Hukum Karma Melakukan Sadhana Abhicaruka
Hukum Karma Melakukan Sadhana Abhicaruka
Ada orang bertanya kepada saya :
“Bagaimana hukum karmanya bagi orang yang melakukan sadhana abhicaruka (penaklukkan)?”
Demikian jawaban saya :
Dalam Tantrayana Tibetan, sadhana abhicaruka adalah sejenis metode“penaklukan” , ada berunsur “menghukum”, sebuah contoh misalnya, jika ada seorang siswa yang sukar diarahkan, malahan berbuat kejahatan, maka Gurunya akan menekuni abhicaruka, sehingga siswa itu jatuh sakit, sampai akhirnya siswa menyadari kesalahannya dan bertobat, barulah kemudian Gurunya akan menekuni sadhana santika .
Dalam Tantrayana Tibetan, sadhana abhicaruka adalah sejenis metode“penaklukan” , ada berunsur “menghukum”, sebuah contoh misalnya, jika ada seorang siswa yang sukar diarahkan, malahan berbuat kejahatan, maka Gurunya akan menekuni abhicaruka, sehingga siswa itu jatuh sakit, sampai akhirnya siswa menyadari kesalahannya dan bertobat, barulah kemudian Gurunya akan menekuni sadhana santika .
Sadhana santika adalah sadhana tolak bala, untuk menyembuhkan sakit siswa tersebut.
Menurut sudut pandang hukum karma, sang Guru menekuni sadhana abhcaruka, kemudian menekuni sadhana santika (untuk menyembuhkan), sehingga satu abhicaruka satu santika keduanya seimbang.
Tidak peduli yang dilakukan oleh sang Guru adalah sadhana abhicaruka atau sadhana santika, motifasi yang mendasari semuanya adalah “kebajikan”.
Dalam sudut pandang hukum karma, sungguh tidak ada pelanggaran.
Sedangkan diantara berbagai sadhana abhicaruka, ada yang lebih hebat, sama saja dengan menghilangkan nyawa, bagaimana sebab akibatnya ?
Saya akan menjelaskan dengan contoh :
Pada kehidupan lampau Sakyamuni Buddha, demi menolong lima ratus pedagang, mau tidak mau Beliau membunuh perampok yang akan menghabisi lima ratus pedagang itu.
Disini ada beberapa makna :
- Telah menyelamatkan lima ratus nyawa
- Menghentikan si perampok dari karma buruk pembunuhan.
- Motifasinya adalah kebajikan.
Berdasarkan hukum karma, (dalam kisah tersebut) yang menolong lima ratus nyawa dengan membunuh satu nyawa itu adalah Bodhisattva.
Saya berikan satu contoh lagi :
Padmasambhava di Uddiyana saat menjadi seorang pangeran telah membunuh satu putera menteri, Padmasambhava menggunakan batu untuk memukul mati seekor lalat, juga membunuh putera menteri.
Membunuh lalat dan putera menteri, ini semua ada nidana masa lampaunya, nidana masa lampaunya sangat panjang untuk diuraikan, namun saya hanya menjelaskan demikian :
Kehidupan lampau dari lalat adalah “Padma Qin”
Kehidupan lampau dari putera menteri adalah wanita tuna susila “Sangmu”
Padma Qin pernah membunuh Padmasambhava, sedangkan Sangmu turut terlibat.
Pada kehidupan kali ini, Padmasambhava membunuh Lianhua Qin dan Sangmu, makananya adalah demikian :
1. Akibat karma masa lampau dibayar dalam kehidupan sekarang.
2. Menggunakan metode penyeberangan arwah yang mendalam dalam Tantrayana, menyeberangkan keduanya menuju Tanah Suci Buddha.
3. Membuat nidana Padmasambhava sebagai Raja manusia berubah menjadi Raja Dharma.
Ini adalah penyeberangan arwah dari Padmasambhava Sang Arya Maha Pengasih :
Namun, orang awam melihatnya, ini adalah membunuh.
Dalam buku Karya Manifestasi Padmasambhava ada tercatat :
Tubuhnya diperagung dengan enam jenis tengkorak, tangan membawa vajragantha dan vajra, mengapit khatvanga.
Padmasambhava menarikan Vajranrte.
Kemudian melemparkan khatvanga dan vajragantha.
Vajra dan gantha jatuh diatas kepala putera mara Ga da ma, menyebabkan kepalanya pecah.
Khatvanga menancap pada ulu hati isteri mara Zha da ga.
Keduanya binasa.
Menurut penjelasan Padmasambhava :
- Jika pangeran mara dan isteri mara tidak binasa, maka dunia akan timbul kekacauan besar.
- Padmasambhava mentransformasi kesadaran kedua mara tersebut dengan menggunakan sadhana abhicaruka yang rahasia, mentransfromasikannya menuju Surga Akanistha.
- Hal ini merupakan faktor pendukung bagi Padmasambhava untuk merealisasi Dharmaraja.
