Nih, Rahasia Agar Selalu Beruntung
Apakah keberuntungan dan kesialan sudah suratan takdir? Adakah cara agar kita selalu jadi orang yang beruntung?
Untuk mengetahui jawabannya, kita lihat penelitian berikut.
Dua sisi paradoks kehidupan ini rupanya menarik minat ilmuwan. Mengapa ada orang yang (merasa) selalu
beruntung, sementara sebaliknya ada yang sial dan sial lagi? Professor Richard Wiseman dari University of
Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang-orang beruntung dengan yang sial. Proyek
penelitannya disebut: The Luck Project.
Metode penelitiannya sebagai berikut:
Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu
sial. Memang kesannya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang
orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.
Dalam salah satu sesi The Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam
koran yang dibagikan kepada 2 kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit
untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok
bisa?
Ya, karena sebelumnya pada halaman ke-2, Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi "Berhenti
menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini". Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung
gambar.
Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah-tengah koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: "Berhenti menghitung
sekarang dan beritahu ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!". Lagi-lagi kelompok sial melewatkan
pesan tadi! Memang benar-benar sial.
Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya "scientific" ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka
yang beruntung dari yang sial:
1. Sikap terhadap peluang
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang,
pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang.
Ternyata orang-orang yang beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman
baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-
jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.
Warren Buffet/apollokidz.com
Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya,
tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya:
"Mr. Buffet!" Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi
Helzber berpikir lain, ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor
terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permatanya.
Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun
terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya
secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian, Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik
Helzberg. Betul-betul beruntung.
2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang
dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati nurani" (intuisi) daripada
hasil otak-atik angka yang canggih.
Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari "gut feeling". Yang barangkali sulit bagi orang
yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak
berkesudahan.
Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi
yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin
sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.
3. Selalu berharap kebaikan akan datang
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan
datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka,
dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain.
Coba saja lakukan tes sendiri secara sederhana. Tanya orang sukses yang kamu kenal, bagaimana prospek bisnis ke
depan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.
4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka,
setiap situasi selalu ada sisi baiknya.
Dalam salah satu tesnya Prof Wiseman meminta para relawan untuk membayangkan sedang pergi ke bank, dan tiba-
tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata.
Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: "Wah sial bener ada di tengah-tengah perampokan begitu".
Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: "Untung saya ada di sana, saya bisa menuliskan pengalaman
saya untuk media dan dapat duit".
Apapun situasinya, orang yang beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan
situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.
=====
Sekarang, bagaimana kita menyikapi kesimpulan Richard Wiseman? 4 faktor di atas adalah kunci untuk mendapatkan
keberuntungan. Intinya adalah: memiliki rasa syukur dan selalu berpikir positif.
Dengan terus memupuk rasa syukur dan berpikir positif, hati kita menjadi 'ringan' dan hasilnya: memancarkan aura
positif yang mendatangkan banyak kebaikan bagi kita.
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung
1) Apabila aku telah menjadi Buddha,andaikata,jika masih
terdapat
Alam kesedihan seperti Neraka,setan kelaparan,hewan-hewan
dan sebagainya di
negeriku,maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!.
2) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata usianya telah habis dan mereka masih
diterjunkan di 3
alam Kesedihan, maka aku tak akan mencapai
samyaksambuddha!
3) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata semua badannya tidak berwarna emas
sejati, maka aku tak
akan mencapai samyaksambuddha!
4) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata warna kulit dan jasmaninya tidak serupa,
paras dari
mereka juga berbeda-beda ada yang cantik dan ada yang jelek,
maka aku tak akan
mencapai samyaksambuddha!
5) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata mereka tidak menguasai pengetahuan
Purvanivasanu ( daya
yang dapat mengingat tumimbal-lahir yang lampau ), dan
mereka hanya mengerti
segala kejadian dari ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa, , maka aku
tak akan
mencapai samyaksambuddha!
6) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki Caksu (mata batin)
dan mereka hanya
biasa melihat ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha,
maka aku tak akan
mencapai samyaksambuddha!
7) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki Divyasrotra (teliga
Surga) dan
hanya bisa mendengar khotbah-khotbah dari ratusan ribu Koti
Nayuta Buddha dan
banyak ajaran Buddha mereka tidak mampu menerima
seluruhnya, maka aku tak akan
mencapai samyaksambuddha!
8.) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki pengetehuan
Paracittajnana (daya
intuisi), mampu membaca pikiran makhluk-makhluk dari ratusan
ribu Koti Nayuta
negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai
samyaksambuddha!
9) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada
di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki pengetehuan
Rddhividhi (langkah
Surga) dan mereka dalam selintas merenung hanya dapat
mengarungi ratusan ribu
Koti Nayuta negeri-negeri Buddha saja, maka aku tak akan
mencapai
samyaksambuddha!
10) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada di
negeriku, andaikata mereka belum memiliki pengetehuan
Asravaksaya (daya mampu
memusnahkan kekotoran batin) dan mereka hanya memiliki ide-
egois dan selalu
memikirkan keperluan tubuh diri sendiri, maka aku tak akan
mencapai
samyaksambuddha!
11) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada di
negeriku, andaikata mereka tidak ditempatkan pada
Samyaktveniyatasi (hakikat
mutlak untuk mencapai pahala yang sesuai Sang Praktek
Dharma) agar semua dapat
mencapai Nirvana, maka aku tak akan mencapai
samyaksambuddha!
12) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada di
negeriku, andaikata sinar hidupku terbatas sehingga tidak dapat
memancar ratusan
ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan
mencapai
samyaksambuddha!
13) Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata masa hidupku
terbatas,meskipun sampai dengan ratusan ribu Koti Nayuta
Kalpa, maka aku tak
akan mencapai samyaksambuddha!
14) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Sravaka yang berada
di
negeriku, andaikata jumlahnya dapat dihitung oleh para
pratyekabuddha yang
berasal dari rakyat-rakyat di dunia Trisahasra-Mahasahasra
Lokadhatu hingga
lamanya ratusan ribu Kalpa, mereka dapat mengerti jumlahnya
dan tidak salah
hitung seorangpun, maka aku tak akan mencapai
samyaksambuddha!
15) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada di
negeriku, kehidupan atau usianya tidak terbatas,kecuali atas
kehendaknya mereka
senang panjang atau pendek, jika tidak demikian, maka aku tak
akan mencapai
samyaksambuddha!
16) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada di
negeriku, andaikata diantara mereka kelakuan mereka terbukti
kurang baik atau
berdosa, maka aku tak akan mencapai samyaksambuddha!
17) Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata para Buddha
yang berada
di sepuluh penjuru dunia jumlah tak terhingga tidak memuliakan
namaku, maka aku
tak akan mencapai samyaksambuddha!
18) Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang
berada di 10
penjuru dunia setelah mendengar namaku lalu timbul keyakinan
dengan riang
gembira, ingin dilahirkan di negeriku dengan cara merenung atau
menyebut namaku
(Namo Amitabha Buddhaya!), andaikata setelah pelaksanaanya
genap 10 kalitidak
dilahirkan di negeriku, maka aku tak akan mencapai
samyaksambuddha.Kecuali
mereka telah memiliki dosa Pancanantarya (5 perbuatan
durhaka ) dan pernah
memfitnah Sad-Dharma dari para Tathagata.
19) Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang
berada di 10
penjuru dunia yang telah membangkitkan Bodhicitta (bercita-cita
ingin mencapai
Kebuddhaan dan ingin menyelamatkan para makhluk), telah
mempraktekkan dan
mengamalkan berbagai kebajikan dan Dharma,dengan ini mereka
berjanji bertekad
dilahirkan di negeriku.Pada saat mereka akan mengakhiri
kehidupannya,andaikata
aku tidak bersama-sama dengan rombonganku mengelilinginya
serta menampakandiri
di depan mereka, maka aku tak akan mencapai
samyaksambuddha! Supaya aku menjadi
perwira terunggul di Triloka!
20) Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang
berada di 10
penjuru dunia setelah mendengar namaku mengarahkan hatinya
kepada negeriku dan
menanam berbagai benih kebajikan, kemudian jasa-jasanya di-
Parinamanakan
(disalurkan) di negeriku.Andaikata cita-citanya tidak dipenuhi,
maka aku tak
akan mencapai samyaksambuddha!
21) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang
berada di
negeriku, andaikata seluruh badannya tidak dilengkapi dengan
Dvatrimsa-Maha-Purusa Laksana (32 macam tanda fisik agung)
seperti badan Buddha
dan Bodhisattva,maka aku tak akan mencapai
samyaksambuddha!
22) Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Bodhisattva
yang lahir
di negeriku yang berasal dari pelbagai alam Buddha, semua
memiliki identitas
disebut Ekajatipratibaddha (hanya satu kali menitis telah menjadi
Buddha-pilih)
kecuali:
a) Jika mereka telah mempunyai cita-cita akan menjelmakan
raganya secara
bebas, kemudian dengan badan Nirmitanya dilengkapi perisai-
ikrar. Demi
makhluk-makhluk sengsara mereka akan menimbun jasa-jasa
sebanyak-banyakknya
untukmembebaskan segala umat dari belenggu penderitaan dan
cita-citanya ini akan
tetap sukses;
b) Jika mereka akan menjelajah
ke pelbagai negeri Buddha, guna mempraktekkan Bodhisattva-
Carita (pelaksaan
tugas Bodhisattva) disana, cita-citanya juga akan sukses;
c) Jika mereka bermaksud ingin mengadakan kebhaktian untuk
mengabdi para
Buddha yang berada di 10 penjuru dunia, ini juga akan tercapai;
d) Jika mereka akan membimbing
para umat yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai
Gangga,agar umat-umat
tersebut dapat menegakkan Saddharma terangung di dalam
hatinya dan dapat
meningkatkan status mereka hingga melampaui Bhumi-
Bodhisattva yang setarap,agar
segala contoh-contoh tentang “Samantabhadra-Guna” dapat
dihayati oleh para umat
yang dibimbingnya hingga sukses.
