jalan yang bisa dijalani
bukan jalan sejati
nama yang bisa dinamakan
bukan nama sejati
tanpa nama
Tian 天 Di 地 mulanya
bernama
bunda berlaksa ada
tanpa prasangka
akan melihat keagungannya
dengan prasangka
hanya memandang perbatasannya
keduanya esa
walau pun berbeda nama
esa adalah misteri
misteri dalam misteri
itu pintu ke alam mulia
Daodejing 1
Ajaran Tiongkok kuno sangat unik. Itu sebabnya mudah sekali menimbulkan salah sangka. Ajaran Tiongkok kuno tidak rumit itu sebabnya gampang sekali untuk memahaminya. Masalahnya adalah prasangka. Yang mempelajarinya tanpa prasangka akan memahami dan melihat keagungannya. Bila mempelajarinya dengan prasangka maka anda hanya akan memandang perbatasannya tanpa pernah melihat keagungannya. Itulah yang terjadi dari generasi ke generasi. Dunia hanya memandang bangsa Tionghoa menyembah leluhur (zu 祖) tanpa pernah mengenal siapakah leluhur yang mereka sembah itu? Bangsa-bangsa menuduh orang Tionghoa menyembah arwah (rengui 人鬼) padahal mereka hanya menghormati (jing 敬) leluhurnya. Memang menyedihkan melihat orang Tionghoa generasi ini menjalankan tradisi tanpa memahami maknanya. Namun, yang paling mengenaskan adalah melihat mereka menjadikan dongeng sebagai ajaran suci (Tiandao 天道). Sama mengenaskannya dengan melihat jemaat Kristen generasi ini membungkam akal budinya karena merasa lebih rohani dengan mempercayai tahyul dan dongeng.
Ji 祭 Bukan Shi 祀
Apakah bangsa Tiongkok kuno menyembah arwah? Aksara ji 祭 dan shi 祀 umumnya dipahami dengan makna yang sama yaitu sembahyang. Sesungguhnya ji bukan shi. Ji adalah sembahyang yang dilakukan dengan liturgi dan perayaan sementara shi dilakukan tanpa liturgi dan perayaan. Ji dilakukan dengan memberi korban sementara shi dilakukan dengan memberi unjukkan (hanya ditunjukkan). Sembahyang Jiao 郊 dilakukan di perbatasan kota dengan menyembelih dan membakar seekor anak lembu, itu sebabnya disebut ji. Sembahyang Di 地 dilakukan di altar she 社 dengan menyajikan hasil bumi dan ternak. Karena semua yang disajikan lalu dibagi-bagikan kepada peserta sembahyang, itu sebabnya disebut shi. Ketika menghormati almarhum ayahnya, anak sulung melayani shi 尸 (anaknya yang berperan sebagai almarhum) dengan menyajikan makanan dan minuman, itu sebabnya disebut ji. Di Zumiao 祖廟 (kuil leluhur) walaupun semua sajian tidak dikorbankan namun darah binatang dipercikkan dan arak ditumpahkan, itu sebabnya disebut ji. Di altar gunung dan sungai (Shanchuan 山川), Tianzi membakar kayu untuk memberitahu Tian Di bahwa dia sudah menuntaskan tugas pemeriksaannya, itu sebabnya disebut ji. Di zhongmiao 宗廟 (kuil nenek moyang), Tianzi sama sekali tidak memberi korban, itu sebabnya disebut lima shi (wushi 五祀).
