Sabtu, 04 Februari 2012

Cara Sadhaka Mencapai Yoga dalam Tantrayana

Beberapa waktu yang lalu ada seorang siswa setelah mendapatkan abhiseka Sadhana Wadyaraja Acalanatha, mulai berlatih sadhana tersebut. Tidak lama kemudian Acalanatha muncul dalam mimpinya. Saat muncul, Acalanatha tidak memberkatipun tidak memberikan sesuatu kepadanya, juga tidak memancarkan cahaya. Sebaliknya hanya melirik kepadanya kemudian membelakanginya. Apapun yang dimintanya tidak disahuti bahkan memunggunginya. Ia datang bertanya: "Apa arti dari kesemua kejadian ini?"


Jawaban saya demikian : pelatihan diri dalam Tantrayana memiliki tahap-tahapan. Anda harus menapakinya setingkat demi setingkat, tidak boleh loncat kelas. Oleh karena itu bila Anda telah mendapatkan abhiseka Sadhana Amitabha, sudah berlatih Dewatayoga Amitabha(Pen Cuen Fa), sudah berlatih lama sekali namun belum juga mencapai kontak (yoga). Seyogyanya Anda mulai berpikir, mengapa Budha Amitabha tidak muncul dalam mimpi atau samadhi memberkati Anda? Atau mengapa Budha Amitabha tidak memancarkan cahaya terang, mengapa tidak muncul pertanda baik? Apakah Anda telah loncat kelas? Bila Sadhana Guruyoga belum memperoleh kontak, kemudian Anda langsung berlatih Dewatayoga Amitabha ini berarti sudah loncat kelas. Dengan demikian Anda tak akan mendapatkan kontak dari Budha Amitabha. Ini disebut "meskipun sudah memperoleh abhiseka namun belum memperoleh nimitta abhiseka (nimitta disini bisa diartikan sebagai pertanda).


Lalu apa yang harus dilakukan? Pertama, bila Anda beranggapan telah mencapai yoga dalam Sadhana Guruyoga, berlatihlah Dewatayoga. Namun Anda harus mengulangi proses abhiseka Dewatayoga. Karena ada kemungkinan dalam proses bersadhana atau dalam proses abhiseka terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan tatacara. Oleh sebab itu dalam pelatihan diri Tantra umumnya, misalnya Catur Prayoga, ada ditentukan mumlahnya. Dengan kata lain Anda harus menggenapi setia sadhana dalam Catur Prayoga sebanyak 250000 kali barulah sesuai dengan tatacara (aturan). Bila ingin menjadi Acharya, harus melakukan homa sebanyak 200 kali barulah pantas menjadi Acharya, ini adalah ketentuan Tantra Timur. Oleh karena itu boleh dikatakan semua ada tahapannya. Abhiseka tidak ada manfaatnya bila tidak memperoleh nimitta abhiseka. Yang dimaksud dengan nimitta abhisekaadalah, misalnya ada orang begitu diabhiseka langsung memperoleh nimitta abhiseka, berarti Anda hari ini di-Abhiseka, pada malam harinya, Budha Amitabha langsung menampakkan jasmaninya yang sempurna di hadapan Anda menyinari Anda, memberkati Anda. Ini berarti Anda telah memperoleh nimitta abhiseka, berarti Anda telah memenuhi syarat untuk berlatih Dewatayoga Amitabha.


Langkah selanjutnya baru boleh minta diajari Sadhana Widyaraja, kemudian Anuttarayoga Tantra. Semua ini harus tahap demi tahap. Di tempat kita, harus berlatih Catur Prayoga, setelah itu baru Guruyoga. Kalau Guruyoga sudah beres barulah Dewatayoga, kemudian Sadhana Widyaraja, lalu Anuttarayoga Tantra. Pada setiap tahap harus mencapai yoga dan menghasilkan pertanda baik baru boleh menapak ke tingkat yang lebih tinggi. Inilkah ketentuan dalam Tantrayana umumnya.


