Metode ajaran Nianfo
Metode ajaran Nianfo
Namo Buddhaya,Senang sekali melihat teman2 sekalian mempraktikkan   Nianfo. Saya sendiri juga sedang belajar mempraktikkannya. Untuk itu   saya akan sharing mengenai berbagai metode Nianfo dari mazhab Sukhavati   (Jingtu). Tulisan ini merupakan bagian dari tulisan yang sedang saya   susun dalam sebuah buku yang untuk  sementara berjudul Patriak Suci  Mazhab Sukhavati. Naskah saya ini memang  sudah lama dan pernah dibantu  diedit oleh bro Siwu. Namun hingga kini  saya masih selesai dan masih  dalam proses yang entah kapan selesainya.  Berikut salah satu bagiannya  tentang metode Nianfo akan saya share di  sini, semoga bermanfaat  (mungkin masih belum lengkap karena tulisan itu  masih dalam tahap  konstruksi, mungkin suatu saat ada penambahan lagi,  harap maklum).
Metode ajaran Nianfo
Metode ajaran utama yang dikembangkan oleh mazhab Sukhavati adalah   praktik Nianfo. Istilah Nianfo (Pali=Buddhanussati, Skt=Buddhanusmrti)   mengandung makna "perenungan pada Buddha". Istilah "perenungan pada   Buddha" sendiri memiliki makna yang luas. Pada tingkat sederhana,   perenungan pada Buddha berarti memfokuskkan batin tertuju pada Buddha.   Pada tingkatan yang luas, perenungan ini berkembang pada objek   perenungan tentang sifat-sifat luhur Buddha, kemuliaan-kemuliaan Buddha   baik dari sisi ekternal seperti Tanah murninya hingga sisi internal   seperti 32 tanda ciri-ciri fisik unggulnya. 
Tujuan dari batin yang terfokus pada kemuliaan Buddha adalah agar  batin  terus berpaling dari tiga racun (keserakahan, kebencian dan  kegelapan  batin). Tiga racun merupakan sumber noda batin. Dalam  kehidupan  sehari-hari, gejolak pikiran tanpa disadari selalu  berinteraksi dengan  tiga racun ini. Orang yang tidak terlatih dalam  praktik meditasi, maka  gejolak pikirannya yang berinteraksi dengan noda  batin itu tidak begitu  mudah dikenali atau disadari, dan itulah  sebabnya berbagai perbuatan  negatif terus melandanya. Bagi praktisi  Theravada, untuk melatih pikiran  agar dapat menekan tiga racun noda  batin adalah dengan praktik  perhatian penuh (sati). Pada prinsip yang  sama, praktik Nianfo adalah  sebuah praktik perhatian penuh yang  sekaligus bersandar pada kemuliaan  Buddha. Dalam mazhab Sukhavati  menyebutnya sebagai bersandar pada  kekuatan diri sendiri dan kekuatan  Buddha. Apakah dengan bantuan  kekuatan Buddha, maka prinsip praktik  Nianfo telah bertolak belakang  dengan nasihat sang Buddha tentang kita  harus menjadikan diri sebagai  pelita, bersandar pada diri sendiri?  Memang benar bahwa Sang Buddha  menasihati kita untuk menjadi diri  sendiri sebagai pelita dan berusaha  sendiri, tetapi perlu diketahui  bahwa sebelum menjadikan diri sebagai  pelita, bukankah kita terlebih  dahulu harus berlindung (bersandar) pada  Buddha, Dharma dan Sangha  (Triratna). Sebelum berlindung pada Triratna  dan berusaha jalan sendiri  itu ibarat orang buta yang berjalan sendiri  sambil membawa lampu,  meskipun dia telah menerangi jalan, dia sendiri  tidak dapat melihatnya.  Jadi dalam praktik Nianfo yang bersandar pada  kekuatan Buddha itu  sesungguhnya merupakan bentuk actual dari berlindung  pada Buddha,  Dharma dan Sangha yang dileburkan dalam satu wadah  pelatihan. Prinsip  ini sama dengan semua aliran agama Buddha manapun. 