Terlaksananya kesusilaan (Li 禮) di altar perbatasan (Jiao 郊) maka baishen 百神 (beratus roh) menjalankan tugasnya. Terlaksananya kesusilaan di altar She 社 maka beratus barang berlimpah. Terlaksananya kesusilaan di kuil leluhur (zumiao 祖廟) maka perilaku berbakti dan cinta kasih (xiaofu 孝慈) berkembang di mana-mana. Terlaksananya kesusilaan di lima sembahyang (wushi 五祀) maka hukum ditegakkan. Sesungguhnya jiao, she, zumiao, shanchuan, wushi adalah kebenaran (yi 義) dalam wujud kesusilaan. Liji VII:IV:3 – Liyun
Apakah orang Tiongkok kuno menyembah arwah? Mustahil menyimpulkan bangsa Tiongkok kuno menyembah arwah hanya karena mereka menggunakan aksara yang sama yaitu ji 祭 baik untuk sembahyang kepada pencipta maupun kepada almarhum ayahnya. “Orang Tionghoa memang melakukan Ji 祭 pada pencipta maupun almarhum ayahnya. Kenapa anda hanya menuduh orang Tionghoa menyembah arwah (menaikan status arwah menjadi pencipta)? Kenapa tidak menuduh mereka menghina Sang Pencipta (merendahkan status pencipta menjadi almarhum ayahnya)?”
Dr. Huston Smith Ngaco Belo
Buku karya Dr. Huston Smith, The World’s Religions semula berjudul The Religions of Man. Diakui, sejak diterbitkan 1958 hingga saat ini, sudah laku 2,5 juta copy. Buku tersebut diterjemahkan oleh penerbit Obor pada tahun 1985 dengan judul: “Agama-agama manusia”. Banyak orang Kristen menyangka Dr. Huston Smith adalah teolog Kristen bahkan sebagian dari mereka percaya dia seorang pendeta atau penginjil. Tentu saja prasangka demikian ngaco-belo. Huston Smith bukan teolog Kristen bahkan dia bukan orang Kristen. Tentang agama Khonghucu dan Dao, saya belum pernah menemukan Teolog Kristen yang tidak menjadikan buku Huston Smith sebagai sumber pustakanya.
Tiga tahun terakhir ini, sudah berkali-kali saya mengungkapkan bahwa Huston Smith ngaco-belo tentang agama Khonghucu. Bila tidak salah ingat, akhir 2009 saya memberitahu Ir. Herlianto tentang hal itu dan kami sempat diskusi lewat email. Aneh bin ajaib! Walaupun sudah melihat fakta-faktanya namun banyak teolog Kristen yang kekeh jumekeh mengajarkan apa yang diajarkan oleh Huston Smith bahwa bangsa Tiongkok kuno menyembah alam, binatang dan arwah manusia serta dewa-dewi. Di dalam blognya yang berjudul: “IMLEK, BOLEHKAH KITA MERAYAKANNYA?” Ir. Herlianto menulis:
Ir. Herlianto: Penyembahan arwah nenek-moyang tetap menjadi jantung budaya religi Cina/Tionghoa dan kepercayaan tentang roh-roh kegelapan sudah lama terjadi demikian juga penyembahan alam (mistik) juga sudah ribuan tahun dilakukan oleh masyarakat Cina/Tionghoa secara turun temurun.