Andaikata, keadaan mereka tidak demikian,maka aku tak akan
mencapai
samyaksambuddha!
23) Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva
yang berada
di negeriku, setelah menerima Adhisthana (dikuatkan) tentang
Rddhibala Buddha (tenaga gaib Buddha) dan hendak mengabdi
para Tathagata,andaikata mereka tidak dapat megunjungi negeri-
negeri Buddha yang banyaknya ber-Koti-Koti Nayuta yang
tak terhingga dengan waktu sekali santapan, maka aku tak akan
mencapai Samyaksambuddha!
24) Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva
yang berada
di negeriku itu, tiba di depan para Buddha di pelbagai dunia dan
mereka sedang menampilkan jasa-jasanya guna menhasilkan
bermacam-macam sajian agung serta alat-alat pujaan untuk
mengabdi para Buddha. Andaikata, segala niat yang dimaksudkan
oleh mereka itu tidak muncul dengan memuaskan, maka aku tak
akan mencapai Samyaksambuddha!
25) Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva
yang berada
di negeriku itu, tidak mampu berkhotbah tentang pengetahuan
Sarvajna ( segala pengetahuan Buddha) kepada pengikutnya,
maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
26) Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva
yang berada
di negeriku itu, tidak memiliki badan Vajra-Narayana (badan
sekuat seperti
Narayana) , maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
27) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa, manusia, serta
segala
sesuatu yang berada di negeriku itu, bukan saja bermutu suci
murni, bercahaya indah rupawan, melainkan juga berbentuknya,
jenisnya serta warnanyapun demikian unik. Baik umat-umat
maupun
TANAH SUCI UDDIYANA
Buddha Liansheng pernah mengatakan :
“Adinata yang berasal dari gabungan beberapa Adinata adalah memiliki Dharmabala yang sangat besar.”
Guru Leluhur kita, Padmasambhava adalah manifestasi tubuh Sakyamuni Buddha, ucapan Amitabha dan batin Avalokitesvara Bodhisattva. Dari sini kita bisa tahu betapa luas pahala dan keagungan Tanah Suci Buddha Padmasambhava.
Padmasambhava North West Uddiyana Pure Land
Tanah suci Padmasambhava adalah Tanah Suci Uddiyana, namun bukan menunjuk pada Negeri di India Kuno, hanya saja Padmasambhava memang memilih terlahir dari padma di danau Dhanakosha di dalam wilayah Negeri Uddiyana, dan juga Beliau di bawa oleh Raja Indraboddhi ke Istana Uddiyana, diangkat sebagai putera mahkota, maka orang kemudian menyebut Acarya Uddiyana sebagai Padmaguru, oleh karena itulah maka Tanah Suci Nya dinamakan Tanah Suci Uddiyana. (Wujin Chatu)
Perbedaan antara Tanah Suci Uddiyana dengan Tanah Suci Buddha yang lain adalah dalam hal letaknya, Tanah Suci Uddiyanna berada di Jambudvipa ini. (secara astral)
Lima Tempat Suci di Jambudvipa adalah :
1. Yang di tengah, Boddhgaya tempat Sakyamuni Buddha mencapai ke Buddha an.
2. Wutaishan Tanah Suci Manjusri Boddhisattva di sebelah Timur.
3. Gunung Potaloka di Selatan tempat Avalokitesvara Bodhisattva.
4. Tanah Suci Uddiyanna Sebelah Barat tempat Padmasambhava Bodhisattva.
5. Sebelah Utara, Shambala tempat Raja Fayinsheng.
Yang pertama merupakan Tempat Suci yang dihormati bersama oleh ketiga Yana, (Theravada, Mahayana dan Vajrayana) ; Tempat yang kedua merupakan Tempat Suci bagi Mahayana dan Vajrayana. Yang dua terakhir adalah Tempat Suci Avenika bagi Vajrayana. Ketiga tempat yang pertama adalah tempat yang dibuat oleh manusia, bisa dibuktikan lewat sejarah. Namun dua tempat yang terakhir adalah tempat yang tidak bisa dituju oleh manusia awam. Kecuali tubuh dan batin telah mencapai tingkatan suci tertentu.
Shambala berada di tengah Himalaya, merupakan Tempat Suci Kalacakra, para sadhaka kalacakra akan terlahir di Tanah Suci tersebut, sedangkan Tanah Suci Uddiyanna adalah Tempat Suci Padmasambhava.
Menurut catatan kitab, Padmasambhava telah menjelaskan kondisi tempat tersebut. Saat Padmasambhava telah menyempurnakan pengajaran di Tibet, Beliau mengamati masa depan para insan di Jambudvipa, Nampak bahwa di sebelah Barat Daya ada Negeri Raksasa, bila tidak ditaklukkan , kelak akan mencelakai insane di Jambudvipa.