Jadi praktik Nianfo bukanlah semata-mata mengucapkan nama Buddha saja   seperti yang sering terlihat. Terdapat empat jenis praktik Nianfo:
1. Nianfo melalui meditasi visualisasi.
Bentuk Nianfo melalui meditasi visualisasi adalah suatu usaha   menciptakan sebuah objek yang divisualkan melalui pikiran dan   mengarahkan pikiran pada objek tersebut secara terpadu hingga mencapai   pikiran terpusat. Praktik Nianfo melalui visualisasi ini diajarkan oleh   sang Buddha kepada ratu Vaidehi dalam Amitayur-dhyana Sutra. Sang  Buddha  berkata kepada ratu Vadehi bahwa cara untuk melihat dan terlahir  di  alam Sukhavati adalah dengan mempraktikkan 16 tahap meditasi  visualisai  pada bentuk-bentuk kemuliaan alam Sukahvati beserta  tanda-tanda  kemuliaan 9 jenjang alam tersebut. Jika dapat mencapai  pikiran terpusat  melalui praktik ini maka dipastikan akan terlahir di  alam Sukhavati. 16  objek meditasi tersebut adalah………….
Praktik Nianfo melalui metode ini akan sulit mencapai keberhasilan bagi orang-orang yang:
1. Tidak memiliki bakat meditasi 
2. Pikiran kasar
3. Tidak memiliki ketrampilan
4. Tidak memahami metode secara mendalam
5. Tidak memiliki kekuatan jasmani dan rohani yang cukup. 
Syarat-syarat di atas tentu juga akan sangat tergantung pada  jenis-jenis  orang tertentu baru dapat memenuhinya. Karena metode ini  tidak dapat  diterapkan pada semua golongan maka masih dikategorikan  sebagai metode  ajaran yang sulit. 
2. Nianfo melalui perhatian pada objek patung Buddha Amitabha.
Nianfo melalui metode ini adalah dengan memusatkan perhatian pada  objek  patung Buddha Amitabha, mulut melafal nama Buddha, mata tertuju  pada  objek patung, pikiran terarah pada bentuk kemuliaan Buddha  Amitabha.  Melalui perbuatan, ucapan dan pikiran demikian yang terus   berkesinambungan tanpa henti, maka semakin hari akan semakin mendalam   pelatihannya sehingga juga akan dapat mencapai pikiran terpusat. Dengan   mempadukan perbuatan, ucapan dan pikiran secara berkesinambungan dan   tertuju pada objek patung, hal ini juga tidak mudah dilakukan.
3. Nianfo melalui pemahaman terhadap realitas sejati.
Jenis Nianfo ini adalah yang tersulit dan hanya sanggup dipraktikkan   oleh golongan orang yang memiliki talenta dan kebajikan tingkat tinggi.   Melalui pemahaman bahwa batin dan Buddha tidak terpisah, tidak ada   Buddha di luar batin diri, dan tidak ada batin di luar Buddha, Buddha   dan batin adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Batin yang selaras   dengan Buddha pada dasarnya adalah kosong, maka nama Buddha yang   dilafalkan sesungguhnya tidak eksis, namun juga tidak melekat pada   kekosongan tersebut, tidak ada yang kosong maupun yang bukan kosong,   kemudian menyadari hakikat batin sejati. Terdapat berbagai istilah untuk   menggambarkan sifat realitas sejati, seperti nirvana,  tathagatargarbha,  buthata, hakikat Buddha. Tidak ada istilah yang  statis untuk  mendeskripsikan realitas sejati, karena sifatnya yang non  dualitas,  tidak lahirkan juga tidak musnah. Dalam tataran fenomena,  Sukhavati  terletak sejauh 10 milyar negeri Buddha dari dunia ini.  Sebagai makhluk  awam yang masih dibelenggu oleh noda batin, maka  makhluk awam masih  melekat pada fenomena jauh, dekat, baik atau buruk.  Itulah sebabnya kita  melihat dunia ini berdasarkan sifat kekotoran  batin kita, ada dunia  yang indah dan ada dunia buruk. Namun secara  prinsipil dunia ini maupun  Tanah murni itu tidak memiliki jarak. Orang  yang batinnya murni maka di  manapun dia berada adalah Tanah murni. Jika  dia mempraktikkan Nianfo,  setiap saat Tanah Murni Sukhavati berada di  depan matanya. Master  Huineng-patriak 6 mazhab Chan mengatakan bahwa  pengertian jauh dekat itu  adalah untuk orang tingkatan rendah.  