mendapatkan pencerahan?


Arti Zen

Zen mempunyai tiga arti:
1. Zen berarti meditasi.
2. Zen adalah istilah Jepang untuk ungkapan bahasa China Chan, yang bila ditelusuri berasal dari bahasa Sansekerta 'dhyana'. Dalam bahasa Pali disebut Jhana, menunjuk pada tahapan pengalaman meditasi yang sangat dalam.
3. Zen menunjuk pada satu Kekuatan Absolut atau Realitas Tertinggi, yang tidak dapat disebutkan dengan kata-kata.

Ketiga arti Zen ini saling berkaitan. Secara khusus arti Zen adalah suatu kesadaran/ pengalaman akan ke-Absolut-an/ Realitas Kosmis/ Realitas Tertinggi, yang terjadi secara spontan, tiba-tiba dan melampaui batasan kesadaran seseorang.


Tiga Kategori Zen Buddhisme

Dari sekian banyak macam mazhab Zen, Zen Buddhisme dicatat sebagai yang tercepat dalam mendapatkan pemahaman realitas kosmis. Ada tiga mazhab Buddhisme utama: Mahayana, Hinayana (Theravada) dan Vajrayana. Zen Buddhisme merupakan salah satu aliran utama dalam Buddhisme Mahayana.

Dalam Zen Buddhisme sendiri, ada banyak jalan untuk mendapatkan pemahaman dan realitas kosmis, atau dalam istilah Zen, untuk mengalami satori. Cara yang banyak itu dapat dikelompokkan ke dalam Zen Tathagata dan Zen Patriarki.

- Zen Tathagata adalah bentuk meditasi yang secara tradisional diajarkan oleh sang Buddha kepada kebanyakan murid-muridnya.

Dalam Zen Tathagata, penekanannya adalah pada pencapaian satu pikiran yang terpusat melalui konsentrasi dan kontemplasi. Ini semacam bentuk meditasi yang biasa dipaparkan dalam bagian literatur naratif Buddhisme dan kadang-kadang disebut sebagai 'meditasi sesuai dengan tradisi'

- Zen Patriarki adalah bentuk meditasi yang diajarkan oleh Bodhidharma di China. Zen Patriarki ini pada sejarahnya berasal dari ajaran sang Buddha juga, yang diturunkan kepada Mahakasyapa, yang nantinya menurunkannya kepada Bodhidharma melalui 28 patriarch India.
Zen Patriarki terkenal dengan istilah 'Ajaran diluar kitab suci dan kata-kata (diluar tradisi), diajarkan dari hati ke hati, langsung menuju ke hati dan memberikan pencerahan spontan kepada murid-murid.

Dalam Zen Patriarki, penekanannya pada bagaimana menyatu dengan kekosongan melalui proses mempertahankan kesadaran murni kita. Zen Patriarki sering dilambangkan dengan istilah 'kunci pikiran' atau 'mata-dharma sejati'.

Cerita berikut ini menggambarkan mengenai Zen Tathagata dan Zen Patriarki.

Yang Shan menanyai adik kelasnya, Zhi Xian tentang bagaimana kemajuan spiritualnya. 'Tahun lalu aku miskin tetapi tidak miskin; tahun ini aku miskin dan tidak memiliki apapun' , jawabnya.
Yang Shan gembira mendengar jawaban itu. Tentu saja ia tidak bergembira atas kemiskinan adik kelasnya, seperti yang ditunjukkan dari arti harfiah atas jawaban Zhi Xian. Ia memahami artinya yang lebih dalam dan menyatakan, 'Selamat adik kelas, kau telah mencapai Zen Tathagata tetapi kau belum memimpikan Zen Patriarki.'
Zhi Xian menjawab, 'Aku memiliki indera yang biasa kugunakan untuk melihat terus-menerus seorang gadis cantik; jika orang lain tidak tahu, tolong jangan bangunkan aku dari mimpiku.'
Yang Shan melonjak gembira dan melaporkan pada guru mereka, Wei Shan, bahwa Zhi Xian telah mencapai Zen Patriarki.

Zen Buddhisme Theravada

Meditasi adalah jalan esensial menuju pencerahan, bukan hanya dalam Zen Buddhisme tetapi juga dalam mazhab Buddhisme lainnya.

Dalam bahasa Pali, bahasa utama dalam Buddhisme Theravada, Zen disebut Jhana atau meditasi, yang di dalamnya termasuk konsentrasi dan kontemplasi mental yang dapat meningkatkan kesadaran dari pengalaman kehidupan normal pada tingkat kemurnian pencerahan yang lebih tinggi. Pemurnian pikiran ini dirintangi oleh lima nirvarana (rintangan dalam kemajuan) yaitu nafsu sensual, rasa dendam, kemalasan, keraguan dan kebingungan. Saat kelima rintangan ini dapat diatasi, orang yang bersangkutan mencapai keadaan samadhi atau pikiran yang terpusat pada satu hal, dan siap untuk melakukan kontemplasi.

