Sabtu, 11 Februari 2012

Kisah Kue Keranjang

Kisah Kue Keranjang Sebentar lagi perayaan tahun baru
Imlek tiba. Tradisi perayaan tahun baru Imlek juga tampak dari
hidangan kue yang disajikan.Salah satu kue yang cukup populer
pada saat perayaan tahun baru Imlek adalah kue keranjang bulat.


KUE bakul juga menjadi makanan wajib dan khas saat perayaan Imlek. Biasanya
penganan yang disapa kue keranjang ini juga kerap digunakan menjadi persembahan di altar sembahyang.

Dalam sejarah Tiongkok, kue berasa manis ini menjadi makanan populer di
Tahun Baru Imlek. Malah konon kabarnya, orang Tionghoa di RRC sebelum
makan nasi mereka biasanya memakan kue bakul dulu, terutama pada hari Ta-
hun Baru. Maksudnya, agar tahun itu lebih baik dari tahun sebelumnya.
Menurut tradisi orang Tionghoa, ”tie kue” atau kue bakul ini dianggap penting
dan dipergunakan untuk sajian di meja abu leluhur orang Tionghoa. Kue
keranjang bukan hanya sekadar tradisi saja, namun ada kisah yang melatar
belakanginya.
Zaman dahulu, rakyat Tiongkok percaya bahwa anglo ( tempat masak ) dalam
dapur di setiap rumah ada dewa-nya yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti (
Raja Surga ). Dewa itu juga sering dikenal dengan sebutan Dewa Tungku, yang
ditugaskan untuk mengawasi segala tindak tanduk dari setiap rumah dalam
menyediakan masakan setiap hari.
Pada jaman dahulu kala, tersebutlah sepasang suami istri yang hidup serba
berkecukupan. Sebut saja namanya Tuan Po dan Ny. Po. Sebelum kimpoi dengan
Ny. Po, Tn. Po adalah orang yg hidup pas-pasan. Namun berkat rejeki yang
dibawa oleh istrinya, perlahan-lahan usaha Tn. Po semakin maju.
Ny. Po adalah seorang yang berhati mulia dan selalu menolong orang yang
kesusahan. Karena itulah ia dikaruniai rejeki yang besar oleh Dewa-dewa di
langit. Kemanapun ia pergi, rejeki selalu mengikutinya. Bahkan ketika kimpoi
dengan orang miskin, rejekinya pun menular ke suaminya sehingga menjadi
kaya. Akhirnya usaha Tn. Po pun semakin maju dan mereka hidup bahagia.
Namun, sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tn.Po pada
dasarnya memang mempunyai watak egois dan suka menang sendiri. Sejak
kehidupannya membaik, teman-temannya sering bergunjing di belakangnya
bahwa kehidupannya tidak akan berubah kalau dia tidak kimpoi dengan istri
yang membawa rejeki.
Sejak mendengar itu Tn.Po menjadi kesal kepada istrinya. Dia tidak percaya
bahwa istrinya lah yang membawa rejeki kepadanya. Maka suatu hari ia berniat
mencobai "rejeki" istrinya itu.
Lalu dia mengadakan permainan memilih kacang, siapa yang memilih kacang
yang isinya paling besar maka dialah yang menang. Dasar mau menang sendiri,
Tn.Po pun mengambil kacang yang paling besar lebih dulu. Giliran Ny.Po, ia
hanya memilih sembarangan.

Saat dibuka kulitnya, ternyata kacang yang dimiliki Tn.Po isinya sangat kecil,
sedangkan kacang yang dipilih Ny.Po malah mempunyai isi yang padat dan lebih
besar. Tidak puas dengan itu, Tn.Po pun mengulangi permainan itu berulang-
ulang, namun selalu kalah terus karena memang rejeki istrinya yang sangat
besar itu. Akhirnya Tn. Po menjadi sangat gusar dan diusirnya istri yang telah
memberinya rejeki berkelimpahan itu dengan kejamnya.
Setelah diusir, Ny. Po menjadi sebatang kara dan mengembara. Suatu hari ia
sedang berjalan melintasi sebuah gubuk reyot, ketika mendengar suara rintihan
seorang wanita. Heran bercampur iba, iapun masuk ke gubuk itu. Ternyata
didalamnya ada seorang nenek tua yang sedang sakit keras. Ny.Po segera
merawat nenek itu seperti ibunya sendiri. Ternyata anak dari nenek itu tidak
sempat mengurus ibunya karena harus bekerja di ladang. Karena hatinya yang
sangat mulia, Ny.Po memutuskan untuk tinggal sementara disitu sampai nenek
itu sembuh.

Singkat cerita, nenek itu pun sembuh dan akhirnya Ny.Po pun menikah dengan
anak dari nenek itu. Dasar pembawa rejeki, tidak lama setelah pernikahannya,
derajat kehidupan suami yang baru dinikahinya itu pun berangsur membaik.
Dari buruh tani miskin akhirnya suaminya menjadi seorang petani kaya raya
yang memiliki sawah luas dan hidup serba berkecukupan.

Suatu ketika terjadi musim paceklik yang hebat di wilayah itu, yang membuat
banyak orang menderita kelaparan. Namun tidak demikian halnya dengan
sawah yang dimiliki oleh Ny.Po yang terus menghasilkan di musim paceklik
sehingga lumbung padinya selalu penuh terus. Terdorong oleh jiwa sosialnya
yang sangat tinggi, maka Ny.Po membuka lumbungnya dan membagi-bagikan
berasnya secara cuma-cuma kepada orang-orang yang membutuhkan. Setiap
hari dari siang sampai sore ia membagi-bagikan beras di lumbungnya secara
cuma-cuma.

