Prostitusi didalam teks Buddhist
Istilah protitusi ditemukan dalam teks Buddhist yang berarti Sobhini,  singkatnya dari Nagara Sobhini, yang memiliki arti seorang perempuan  cantik disebuah kota. Penghargaan ini diberikan oleh Raja Vajji pertama  kalinya, secara konstitusi, didalam inti kata ini adalah seseorang yang  secara professional hidup sebagai protitusi. Yang pantas menerima  penghargaan ini hanyalah seorang wanita, yang mana wanita itu harus  betul-betul extra cantik, memiliki kepandaian dan pandai dalam kesenian,  seperti menyanyi, berjoget, bercakap, berpantun, dan memiliki  kepandaian khusus didalam Kamasutra yaitu kepandaian dalam melakukan  hubungan seksual. Karena pada saat itu beberapa wanita berkeinginan  untuk bisa bercakap dengan Raja, Pangeran, dan para yang mulia lainnya,  ketika akhirnya mereka menjadi bahan pergunjingan para laki-laki dan  dapat menimbulkan suatu peperangan. Seorang Raja memberikan suatu  penghargaan Sobhini, yang dimaksudkan disini adalah seorang wanita yang  tidak pernah dimiliki secara special oleh seorang laki-laki, sekalipun  dia adalah seorang Raja, tetapi bisa berhubungan dengan setiap orang,  yang mana orang tersebut sanggup membayar dengan mahal atas  pelayanannya. Satu Sobhini bernilai sebanding dengan harga setengah kota  Varanasi (Kasi). Sangat jelas, bahwa status  wanita-wanita ini bukan seorang wanita biasa tetapi wanita-wanita  pilihan dan berharga sangat tinggi, dan mereka hanya memilih para  laki-laki yang berkasta tinggi. Dan kelas yang lain didalam protitusi  adalah mereka bisa melayani masyarakat pada umumnya. Wanita ini  dinamakan Ganika, yang mana kata ini untuk mengungkapan yang secara  tidak langsung terhadap komunitas wanita-wanita tersebut. Ganika juga  disebutkan didalam literature Buddhist, tetapi kita kembali fokus  terhadap istilah sobhini. Buddhist literature sendiri tidak menunjukkan  sesuatu yang negatif terhadap para prostitusi tersebut. Buddha dengan  sangat welcome terhadap wanita-wanita tersebut dan memberikan suatu  kesempatan untuk berjalan diatas Jalan Pembebasan seimbang dengan semua  orang, tanpa melihat jenis kelamin, kasta maupun ras.
Seorang Ambapali adalah seorang Sobhini dari kota Vesali. Diceritakan  ketika dia masiih bayi, dia ditinggalkan dibawah sebuah pohon mangga,  maka dari itu dia dipanggil dengan sebutan “wanita dari pohon mangga”.  Ketika itu seorang pekerja kebun menemukannya dan membawanya kehadapan  Raja Vesali, dan dia tumbuh didalam lingkungan kerajaan. Dibagian  Kuddhaka Nikaya mengungkapkan tentang kecantikannya “dia memilik  keindahan, rambutnya berkilau, alis matanya sangat indah bagai sebuah  lukisan ditangan seorang selebritis. Kedua kakinya seperti sebuah  gading, kulitnya halus seperti kapas”. Didalam Kitab suci Mahavagga  menyatakan bahwa bayaran untuk pelayanannya rata-rata Lima Puluh  kahapana setiap malamnya, dan dia memiliki beberapa versi pelayanan yang  bisa menggoda dan membahagiakan para keluarga kerajaan maupun  orang-orang yang memiliki level tinggi, dinyatakan dia memiliki Enam  Puluh cara untuk membuat para laki-laki merasa senang dalam  pelayanannya. Beberapa pangeran dan raja-raja diVesali menginginkannya  untuk dijadikan selir, dan ketika mereka tidak bisa menyelesaikan  perselisiannya untuk merebutkan dia, maka mereka memberikan sebuah gelar  “Sobhini” atau pelacur yang independent. Seorang Ambapali melayani  mereka sama rata. Kemudian, Raja Bimbisara dari Rajagraha mengambilnya  sebagai istrinya, dan memiliki seorang anak dari hasil perkawinannya.  Nama anaknya adalah Vimala Kondanna, yang kemudian hari bergabung  menjadi anggota Sangha dan dapat merealisasi kebahagiaan yang sejati.  Didalam Ambali Theriyapadana menceritakan tentang kisah seorang Ambapali  dalam kehidupannya yang lampau. Ketika itu dia (Ambapali) lahir sebagai  orang yang berkastakan Kstriya, dan dia menjadi seorang adik perempuan  dari seorang Bhikkhuni yang bernama Bhikkhuni Pussamuni. Karena dia  telah dapat mempraktekkan Dhamma dan telah menanam kusalakamma dengan  baik, dan keinginannya sebagai seorang yang cantik dikehidupan yang akan  selanjut telah terkabulkan. Dan hal itu berbuah sesuai dengan  aditthananya, dia lahir didalam keluarga Brahmana dan mempunyai paras  yang caantik dan anggun. Pada saat itu dia selalu memuji akan  kecantikannya sendiri, dan dia selalu mengutuk dan menghina seorang  bhikkhuni. Karena perbuatan inilah dia terlahir berulang-ulang dalam  keadaan yang menderita dalam kehidupannya, dan dia terlahirkan berulang  kali sebagai seorang pelacur. Pada masa Buddha Kassapa, dia sempat  diupasampada dan menjadi seorang bhikkhuni. Setelah itu dia terlahirkan  disurga Tawatimsa. Lalu pada masa kehidupan Buddha Gotama, dia  terlahirnya seperti kehidupan-kehidupannya yang lalu, yaitu sebagai  seorang pelacur.