Dalam meditasi Theravada, topik pokok untuk kontemplasi adalah anicca
(ketidakkekalan), dukkha (penderitaan) dan anatta (Tiada-Aku). Zen atau Jhana dalam Buddhisme Theravada ada dua jenis utama yaitu samatha-yana (meditasi keheningan) dan vipassana (insight meditation). Keduanya juga diterapkan pada mazhab Buddhisme Mahayana dan Vajrayana.

Saat seorang murid Theravada bermeditasi, ia berjalan melewati empat tingkatan jhana.
1. jhana pertama: meditator mengalami transisi dari kesadaran atau keinginan sensual ke keadaan ketenangan diri yang tidak terguncang oleh rangsangan eksternal.
2. jhana kedua: meditator mengalami semangat, kebahagiaan, dan satu kejelasan pikiran.
3. jhana ketiga: meditator sangat bersemangat dan mengalami suatu keadaan yang paling bahagia yang mungkin dialami oleh manusia, suatu keadaan yang penuh konsentrasi tanpa terganggu apapun.
4. jhana keempat: meditator mencapai kebebasan dari ikatan dunia yang berbau sensual, mencapai pemahaman diri dan dapat mengendalikan tubuhnya, mempertahankan konsentrasi penuh yang sempurna dan ketenangan hati dan biasanya memiliki kemampuan supranatural.

Proses pencerahan dalam Buddhisme Theravada disebut sebagai pencerahan bertahap.


Zen Buddhisme Mahayana

Dalam dan luasnya meditasi Buddhist direfleksikan dari bervariasinya pendekatan yang biasa digunakan dalam ketiga aliran utama Buddhisme. Ini dikarenakan Buddha dan guru-guru Buddhist lainnya sadar bahwa meskipun orang mungkin menyakini filosofi yang sama dan mengejar tujuan yang sama, mereka memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda.

Selama meditasi insight, disamping berkontemplasi pada tiga doktrin theravada, para penganut Mahayana sering kali merefleksikan pada kekosongan realitas kosmis, pada penderitaan makhluk hidup, pada keinginan untuk menyelamatkan mereka dan pada kerinduan untuk menyelamatkan dunia. Sementara meditasi para penganut Theravada hanya mengarah pada ketidakterikatan diri, kontemplasi para penganut Mahayana mengarah pada ketidakterikatan baik dari diri sendiri maupun dari fenomena. Para penganut Mahayana melakukan meditasi melampaui empat tingkatan meditasi, yaitu empat keadaan lebih tinggi yang dikenal sebagai empat dhyana dan delapan keadaan samadhi.

Pada tingkatan kelima, meditator merefleksikan kekosongan ruang yang tidak terbatas; tingkatan keenam, pada lingkaran kesadaran yang tidak terbatas; tingkatan ketujuh, pada ketidakterbatasan lingkaran kehampaan; tingkatan kedelapan, pada ketidakterbatasan lingkaran baik ada pemikiran maupun tanpa pemikiran.


Zen Buddhisme Vajrayana

Meditasi Vajrayana sangat dipengaruhi oleh Tantra, dan menggunakan alat bantu seperti mantra, mudra, visualisasi dan mandala untuk membantu seorang meditator mencapai kesadaran kosmis.
Mantra adalah kombinasi suara mistik; mudra adalah formasi mistik dan posisi jari meditator yang dikenal dengan kuncian-tangan (hand-seal); mandala adalah rancangan mistik, biasanya dalam bentuk geometris, mewakili alam semesta.

Simplify Your Life with Zen


Secara instingtif dan naluriah, setiap manusia tidak terlepas dari keinginan untuk bahagia, terbebas dari derita dan nestapa. Ini adalah kontrak minimal yang diinginkan manusia dan tertulis di dalam buku kehidupannya walau pun dalam perjalanannya mungkin tidak banyak yang dapat dipenuhi oleh catatan kehidupan tersebut. Das Sein bukan Das Sollen. Kenyataan tidak berbanding lurus dengan yang seharusnya terjadi (harapan). Orang arif tentu akan menyadari bahwa banyak faktor yang menjadi pemicu dan pemacu kegagalan ‘perjanjian’ manusia tersebut dengan alam semesta. Sebut saja, cara berpikir manusia yang terlalu rumit dalam menghadapi sebuah persoalan kehidupan. sesungguhnya, sebagian besar persoalan hidup manusia sejatinya tidak akan menjadi lingkaran setan yang tidak berkesudahan jika kearifan dan kebijaksaan berpikir dikedepankan dan menjadi menu/kunci utama pengurainya. Kesederhaan berpikir terkadang dapat membantu menguraikan permasalahan yang kelihatannya rumit dan ruwet. Hanya saja instrumen penawar persoalan inilah yang terkadang luput dari fokus perhatian. Kita telah dibekali dengan penawar penderitaan dan kunci pembuka pintu kebahagiaan, namun tidak banyak yang memanfaatkannya karena rasio berpikir yang telalu jauh. Helen Keller, seorang yang tidak bisa mendengar dan melihat, suatu hari pernah berkata: ‘betapa banyak manusia yang bersedih di depan sebuah pintu yang tertutup. Padahal pintu di sebelahnya sesungguhnya masih terbuka.’ Kalimat bijak tersebut persis menggambarkan betapa waktu dan energi manusia habis terkuras secara luar biasa untuk sesuatu yang tidak sepantasnya mendapatkan porsi sebesar itu. Inilah cara menyikapi kehidupan yang salah.


