Jumat, 27 Februari 2015 0 komentar

I-Ching






I Ching untuk pertama kalinya diperkenalkan ke dalam peradaban manusia tentang Hukum Perubahan. Suatu falsafah besar bagi kehidupan, yang masyarakatnya kala itu masih tergolong primitif. Falsafah Tentang Hakekat Perubahan yang dipaparkan Fu Xi pada sekitar 5.000 tahun yang lalu ini, dipaparkan justru di masa masyarakat Tiongkok (maupun dunia) masih belum mengenal huruf / tulisan.

Raja Agung Fu Xi terinspirasi oleh kemunculan Kuda Naga di Sungai Lo yang di punggungnya terdapat gambar-gambar kecil beraturan, Fu Xi pun mendapat pencerahan dan dijabarkanlah Hakekat Perubahan yang mendasari proses kehidupan ini. Untuk menyampaikan konsep perubahan tersebut, dikarenakan saat itu manusia belum mengenal huruf/tulisan, maka dirumuskanlah Simbol-simbol Kehidupan yang dijadikannya sebagai metode pengantar untuk memahami falasafah mengenai adanya Hukum Perubahan yang bersifat universal ini.

Symbol-symbol I-ChingQuote:Symbol-symbol kehidupan yang dipergunakan inilah yang tertuang dalam I Ching, yaitu:

1. Wu Chi. Diartikan sebagai Alam Suwung, keadaan kosong yang hampa, yang melambangkan tentang alam semesta yang bermula dari suatu keadaan kosong yang belum ada apapun di dalamnya. Ini bisa juga dijabarkan sebagai adanya sesuatu yang tak terjangkau akal pikiran kita dan kita tidak tahu pasti seperti apa persisnya. Ini disimbolkan sebagai sesuatu yang hampa/kosong. Simbol ini digambarkan sebagai sebuah lingkaran yang kosong.

2. Tai Chi. Arti harafiahnya adalah Maha Kutub. Simbol ini menggambarkan tentang suatu kondisi bahwa kehampaan/kekosongan yang mengawali konsep kehidupan sebagaimana disimbolkan di atas, ternyata berporos pada Satu Titik Pusat / Maha Kutub (Pusat Kegaiban Semesta) yang kemudian menjadi sumber penggerak bagi semua fenomena yang ada di alam semesta ini dan bagi segala proses perubahan, pertumbuhan maupun kehidupan/dinamika yang ada di Jagad Raya. Pusat penggerak ini kemudian dikenal sebagai Hukum Alam, yang merupakan Satu Kesatuan Utuh sebagai ibu dari segala hal yang tercipta dan sumber penggerak atas semua fenomena alam yang terjadi. Pelajaran ini disimbolkan sebagai sebuah lingkaran kosong dengan satu titik hitam di pusatnya.


3. Yin Yang. Merupakan penggambaran tentang adanya kondisi yang saling antagonis. Ada gelap ada terang, ada dingin ada panas, ada yang buruk ada yang bagus, kecil-besar, lentur-kaku, lembut-keras, jinak-ganas, pasif-aktif, dll. Ke semuanya itu dijabarkan sebagai Hukum Negatif dan Positif. Simbol yin-yang ini bergambar lingkaran dengan kombinasi hitam putih dan dua buah mata yang juga hitam putih dalam komposisi yang saling simetris. Sekarang ini, lambang tersebut lebih dikenal sebagai Simbol / Lambang Tao.

4. Wu Xing. Yang diartikan sebagai Lima Elemen, yaitu Kayu, Api, Tanah, Logam & Air. Semua fenomena alam dan juga seluruh aktivitas kehidupan, bisa dikelompokkan / dijabarkan ke dalam kategori Lima Elemen di atas.


5. Ba Gua / Pat Kwa. Yaitu Delapan Trigram yang digambarkan sebagai kompilasi dari perpaduan Garis Utuh ( Yang / Positif ) dan Garis Putus ( Yin / Negatif ). Tiap trigram menggambarkan tentang Langit-Bumi, Gunung-Danau, Api-Air dan Petir-Angin. Masing-masing trigram terdiri atas 3 buah garis yang tersusun sedemikian rupa, tanpa ada satupun perpaduan kombinasi garis yang sama satu dengan lainnya.