Didalam Maha Parinibbana Sutta, diceritakan pada masa Buddha Gotama,  Buddha sempat datang dan istirahat dikebun mangga milik Ambapali. Dia  (Ambapali) memberikan hormat kepadaNya dan mengundang Buddha dan para  bhikkhu pengikutnya untuk makan siang dikemudian hari. Pada saat yang  bersamaan dari para Pangeran Licchavi juga menginginkan untuk  mempersembahkan dana makanan kepada Buddha dihari yang sama, dan mereka  akan memberi 100.000 kahapana kepada Ambapali jika dia (Ambapali)  menarik kembali keinginannya untuk mengundang makan Buddha dan para  pengikutnya. Ketika Ambapali menolaknya, para Pangeran langsung  menghadap Buddha tetapi Buddha mengatakan kepada mereka bahwa Buddha  telah menerima undangan terlebih dahulu dari Ambapali. Ketika Buddha  pergi menerima undangan ditempat Ambapali dihari selanjutnya, dia  (Ambapali) mempersembahkan kebun mangganya kepada Buddha dan Sangha.  Kemudian dia menyerahkan segala kepunyaannya,dan pada saat bersamaan  telah diumumkan bahwa dikehidupan lampaunya pernah menjadi seorang  bhikkhuni. Dia mempraktekkan dhamma dengan sangat rajin , dan mencapai  pembebasan, setelah beberapa tahun dia telah mempraktekkan dhamma dengan  segala kemampuannya.
Salavati, salah satu pelacur yang terkenal dikota Vesali juga. Dia  sangat cantik dan terpelajar, pintar dalam hal kesenian seperti menari,  menyanyi dan cara menghibur laki-laki. Untuk menghabiskan malam  dengannya harus membayar uang maksimal 100 kahapana. Anak pertamanya  yang bernama Jivaka, dibesarkan oleh Pangeran Abhyaraja, anak dari Raja  Bimbisara diRajagraha. Kemudian dia (Jivaka) meninggalkan kerajaan,  kemudian pergi keTaxila untuk belajar ilmu pengobatan, dan menjadi  seorang tabib untuk Buddha dan anggota sangha lainnya. Salavati adalah  anak kedua dari Sirima, dia sangat cantik dan mempunyai sebuah kemampuan  yang luar biasa, dan dia menjadi seorang pelacur setelah ibunya. Dia  seorang penyokong dalam Buddhasasana, yang setiap harinya membuat suatu  persembahan kepada delapan orang bhikkhu. Salah satu bhikkhu muda sedang  mengetahui tentang kecantikannya, dan menginginkan untuk bertemu  denganya. Dia (Bhikkhu) ingin menerima dana makanan dirumahnya. Disuatu  hari dia (sirima) sedang sakit, dan tidak bisa menampakkan diri untuk  mempersembahkan makanan secara rutin kepada bhikkhu. Bhikkhu itu  berpikir bahwa tanpa sebuah hiasan dia sangat cantik, dan bagaimana  cantiknya kalau dia (sirima) menghiasi tubuhnya, bhikkhu muda ini  menjadi terobsesi dengan kecantikan sirima dan berkeinginan untuk  memilikinya. Beberapa setelah kejadian itu, sirima meninggal dunia dan  Buddha meminta untuk menyimpan tubuh sirima selama empat hari. Dihari  keempat Buddha pergi ke tempat dimana sirima disimpan bersama-sama  dengan sekelompok bhikkhu termasuk bhikkhu muda itu sendiri yang telah  kesengsem akan kecantikannya. Buddha membuat harga untuk mempersembahkan  tubuh sirima, dimulai dengan harga 1000 kahapana dan menurunkan harga  samapi yang terakhir, tak seorangpun yang menginginkan tubuhnya. Lalu  Buddha menjelaskan tentang ketidakkekalan badan jasmani. Dengan kekuatan  Ajaran Buddha yang mendalam dan dibabarkanNya dengan sangat jelas,  akhirnya bhikkhu muda dengan sangat cepat telah mencapai tingkat  kesucian Arahat.