Berpikir ke Titik Persoalan

Ajaran agung Zen yang merupakan salah satu inti ajaran Buddha berusaha menebarkan dan mengajak semua pihak untuk berpikir lebih ke titik persoalan dari kehidupan ini daripada berjalan mondar-mandir di pinggiran persoalan itu sendiri. Sukses yang diinginkan oleh setiap orang sebenarnya telah sering diraih dalam kehidupan ini ketika cara berpikir tidak lagi berkutat pada kerumitan dan keruwetan. Artinya, betapa banyak keberhasilan hidup yang telah kita raih tanpa kita sadari dalam hidup ini karena kita tidak mengedepankan kompleksitas terjadinya sesuatu. Contohnya, bagaimana kita tiba-tiba bisa menyetir mobil dengan lancar tanpa ada pembahasan rumit dalam batin tentang bahaya jika menabrak orang/kendaraan lain. Bukankah ini sebuah keberhasilan? Belajar nyetir ya nyetir saja. Masalah apa yang terjadi di lapangan bukan menjadi menu utama pembahasan yang akhirnya mengendurkan semangat dan nyali untuk sukses menyetir mobil. Bedakan dengan jika hal itu (belajar menyetir mobil) dibahas secara rumit dan ruwet. Misalnya, konsekuensi negatif belajar menyetir mobil menjadi topik utama dalam pembahasannya. Bagaimana kalau nanti menabrak orang/kendaraan lain ? Bagaimana kalau nanti mobil mogok di tengah jalan ? Bagaimana kalau instrukturnya kurang pintar ? Bagaimana kalau berada di tanjakan dimana ada kemungkinan besar mobil akan mundur ? Dan lain-lain. Semua pembahasan inilah yang akhirnya menyebabkan seseorang itu tidak akan pernah bisa menyetir mobil. Penulis tidak sedang mengatakan bahwa antisipasi dan diskusi proyektif tidak diperlukan. Hanya saja, pikiran yang terlalu jauh ke depan terkadang membuat kita hanya berjalan di tempat. Lalu bagaimana mungkin kesuksesan akan cepat kita raih ? Ini fokus persoalan hidup manusia.


Sederhanakan Hidup ala Zen

Alkisah ada seorang murid yang bertanya kepada gurunya, seorang Master Zen.

Murid tersebut bertanya, “Guru, apa itu Zen?”

Master Zen menjawab: “Ketika kamu lapar, makanlah; ketika kamu capek, tidurlah.”


Sederhana dan telak! Itulah cara berpikir sesungguhnya yang harus dikedepankan jika kebahagiaan hidup menjadi impian. Apa sesungguhnya yang membuat sebagian besar manusia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dan sebaliknya mendapatkan rasa kecewa? Tidak banyak jawaban istimewa yang dapat diberikan untuk pertanyaan mendasar ini. Sebabnya, hanya karena mereka tidak mengerjakan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka tidak melakukan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan sejati. Tindakan terkadang tidak serupa dengan sasaran yang ingin diraih. Ketika mereka bermaksud menebar rasa damai di sekitar mereka, caci maki dan sumpah serapah sampai fitnah yang lebih mengemuka dan terjadi. Pendek kata, manusia terkadang lupa bahwa hidup ini sebenarnya sangat sederhana. Lakukanlah tindakan yang sesuai dengan kebutuhan. Jika Anda lapar, makanlah; bukan malah ngerumpi. Jika anda mengantuk, tidurlah. Jika anda haus, minumlah. Jika anda mau pergi, pergilah. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan, inilah yang dalam filosofi Zen disebut sebagai belajar menyederhanakan hidup agar kebahagiaan hakiki insani dapat segera diraih.


Cerita kedua yang dapat dijadikan pedoman kehidupan sederhana ini adalah sebagai berikut: Seorang pelajar Zen melintasi sebuah hutan belantara dan tanpa disadari ia telah diikuti oleh seekor harimau yang siap menerkamnya. Ia berlari sekencang yang dapat dilakukannya. Setiba di tepi sebuah jurang yang curam, ia meraih sebuah akar besar di sisi jurang itu sambil berayun-ayun dengan harapan dapat selamat dari terkaman harimau buas tersebut. Ia tidak punya pilihan lain kecuali bertahan di akar tersebut. Harimau tadi terus mengendus di atas kepala sang pelajar tersebut. Dengan rasa takut yang luar biasa, ia melihat ke bawah jurang dan ketakutannya semakin menjadi-jadi ketika melihat bahwa di bawah sana seekor harimau lain juga tengah menunggu dengan mulut ternganga siap untuk menerkamnya. Ia tetap berpegang kuat pada akar yang menahan tubuhnya. Malang nasibnya, dua ekor tikus mulai mengerat akar yang digelayutinya secara perlahan. Dalam kepanikannya, dilihatnya sebatang pohon strawberi di dekatnya. Karena rasa hausnya, secara instingtif dia meraih pohon tersebut dan memetik buahnya. Dia menikmati buah strawberi yang begitu manis dan lupa akan bahaya di atas dan di bawah yang tengah menantinya!