http://www.yabina.org/layout2.htm
Orang Tionghoa menyembah arwah? Huston Smith menulis:
Pertama, Langit dan bumi dipandang sebagai suatu kesinambungan. Istilah-istilah ini bukan terutama menunjuk tempat, melainkan menunjuk orang-orang yang mendiami tempat-tempat tersebut, seperti House of Lords menunjuk pada pribadi-pribadi yang duduk dalam majelis tersebut. Orang yang berdiam di Langit adalah para nenek moyang (Ti) yang diperintah oleh para nenek moyang tertinggi (Shang Ti). Mereka ini adalah para nenek moyang yang telah mendahului dan segera akan diikuti oleh keturunannya dewasa ini yang ada di bumi. Seluruhnya merupakan suatu iringan yang tidak putus-putusnya, di mana maut tidak lain merupakan pengangkatan ke tempat yang lebih tinggi. Kedua tempat itu saling berkaitan dan selalu mempunyai hubungan satu sama lain. Langit mengendalikan kesejahteraan Bumi, misalnya cuaca adalah “keadaan hati Langit,” sambil bergantung pada penduduk bumi untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, melalui korban. Dari kedua kawasan ini, Langitlah yang lebih penting. Penduduknya lebih terhormat, mulia, dan kekuasaannya lebih besar.Agama-agama Manusia hal 220
Karena saling tergantung, maka hubungan antara Bumi dan Langit ditentukan oleh kebutuhan, walaupun bukan oleh rasa kasih. Cara yang paling kongkret bagi Bumi untuk berbicara dengan Langit adalah melalui korban. Keinginan untuk membagi rejeki di bumi ini dengan mereka yang mendahului kita bukan hanya dipandang bijaksana, melainkan juga merupakan suatu hal yang alamiah. Hakikat rejeki itu akan sampai pada mereka melalui asap api korban yang membumbung naik ke langit. Sebuah bukit kecil untuk korban-korban seperti itu merupakan titik pusat setiap desa kuno. Jika muncul suatu gelar yang membanggakan itu dengan cara memelihara korban bersama untuk para nenek moyang. Bahkan sampai zaman Konfusius sebuah pemerintahan yang lalai dalam pemujaan nenek moyang dipandang kehilangan hak hidupnya. Ibid hal 221
Jika korban merupakan cara utama Bumi berbicara dengan Langit, maka ramalan adalah cara Langit mendengar. Oleh karena nenek moyang mengetahui seluruh masa lalu dari suku yang besangkutan, mereka telah dilengkapi untuk meramalkan masa depannya. Ramalan adalah sarana bagi Bumi untuk memanfaatkan gudang pengetahuan ini. Karena senang berpihak kepada anak cucunya, para nenek moyang ini tentu saja ingin membagi pengetahuannya tentang masa depan itu dengan mereka. Namun karena mereka tidak mempunyai cara-cara biasa untuk berhubungan, mereka terpaksa menggunakan bahasa isyarat. Karena itu setiap hal yang dilakukan manusia dengan sengaja tidak mempunyai arti “numinous,” akan tetapi hal-hal yang “terjadi dengan sendirinya” harus diperhatikan dengan cermat. Hal-hal itu merupakan pertanda, karena orang dapat mengatakan kapan para nenek moyang akan menggunakannya untuk memperingatkan keturunan mereka terhadap kejadian-kejadian yang akan datang. Beberapa tanda tersebut terdapat pada tubuh manusia, seperti gatal-gatal, bersin, sentakan, sandungan, bunyi di telinga, dan getaran di kelopak mata. Lainnya terdapat di luar manusia, seperti petir, kilat, jalannya bintang, perbuatan serangga, burung, dan binatang-binatang lain. Juga dapat saja manusia mengambil prakarsa untuk mencari pertanda itu di langit. Mereka akan menyebarkan tangkai-tangkai batang pohon yarrow ke tanah dan melihat polanya. Ia juga dapat meletakkan sebatang besi panas ke punggung kura-kura dan melihat arah keretakkannya. Apapun kejadiannya, apakah itu suatu perjalanan, peperangan, ataupun perkawinan adalah bijaksana untuk menanyakan kepada Langit. Suatu kisah kuno menceritakan seorang tamu yang diminta tuan rumahnya untuk memperpanjang kunjungannya sampai malam hari. Ia menjawab, “Saya telah meramal untuk siang hari ini. Saya belum meramal untuk malam hari ini. Karena itu saya tidak berani” Ibid hal 221