Pemahaman nondualitas hanya untuk  orang tingkat tinggi. Itulah sebabnya  Master Chinkung mengatakan bahwa  metode ajaran Chan khusus untuk orang  tingkat tinggi. Mencapai tingkatan  di mana melihat segala sifat  fenomena sebagai nondualitas, ini sudah  bukan manusia biasa lagi, dan  berapa orang yang sanggup mencapai tahapan  ini? Jadi jenis Nianfo  melalui pemahaman realitas sejati tergolong  sulit bagi manusia awam,  maka hal ini jarang dibicarakan. Bagi praktisi  yang telah mencapai  tahapan ini, mereka tetap saja melafal nama Buddha  layaknya orang awam,  karena Sukhavati itu memang bukan tidak ada.  Istilah tidak ada adalah  dalam konteks prinsipil, karena jangankan  Sukhavati, secara prinsipil  tataran dunia kita, alam-alam,  makhluk-makhluk juga tidak nyata. Sang  Buddha mengatakan semua ini  muncul hanya karena ilusi belaka. Namun  sebagai orang yang berada dalam  belenggu noda batin, pelatihan bertahap  tetap diperlukan guna  merealisasi pencapaian tingkat realitas sejati  yang non dualitas atau  non diskriminasi. Pepatah mengatakan, "Saat  terbelenggu, tiga alam itu  tampak eksis. Setelah tercerahkan, sepuluh  penjuru itu kosong belaka".  Kita tidak bisa mengatakan dunia ini eksis  atau kosong, sifatnya  relative dan masalahnya hanya tergantung pada  apakah kita terbelenggu  atau tercerahkan. 
4. Nianfo melalui cara melafal nama Buddha.
Ini adalah metode Nianfo yang paling umum, paling mudah, paling  praktis,  paling dianjurkan dan paling banyak dipraktikkan oleh semua  praktisi  baik dari mazhab Sukhavati maupun dari mazhab mahayana  lainnya. Karena  kepopuleran inilah maka secara berangsur-angsur istilah  Nianfo pun hanya  mengacu pada metode "melafal nama Buddha" ini. Inilah  metode yang  sering dianjurkan oleh para sesepuh. Baik dari golongan  tingkat atas  maupun tingkat bawah, kaya, miskin, pintar, bodoh, pria,  wanita, bhiksu,  bhiksuni, perumah tangga, tidak satu pun yang tidak  sanggup  mempraktikkan metode ini. Melafal nama Buddha berarti secara  terus  menerus melantunkan kata "Namo Amitofo", atau "Amitofo" atau  boleh juga  "Namo Amitabha Buddha". Tujuan utamanya tetap mencapai  pikiran terpusat.  Namun tanpa mencapai pikiran terpusat pun jika  memiliki keyakinan dan  tekad yang dalam maka dipastikan akan dapat  terlahir di Tanah murni  Buddha. Metode inilah yang telah mengantarkan  berjuta-juta orang  terlahir di Tanah murni. Keefektifan dari metode ini  terletak pada tekad  yang telah dijanjikan oleh Buddha Amitabha di  dalam 48 tekad agungnya.  Pada tekad ke 18 dari 48 tekad agung ini,  Buddha Amitabha mengatakan, "  Saat Aku mencapai keBuddhaan, semua  makhluk hidup yang berada di sepuluh  penjuru alam, jika mendengar nama  Ku, memiliki keyakinan secara  mendalam dan bersuka cita, mengarahkan  jasa kebajikannya dengan tekad  terlahir di negeri Ku, melalui pelafalan  (nama Buddha Amitabha) hingga  sepuluh kali, jika tidak dapat terlahir,  kecuali bagi mereka yang telah  berbuat 5 karma buruk besar dan mencela  ajaran sejati, maka Aku tidak  akan mencapai keBuddhaan". Karena Buddha  Amitabha telah berhasil  mencapai keBuddhaan maka secara otomatis  tekadnyapun menjadi efektif.  Jadi tidaklah heran jika para praktisi  yang melafal nama Buddha dengan  benar akan dapat terlahir di Tanah  murni Buddha. 