Banyak di antara kita yang terkadang mirip dengan sang pelajar Zen di atas. Panik dan panik sepanjang kehidupan kita, padahal tidak banyak yang dapat diselesaikan dengan pikiran yang negatif tersebut. Tangki emosi yang diisi dengan energi negatif tersebut tidak akan memberikan ruang tenang dan jernih kepada kita untuk mengambil keputusan yang baik. Padahal manusia dikaruniai modal dasar dalam dirinya untuk mengatasi segala persoalan hidupnya. Nikmatilah kekinian, niscaya persoalan akan dapat dipecahkan dengan lebih jernih. Ratu talkshow Amerika, Oprah Winfrey pernah mengatakan, “melakukan yang terbaik saat ini menempatkan kita di tempat terbaik di saat mendatang.”


Hiduplah Sekarang dan Disini

Masih banyak lagi varian ‘ajaran’ tentang bagaimana kebahagiaan itu bisa diraih dengan mengedepankan cara berpikir sederhana. Singkatnya, jika kedua cerita di atas diperas dan dikristalkan, akan memunculkan sebuah frase sederhana namun sarat makna: HIDUPLAH SEKARANG DAN DISINI ! Apa yang ada di masa lalu tidak mungkin kembali persis di kehidupan sekarang. Yang akan datang belum tentu terjadi. Lalu, untuk apa merisaukan hal-hal yang telah lalu dan yang belum datang ? Yang ada sekarang adalah SEKARANG dan DISINI. Dalam bahasa Inggris Sekarang disebut ‘present.’ Arti lain dari present adalah HADIAH. So, nikmatilah dan bersukacitalah dengan hadiah yang indah di depan mata kita ini. Enjoy it ! Selamat mengarungi ‘hidup sekarang dan disini’. Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu

kisah Buddha dan Mahakassapa sebagai awal terbentuknya aliran Zen/Chan.

Di kutip dari buku Jalur Tua Awan Putih (Jilid 2) karya Y.A.Thicht Nhat Hanh. Bab 51, hal 221.

...

Suatu hari di bulan purnama, Putri Vajiri (putri Raja Pasenadi dari Kosala) meminta anak anak (dari kelas dharma) membawa bunga untuk dipersembahkan kepada Buddha. Anak-anak tiba dengan aneka bunga yang dipetika dari kebun mereka dan dari ladang ladang di sepanjang jalan menuju vihara. Putri Vajiri membawa serangkul bunga teratai yang dikumpulkannya dari kolam teratai istana. Ketika dia bersama anak anak pergi menemui bhagava di gubuk-Nya, mereka dengar Beliau ada di aula Dharma dan sedang bersiap siap memberikan ceramah untuk para bhikkhu dan siswa awam. Tanpa bersuara tuan putri menuntun anak anak menuju aula. Orang dewasa menyingkir untuk memberikan jalan bagi anak anak. Mereka menaruh bunga ke atas meja kecil dihadapan Buddha lalu membungkuk hormat. Bhagava tersenyum dan balas membungkuk hormat. Beliau mengundang anak anak untuk duduk tepat di hadapan-Nya.

Ceramah Dharma Bhagava hari ini adalah yang paling spesial. Beliau menunggu hingga anak anak duduk dengan hening lalu bangkit berdiri dengan perlahan. Buddha mengambil setangkai teratai dan mengacungkannya ke hadapan komunitas. Beliau tidak mengatakan apa apa. Setiap orang duduk tanpa suara. Buddha mengacungkan bunga itu tanpa mengatakan apa apa untuk jangka waktu yang lama. Hadirin tertegun dan bertanya tanya apa maksud Beliau melakukan hal itu. Lalu Bhagava memandang seluruh komunitas dan tersenyum.

Beliau berkata, " Aku memiliki mata Dharma sejati, harta karun insight yang menakjubkan dan baru saja kuwariskan kepada MahaKassapa."

Semua orang berpaling kepada Y.A. MahaKassapa dan melihat dia sedang tersenyum. Matanya tidak berpindah dari Buddha dan bunga teratai yang dipegang-Nya. Ketika hadirin berpaling kepada Bhagava, mereka melihat Bhagava juga sedang menatap teratai itu dan tersenyum.

Kendati merasa tertegun, Svasti (seorang bhikkhu muda yang menjadi sentral cerita dalam Buku Jalur Tua Awan Putih) tahu hal terpenting adalah mempertahankan perhatian penuh. Mulailah dia mengamati nafasnya sambil melihat Buddha. Teratai putih di tangan Bhagava baru saja mekar. Beliau memegang bunga itu dengan sikap paling lembut dan mulia. Ibu jari dan telunjuk Beliau memegang tangkai teratai yang mengikuti lekuk lengan-Nya. Tangan Bhagava seindah tangkai itu sendiri, murni dan menakjubkan. Tiba tiba, svasti benar benar melihat kemurnian dan keindahan mulia bunga itu. Tiada sesuatu untuk dipikirkan. Alami sekali, senyum pun muncul di wajahnya.