Kemudian Padmasambhava menuju ke negeri raksasa, mengubah kesadaran Raja kaum raksasa kembali ke Dharmadhatu, kemudian Padmasambhava memasuki tubuhnya, dengan memakai tubuh raja raksasa Beliau menaklukkan rakyat raksasa supaya menerima Dharma, dan menggunakan abhijna Beliau mengubah negeri tersebut menjadi Tanah Suci, yaitu Tanah Suci Uddiyanna. Sedangkan rakyat raksasa yang ditaklukkan menjadi para daka dan dakini.
Tanah Suci Uddiyana berada di sebelah Barat Laut Boddhgaya, di laut ada sebuah pulau, pulau ini pada awalnya adalah tempat tinggal para raksasa kanibal, namun juga merupakan tempat yang memperoleh adhistana Buddha Tiga Masa. Kenapa demikian ? Karena pada saat awal munculnya Tantra adalah untuk menaklukkan Raja Mara Maha Bala, setelah tertaklukkan , tubuhnya terbelah menjadi delapan bagian, jatuh ke delapan tempat, dan di adhistana dan diubah menjadi delapan tempat berkembangnya Tantrayana. Oleh karena nidana yang sedemikian unggulnya, maka dikatakan memperoleh adhistana Buddha Tiga Masa menjadi Tanah Suci Guru Padma. Tanah Suci Uddiyana ini juga selalu memperoleh adhistana dari Bunda Vajravarahi , oleh karena itu semua Bunda Dakini berkumpul di tempat ini. Suara Mantra Tantra memenuhi setiap sudut Tanah Suci ini, siapapun yang sampai kesini akan mencapai Boddhi.
Di tengah Tanah Suci Uddiyana terdapat sebuah gunung bernama Gunung Manggala Berwarna Tembaga, atau disebut juga Gunung Pahala Berwarna Tembaga, bentuk gunung ini seperti jantung. Bagian bawah gunung menembus ke Negeri Dewa Naga Bumi. Pinggang gunung adalah Tanah Suci Daka dan Dakini, sedangkan puncak gunung mencapai Surga Brahma. Raja Gunung Manggala ini sama dengan Gunung Sumeru, terbentuk dari berbagai permata. Permukaan timurnya adalah kristal, sebelah selatan adalah lazuardi, sebelah barat adalah batu mustika merah, sebelah utara adalah Raja Permata Biru. Di tengah gunung ada sebuah istana yang besar, merupakan istana Padmasambhava. Terbuat dari empat macam ratna , bercahaya, tiada luar dan dalam, melampaui keterbatasan ukuran, oleh karena itulah tiada besar dan kecil. Yang ada di sana adalah tingkatan Buddha, tidak akan bisa dipahami oleh pikiran orang awam. Sekeliling , atas dan bawah istana ini terbuat dari berbagai mustika, di sebelah luar terdapat serambi, benteng, tangga dan lainnya yang terbuat dari permata. Bahkan di keempat sisinya memiliki warna yang berbeda, timur warna biru, merupakan karya tolak bala (saantika) ; Sebelah Selatan warna kuning, simbul pemberkahan (paustika) ; Barat warna merah, simbul kerukunan dan kasih saying (vasikarana) ; Utara warna hijau bermakna penaklukkan (abhicaruka) ; Di permukaan benteng di gantungkan jala mutiara, di setiap persimpangan jala digantungkan lonceng. Di keempat pintu di empat sisinya terdapat gapura dengan dekorasi menakjubkan, semua terbuat dari permata yang sangat anggun. Di empat penjuru halaman istana terdapat deretan Pohon Pengabul Kehendak , kolam amrta, air kolam dengan alamiah selalu berbuih. Diberbagai penjuru angkasanya terdapat sinar merah seperti awan, merupakan sinar padma. Maka istana ini dinamakan Istana Sinar Padma Tanpa Batas.
Kenapa dikatakan cahaya yang memenuhi istana adalah cahaya Padma ?
Kita lihat penjelasan dalam Amitayus Sutra :
Di tempat yang terbuat dari saptaratna ada teratai padma, padma tersebut mempunyai 84000 kelopak, di tiap kelopaknya terdapat 84000 nadi, bersinar bagaikan warna dari berabagai mustika.
Tiap nadinya memancarkan 84000 jenis cahaya, di antara tiap nadinya diperanggun oleh berbagai mutiara mani. Tiap mutiara memancarkan seribu spektrum cahaya, sinar kelopak dan sinar mutiara saling bersilangan di angkasa membentuk seperti payung ratna, memenuhi Tanah Suci Sukhavati.
Penjelasan di atas adalah detail dari cahaya Padma di Tanah Suci Uddiyana, terlebih dalam Amitayus Sutra disebutkan bahwa cahaya Padma membentuk payung ratna, sedangkan di Tanah Suci Padmasambhava, cahaya Padma memenuhi segala penjuru bagaikan awan. Maka ini menjelaskan fenomena yang sama.