Jika meskipun sudah di-Abhiseka namun tidak memperoleh nimitta abhiseka sebaiknya ulangi sekali lagi abhisekanya atau turun setingkat dan berlatih lebh lanjut. Misalnya Anda telah diabhiseka dalam Dewatayoga, namun belum juga mencapai yoga dalam waktu lama, lebih baik turun setingkat, diabhiseka lagi dalam Guruyoga atau abhiseka lagi dalam Dewatayoga, kemudian teruskan lagi latihannya dari awal. Bila belum memperoleh nimitta abhiseka dalam Catur Prayoga, tetapi meneruskan ke Guruyoga, tentu saja tidak akan memperoleh nimitta abhiseka dalam Guruyoga.


Inilah tatacara dalam Tantrayana. Terhadap tatacara demikian, dulu kita tidak perlu mematuhinya. Tetapi untuk siswa yang masuk belakangan, harus melatih diri dalam tatacara ddemikian. Ada orang berkata, melatih diri dalam Tantrayana harus membangun fondasi dalam Mahayana selama 12 tahun, fondasi dalam Tantrayana 8 tahun, seluruhnya 20 tahun barulah boleh mendapatkan abhiseka pengukuhan Acharya. Dewasa ini ada orang yang setelah memperoleh abhiseka Acalanatha langsung berlatih, tak dinyana baru semalam saja Acalanatha sudah muncul melirik sejenak laru memantatinya, hampir menghadiahi sebuah tendangan. Karena sadhaka belum mencapai yoga dalam Dewatayoga, disinilah masalahnya. Namun, jika Anda merasa amat berbakat, setelah diabhiseka dalam Sadhana Widyaraja Acalanatha, pada malam harinya langsung muncul memberkati Anda, berarti Anda telah memperoleh nimitta abhiseka, berarti Anda boleh berlatih. Jika Anda telah diabhiseka, tetapi tidak memperoleh nimitta abhiseka, berarti tidak boleh berlatih dalam sadhana ini. Anda harus tetap menekuni Dewatayoga atau turun setingkat berlatih Guruyoga. Bila dalam Guruyoga pun belum memperoleh kontak, belum muncul pertanda baik atau nimitta abhiseka, sebaiknya Anda tiap hari lakukan saja Mahanamaskara, Mahpuja, menjapa mantra Catur Sarana, melakukan Sadhana Wajrasattwa, berlatih Catur Prayoga. Bila dalam Catur Prayoga sudah benar-benar memperoleh yoga berarti ada harapan untuk mencapai pembebasan, karena Bodhisattva Wajracitta mampu membantu Anda mencapai ke-Budhaan.


Kelian lebih baik berkutut dulu di latihan dasar, jangan belum apa-apa sudah mau langsung berlatih Anuttarayoga Tantra. Tidak boleh begitu. Karena pelatihan diri adalah suatu proses. Kecuali Anda begitu diabhiseka Sadhana Widyaraja Acalanatha langsung memperoleh nimitta abhiseka, karena pada kelahiran sebelumnya telah melatihnya. Tentu saja tidak ada yang dapat dikatakan. Namun bila dalam kelahiran terdahulu Anda belum berlatih, berarti dalam kelahiran ini Anda harus melatihnya dari dasar. Tidak boleh seperti helikopter, langsung tinggal landas menuju Anuttarayoga Tantra. Oleh karena itu seyogyanya mulai menapak dari tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga, tingkat empat, tingkat lima, menapak secara bertahap barulah sesuai dengan tatacara sesuai dengan Dharm

Banyak penekun Tantrayana sudah lama menjalankan sadhana tetapi belum juga mencapai Yoga. Apakah hal demikian mungkin terjadi? Jika ditinjau lebih lanjut, hal ini mungkin saja terjadi.

Dharma yang benar
Yang pertama Anda harus tahu apakah Dharma (ajaran/ilmu) yang Anda tekuni itu adalah ajaran yang benar. Ini penting sekali. Jika ajaran yang Anda tekuni tidak jelas asal usulnya, ajaran ini tidak sepenuhnya benar, tidak mempunyai kebenaran para Buddha, tidak mempunyai tata cara ritus yang teratur. Bila demikian, sulit sekali mencapai Yoga. Jadi poin yang sangat penting ini adalah ajaran yang benar dan asli.