Berbagai Cara Nianfo
Ada berbagai cara dalam mempraktikkan Nianfo. Terdapat banyaknya cara   ini adalah bertujuan untuk menyesuaikan situasi dan kondisi mental   seseorang beserta faktor eksternal. Setiap cara itu memiliki efektifitas   dan manfaatnya masing-masing. Seorang praktisi dapat memilih secara   bebas cara yang hendak dipraktikkan, dan boleh saja di saat merasa tidak   cocok dengan cara pertama lalu mengganti cara lainnya. Intinya adalah   menemukan cara yang dapat membuat batin menjadi tenang, pikiran-pikiran   kacau menjadi berkurang dan yang terutama adalah dapat mencapai  pikiran  terpusat. Namun mencapai pikiran terpusat bukanlah keharusan  bagi  seorang praktisi, yang terpenting adalah keyakinan dan tekad yang  kuat.  Melafal nama Buddha ibarat menyembuhkan penyakit. Terdapat  berbagai cara  itu ibarat resep. Selama dapat menyembuhkan maka itu  berarti telah  menemukan resep yang cocok. Pikiran kacau ibarat  penyakit, dan nama  Buddha ibarat obat. Melafal nama Buddha berarti  memberi obat pada  pikiran kacau. Jika dapat sembuh, berarti obatnya  telah berhasil  diberikan sesuai takarannya.Berikut akan dijelaskan  secara singkat  bebarapa cara Nianfo:
1. Nianfo dengan suara lantang
Saat melafal nama Buddha dengan suara lantang, suara terdengar  nyaring,  keras dan jelas. Kemudian pikiran terfokus pada suara nama  Buddha.  Meskipun menggunakan cara ini dapat mengakibatkan tenggorokan  menjadi  sakit dan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, namu dia  dapat  mengatasi masalah kantuk, kemalasan dan pikiran kacau.  Menggunakan cara  ini juga dapat membuat orang yang mendengarnya  tergerak hari untuk ikut  menyebut nama Buddha. Cara inilah yang sering  dipraktikkan oleh patriak  ke 6 –Master Yenshou saat berada di atas  puncak gunung Dongbing di  wilayah HanZhou. Para penduduk yang berada di  kaki gunung dapat  mendengarnya dengan jelas dan nyaring. 
Dalam Sutra YeBaoChaBieJing (Sutra tentang berbagai jenis karma)   menyebutkan bahwa terdapat sepuluh manfaat dari melafal nama Buddha   dengan suara lantang:
1. Mengatasi rasa kantuk
2. Membuat takut Mara.
3. Suara berdentang ke sepuluh penjuru
4. Penderitaan di 3 alam buruk menjadi jeda
5. Suara lain tidak dapat masuk (menjadi tidak terganggu)
6. Pikiran menjadi tidak berkeliaran
7. Semangat dan tekun
8. Para Buddha "bergembira" .
9. Mencapai kedaan Samadhi
10. Terlahir di Tanah murni.
2. Nianfo dengan suara kecil
Saat dalam keadaan lelah, atau berada di suatu tempat yang tidak   memungkinkan untuk mengeluarkan suara keras, maka melafal nama Buddha   dapat dilakukan dengan suara kecil. Namun harus melafal dengan cukup   jelas, terdengar jelas dan terpaku dalam batin dengan sikap tulus dan   tekad yang kuat, terus demikian secara berkesinambungan, maka juga akan   dapat mencapai pikiran terpusat. 
3. Nianfo tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat menggerakan mulut
Jika cara pertama dan kedua tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka   dapat mempraktikkan cara ini. Cara ini sama seperti cara pertama dan   kedua namun suara ditekan hingga ke titik seperti berbisik atau bahkan   tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat mulut saja yang bergerak.   Namun kata "Namo Amitbha Buddha" terus berdentang secara jelas ke dalam   batin, dengan demikian pikiran pun menjadi tidak berkeliaran, jadi   efeknya tetap sama dengan cara mengeluarkan suara. Cara ini dapat   dilakukan di dalam situasi seperti sedang berbaring, sakit, berada dalam   kamar mandi, atau di tempat yang tidak memungkinkan untuk mengeluarkan   suara. 
4. Nianfo dengan cara mengejar nama Buddha.
Sama seperti menggunakan cara melafal nama Buddha tanpa suara, tetapi   sebutan nama Buddha dilafal secara cepat, tanpa memberi kesempatan   pikiran lain masuk sehingga seperti mengejar nama Buddha yang berada di   depan. Cara ini juga sangat efektif untuk mengikis pikiran kacau,  karena  setiap akan timbul pikiran lain, maka ditutupi oleh sepatah kata  nama  Buddha Amitabha. Jadi ini adalah cara yang sering dilakukan oleh  para  praktisi. 