Tanah Suci yang tak terperikan ini adalah Tempat Suci yang sangat istimewa di dunia manusia (ket : Seperti Sambhala, berada di dunia manusia namun secara astral) , kekuatan adhistananya juga tak terperikan. Barangsiapa merenungkannya akan memperoleh adhistana yang istimewa yang akan membangkitkan Ketenangan Mahasuka.
Di dalam Istana Cahaya Padma Tanpa Batas, di tengahnya terdapat padma yang menyimbulkan tersucikannya segala nafsu keserakahan, di atas padma terdapat bantalan segi delapan matahari dan rembulan yang terbentuk dari berbagai ratna mustika. Di atas bantalan matahari dan rembulan adalah Nirmanakaya alamiah Para Buddha, yaitu Padmasambhava.
(Pujian pada Kaya (tubuh ) Rahasya Padmasambhava di Uddiyana Pureland)
Warna tubuh Padmasambhava, ekspresi Nya, mudra, jubah dan Dharmayudham yang dipegang, semua mengikuti apa yang ditampilkan Nya. Beliau bercahaya bagaikan ribuan matahari. Tubuh Nya lebih indah dan lebih gagah daripada Gunung Agung yang Menakjubkan. Kedua mata Nya bagaikan matahari dan rembulan, kerupawanan Nya sungguh tak terperikan.
(Pujian pada Vak (ucapan) rahasya Padmasambhava di Uddiyana Pureland)
Suara Padmasambhava sungguh merdu dan lantang bagaikan ribuan naga yang memuntahkan awan surgawi, membabarkan sadhana mantra rahasya yang mendalam.
(Pujian pada Citta – pikiran Rahasya Padmasambhava di Uddiyana Pureland)
Batin Padmasambhava sangat luas dan mendalam, bagaikan angkasa. Dengan mahakaruna menampilkan niramankaya yang tak terhingga memenuhi Dharmadhatu, kecepatannya dalam menyelamatkan insan bagaikan sambaran kilat. Senantiasa sama rata dan memperhatikan para insan dalam mengajar.
sekitar Guru Padma, ada Dharmapala manifestasi dari Panca Dhyani Buddha. Mereka semua berdiri di atas tubuh mara penghalang di panggung teratai. Di empat sisi Padmasana Guru Padma ada empat Padmasana mengelilingi, di atasnya berdiri empat Bagian Dakini, mereka semua mengenakan hiasan kuburan (seperti mahkota lima tengkorak, kalung dari tulang, gaun kulit macan dan kalung ular), semua berdiri sambil menari penuh suka cita.
Di sisi tiap gerbang bagian luar Istana Cahaya Padma Tanpa Batas ada Para Yogi Mantra , Para Yogini, Dewa dan Dewi, memenuhi seluruh penjuru bagaikan awan, mereka memberikan persembahan dalam dan luar kepada Guru Padma.
Di atas panggung pujana di Istana juga ada banyak sekali para dewi yang membawa berbagai persembahan istimewa dari dunia, dengan awan persembahan universal memberikan pujana pada Tathagata.
source : Grand Master Book –
The Magical Function of Enchantment
|
“O, Arya Ananda!” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya: “Bhiksu Dharmakara O, Beliau telah menjadi Buddha yakni Buddha Amitayus juga disebut Buddha Amitabha! Kini, Beliau berada di Surga Barat, jaraknya
kira-kira ratusan ribu Koti Buddhaksetra (alam Buddha) Terbahagia!”
“O, Sudah menjadi Buddha?” Arya Ananda tanya lagi: “Kapankah? Sudah berapa lamakah Beliau mencapai Kebudhaan O, Bhagavan?”
“Lamanya sudah 10 Kalpa!” Sabda Buddha Sakyamuni: “Ketahuilah O, Arya Ananda! Seluruh bumi dari alam Buddha Amitayus (Amitabha) bukan tanah! Melainkan, bumiNya adalah kombinasi-kombinasi dari unsur-unsur Suvarna (emas), Rupya (perak), Vaidurya (lazuardi), Sphatika (kristal), Pravada (bunga karang), Musaragalva (indung mutiara) dan Asma-garbha (akik), jumlah 7 jenis permata yang bermutu tertinggi!
Demikian pula, lingkungan dari seluruh bumi amat lapang, luas, terbesar dan tanpa batas. Permata-permata yang menjadi bumi itu semua disusun satu jenis demi satu jenis atau berganti-ganti, sehingga sinar permata terus gemerlapan, kelihatan demikian indah, megah, jernih dan menakjubkan! Mutu permata tidak berbeda dengan permata Surga Paranirmitasvara! Baik kwalitasnya maupun keindahannya telah melampaui mustika-mustika terunggul di pelbagai dunia di 10 penjuru! Lagi, alam BuddhaNya tidak ada gunung Sumeru atau gunung Cakravada dan gunung-gunung lain; Juga tidak ada laut biasa atau laut terbesar; Juga tidak ada sungai, selokan, ngarai atau lembah dan sebagainya.
