Sabtu, 14 Maret 2015

Kong Tek Cun Ong (Guan Ze Zun Wang) 廣澤尊王


Kong Tek Cun Ong (Guan Ze Zun Wang)

Kong Tek Cun Ong atau Guan Ze Zun Wang lazim disebut juga Po An Cun Ong (Bao An Zun Wang) atau Kwee Sin Ong (Guo Sheng Wang), karena nama aslinya adalah Kwee Ang Hok (Guo Hong Fu). Sering disebut juga dengan Hong San Ko Tee. Terkenal sebagai dewa pelindung masyarakat Nan An dan kaum perantauan. Cerita :Ada dua versi cerita asal-muasal Kong Tek Cun Ong

            versi pertama sebagai berikut: Menurut cerita, Kwee Ang Hok lahir di Quan Zhou, kabupaten Nan An, propinsi Fu Jian, pada jaman dinasti Song.  

            Pada waktu kecil bekerja sebagai penggembala ternak milik seorang saudagar yang kikir dan pelit. Namun berkat bimbingan ibunya, Kwee Ang Hok tumbuh menjadi seorang anak yang berbakti dan ulet dalam bekerja. Suatu hari, ada saudagar pelit mengundang seorang ahli Hong Sui (Feng Shui) untuk memperbaiki kuburan leluhurnya. Karena pelitnya, kadang saudagar tersebut hanya memberi nasi putih dengan sedikit lauk kepada si ahli Hong Sui.

            Kwee Ang Hok sering menyisihkan lauknya untuk diberikan kepada si ahli Hong Sui, sehingga terjalin hubungan yang sangat dekat antara Kwee Ang Hok dengan si ahli Hong Sui. Dengan petunjuk ahli Hong Sui, Kwee Ang Hok disarankan untuk membongkar dan memindah kuburan ayahnya, agar menurut perhitungan Hong Sui, kelak hidupnya dapat bahagia.

            Setelah mendapat persetujuan dari ibunya, Kwee Ang Hok mulai membongkar kuburan ayahnya. Setelah mencuci bersih tulang-belulang ayahnya, dimasukkannya tulang tersebut ke dalam sebuah periuk tanah liat. Menurut si ahli Hong Sui, suatu hari nanti apabila Kwee Ang Hok melihat seorang penggembala kerbau yang memakai topi wajan, dan seorang anak berlindung di bawah kerbau tersebut, maka di tempat itulah Kwee Ang Hok harus menguburkan tulang-belulang ayahnya.

            Oleh sebab itu, akhirnya kemanapun Kwe Ang Hok menggembalakan ternaknya, ia selalu meng-gendong periuk tulang ayahnya.

Suatu hari, saat ia sedang menggembalakan ternaknya, tiba-tiba langit mendung dan turun hujan deras sekali. Kwee Ang Hok yang belum sempat membawa ternaknya pulang, terpaksa berteduh di bawah sebuah pohon. Saat itu ia melihat seorang lelaki sedang menuntun kerbau dengan terburu-buru. Ia menggunakan wajan untuk melindungi kepalanya, dan anaknya yang masih kecil berlindung di bawah perut kerbaunya. Kwee Ang Hok menjadi tertegun, ia teringat kata temannya si ahli Hong Sui. Segera ia berlari dan tanpa memperdulikan hujan deras, ia segera menggali tanah dimana ia pertama kali melihat kejadian tadi.

            Sungguh ajaib, begitu periuk dimasukkan ke dalam lubang di tanah, lubang itu segera menutup sendiri.Setelah hujan mereda, Kwee Ang Hok segera menggiring ternaknya pulang dengan hati yang riang. Waktupun terus berlalu. Suatu hari desa tempat tinggal Kwee Ang Hok diserang segerombolan perampok. Mereka membakar dan menghancurkan rumah penduduk. Karena khawatir dirinya ikut terbakar, Kwee Ang Hok keluar dari rumahnya dengan meloncat melalui jendela.

            Aneh, begitu melihat Kwee Ang Hok keluar dari jendela, kawanan perampok langsung berlarian ketakutan, dan api yang sudah mulai membesar dan menjalar, begitu dilewati Kwee Ang Hok, langsung menjadi kecil dan padam bagaikan diguyur, melihat kejadian tadi penduduk menjadi terbengong bengong. Sejak kejadian itu, Kwee Ang Hok dihormati oleh penduduk di desanya, begitu pula saudagar kikir yang menjadi majikannya, menaikkan jabatan Kwee Ang Hok dan memberinya tunjuangan hidup agar dapat hidup layak bersama ibunya.

           

            Suatu hari, Kwee Ang Hok mendapat bisikan suci bahwa ia akan menerima anugerah dari Tuhan. Segera ia mandi keramas dan pamit kepada ibunya untuk melaksanakan semedi dalam kamarnya.

Menjelang senja, saat ibunya telah menyiapkan makan malam, Kwee Ang Hok dipanggil tetapi tidak menjawab. Ibunya lalu masuk ke kamar Kwee Ang Hok dan melihat Kwee Ang Hok sedang duduk semedi di atas kursi dan melayang layang di udara. Sang Ibu berusaha narik kaki Kwee Ang Hok, dengan maksud menurunkannya dan membangunkan Kwee Ang Hok. Ternyata didapati bahwa tubuh Kwee Ang Hok telah menjadi dingin dan kaku.

            Sadarlah sang ibu bahwa puteranya telah berpulang. Kejadian aneh ini menjadikan penduduk kampung menghormati Kwee Ang Hok sebagai dewa dan membuatkan arcanya di klenteng. 
Versi cerita kedua mengatakan bahwa Kwee Sin Ong sesungguhnya adalah seorang raja muda Fen Yang di jaman dinasti Tang, yang bernama Kwee Tjoe Gi (Guo Zi Yi). Kwee Tjoe Gi banyak berbuat jasa kepada dinasti Tang, antara lain memadamkan pemberontakan An Lu Shan dan seorang diri memukul mundur pasukan perang suku Hui He. Bahkan pasukan Turfan yang telah menduduki kota Chang An,

kabur kalang kabut begitu mendengar Kwee Tjoe Gi berniat menyerangnya. Pada umur 80 tahun, Kwee Tjoe Gi mengundurkan diri dan wafat pada usia 85 tahun. Kegagahannya dan nama besar Kwee Tjoe Gi, membuat orang-orang memujanya sebagai Kwee Sin Ong (raja dewa Kwee).

Catatan :

Kong Tek Cun Ong (Guan Ze Zun Wang) tidak sama dengan Khong Tek Cun Ong (Kong De Zun Wang ), seorang dewa Taoist yang hidup pada jaman purba, yaitu pada jaman kaisar Oey Te (Huang Di / 2698-2596 SM). Tokoh ini bernama asli Khong Seng Tjoe (Guang Cheng Zi), dan pemujaannya tidak populer di Indonesia.

Profil :

Arca Kong Tek Cun Ong ditampilkan sebagai seorang pemuda dengan baju pejabat, duduk diatas sebuah kursi, dengan satu kaki bersila dan satu kaki terjulur ke bawah (sesuai dengan legenda Kwee Ang Hok yang ditarik kakinya oleh ibunya). 

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;