Selasa, 24 Januari 2012

Fangsheng 放生 - Tradisi Melepaskan Binatang

Fangsheng adalah tradisi melepaskan binatang seperti burung, ikan, kura-kura ke alam bebas. Pada umumnya mereka membeli binatang-binatang tersebut untuk dilepaskan lagi. Landasan untuk fangsheng pada umumnya dianggap adalah metta karuna terhadap semua mahluk, dan merupakan pelaksanaan dari Pancasila Buddhism 佛教五戒, kitab-kitab pendukungnya misalnya adalah Ksitigarbha Sutra 地藏本願經, Brahmajala Sutra 梵王經, Mahaprajnaparamitasastra大智度論da​n lain-lain, sering dianggap merupakan tradisi agama Buddha Mahayana Tiongkok. 

Kebiasaan untuk fangsheng bisa kita lihat saat-saat tertentu misalnya saat tahun baru Imlek新年, Qing Ming 清明( Cheng Beng ), Gui Yue 鬼月( cit gwee ) atau saat ritual tolak bala 祭煞科儀.  Tradisi seperti ini sudah berumur ribuan tahun lamanya dan faktor agama Buddha hanya salah satu faktor pendukung tidak seperti yang dibayangkan pada umumnya bahwa tradisi fangsheng adalah tradisi agama Buddha.
Pada umumnya orang jaman sekarang banyak yang berpikiran rasional dan sudah tidak begitu menyetujui fangsheng dengan cara membeli binatang di pasar dan dilepaskan kembali. Taoism dalam kitab Chongxu 沖虛真經 atau yang dikenal dengan kitab Lie Zi 列子 dengan tegas menolak cara fangsheng sebagai cara yang disebut melakukan budi besar.


Bagi Lie Zi, membeli binatang untuk dilepas kembali adalah membuat fangsheng menjadi blunder karena akan membuat banyak orang berbondong-bondong menangkap binatang untuk kemudian dijual, jadi tidak sesuai dengan asas welas asih dan menjadi suatu tindakan you wei 有為 bukan wuwei 無為. Tindakan wuwei seharusnya tidak akan mengundang reaksi negative seperti misalnya mengundang orang-orang berbondong-bondong menangkap burung jiu 鳩鳥 ( seperti burung gereja bentuknya ) dan dijual kepada Zhao Jianzi 趙簡子 untuk dilepas pada saat tahun baru. Berdasarkan kisah yang ditulis dalam kitab Liezi menunjukkan bahwa tradisi membeli dan melepaskan binatang sudah dikenal kurang lebih 2300 tahun yang lampau di daratan Tiongkok dan dikitab tersebut menuliskan tentang tradisi fangsheng yang tertua dalam catatan sejarah Tiongkok dan kemungkinan bisa lebih dari 2300 tahun tradisi itu.


Apa yang tertulis dalam kitab Lie Zi adalah kritik cara fangsheng seperti itu,jadi jauh sebelumnya sudah ada kritikan yang sayangnya tidak bergaung luas. Seiring perkembangan Buddhism di Tiongkok, maka tradisi fangsheng semakin meluas, dan disertai tatacara untuk fangsheng dan melupakan makna fangsheng sesungguhnya.


Ada banyak pandangan tentang fangsheng ini, terutama berkaitan dengan tradisi kias atau tolak bala, misalnya melepaskan burung sejumlah tahun kelahiran dan dilaksanakan misalnya pada saat tahun baru atau saat tertentu. Ini adalah tradisi yang lumrah berkembang dikalangan masyarakat dan juga banyak dilakukan dengan kegiatan yang dilakukan secara terorganisir. Apakah cara dan pandangan ini memberikan hasil ? Pertanyaan ini sama saja dengan bertanya apakah cara melepas katak 放生蛤蟆 untuk permohonan hujan pada masa dinasti Han itu efektif ? Jika ditanya apakah efektif atau tidak, dalam catatan sejarah dinasti Han, melepas katak dan disertai upacara besar ternyata membuahkan hasil. Bagi mereka yang mempercayai tata cara kias dengan melepas binatang bisa memberikan hasil tentunya jangan disalahkan begitu saja dengan menggunakan kacamata modern. Yang terutama adalah sikap welas asih yang harus menjadi landasan utama upacara fangsheng itu, bukan karena ingin suatu pembalasan timbal balik. Seperti tertulis dalam kitab Taishang Xuhuang Tianzun 49 bab 太上虛皇49章經 menuliskan “Segenap mahluk ingin hidup dan tidak ingin mati ( maksudnya dibunuh begitu saja), nyawaku laksana nyawa mereka.”  Ini adalah salah satu landasan dan kitab yang digunakan saat ada upacara fangsheng di Taoism. Jadi upacara fangsheng itu melandaskan sikap welas asih dan sikap welas asih itu harus disertai prajna atau zhihui 智慧 ( kebijaksanaan ) bukan membabi buta.