Kesemuanya itu adalah penciptaan oleh daya Rddhibala Buddha Amitayus (Amitabha)! Pada hakikatnya, apabila Sang umat ingin menyaksikan keadaannya atau ingin memandangnya meliputi pegunungan atau lautan, danau, sungai dan sebagainya pasti dapat dilihat atau dinikmati oleh mereka, asalkan Sang umat tekun melaksanakannya DharmaNya hingga dirinya dilahirkan ke Pantai-seberang (Sukhavati arti- nya)!”
“Lagi O, Arya Ananda! Di alam Buddha Amitabha juga tiada “Alam Kesedihan” seperti Neraka, Setan kelaparan, Hewan-hewan dan sebagainya! Di sana juga tiada 4 musim, maka itu baik waktu disebut Semi, Kemarau maupun, Gugur, Dingin, tapi suhunya sama sekali tidak pernah berubah-ubah, hingga penduduk yang berada di negeri tersebut tanpa merasa dingin atau panas, hanya merasa dilingkungannya demikian segar dan nyaman baginya!”
Saat itu, Arya Ananda tanya lagi kepada Sang Buddha Sakyamuni: “O, Bhagavan yang termulia! Bagaimanakah kalau alam Buddha Amitabha tidak mempunyai Gunung Sumeru, Surga-Surga dari Catur-Maha Raja
Kajika dan Surga Trayastrimsa akan bertempat di mana:”
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda! Jika menurut anggapan anda, Surga-Surga tersebut itu harus mempunyai gunung Sumeru sebagai pesandaran; Akan tetapi,
Surga Yama terus ke atas hingga Surga Akanistha semua asalnya menyandar apa? Itu kata tiada pesandaran sama sekali!”
“Astaga!” Teriak Arya Ananda agak terperanjat: “Karma baik atau jahat, pasti ada buahnya! Sungguh, makna itu tak mudah diperkirakan O, Bhagavan!”
“Betul O, Arya Ananda!” Sabda Sang Buddha lagi: “Karma baik pasti diperoleh pahala agung; Karma jahat tetap kena hukuman, ini ‘Hukum-Karma’! Apakah makna ini tak mudah diperkirakan oleh anda? Apalagi, Alam-alam Buddha yang dimiliki oleh para Tathagata malahan lebih sulit diperkirakan oleh anda! Pada hakikatnya, setiap umat dapat memiliki pahala terunggul; Dapat menikmati kebahagiaan teragung di atas Buminya, semua adalah berkat dari kebajikan mereka. Apakah anda masih sangsi terhadap makna-makna tersebut?”
“Tidak O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Arya Ananda: “Aku sama sekali tidak akan sangsi terhadap Dharma luhur yang dibabarkan oleh Maha Guru! Cuma, aku khawatir para umat pada masa mendatang apalagi Dharma luhur telah didengar oleh mereka, mungkin dipikiran mereka akan timbul keragu-raguan. Demi memberantas keragu-raguan di dalam pikirannya, maka aku berniat menanyakan tentang maknanya kepada Sang Buddha dan inilah maksudnya!”
Sang Buddha bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda yang bijak! Ketahuilah, Buddha Amitayus atau Amitabha memiliki kewibawaan serta sinar hidup sangat luhur dan paling terang! Sinar cahaya dari para Buddha tidak dapat dibandingkan dengan Sinar Buddha Amitayus Dan sinar yang demikian terang dari Buddha tersebut dapat menembus ratusan Koti bahkan ribu-ribuan Koti dunia Buddha yang berada di 10 penjuru! Singkat kata, sinar hidup Buddha Amitayus dapat memancar hingga ke negeri Buddha dibagian Timur yang banyaknya bagaikan butiran-butiran pasir di Sungai Gangga!
Demikian pula, di sebelah Selatan, di sebelah Barat, Utara, Timur-laut, Tenggara, Barat-daya, Barat-laut, bagian atas dan bagian bawah sejumlah 10 penjuru dunia Buddha semua terkena sinarNya! Pancaran yang paling pendek adalah 7 kaki atau satu Yojana atau 2 Yojana, menjadi lagi 3, 4, 5, Yojana.