Dengan menggunakan simbol-simbol kehidupan inilah, Fu Xi menjabarkan konsep filsafatnya tentang Hakekat Perubahan yang terjadi di alam kehidupan ini.
Fu Xi wafat di usianya yang ke 130 tahun. Sekitar 200 tahun kemudian, di Jaman Kepemimpinan Huang Di / Hwang Ti ( Raja Kuning ), Chong Kiat seorang cendekiawan kala itu, untuk pertama kalinya memperkenalkan bentuk-bentuk awal huruf / tulisan. Guratannya masih kuno dan berbentuk seperti gambar-gambar kecil. Inilah yang kemudian berkembang menjadi Huruf Kanji / Mandarin.

Di zaman Huang Di ini (2698-2598 SM), mulailah konsep tentang Hakekat Perubahan yang dicanangkan Fu Xi, dibubuhi berbagai catatan/tulisan, tapi masih belum dibukukan.

Di zaman Dinasti Xia (2205-1766 SM) mulai dibukukan dan bukunya dinamakan Lian Shan ( Jajaran Agung ). Di zaman Dinasti Shang ( 1766-1066 SM ) dikenal dengan nama Gui Cang ( Kembali ke Kegaiban ). Lalu di masa Dinasti Zhou ( 1066-221 SM ) popular dengan sebutan Zhou Yi ( Kitab Perubahan dari Dinasti Zhou ), dan akhirnya, kini dikenal sebagai Yi Jing (baca: I Ching) , yang secara harafiah berarti Kitab (tentang) Perubahan.



Jadi, Apa itu I Ching?

Apa itu I Ching? I Ching adalah sebuah pedoman bertindak, atau pedoman pengambilan keputusan dalam arah yang tepat. Pedoman ini memberi tahu kita tentang apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan harus bertindak saat menghadapi masalah-masalah atau situasi-situasi khusus dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya supaya keputusan atau tindakan-tindakan tersebut selaras dengan Kekuatan Semesta Alam yang menentukan masa depan. Dasar filosofi I Ching adalah, bahwa segala sesuatu di bumi ini berubah secara konstan. Barangsiapa bisa bergerak secara harmonis dengan perubahan-perubahan dan Kekuatan Semesta Alam, dia akan mampu menyikapi perubahan situasi dengan baik lebih. Pada akhirnya keserasian gerak tersebut mendatangkan kesuksesan dan nasib baik bagi mereka.


Dunia Barat mulai memahami I Ching begitu psikolog berkebangsaan Swiss, Carl Gustav Jung, memberi pengantar yang menakjubkan dalam buku "I Ching or Book of Changes", terjemahan klasik karya Richard Wilhelm. Menurut Jung, I Ching bekerja atas dasar prinsip sinkronitas atau koinsidensi makna. Saat kita melempar koin-koin I Ching untuk membuat heksagram, cara jatuhnya koin-koin tersebut mengandung makna tertentu. Maka, heksagram yang tersusun sesungguhnya merupakan refleksi kebijaksanaan yang sudah lebih dulu ada dalam alam bawah sadar kita. Dengan kata lain, I Ching adalah sebuah metode untuk mengaktualkan kemampuan-kemampuan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan alam bawah sadar.

Mengapa I Ching menjadi sumber kebijaksanaan? Dalam keseluruhan 64 heksagram, I Ching sangat menekankan pentingnya filosofi dan moralitas atas setiap respon kita terhadap situasi yang dihadapi. Ke-64 heksagram tersebut akan membimbing kita untuk memegang nilai-nilai kerendahan hati, maksud baik, kebenaran bertindak, kerja keras dalam mencapai tujuan, kehati-hatian, kecermatan, dedikasi, keseriusan, fokus pada tujuan akhir, kerjasama dengan orang lain, keterbukaan sikap dan pikiran, penyesuaian diri dengan perubahan, penerimaan realitas yang tak bisa diubah, kepasrahan kepada kekuatan ilahi, dan masih banyak lagi. Bagi mereka yang menyukai cara-cara berpikir positif, berjiwa besar, berpikir kreatif, fokus dengan tujuan akhir, inilah buku yang tepat. Dalam konteks inilah, I Ching menjadi pedoman untuk pengembangan diri kita.

Saat kita berkonsultasi akan kuat terasa, bahwa I Ching bukan sekedar alat meramal atau buku pedoman kebijaksanaan semata. I Ching adalah sebuah pribadi yang membantu kita mengenali hal-hal yang tak terdeteksi oleh alam pikiran sadar. Ia menyerupai seorang sahabat sejati, yang selalu siap sedia membantu, jika kita menginginkannya. Kadang bahkan lebih dari itu. I Ching seperti "saudara kembar" kita, yang berfungsi sebagai pendorong kemajuan, kematangan, kesejahteraan, dan pengawal keselamatan kita.

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;