5. Nianfo dengan cara bersujud
Saat melafal nama Buddha, sikap tubuh melakukan sujud. Atau dapat  juga  dengan cara menyebutkan nama Buddha satu kali lalu bersujud satu  kali,  kemudian pikiran memikirkan Buddha. Cara ini adalah pelatihan  yang  melibatkan perbuatan melalui tubuh, ucapan dan pikiran secara  konkrit,  sehingga keseluruhan sikap tubuh, ucapan dan pikiran tertuju  pada  Buddha. Jadi pelatihan melalui cara ini termasuk sangat efektif.
6. Nianfo dengan jadwal tetap
Yang ditakutkan dalam praktik Nianfo adalah tekun pada awalnya lalu   menjadi malas di kemudian hari. Sebaiknya praktik Nianfo dilakukan terus   menerus sepanjang waktu dan seumur hidup. Tetapi berhubung para umat   awam yang memiliki kesibukan lain dalam kehidupan sehari-hari karena   tidak sanggup melepaskan semua kemelekatan ini, maka praktik Nianfo   dapat dilakukan dengan membuat jadwal tetap. Setelah menetapkan jadwal,   mereka pun harus mempraktikkannya secara konsisten. Sudah menjadi   pemandangan umum bahwa ada praktisi yang menetapkan jadwal sehari   melafal sebanyak 10 ribu kali nama Buddha, ada yang 20 ribu kali, 50   ribu kali bahkan 100 ribu kali. Jika tidak dapat melakukannya secara   penuh pada hari tersebut, maka dia harus memupuknya kembali pada hari   berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melatih ketekunan dan mengokohkan   keyakinan dan tekad. Kemudian ada juga yang membuat jadwal Nianfo di   setiap pagi dan malam sepanjang tahun, ada yang membuat sesi 7 hari   Nianfo dan lain-lain. 
7. Nianfo setiap saat
Setiap saat, tidak peduli kapan dan di mana adalah saat yang tepat  untuk  melafal nama Buddha. Baik sedang berjalan ,berdiri, duduk, atau   berbaring, pagi, siang atau mala, tiada waktu tanpa melafal nama Buddha.   Di dalam pesawat, di hotel, di rumah, di kamar mandi, sedang makan,   buang air, berolah raga, bernafas, praktik nianfo tetap dapat dilakukan   dengan keyakinan dan tekad yang kuat. Inilah yang disebut melafal nama   Buddha setiap saat.
8. Nianfo dalam hati
Nianfo dalam hati berarti melafal nama Buddha hanya di dalam pikiran.   Saat mulut mengucapkan nama Buddha, pikiran terus memikirkan nama   Buddha, dan saat mulut tidak mengucapkan nama Buddha, pikiran juga terus   memikirkan nama Buddha. Inilah yang disebut dengan melafal tidak   seperti melafal, tidak melafal tetapi sedang melafal.
9. Nianfo dengan menghitung tasbih. 
Tasbih dalam bahasa sankrit disebut Pasakamala, japamala, atau juga  aksa  sutra. Nianfo ini dipraktikkan dengan cara menghitung jumlah nama   Buddha yang kita lafalkan, dan tasbih adalah sarana yang digunakan  untuk  memudahkan perhitungan. Setiap perhitungan pada satu lingkaran  tasbih,  maka perhitungan diulang lagi dari awal dan terus demikian  dengan tujuan  mengendalikan pikiran kita pada nama Buddha yang kita  lantunkan.  Sesungguhnya Nianfo dengan memanfaatkan sarana tasbih telah  ada dalam  catatan Sutra mahayana. Di antaranya adalah :
- XiaoLiangShuZhuGong De Jing (Sutra Manfaat Menghitung Tasbih),   terjemahan bhiksu Ratnacinta asal Kashmir (abad 6). Terdapat terjemahan   versi lain dari Sutra ini, yakni: ManShuSheLiZouZangZ hongXiaoLiangShu   ZhuGongDe Jing, terjemahan bhiksu YiJing asal Tiongkok (abad 7). Kedua   sutra ini mengisahkan penjelasan bodhisattva Manjusri tentang manfaat   menggunakan tasbih di hadapan Hyang Buddha Sakyamuni. 
- MuHuan Jing (Arista Sutra), kitab ini telah ada pada masa dinasti Jin Timur dan tidak diketahui penerjemahnya.