Pada masing-masing ciri dari ketiga ciri agama kuno Cina ini yaitu rasa persatuan dengan nenek moyang, korbannya, dan ramalannya, ada penekanan yang sama. Titik beratnya adalah pada Langit dan bukannya pada Bumi. Untuk memahami seluruh dimensi ajaran Konfusius sebagai suatu agama, penting untuk melihat Konfusius (a) yang mengalihkan titik berat dari langit kepada bumi (b) tanpa membuang langit itu sama sekali dari keseluruhan ajarannya. Ibid hal 222
Suatu contoh khusus yang menunjukkan cara Konfusius mengalihkan titik berat perhatian dari Langit kepada Bumi adalah pada perubahan titik berat dari pemujaan nenek moyang kepada kesalehan anak cucu. Dalam zaman kuno, orang yang sudah meninggal benar-benar dipuja. Setia kepada unsur konservatif dalam kodratnya, Konfusius tidak berbuat apa-apa untuk mencampuri ibadah pemujaan nenek moyang itu sendiri. Beliau tidak membantah adanya roh orang yang telah meninggal. Sebaliknya, beliau menganjurkan agar memperlakukan mereka “seakan-akan mereka hadir dalam kehidupan ini”. Pada waktu yang sama, beliau mengarahkan titik berat perhatian kepada keluarga yang masih hidup. Beliau menekankan bahwa ikatan yang paling suci adalah ikatan di antara para keluarga yang mempunyai pertalian darah. Bagi beliau kewajiban para warga kerabat suatu keluarga yang masih hidup terhadap satu sama lain, lebih penting dari pada kewajiban mereka terhadap yang telah mendahului ke alam baka. Ibid hal 223
Huston Smith mencantumkan buku The Analect of Confucius – Arthur Waley, London, Geoge Allen & Unwin, 1938 (membahas kitab Lunyu 論語) dan buku Three Ways of Thought in Ancient China – Arthur Waley, Dobleday Anchor Book (membahas kitab Mengzi 孟子) serta The saying of Confucius – James R Ware, The Ameerican Library (terjemahan kitab Lunyu) sebagai sumber pustakanya. Lunyu dan Mengzi hanya dua kitab dari keempat kitab Shishu 四書 (empat kitab) dan kelima kitab dari Wujing 五經 (lima kitab). Kitab Lunyu dan Mengzi hanya mencatat sebagian kecil ajaran Tiongkok kuno alias agama Khonghucu.
Aneh bin ajaib! Kitab Lunyu sama sekali tidak berbicara tentang Shangdi sementara kitab Mengzi hanya tiga kali menyatakan manusia harus menyembah Shangdi. Kitab Mengzi sama sekali tidak membahas sembahyang Di. Kitab Lunyu hanya dua kali berbicara tentang sembahyang Di. Pertama Kongzi menyatakan bahwa dalam sembahyang Di, setelah acara mempersembahkan arak, dia tidak mau melihat kelanjutannya lagi. Kedua, dia mengajarkan bahwa orang yang memahami makna sembahyang Di akan memimpin dunia dengan mudah. Karena tidak mencantumkan sumber pustaka lainnya, lalu dari mana Huston Smith tahu bahwa Di 禘 adalah arwah-arwah nenek moyang dan Shangdi 上帝 adalah para nenek moyang yang paling tinggi? Dari hongkong? Bila yang diajarkan Huston Smith benar, itu berarti Shangdi jumlahnya lebih dari satu. Apabila Di 禘 adalah arwah-arwah nenek moyang bukankah itu berarti menyingkirkan papan nama dan tidak menyembahyangi mereka lagi artinya durhaka? Kenapa kitab Tiongkok kuno justru mengajarkan bahwa Shangdi hanya ada satu? Kenapa juga diajarkan bahwa setelah lima generasi, leluhur (zong 宗) harus disingkirkan karena tidak boleh disembahyangi lagi?
Menggunakan barang-barang orang hidup untuk sembahyang arwah melanggar Li 禮 (kesusilaan), itu sebabnya digunakan barang-barang tiruan (mingqi 明器). Alasan mingqi dibakar adalah untuk dimusnahkan. Mingqi dimusnakan agar tidak digunakan lagi, sama seperti bunga dukacita tidak digunakan lagi untuk keperluan lainnya. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan ketulusan. Sama sekali tidak ada ajaran bahwa mingqi akan menjadi barang asli di alam baka. Juga diajarkan dengan tegas dan gamblang bahwa arwah tidak makan makanan yang disajikan. Hanya anak sulung yang boleh menyembahyangi leluhurnya. Huston Smith menyatakan bahwa sembahyang leluhur sama sekali tidak didasari cinta kasih namun dagang belaka. Anak cucu memberi sesajen kepada leluhurnya agar diberkati. Apa yang diajarkannya bertolak belakang dengan ajaran Tiongkok kuno, bukan?