Bagaimana teks menjelaskan tentang sebab terjadinya prostitusi? Kita  sudah melihat, bagaimana seorang Ambapali Theriyapadana berhubungan  dengan kehidupan lampaunya. Disini sebuah cerita tentang pelacur  Addhakasi, yang telah menjadi seorang pelacur dengan pengaruh kamma masa  lampau. Pada waktu kehidupan Buddha Kassapa, dia adalah seorang  bhikkhuni. Dia telah memarahi seorang bhikkhuni yang lain, dengan  memanggilnya seorang pelacur. Karena pengaruh perbuatan inilah, dia  menderita selama beberapa kehidupan. Dikelahirannya yang lampau, dia  lahir dikeluarga yang sangat kaya, tetapi karena kecantikannya, dia  diberi sebuah julukan seorang pelacur (sobhini). Addhakasi telah dapat  mendengarkan Dhamma dan kemudian hari bergabung dalam pesamuan Sangha.  Telah menjadi seorang pabbhajita dia melakukan sebuah perjalanan dari  Kasi menuju Savatthi, tetapi beberapa pencuri disebuah jalan besar  mempunyai sebuah rencana untuk menculiknya. Mengetahui hal ini, Buddha  untuk pertama kalinya, memberikan sebuah pentahbisan melalui sebuah  pesan atau yang disebut Dutena Upasampada. Addhakasi segera mencapai  penerangan dan segera membantu pembabaran dhamma melalui pengalamannya  sendiri.
Didalam Therigatha atau Kitab yang menjelaskan tentang wanita-wanita  buddhis, ada sebuah cerita mengenai seorang Vimalapurana Ganika, seorang  pelacur yang sangat cantik yang kemudian bergabung didalam pesamuan  sangha dan mencapai penerangan. Untuk mengerti tentang versinya dengan  benar dan jelas anda bisa baca didalam Therigatha.
Sebelum kembali melihat masalah prostitusi diseluruh dunia, masalah  ini mungkin akan bermanfaat terhadap sikap seorang buddhis terhadap  seorang pelacur untuk sebuah pengujian didalam masyarakat. Pada  dasarnya, Buddhisme tidak menolak seorang pelacur untuk berkesempatan  untuk mencapai sebuah penerangan. Beberapa telah menjadi bagian utama  didalam mencapai sebuah kebahagiaan yang mutlak didalam buddhisme  melalui jalan yang telah ditunjukkan oleh Buddha sendiri walaupun dalam  kenyataannya mereka adalah seorang pelacur, yang telah mempunyai sebuah  pengalaman dalam hal hawa nafsu dan mengerti dengan dalam maksud yang  sesungguhnya hal itu sehingga akhirnya mereka dapat merealisasi Nibbana.
Tetapi para pelacur diwaktu Buddha masih hidup sangat berbeda dengan  para pelacur disaat ini. Pada saat ini para prostitusi diibaratkan  sebuah profesi yang tinggi dalam sebuah kasta dimasyarakat. Sirkulasi  seorang prostitusi didalam masyarakat termasuk dalam keluarga yang  berlevel tinggi. Bagaimanapun, keberadaan seorang prostitusi menjadi  tersohor saat ini maupun dikemudian hari, yang dimiliki mayoritas  seorang laki-laki yang mempunyai keserakahan dan nafsu keinginan. Ketika  mereka tidak menyetujui tentang diri mereka yang memiliki seksual yang  tinggi, mereka membuat semua kalangan masyarakat memilikinya, jadi dia  tidak dimiliki oleh seorang pun, dia milik semua kalangan. Seperti kita  melihat kultur diIndia, semua perempuan menjadi sebuah objek bagi  laki-laki yang menjadi miliknya sendiri. Jika pembaca tidak percaya  silahkan buktikan sendiri…………….
Semoga bermanfaat……….
 
 
 
 

0 komentar:
Posting Komentar