Akan tetapi, daya terangnya dapat berlipat ganda dan memancar terus tanpa henti yakni mulai dari satu Yojana, kemudian menjadi 2 Yojana, menjadi lagi 4 Yojana hingga 8, 16, 32 … dan seterusnya hingga satu Buddhaksetra dan lebih jauh lagi! Maka dari itu, gelar dari Buddha Amitayus disebut: Amitabha (cahaya tak terbatas), Amitayus (kehidupanNya tak terbatas), Amitaprabha (terangNya tak terhingga), Amitaprabhasa (memiliki cemerlang tak terhingga), Asamaptaprabha (cahayaNya tak berakhir), Asangataprabha (cahayaNya tanpa melekat), Prabhasikhotsrstaprabha (cahayaNya proses dari menyala), Sadivyamaniprabha (cahayaNya dari manikam Surga), Apratmatarasmirajaprabha (cahaya dari Raja-sinar berpancar terus), Rajaniyaprabha (cahayaNya terindah), Premaniyaprabha (cahayaNya yang tersayang), Pramodaniyaprabha (cahayaNya yang tergembira), Sangamaniyaprabha (cahayaNya yang terpesona), Uposaniyaprabha (cahayaNya yang tersenang), Anibandhaniyaprabha (cahayaNya tanpa henti), Ativiryaprabha (cahayaNya yang penuh kuasa), Atulyaprabha (cahayaNya yang tak terbanding), Abhibhuyanarendrabhutrayendraprabha (cahayaNya melampaui segala cahaya dari para Raja Indra di Surga), Srantasancayendusuryajihmikaranaprabha (cahayaNya melampaui cahaya Bulan purnama serta cahaya Sang Surya), Abhibhuyalokapalasakrabrahmasuddhavasamahesvarasar vadevajihmikaranaprabha (cahayaNya melampaui sinar Lokapala, Sakra, Brahma, Suddha-vasa, Mahesvara dan segala cahaya Dewa Jihmikarana).”
“Yang penting O, Arya Ananda!”Sang Sakyamuni Buddha melanjutkan sabdaNya: “Barangsiapa yang dapat kesempatan menemukan sinar hidup Buddha Amitayus yang demikian terang benderang itu, ke 3 jenis ‘Kotoran’ (ketamakan, kebencian dan kebodohan) yang pernah dimilikinya lantas lenyap total! Baik lahir maupun batin dari mereka akan terasa lemah-lembut; terasa halus budi dan bersemangat riang-gembira! Demikian pula, jika para makhluk yang berada di “Tiga Alam Kesedihan” sedang menderita berbagai sengsara, setelah mereka menemukan sinar tersebut, hilanglah segala belenggu-belenggu apapun dalam sepintas! Dan apabila usia mereka telah habis segeralah bebas dari alam kesedihan tersebut dan dilahirkan di dunia manusia atau Surga!”
“O, Arya Ananda! Ketahuilah, oleh karena sinar hidup Buddha Amitayus demikian terang benderang, maka dunia-dunia dari para Buddha di 10 penjuru tak akan ada seorang Buddha pun yang tidak mendengar nama Beliau bukan hanya aku yang menyanjungi Beliau di dunia Sahaloka, para Buddha, para Sravaka, Pratyekabuddha, para Bodhisattva semuanya memuji jasa-jasaNya! O, Arya Ananda! Ketahuilah, andaikata terdapat para umat yang berbudi setelah mendengar jasa-jasa Beliau; Kewibawaan dan sinar hidup yang terang benderang dari Beliau, lantas mengarahkan hatinya ke alam Buddha Amitayus, kemudian dengan sepenuh kebulatan tekad memuliakan namaNya.
Demikian pula, mereka di siang hari, malam hari atau di suatu kesempatan dengan khidmat menceritakan tentang hal-hal Buddha Amitayus kepada para makhluk, supaya makhluk-makhluk apapun dapat memperoleh manfaatNya. Maka, Sang umat yang berbudi itu boleh menurut kehendaknya atau cita- citanya, agar dilahirkan di “Sukhavati” yakni alam Buddha yang terbahagia! Dan kelakuan atau perbuatan yang terpuji dari Sang umat tersebut akan selalu dipuji oleh para Bodhisattva serta para Sravaka, Pratyekabuddha dan lain-lainnya!Saat Sang umat tersebut sedang mencapai Kebuddhaan, sinar hidup merekapun tidak berbeda dengan Buddha Amitayus atau Amitabha.Dan para Buddha serta para Bodhisattva yang berada di 10 penjuru dunia juga ikut bergembira, sehingga keadaannya seperti sekarang kalian memuji Buddha Sakyamuni dengan hati riang gembira!”
Amitabha Buddha dan Surga Sukhavati
Wednesday, 30 January 2008
oleh: Tim Rohani KMBUI XV
Amitabha (Amitofo) merupakan kata yang sudah tidak asing kita dengar. Sebenarnya, apakah teman-teman tau makna daripada kata itu? Kita mungkin sering menyebutkan kata tersebut ketika bertemu dengan teman sedharma atau ketika kita melakukan puja. Kata Amitabha atau Amitayus, disampaikan oleh Buddha Gautama dalam Sutra Amitabha. Berikut ini adalah kitipan dari Sutra Amitabha yang menjelaskan tentang makna dari nama Amitayus:
“Dari panjangnya usia Hyang Bhagava Amitabha, Hyang Tathagata. Oh Ananda, tidaklah terukur, sehingga sulit untuk diketahui lainnya, agar dapat dikatakan (bahwa itu meliputi) begitu banyak ratusan kalpa, begitu banyak ribuan kalpa, begitu banyak ratusan ribu kalpa, begitu banyak berkoti-koti kalpa, begitu banyak ratusan koti kalpa, begitu banyak ribuan koti kalpa, begitu banyak ratusan ribu koti kalpa, begitu banyak ratusan ribu niyuta koti kalpa. Karenanya, Hyang Tathagata itu disebut Amitayus.”