Apakah fangsheng membawa karma baik atau memberikan efek baik ? Ini adalah pertanyaan yang umum terjadi, fangsheng membawa manfaat dan memberikan efek, tapi seperti yang ditulis dalam kitab Tao, bahwa fangsheng itu harus memiliki prinsip welas asih yang bersifat mondial bukan sempit. Dalam Fangsheng wen 放生文 dan Shasheng qijie 殺生七戒 tertulis bahwa manusia dan binatang yang lain sebenarnya berasal dari satu sumber yang sama yaitu TAO, karena itu harus memiliki welas asih. Tapi disini bukan berarti semua harus vegetarian, kita tetap ada yang memakan daging tapi dengan asas perut bukan asas lidah. Dan tidak memakan binatang yang aneh-aneh, makan yang wajar saja, perlakukan binatang itu dengan baik.
Kong Zi sendiri dalam Lun Yu mengajarkan bahwa Kong Zi hanya memancing tidak menjala ikan, tidak memanah burung yang sedang bersarang.

Artinya adalah Kong Zi menghargai binatang dan memakannya berdasarkan kebutuhan perut, bukan kesenangan dalam berburu. Pandangan Kong Zi ini juga termasuk fangsheng, juga seperti yang diujarkan Meng Zi, jika menjala ikan, gunakanlah jarring-jaringnya yang lebar sehingga anak ikan bisa hidup dan siklus alam tetap terjaga. Jadi dari sini saja terlihat bahwa fangsheng tidak selalu berarti melepas binatang ke alam bebas. Buddhism juga membicarakan fangsheng, misalnya dalam Bhaisajyaguru Sutra menuliskan tentang fangsheng yang akan membuat orang sembuh dari penyakit, Mahaprajnaparamitasastra menuliskan bahwa pahala fangsheng adalah nomor 1 dan banyak lagi tentang fangsheng.

Permasalahannya adalah fangsheng itu seperti apa ? Apakah sekedar melepas burung untuk kemudian ditangkap kembali, atau seperti ada rekan yg menulis melepaskan kura-kura Brazil di pantai Ancol ? Kita perlu ingat bahwa banyak binatang itu adalah binatang yang diternak atau dipelihara, jadi jika dilepas ke alam bebas, bisa jadi binatang itu mati karena tidak tahu bagaimana mencari makan di alam bebas.


Dahulu ada film yang berjudul “Free Willy” yang menceritakan seorang bocah melepas ikan paus Orca ke alam bebas, terlihat begitu mudah, ternyata Keiko, ikan paus Orca yang memerankan sebagai Willy dalam film tersebut adalah ikan paus Orca sirkus dan saat hendak dilepas ke alam bebas, memerlukan waktu hampir 2 tahun untuk melatih Keiko agar bisa survive di alam bebas. Itulah kebijaksanaan saat fangsheng. Dalam banyak sutra Buddhism tertulis menolong nyawa saat terancam adalah pahala tertinggi atau fangsheng kelas wahid. Misalnya dalam Zhengfa nianjing 正法念經 tertulis “Lebih baik menolong satu nyawa dibanding membangun vihara”. Sekarang kita lihat arti kata fangsheng yang bermakna melepaskan satu kehidupan, yang berarti kita menolong mereka yang sedang terancam bahaya atau pembunuhan.

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;