Buddha mulai bicara, "Sahabat sekalian, bunga ini adalah sebuah realitas yang sangat menakjubkan. Ketika kuacungkan bunga ini dihadapan kalian, kalian semua berpeluang untuk mengalaminya. Berkontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan realitas yang sangat menakjubkan. Kontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan kehidupan itu sendiri."

"MahaKassapa tersenyum lebih dahulu dari yang lain karena ia mampu berkontak dengan bunga ini. Selama rintangan masih ada di pikiran kalian, kalian tak akan dapat berkontak dengan bunga ini. Beberapa di antara kalian ada yang bertanya kepada diri sendiri, "Mengapa Gotama mengacungkan bunga itu ke atas ? Apa gerangan makna gerakannya ?" Jika pikiran kalian dipenuhi pemikiran semacam itu, kalian tak akan benar benar dapat mengalami bunga ini."

"Sahabat sekalian, hilang di belantara pemikiran merupakan salah satu hal yang mencegah kita untuk benar benar kontak dengan kehidupan. Jika kalian dipimpin oleh kecemasan, frustasi, kegelisahan, kemarahan, ataupun kecemburuan, kalian akan kehilangan kesempatan untuk benar benar kontak dengan semua mujizat kehidupan."

"Sahabat sekalian, teratai di tanganku ini hanya nyata bagi mereka yang berdiam dalam kekinian secara penuh kesadaran. Jika kalian tidak kembali ke saat ini juga, maka [bagi kalian] bunga ini tidak benar benar eksis. Ada orang orang yang bisa melintasi hutan cendana tanpa benar benar melihat sebatang pohon pun. Kehidupan memang dipenuhi penderitaan, tetapi kehidupan juga mengandung banyak keajaiban. Eling dan waspadalah agar mampu melihat keduanya, penderitaan maupun hal hal yang sangat menakjubkan dalam kehidupan."

"Bersentuhan dengan penderitaan tidaklah berarti harus lenyap tenggelam di dalamnya. Bersentuhan dengan keajaiban hidup juga tidak mengartikan kita harus kehilangan diri kita di dalamnya. Bersentuhan adalah benar benar menjumpai kehidupan, melihatnya secara mendalam. Jika kita menjumpai kehidupan secara langsung, kita akan memahami sifat dasar saling ketergantungan dan ketidakkekalannya. Berkat itu, kita tidak akan lagi lenyap tenggelam dalam nafsu, kemarahan, maupun kemelekatan. Kita akan berdiam dalam kebebasan dan pembebasan."

Svasti merasa bahagia, Ia senang dirinya tersenyum dan paham sebelum Buddha bicara. Y.A. MahaKAssapa lebih dahulu tersenyum. Dia adalah salah seorang guru svasti dan siswa senior yang telah menempuh jarak yang sangat jauh di jalur pencerahan. Svasti tahu ia tidak bisa membandingkan dirinya dengan MahaKAssapa dan para sesepuh lainnya seperti Sariputra, Moggalana dan Assaji. LAgipula, ia sendiri baru berusia dua puluh empat tahun pada saat itu.


Kebijaksanaan Zen: Semua itu Sunya


Suatu masa ada seorang siswa muda Zen Jepang bernama Yamaoka Tesshu. Ia mengunjungi berbagai guru, dari guru yang satu ke guru yang lain. Suatu hari, Yamaoka Tesshu berkunjung ke Master Zen Dokuon di Shokoku.

Kunjungan Yamaoka Tesshu tidak lain hanya untuk menunjukkan kemampuannya akan ajaran mengenai kesunyataan yang mengajarkan bahwa semua adalah mimpi, ilusi.

Di dalam vihara, Yamaoka Tesshu menghadap Master Zen Dokuon yang sedang berdoa dengan alat ketuknya.

Dengan angkuh ia mulai berbicara mengenai kesunyataan,” Pikiran, Buddha, makhluk hidup itu sesungguhnya tidak ada.” Suara Yamaoka Tesshu yang cukup keras itu menghentikan Master Zen Dokuon dari doanya.

”Hakikat sejati dari semua hal adalah kekosongan, mimpi, ilusi.” Lanjut Yamaoka, ” Tidak ada itu yang disebut dengan kesadaran, tiada kekotoran, tiada kebijaksanaan, omong kosong dengan yang tengah-tengah. Tidak ada memberi dan tak ada yang menerima.”

Tiba-tiba dengan keras Master Zen Dokuon memukul kepala Yamaoka dengan pemukul alat doa yang ia pegang. Dan otomatis Yamaoka berteriak kesakitan, ”Auwh!”

” Dasar tua bangka! Anak kadal!” teriak Yamaoka marah-marah.

”Jika tidak ada yang ada dari mana murka ini datang tuan?” tanya Master Zen Dokuon sambil tersenyum.

Yamaoka pun terperanjat.

Narator: ”Tiada kebaikan, tiada kejahatan, tiada kesedihan, tiada kegembiraan, semuanya sunya.” Pernyataan yang dalam ini bahkan tidak dimengerti oleh umat awam. Zen yang diungkapkan oleh Yamaoka Tesshu hanya kata-kata kosong.”