- MuHuanZi Jing (Arista Sutra), terjemahan Amoghavajra (abad 6).  Arista  Sutra mengisahkan tentang Raja Virudaka dari kerajaan Kosala  yang  mengutus bawahan nya untuk pergi bermohon ajaran dari Hyang  Buddha.  Hyang Buddha lalu mengajarkan cara membuat tasbih dari kayu  yang  dibulatkan sebanyak 108 biji dan menggunakannya untuk melantunkan  nama  Buddha, Dharma dan Sangha dan kemudian menguraikan tingkatan   manfaat/pahala dari praktik ini.
- JinGangDingYuJiaNia nZhu Jing, terjemahan Amoghavajra (abad 6).  Dalam  Tripitaka edisi Taisho, kitab ini digolongkan dalam divisi sutra  Tantra.  Sutra ini berisi tentang uraian bodhisattva Vajrapani tentang  manfaat  menggunakan tasbih di hadapan Buddha Vairocana.
- TuoLuoNiJi Jing (Sutra Kumpulan Dharani), terjemahan bhiksu Atikula   asal India Tengah. Sutra ini juga digolongkan dalam divisi Tantra. 
- WenShuYiGui Jing
Biji tasbih dapat dibuat bermacam macam jenis dari segi jumlahnya,  ada  yang berjumlah 1080, 108, 54, 42, 36, 27, 21, 14. Jumlah yang   berbeda-beda ini memiliki makna simbolis yang berbeda-beda pula. Bahan   yang digunakan juga berbeda-beda seperti emas, perak, kristal, mutiara,   tembaga, kayu, biji bodhi, biji teratai, dan lain-lain. 
Praktik Nianfo dengan menggunakan tasbih dalam tubuh mazhab Sukhavati   telah ada sejak abad ke 6 yang diperkenalkan oleh Master DaoChuo. 
10. Nianfo dalam pernafasan
Cara praktik Nianfo ini adalah menarik nafas sambil mengucapkan dalam   hati kata Namo A, kemudian mengeluarkan nafas sambil mengucapkan dalam   hati kata MiThoFo. Dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas sambil   melafal nama Buddha, jika terus menerus dibiasakan dalam praktik   demikian maka setiap saat nama Buddha akan menetap dalam setiap   pernafasan kita.
11. Nianfo menjelang kemangkatan
Dalam ajaran Buddha, detik-detik kematian adalah sebuah momentum yang   sangat penting untuk mengembangkan sifat-sifat positif (kusala) agar   tidak terperosot ke alam yang buruk. Dalam literature Theravada pun   menekankan pentingnya untuk memiliki javana-citta (impuls batin) sebelum   ajal. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh bhikkhu Ashin   Janakabhivamsa dalam "Abhidhamma Sehari-hari", bahwa jika pikiran kusala   (baik) muncul sampai nafas terakhir, dia akan terlahir kembali di alam   yang membahagiakan. Jika akusala javana citta muncul sebelum kematian,   dia pasti akan terlahir kembali di alam menyedihkan.
Demikian juga detik-detik paling menentukan bagi praktisi Nianfo  adalah  saat menjelang kemangkatan. Bagi yang telah terbiasa dalam  praktik  Nianfo, maka dia akan dapat mempraktikkan Nianfo pada  detik-detik yang  menentukan ini dengan penuh kesadaran. Apabila beliau  berada di dalam  kondisi tidak menyadarkan diri atau koma, maka pada  saat saat ini sangat  dianjurkan untuk membantunya melafalkan nama  Buddha di sisinya. Ada  saatnya seseorang yang di dalam kondisi koma,  dia tetap dapat mendengar  suara-suara di sekitarnya, maka saat-saat  seperti ini sangatlah baik  untuk melafalkan nama Buddha agar batinnya  tidak berpaling ke pikiran  yang berkaitan dengan keserakahan, kebencian  dan kebodohan batin. Jika  memiliki keyakinan dan tekad yang kuat maka  dia akan dapat ikut melafal  nama Buddha di dalam batinnya dan dia akan  dapat terlahir di Tanah  murni. Jika dia berada dalam kondisi tidak  sadar bahkan tidak dapat  mendengar suara-suara di sekitarnya, maka bagi  yang tidak membiasakan  diri dalam praktik Nianfo dalam kehidupan  sehari-hari maka akan sulit  baginya untuk terlahir di Tanah murni.  ............ ...
Semoga bermanfaat,
 
 
 
 

0 komentar:
Posting Komentar