Maka berduyun-duyunlah orang datang dari seluruh wilayah yang mengalami
paceklik. Kabar itu juga sampai ke telinga Tn. Po yang sekarang sudah jatuh
miskin karena rejekinya telah dibawa pergi oleh Ny.Po! Semenjak kepergian
istrinya, satu persatu musibah datang menimpanya, akhirnya ia pun jatuh
miskin dan kehilangan semua kekayaannya. Dalam keadaan miskin dan lapar ia
pergi ke rumah yang menawarkan beras cuma-cuma itu, tanpa menyadari bahwa
yang membagikan beras itu adalah istri tersayang yang sudah diusirnya....

Akhirnya ia pun sampai di antrian orang yang mengantri beras. Ny. Po
menyerahkan urusan membagi beras itu kepada pesuruhnya, sehingga Tn.Po
tidak melihatnya di situ. Namun dasar sial, Tn.Po selalu gagal mendapatkan
jatah, karena jam pembagian beras selalu habis sebelum tiba gilirannya. Tiga
hari berturut-turut selalu gagal mendapatkan beras, akhirnya Tn.Po pingsan
menahan lapar.
Si pesuruh yang bertugas membagikan beras, segera membawanya ke belakang
rumah, yaitu ke bagian DAPUR rumah itu. Mendengar ada orang pingsan, Ny.Po
segera datang dan terkejut melihat bahwa orang yang pingsan di dapurnya itu
adalah mantan suami yang dulu pernah mengusirnya....
Maka Ny.Po pun segera menyuruh pembantunya menyiapkan makanan untuk
mantan suaminya. Ny. Po masih bingung dengan cara apa ia harus memberitahu
identitas dirinya kepada Tn. Po. Ia harus melakukannya tanpa ketahuan orang
lain. Akhirnya ia mendapatkan suatu cara, yaitu dengan menunjukkan cincin
kimpoi lamanya kepada sang mantan suami. Ny.Po lalu mengambil cincin
kimpoi lama yang masih disimpannya itu dan menyembunyikannya di bawah
nasi di dalam mangkuk nasi yang akan diberikan kepada Tn. Po...

Malam itu, akhirnya Tn.Po sadar dari pingsannya. Si pesuruh yang telah
menungguinya di dapur segera menyuruhnya makan. Ia pun ditinggal di dapur
itu dan dibolehkan beristirahat di sana. Saat sedang menyendok nasinya,
sendoknya terbentur oleh sebuah benda keras. Setelah diperiksa ternyata benda
itu adalah sebentuk cincin, yang ternyata adalah cincin yang pernah
diberikannya kepada mantan istrinya.

Saat itu pula ia tersadar bahwa orang baik hati yang telah memberinya makan di
saat ia kelaparan adalah mantan istrinya yang dulu pernah diperlakukan secara
kejam dan diusirnya semena-mena.


percaya bahwa jiwanya selalu menghantui dapur di rumah itu dan juga dapur
yang ada di rumah lainnya.
Akhirnya orang mulai menyembahyangi dia sebagai DEWA DAPUR (Cuo Sen)
dan menganggapnya sebagai utusan dari Kaisar Langit ( Thian Ti ), pemimpin
segala dewa, yang bertugas untuk menyelidiki perilaku setiap manusia di bumi
melalui dapur rumahnya masing-masing.

Berkembang juga kepercayaan bahwa Dewa Dapur akan melaporkan hasil
penyelidikannya itu kepada Kaisar Langit setiap menjelang Tahun Baru Imlek,
tepatnya seminggu sebelum Imlek, yaitu tanggal 24 bulan 12 tahun Imlek. Agar
sang Dewa Dapur tidak melaporkan hal-hal yang buruk-buruk kepada Kaisar
Langit, maka ia perlu dijamu dan disuap dengan kue-kue, manisan, dan
buah-buahan yang serba enak.

Dan salah satu kue yg sangat disenanginya adalah kue manis yang terbuat dari
bahan beras ketan, yang kemudian disebut Nian Gao ( Kue Tahun Baru ) atau
yang di Indonesia dikenal dengan nama Kue Keranjang atau Kue Manis.
Dalam menyajikan kue untuk Dewa Tungku, kue keranjang yang manis tersebut,
juga ditentukan bentuknya yakni harus bulat. Hal ini bermakna, keluarga yang
merayakan Imlek tersebut dapat berkumpul ( minimal ) satu tahun sekali, serta
tetap menjadi keluarga yang bersatu, rukun, bulat tekad dalam menghadapi
tahun baru yang akan datang. Tradisi ini pun dibawa terus secara turun
temurun, sampai sekarang ini.

Seluruh warga menyediakan dodol manis yang disajikan dalam keranjang, yang
disebut kue keranjang. Kue keranjang itu berbentuk bulat, mengandung makna
agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan
bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Kue keranjang disajikan di depan altar atau di dekat tempat sembahyang di
rumah.Kue keranjang ( sering disingkat Kue ranjang) yang disebut juga sebagai
Nian Gao yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang
adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula. Kue ini merupakan salah
satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru imlek.

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;