Kadang kala kita seperti burung beo yang selalu mengikuti perkataan orang lain tanpa mengerti maksudnya. Kita sering mengatakan apa yang diucapkan Guru kita yang mengatakan bahwa semuanya sunyata, semuanya kosong, semua hanya mimpi, ilusi, tanpa memahami arti sebenarnya. Kita sering terjebak dengan memandang bahwa semua yang ada kita anggap tidak ada. Seperti pertanyaan Master Zen Dokuon, ”Jika tidak ada yang ada dari mana murka ini datang tuan?”
Apa itu ZEN ??

Ikan kecil bertanya pada ikan besar :

Ikan kecil : Aku sering mendengar ikan lain bicara tentang laut. Tapi apa itu laut?
Ikan besar : Di sekelilingmu adalah laut.
Ikan kecil : Mengapa aku tidak bisa melihatnya ?
Ikan besar : Kamu tinggal, bergerak, dan hidup di laut. Laut ada di dalam dan di luarmu. Laut memberimu kehidupan dan pada saat kematian kamu kembali ke asalmu. Laut melingkupimu seperti dirimu sendiri.

Catatan : Ikan-ikan hidup di sungai dan didanau tidak menyadarinya. Manusia hidup di lautan ZEN tetapi tidak mengenal hakikat ZEN. 



Membawa gadis menyeberangi sungai.

Guru Zen Jepang Tanzan dan rahib muda Ekido bertemu dengan seorang gadis cantik yang tidak bisa menyeberangi sungai kecil.

Tanzan : Aku akan menggendongmu menyeberangi sungai. (kata Tanzan kepada gadis tersebut)

Setelah di seberang sungai.
Gadis : Guru, terima kasih dan selamat tinggal.

Tanzan dan rahib muda Ekido kemudian meneruskan perjalanan. Setelah setengah hari perjalanan. Rahib muda Ekido berkata

Ekido : Guru, kita bhiksu tidak boleh mendekati perempuan. Mengapa tadi anda menggendong gadis tersebut ?

Tanzan : Gadis mana yang kamu maksud ? Aku sudah menurunkannya sejak tadi. Mengapa anda masih memikirkannya ?

Catatan : : Orang yang menggendong gadis tersebut melakukan tanpa nafsu. Dia melakukannya dengan spontan dan tanpa pamrih. Bukankah rahib muda yang punya nafsu ?

banyak makna yg bisa diambil dari kisah ini, seperti:
- seorang pendendam selalu mendendam amarahnya berlarut2. setelah lewat 1 hari, 1 minggu, bahkan 1 bulan,... hingga bertahun2. dia hidup dengan membawa dendamnya, sehingga hidup dia penuh dengan beban dan derita, karena beban dendamnya yg selalu dibawanya. jika dia bisa seperti biksu dalam cerita diatas, melepaskannya dan hidup di saat ini,.. betapa lega dan bahagianya hidup ini

- seorang yg sedang banyak masalah, selalu memikirkan masalahnya berlarut2. hingga makan tidak tenang, tidur tidak tenang, dan melakukan apa saja tidak tenang. jika orang tersebut bisa seperti biksu diatas, betapa ringannya menyelesaikan setiap masalah yg dihadapi. sebab masalah bukan untuk dipikirkan saja, tetapi dipecahkan dan dijalankan. jika pikiran menjadi "buta", bagaimana bisa menyelesaikan/memecahkan masalah yg dihadapinya?

by origin and dilbert

 Bila aku tidak masuk neraka, Siapa yang mau ??

Seorang Umat bertanya pada master Zen.

Umat : Setelah hidup seratus tahun, kemana seorang bhiksu seperti anda akan berakhir ??

Master : Aku akan menjadi keledai atau kuda.

Umat : Dan setelah itu ?

Master : Aku akan masuk neraka.

Umat : Tapi anda adalah simbol kebajikan. Mengapa anda turun ke neraka ?

Master : Bila aku tidak masuk neraka, siapa yang akan masuk neraka untuk mencerahkanmu ?????

Catatan :
Bila orang menghubungkan dharma dengan tempat yang bersih saja, apakah ini berarti bahwa dharma tidak ada di tempat yang kotor seperti toilet jorok? Dharma meliputi semua dan tidak punya tempat yang tetap. Dharma ada di surga, tapi bukankah di neraka Dharma lebih diperlukan ???

Berdamai dengan diri sendiri.

Ada seorang dokter militer yang mengikuti pasukan ke medan perang. Ia mengobati tentara yang terluka di medan perang.

Bila pasiennya sembuh dari luka, mereka di kirim kembali untuk bertempur. Akibatnya, mereka terluka lagi, lalu terbunuh.

Setelah melihat skenario ini berulang-ulang, dokter tersebut akhirnya mengalami patah semangat.

Pikirnya : Bila seseorang ditakdirkan untuk mati, mengapa aku harus menyelamatkannya ? Bila pengetahuian medisku ada gunanya, mengapa ia pergi ke medan perang dan kehilangan nyawanya.