Sadhana yang benar
Point kedua, dalam bersadhana, anda harus menyelesaikan seluruh tata cara ritus yang telah ditetapkan. Perhatikan tata cara yang benar dan selesaikan dengan sempurna. Sempurna maksudnya tidak ada kepincangan dari awal hingga akhir. Umpamanya bila Anda dalam melaksanakan sekali puja bakti, namun hanya sampai setengah, memanjatkan sutra setengah-setengah, menjapa mantra setengah-setengah, seluruhnya setengah-setengah, jika demikian halnya, yoga takkan diperoleh. Jadi tata cara ritus penekunan Anda harus lengkap dan sempurna. Maka kesimpulannya sadhana Anda harus lengkap dan mulus, dari awal hingga akhir, demikian baru disebut sempurna. Hal ini penting untuk mendapatkan Yoga.

Menjalankan Sila
Hal yang ketiga, Anda harus menjalankan Sila dengan sungguh-sungguh, seperti 50 Bab Peraturan Terhadap Guru, dan 14 Pantangan dalam Tantrayana. Seorang penekun secara pribadi harus mampu menjalankan sila. Bila Anda tidak sanggup menjalankan Sila, Yoga takkan diperoleh. Jadi, selain Dharma yang benar, tata cara yang sempurna, Anda juga harus memegang teguh Sila dan menjalankannya. Jika Sila dipegang teguh dan dijalankan, Anda pasti mendapatkan Yoga.

Perlindungan Dharmapala
Point keempat, dalam menjalankan sadhana, harus diperlukan kehadiran Dewa Pelindung untuk melindungi Anda. Anda akan memperoleh Yoga bila terdapat kehadiran Dharmapala dimana melindungi Anda. Hal ini tak kalah pentingnya, hendaklah terdapat kehadiran Delapan Dewa Naga [Thien Lung Ba Pu] yang tak berwujud itu dimana melindungi Anda.

Bagaimanapun hal ini patut diperhatikan. Bila Anda dilindungi Delapan Dewa Naga, sudah mudah mencapai Yoga. Sebaliknya bila Delapan Dewa Naga tidak melindungi Anda, sadhana yang Anda jalankan adalah sia-sia, tak ada gunanya. Jadi point keempat yang perlu diperhatikan ini adalah Delapan Dewa Naga hendaknya melindungi Anda.

Membangkitkan Bodhicitta
Point kelima, bilamana Anda ingin mendapatkan Yoga, semestinya harus membangkitkan Bodhicitta, selanjutnya Anda mesti menyeberangkan makhluk hidup, bukan semata-mata menolong diri sendiri, masih harus menolong sanak saudara, masih harus menolong teman sendiri maupun teman seperguruan, bahkan sampai segala manusia yang tidak Anda kenal sekalipun, pembangkitan hati yang demikian sangat agung, itulah maha pembangkitan Bodhicitta. 


Maha Bodhicitta sudah ada, ketulusan hati Anda mendalam, demikianlah kelima persyaratan yang merupakan persyaratan memperoleh Yoga. Bila Anda mempunyai kelima persyaratan pencapaian Yoga ini, dijamin Anda akan mencapai Yoga. 

Tak boleh satupun yang kurang, misalnya pembangkitan hati Anda tidak cukup, ketulusan hati Anda tidak cukup, tata cara mesti sempurna, Sila harus dipegang teguh, Delapan Dewa Naga melindungi Anda, ketulusan Anda abadi dan mendalam, dan Anda membangkitkan Maha Bodhicitta adalah untuk menyeberangkan makhluk hidup, keenam persyaratan ini telah Anda penuhi, anda mudah mencapai Yoga. Bila kelima persyaratan ini tidak Anda penuhi, Anda berusaha keras dan memohon, kepala pun sudah dibenturkan sampai bocor, juga tidak bisa memperoleh Yoga.
Om.Mani Pemi.Hum


Tiga bagian rahasia dari badan jasmani, pikiran dan ucapan dari para Buddha dan Bodhisattva yang kemudian memberkati badan jasmani, pikiran dan ucapan sadhaka. Dengan melakukan pembersihan karma buruk dan memupuk karma baik lewat latihan (lihat Sadhana Pertobatan) dan dengan pemberkatan tiga rahasia dari mudra, visualisasi dan mantera, semua itu dimaksudkan agar memperoleh kontak batin.