Ini adalah penyeberangan dari Padmasambhava Yang Arya Maha Pengasih, namun orang awam melihatnya tetap saja sebagai tindakan membunuh.
Dilihat dari kulitnya, sadhana abhicaruka seakan akan melukai atau bahkan menghabisi, namun sesungguhnya dalam jarring ilusi dari permainan abhijna transformasi kesadaran, merupakan sebuah penyeberangan dengan belas kasih yang tak terhingga, membebaskan mereka dari derita samsara, bersemayam dalam kesejatian Tantrayana.
Maka, motifasi dari sadhana abhicaruka adalah kebajikan, belas kasih dan penyeberangan, berdasarkan hukum karma adalah kebajikan.
Namun jika sembarangan menggunakan sadhana abhicaruka, tidak berdasarkan kebajikan, belas kasih dan penyeberangan arwah, maka tentu saja karmanya adalah buruk. (Catatan: Yang dimaksud dengan sembarangan menggunakan Sadhana Abhicaruka adalah Menggunakan Sadhana Abhicaruka bukan dengan motivasi Maitri Karuna demi penyelamatan, melainkan atas dasar kebencian atau demi keuntungan pribadi, hal seperti ini merupakan Pelanggaran, dan akan memperoleh Karma buruk yang sangat Berat)
Tantrayana mempunyai makna yang mendalam, karena demikian mendalam, maka disebut Tantrayana, hal ini tidak bisa dipahami dengan mudah oleh orang biasa.
Siklus kehidupan manusia lahir-tua-sakit dan mati , semua demikian adanya, meninggal awal atau kelak, apakah bedanya ? Yang paling penting adalah memahami Kebijaksanaan Agung dari Buddha, berada dalam cahaya kesadaran sejati.
Sadhana Abhicaruka (Penaklukan)
降伏法
Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu
Ada orang berkata, 'Sadhana abhicaruka Vajrayana Budha tidak berbeda dengan praktek santet dalam perdukunan!'
Lalu orang lain menambahkan, 'Sadhana abhicaruka mencelakai orang, menyebabkan mereka mengidap kanker dan tumor, mengalami kecelakaan, mati dalam tabrakan mobil, dll.'
Pendapat seperti itu tampak menakutkan, tetapi kenyataannya jauh dari kebenaran. Sadhana abhicaruka dalam Vajrayana dilakukan untuk menaklukkan semua makhluk spiritual jahat, naga jahat dan binatang buas yang mencelakai semua makhluk hidup. Juga dilakukan untuk menaklukkan semua orang jahat yang mencelakai negara dan rakyatnya, termasuk mereka yang berkhianat pada kebenaran, yang merusak Triratna dan mantra-mantra, atau telah membuat rintangan kepada mereka yang menjapa mantra. Orang jahat demikian harus diatasi oleh sadhaka mantra yang memiliki welas asih besar yaitu dengan mempraktekkan sadhana abhicaruka.
Sutra Tantrayana menyatakan, 'Jika seseorang mempraktekkan sadhana abhicaruka karena dendam pribadi, demi keuntungan diri sendiri, maka pasti akan mengundang bencana dan malapetaka bagi diri sendiri.'
Ini menjelaskan bahwa sadhana abhicaruka harus dilakukan demi kebaikan umum dan tidak untuk musuh dan dendam pribadi.
Sutra Tantrayana menambahkan, 'Jika seorang jahat merasa tidak tenang dengan tubuh dan pikirannya, jatuh dalam penyakit berat, atau mendekati ambang kematian, kita harus menasehatinya membenahi sikap dan bertobat. Jika pertobatannya tulus, kita harus mempraktekkan penjapaan untuk melenyapkan karma buruknya sehingga ia terhindar dari malapetaka.'
Aku katakan bahwa sadhana abhicaruka harus diiringi dengan maha maitri karuna.
1. Melatihnya demi kebaikan umum.
2. Melatihnya demi menyelamatkan orang jahat.
Sadhana abhicaruka dalam Vajrayana jelas sekali jauh dari apa yang dikatakan mereka yang tidak mengerti, yaitu sama dengan jampi-jampi dukun santet. Sadhana abhicaruka Vajrayana tidak dimaksudkan untuk mencelakai oranglain, tetapi diniatkan untuk menyelamatkan mereka dari pelanggaran lebih jauh.
Saat melatih sadhana abhicaruka, orang harus memasukkan huruf-huruf ini dalam mantranya:
HUM HUM HUM FAZHA (Hum Hum Hum Vajra).
Mudra tubuh sadhaka abhicaruka agak unik yang mengharuskan orang berjongkok, dengan kaki kiri menekan kaki kanan.
Aku, Budha Hidup Liansheng, Shengyen Lu tidak pernah mempraktekkan sadhana abhicaruka hanya karena alasan bahwa Aku biarkan segala sesuatu berjalan secara alamiah. Hukum Langit dan Karma selalu bekerja, dan apapun yang harus datang datanglah, dan apapun yang harus pergi pergilah. Aku tidak suka memaksa dan membiarkan segala hal demikian adanya.
0 komentar:
Posting Komentar