Dokter tersebut tidak memahami apakah ada artinya ia menjadi dokter militer, dan ia sangat sedih sehingga ia tidak mampun menyembuhkan orang lagi.

Karenanya, ia naik gunung untuk mencari seorang master Zen.

Setelah bersama seorang master Zen selama beberapa bulan ...

Akhirnya, ia mengerti masalah dia sepenuhnya. Ia turun gunung untuk terus berpraktek sebagai dokter.

Katanya : INI KARENA AKU SEORANG DOKTER.

Catatan
Tidak meng-identifikasi diri sendiri dengan sesuatu atau menghubungkan sesuatu dengan "aku" dan mengerti bahwa ide adanya "aku" yang berbeda dari benda lain adalah noda, itulah kebijaksanaan sejati. 

Kemana orang pergi setelah mati ??

Kaisar Jepang Goyozei sedang mempelajari Zen di bawah guru Zen Gudo Toshuku.

Raja : Dalam Zen, pikiran itu adalah Buddha, benar ??

Gudo : Jika kukatakan ya, kamu akan berpikir bahwa kamu mengerti tanpa berusaha memahami, Jika kukatakan tidak, aku terpaksa membantah fakta yang sudah dipahami orang banyak dengan baik.

Raja : Kemana orang suci pergi setelah mati ??

Gudo : Saya tidak tahu...

Raja : Mengapa kamu saja sampai tidak tahu ??

Gudo : Karena saya belum mati.

Catatan
Ketika hidup, orang harus menghargai keindahan dan misteri hidup menurut pandangan orang hidup. Tidak perlu memikirkan tentang dunia setelah mati. Hari ini, hiduplah untuk hari ini. Tidak perlu mencemaskan esok hari karena kejadian esok akan datang esok hari.

Zen dalam kehidupan sehari hari

banyak sekali definisi mengenai Zen, sebagian besar pendekatan Zen atau praktek nya adalah dengan meditasi. tetapi sebenar nya meditasi adalah hanya salah satu jalan mempraktekan Zen.

Jadi apa itu Zen ?

contoh nya kita sedang (membaca, atau mengetik) dan kita menyadari nya (sadar akan apa yang kita perbuat sekarang) itu adalah Zen.

mengapa Zen terdengar begitu gampang ?

kalau kita mau jujur kepada diri kita sendiri seberapa seringkah kita sadar apa yang sedang kita perbuat dan kita katakan pada saat itu juga.

seperti contoh :

- manusia sedang berjalan, pada saat dia berjalan pikiran nya ada pada waktu berikut nya apa yang akan dia lakukan atau pun dia sedang memikirkan apa yang baru saja diperbuat nya.

- ketika kita sedang makan, saat kita menyuap masuk makanan ke mulut kita berapa banyak orang sadar mereka sedang memasukan sesuatu ke dalam mulut nya.. kebanyakan kita malah memikirkan hal lain..

"melatih kesadaran" adalah kalimat yang sering digunakan untuk membicarakan tentang Zen.

jadi Zen tidak hanya terbatas pada ruang lingkup agama Buddha Mahayana, tetapi secara universal sebenar nya adalah bagian dari dunia spiritual dan bagian alami dari alam ini sendiri.

seperti telah di jelaskan di awal melatih Zen (kesadaran) tidak perlu mengkhianati agama.

Zen sebenar nya hanyalah sebuah nama dari sebuah jalan yang memiliki banyak sebutan..

saat teman teman Muslim sedang sholat dan sadar akan apa yang dilakukan saat itu, dan fokus kepada doa di sholat tersebut maka itu disebut dengan praktek Zen.
(dalam bahasa sehari hari di sebut khusyuk. kalau sudah khusyuk saat imam ngentut pun kita tidak akan tahu.) tapi nyata nya pasti jadi gosip

apapun yang kita perbuat dan kita sadar akan apa yang kita perbuat tersebut, tindakan itu dapat disebut dengan praktisi Zen.

Zen melatih kesadaran dan feeling kita terhadap sinyal sinyal dari alam dan mengikuti harmoni nya.. saat lapar makan lah, saat mengantuk tidur lah.. saat lelah istirahat lah.. begitulah alam menjaga keharmonisan nya sendiri dengan siang dan malam..



Lalu apa yang kita dapat dengan berlatih Zen ?

seberapa banyak dari kita yang sedang membaca threat ini mengerti apa arti hidup kita, apa tujuan hidup kita

dengan berlatih Zen kita akan mengikuti harmoni dari alam dan ketika kita sampai pada waktu nya kita akan tahu apa yang harus kita lakukan dan apa tujuan kita dilahir kan dan hidup di dunia ini, dilingkungan ini, di komunitas ini dan pada saat ini. dan kita akan belajar melakukan semua nya dengan senang hati dan tanpa beban..

berapa banyak dari kita yang pagi hari harus mengumpat ngumpat karena alaram berbunyi dan kita harus ngantor atau pun sekolah

itu semua karena kita memiliki tekanan alam bawah sadar dan apa yang akan kita lakukan itu bukan lah panggilan jiwa atau jalan hidup kita.

lihat berapa banyak sukarelawan saat gunung merapi meletus datang berbondong bondong dengan berbekalkan kenekatan, siang malam tak kenal waktu tapi mereka tak pernah mengeluh. karena mereka telah mendengar panggilan jiwa nya (panggilan alam).

atau berapa banyak dari kita rela bangun pagi dengan tersenyum saat kita ada rencana dipagi hari itu joging dengan sang kekasih
karena itu adalah salah satu panggilan hati.



jadi semoga saja dengan ini kita dapat bersama sama melatih "kesadaran" dan akhir nya kita memperoleh kepekaan terhadap panggilan jiwa kita masing masing. dengan berbagi cerita atau berdiskusi..