Latihan-latihan tersebut adalah sebagai berikut :
1. VISUALISASI.
Yang dimaksud dengan visualisasi adalah merenung dan membayangkan. Visualisasi merupakan bagian terpenting dalam latihan yang melambangkan nilai esoteris yaitu kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran yang terlatih menghasilkan sebuah kekuatan dan menjadi sumber dari tenaga yang tidak terhingga, yang dapat memperoleh kekuatan luar biasa besarnya serta dapat mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi dan mengubah keadaan-keadaan yang buruk menjadi baik.
Bila mampu melakukan visualisasi dengan memusat / terfokus hingga pada titik akhirnya, maka akan merealisasikan "tubuh ke-Buddha-an dalam waktu sekejab".
Visualisasi dalam aliran esoteris pada umumnya terbagi menjadi lima macam :
a. Visualisasi tentang Dharmasala.
b. Visualisasi tentang Cakra Chandra.
c. Visualisasi tentang Bijah Mantera.
d. Visualisasi tentang Yidam Buddha.
e. Visualisasi tentang Aku Memasuki-Nya dan sebaliknya.

Bagi para sadhaka, harus dapat melakukan kelima macam visualisasi tersebut, maka baru dapat dikatakan telah sesuai dengan metode latihan esoteris.

2. MUDRA.
Mudra melambangkan badan jasmani yang bisa juga disebut "Penyucian Badan Jasmani" dalam aliran esoteris. Di saat membentuk mudra, hal tersebut melambangkan nilai esoteris dari Badan Yidam Buddha atau Bodhisattva yang bersangkutan. Semua mantera dan mudra akan disesuaikan dengan bentuk visualisasi yang tepat secara rahasia.
Pada saat bervisualisasi, tangan membentuk mudra yang mempunyai banyak arti gaib. Mudra dalam aliran esoteris memiliki banyak ragam dan arti yang khusus.
Ketika kita melihat sebuah pratima dari Buddha atau Bodhisattva, kita dapat mengenalinya dari bentuk mudra dan alat yang digenggamnya, karena masing-masing bentuk pratima memiliki tujuan dan makna yang berbeda-beda.

3. MANTERA.
Mantera melambangkan kata-kata rahasia. Mantera merupakan perubahan suara batin para Buddha atau Bodhisattva dalam melakukan Upaya Kausalya terhadap seluruh insan. Bagi sadhaka yang mendalami pembacaan mantera akan dapat menjelaskan makna esoteris dan pembuktiannya secara mantap serta bukti pencapaian Sidhi-nya.
Mantera bisa terdiri dari mantera panjang atau mantera pendek. Mantera panjang ada kalanya ditambah dengan gatha pemujaan, sedangkan mantera pendek merupakan mantera hati dari Yidam Buddha yang bersangkutan secara langsung. Makna dan manfaat / pahala dari pembacaan salah satu dari kedua mantera tersebut adalah sama, tergantung dari ketersediaan waktu yang ada.
Membaca mantera tergantung pada jodoh seseorang terhadap Yidam Buddha atau Bodhisattva yang cocok dengan kehidupannya saat ini, dengan demikian dapat menggunakan satu mantera saja dan tidak menggunakan banyak mantera lainnya. Bila di dalam suatu latihan menggunakan lebih dari lima macam mantera, maka kekuatan mantera tersebut akan terpencar sehingga sulit untuk memperoleh konsentrasi yang dibutuhkan.
Dalam aliran esoteris, setiap mantera memiliki masing-masing bijah aksara (huruf suci) dari mantera yang bersangkutan, karena dari pengenalan bijah mantera tersebut dapat menghasilkan semua Cakra Aksara. Dengan demikian, melalui hal ini baru dapat diperoleh hasil yang nyata secara maksimal

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;