Jadi dapat disimpulkan, Buddha Amitabha (Amitayus) adalah Buddha Cahaya Tanpa Batas yang usianya tidak terbatas oleh waktu. Negeri tempat beliau tinggal disebut Sukhavati yang kunon dikatakan berada nun jauh di sebelah barat bumi kita. Amitabha Buddha memiliki empat puluh delapan ikrar, yang isinya terutama untuk mendirikaan tanah suci atau surga, yang penghuninya dapat menghayati kehidupan berkebahagiaan tingkat tertinggi. Makhluk hidup yang memanggil nama Beliau, untuk memohon pertolongan, akan Beliau bawa mengarungi samudera kehidupan, hingga tiba di Tanah Suci yang Beliau ciptakan itu. Di antara ke-48 Ikrar-Nya, ada tiga yang merupakan Ikrar yang paling utama, yaitu:
- Saya bersumpah bahwa makhluk-makhluk hidup yang ada di sepuluh penjuru mata angin, yang mempercayai ajaran Buddha, Saya usahakan agar semuanya dapat dilahirkan di Tanah Suci ini. Apabila diantara mereka masih masih ada yang belum dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu, Saya tidak akan mau menikmati hasil Pencerahan Agung (Pencapaian Nirvana) secara sempurna, yang telah Saya capai.
- Saya bersumpah bahwa makhluk-makhluk yang telah berusaha dengan segenap kemampuan jiwanya untuk mencapai tingkat Ke-Bodhi-an, dan yang telah melatih diri untuk memiliki, memelihara, dan meningkatkan jasa-jasa kebaikan dan kebajikannya, Saya usahakan agar semuanya dapat dilahirkan di Tanah Suci Saya itu. Pada saat-saat menjelang kematiaannya, maka makhluk tersebut akan dikelilingi oleh Para Penolong Gaib (yang akan mengantarkan orang-orang yang telah meninggal dunia itu, ke Tanah Suci atau Surga ciptaan Saya itu). Apabila diantara mereka masih masih ada yang belum dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu, Saya tidak akan mau menikmati hasil Pencerahan Agung (Pencapaian Nirvana) secara sempurna, yang telah Saya capai.
- Saya bersumpah bahwa makhluk-makhluk hidup yang ada di sepuluh penjuru mata angin, yang mendengar nama Saya, yang telah memikirkan mengenai Tanah Suci yang Saya ciptakan, dan telah merencanakan akan berbuat kebajikan-kebajikan, Saya usahakan agar mereka itu dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu. Apabila diantara mereka masih masih ada yang belum dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu, Saya tidak akan mau menikmati hasil Pencerahan Agung (Pencapaian Nirvana) secara sempurna, yang telah Saya capai.
Sekarang , yang menjadi pertanyaan, bagaimana agar dapat terlahir di Tanah Suci ini?
“Karena tekad lampau (purva-pranidhana) Ku, maka makhluk-makhluk yang dengan cara apapun pernah mendengar nama-Ku, selamanya akan pergi ke negeri-Ku (tanah suci Sukhavati). Tekad-Ku, yang mulia ini telah tercapai dan setelah makhluk-makhluk dari berbagai alam datang kemari ke hadapan-Ku, mereka tak akan pernah berlalu dari sini, meskipun hanya untuk satu kelahiran.” (Mahasukhavativyuha Sutra 50:17)
Selain itu, di dalam Amitayurdhyana Sutra, dijelaskan beberapa hal yang dapat menyebabkan kita terlahir di Sukhavati.
“Jenis kelahiran mulia (dalam alam Sukhavati) tingkat tinggi dapat dicapai oleh mereka yang di dalam pencarian mereka untuk terlahir di sana, telah mengembangkan tiga macam pikiran. Engkau mungkin akan bertanya apakah ketiga macam pikiran itu:
- Pikiran yang tulus,
- Pikiran yang penuh keyakinan,
- Pikiran yang terpusat pada tekad untuk terlahir di alam Sukhavati dengan mempersembahkan segenap kumpulan kebajikan yang mengakibatkan kelahiran kembali di sana.
Mereka yang telah menyempurnakan ketiga macam pikiran ini pasti akan terlahir di alam Sukhavati.
“Semoga lenyaplah tiga kumpulan karma buruk yang menjengkelkan”
“Semoga memperoleh kebijaksanaan dan kesadaran yang nyata”
“Semoga semua hambatan dan karma buruk lenyap”
“Semoga senantiasa hidup melaksanakan Jalan Bodhisattva”.
terjemahan lisan oleh Sharpa Tulku
dipersiapkan dan disunting oleh Alexander Berzin
diperbaiki sedikit oleh Alexander Berzin, November 2003
Versi asli dicukil dari
Anthology of Well-Spoken Advice, vol 1.
Dharamsala, India: Library of Tibetan Works & Archives 1982.
Pesan naskah aslinya langsung dari Snow Lion Publications.