Urutan Hidup dan Mati

Seorang kaya raya meminta seorang ahli kaligrafi dan tulisan indah
untuk membuatkan tulisan yang bermakna,
agar kemakmuran dalam keluarganya dapat berlangsung turun temurun.

Lalu ahli kaligrafi itupun menuliskan sesuatu, begini bunyinya ;

'BAPAK MATI
ANAK MATI
CUCU MATI'

Membaca tulisan itu orang kaya tersebut menjadi marah,
"Yang kuminta adalah tulisan yang indah dan berharga !
Mengapa kau malah menulis lelucon tak lucu seperti itu?!
Kau ingin kluargaku cepat mati ya ?!"
Dengan tenang ahli kaligrafi tersebut menjawab,
"Eh, bukankah ini kabar baik ? coba pikir;
Jika anakmu mati sebelum engkau sendiri mati,
bukankah engkau bakal nelangsa ?
Jika cucumu mati sebelum kau dan anakmu mati,
hati kalian berdua akan hancur.
Sangat wajar dan alamiah jika keluargamu, turun-temurun,
mati dengan urutan seperti yang saya tuliskan.
Saya menyebutnya sebagai kemakmuran sejati.. hehehe.."

Orang kaya itupun manggut-manggut meresapi kata-kata sang ahli kaligrafi,
"Betul juga..."

ZeN:
Kematian adalah seperti pengembara yang pulang.
Mati dengan urutan yang wajar,
tidakkah lebih baik daripada mati dengan urutan terbalik ?
Bantulah dirimu sendiri

Seorang umat merasa putus asa karena selalu mengalami kegagalan. Kemudian dia memutuskan untuk pergi ke Vihara untuk berdoa dan meminta bantuan Kuan Im Po Sat.

Sesampainya di Vihara dia merasa kaget karena melihat Kuan Im Po Sat sedang bersembahyang kepada dirinya sendiri

lalu umat itu pun bertanya kepada Kuan Im Po Sat, dan dijawab
"Karena saya juga menghadapi masalah,saya tau hanya saya yang dapat membantu diri saya"

note :
perbedaan dari orang biasa dan orang hebat adalah orang biasa suka sekali meminta bantuan orang lain saat dirinya menghadapi masalah, sementara orang hebat bergantung pada dirinya sendiri saat menghadapi masalah.
Orang lain memang bisa mengulurkan tangan membantu kita, tapi tetap kitalah yang harus menyelesaikan permasalahan kita itu  .

Cerita Zen I
Suatu hari ada pendeta Zen yang kedinginan. Semua kayu bakar sudah habis. Dengan enteng diambil patung Buddha dari kayu kemudian dibakar. Kontan saja ini mengundang marah orang: berani-beraninya membakar patung Buddha? Pendeta ini menjawab: “yang masih bisa terbakar bukan Buddha.”

Tidak saja dalam Zen, di banyak Negara keseharian manusia ditandai oleh mudah terbakarnya emosi gara-gara agama dan lain hal. Karena berbagai factor, ada manusia yang demikian melekatnya dengan agama. Sedikit-sedikit tersinggung sehingga jadilah agama bukan sebagai kesejukan melainkan sebagai sumber api yang membakar.

Cerita Zen II
Suatu hari ada seorang raja yang telah membangun tidak terhitung jumlahnya tempat ibadah. Kemudian sang raja datang ke Bodhidharma dan bertanya “saya sudah membangun ratusan tenpat ibadah, berapa pahala yang kelak saya terima? Tanpa menoleh Bodhidharma menjawab “ tidak ada pahala-pahalaan”

Cerita Zen III
Suatu hari ada dua pendeta Zen berjalan di tengah hutan. Tiba-tiba pendeta zen yang lebih tua mau kencing. Dengan tanpa beban pendeta tua tersebut kencing di sebelah patung Buddha. Tentu saja yang muda marah . tanpa menoleh seinci pun pendeta tua tadi bertanya: “tunjukan saya tempat dimana tidak ada Buddha?” tentunya dijawab standar oleh yang muda bahwa tidak ada tempat tanpa Buddha. Dengan enteng pendeta tua itu bertanya balik:”kalau begitu saya kencing dimana dong?”

Cerita Zen IV
Sudah lama orang disuruh bertanya:”bagaimana suara tepuk tangan yang dilakukan oleh sebelah tangan?”

1 komentar:

Andha Alwy mengatakan...

Informatif. Jadi ingin menjalankannya. Tksh, Admin.

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;