Alih-alih menggunakan shishu dan Wujing, Huston Smith justru menjadikan dongeng-dongeng sebagai sumber pustakanya, itu sebabnya yang diajarkannya bertentangan dengan isi kitab Tiongkok kuno. Itu sebabnya, para teolog Kristen yang menggunakan ajarannya sebagai sumber pustaka benar-benar mengenaskan, bukan?
Tianzi Memiliki Tujuh Miao
Di kolong langit ada penguasa. Untuk mengelompokkannya, Di 地 mendirikan negara. Di setiap negara dibangun miao 廟 (kuil), tiao 祧 (balai arwah), tan 壇 (altar) dan Shan 墠 (altar tanah) untuk keperluan sembahyang korban (ji 祭). Berdasarkan ikatan kekeluargaan dikelompokkan jauh dekatnya. Raja (wang王) mendirikan tujuh miao, satu tan dan satu shan. Disebut Kaomiao 考廟 (kuil ayah), Wangkaomiao 王考廟 (kuil kakek), Huangkaomiao 皇考廟 (kuil moyang), Xiankaomiao 顯考廟 (kuil buyut), Zukaomiao 祖考廟 (kuil leluhur). Sembahyang korban (ji 祭) dilakukan setiap bulan. Yang lebih jauh dari miao menempati tiao. Ada dua tiao. Selain sembahyang korban Chang 嘗 (pada musim gugur) tidak dilakukan sembahyang. Keluar dari tiao menempati tan. Keluar dari tan menempati shan. Sembahyang korban di tan dan shan hanya dilakukan bila ada acara doa (dao 禱). Tanpa acara doa tidak ada sembahyang korban. Keluar dari shan adalah arwah (gui 鬼). Rajamuda mendirikan lima miao, satu tan dan satu shan. Disebut Kaomiao, Wangkaomiao, Huangkaomiao. Sembahyang korban dilakukan setiap bulan. Di Xiankaomiao dan Zukaomiao selain sembahyang korban Chang 嘗 tidak dilakukan sembahyang. Keluar dari Zukaomiao menempati tan. Keluar dari tan menempati shan. Di tan dan shan hanya dilakukan sembahyang korban bila ada acara doa, tanpa acara doa tidak ada sembahyang. Keluar dari shan adalah arwah. Pembesar (dafu 大夫) mendirikan tiga miao dan dua tan. Ketiganya disebut Kaomiao, Wangkaomiao, Huangkaomiao. Selain sembahyang Chang 嘗 tidak dilakukan sembahyang. Untuk buyut dan kakek moyang tidak dibuatkan miao. Ketika diadakan acara doa baru dilakukan sembahyang korban di tan. Keluar dari tan adalah arwah. Pejabat tinggi (Shishi 適士) mendirikan dua miao dan satu tan. Keduanya disebut Kaomiao dan Wangkaomiao. Selain sembahyang Chang 嘗 tidak dilakukan sembahyang. Untuk buyutnya tidak dibangun miao. Ketika diadakan acara doa baru dilakukan sembahyang di tan. Keluar dari tan adalah arwah. Kepala Jawatan (guanshi 官師) mendirikan satu miao yaitu Kaomiao. Untuk kakeknya tidak dibangun miao dan tidak dilakukan sembahyang. Setelah kakek adalah arwah. Pejabat rendah dan rakyat jelata tidak mempunyai miao, semua yang meninggal adalah arwah. Liji XX:5 – Jifa
Tianzi memiliki 5 miao yaitu:
Kaomiao (kuil ayah)Wangkaomiao (kuil kakek)Huangkaomiao (kuil moyang)Xiankaomiao (kuil buyut)Zukaomiao (kuil leluhur)
Handai taulanku sekalian, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dalam urutan silsilah tidak ada yang disebut generasi ke nol (0). Itu sebabnya, ketika berbicara tentang urutan silsilah mereka menyangka inilah urutan yang benar:
Diri sendiri generasi ke 0Ayah gererasi ke 1Kakek generasi ke 2Moyang generasi ke 3Buyut generasi ke 4
Tentu saja penafsiran tersebut di atas salah sebab yang benar adalah:
Diri sendiri generasi ke 1Ayah gererasi ke 2Kakek generasi ke 3Moyang generasi ke 4Buyut generasi ke 5
Generasi keempat berkabung tiga bulan (si 緦), perkabungan paling singkat. Generasi kelima, telanjang dan ditanggalkan, karena bukan keluarga. Generasi keenam ikatan yang dimiliki benar-benar telah hilang. Liji XIV:7 – Dazhuan
Ada yang ratusan generasi telah berlalu namun tidak disingkirkan sebagai penerus (zong 宗). Ada yang setelah lima generasi harus disingkirkan sebagai penerus. Ratusan generasi tidak disingkirkan, dia bukan anak dari generasi sebelumnya. Yang mematuhinya sebagai penerus (zong 宗) juga bukan anaknya. Itu sebabnya, ratusan generasi berlalu namun dia tidak disingkirkan. Penerus (zong 宗) yang dipatuhi sebagai nenek moyang (gaozu 高祖), setelah lima generasi harus disingkirkan. Memuliakan leluhur (zunzu 尊祖) dilakukan dengan menghormati penerus (jingzong 敬宗). Menghormati penerus (jingzong 敬宗) untuk memuliakan leluhur (zunzu 尊祖) harus dilakukan dalam yi 義 (kebenaran). Liji XIV:15 – Dazhuan
Kaomiao (kuil ayah) – generasi ke 2Wangkaomiao (kuil kakek) – generasi ke 3Huangkaomiao (kuil moyang) – generasi ke 4Xiankaomiao (kuil buyut) – generasi ke 5Zukaomiao (kuil leluhur)
Setelah generasi ke 4 adalah generasi ke 5. Generasi ke 4 namanya moyang (huangkao) sementara generasi ke 5 namanya buyut (xiankao). Ketika buyutnya meninggal, piyutnya boleh berkabung tiga bulan (berkabung singkat) karena ikatan kekeluargaannya sudah sangat lemah. Setelah buyut dan piyut, tidak ada ikatan keluarga lagi karena tidak saling mengenal, itu sebabnya tidak boleh melakukan perkabungan. Memuliakan almarhum leluhur dilakukan dengan menghormati papan namanya. Menghormati papan nama leluhur untuk memuliakannya harus dilakukan dalam kebenaran. Itu sebabnya setelah generasi ke 5, artinya setelah buyut (xiankao), papan namanya disingkirkan alias tidak disembahyangi lagi.
Namun, ada papan nama leluhur yang tidak pernah disingkirkan walaupun ratusan generasi telah berlalu. Itulah papan nama leluhur yang tidak punya anak dan bukan anak siapa pun. Tian 天 bukan anak siapa pun, juga tidak beranak pinak. Papan nama Tian Di 天地 tidak pernah disingkirkan dan sembahyang kepada kedua-Nya tidak pernah berakhir. Tian Di adalah Dazu 大祖 (mahaleluhur). Zukaomiao bukan kuil untuk menyembah nenek moyang namun menyembah Tian Di sebagai mahaleluhur.
Shuzi 庶子 (bukan anak sulung) tidak melakukan sembahyang korban (ji 祭) meskipun dia adalah penerus (zong 宗). Shuzi tidak boleh melakukan perkabungan anak sulung (zhangzi 長子) tiga tahun karena dia bukan waris leluhur (zu 祖). Liji XIV:13 – Dazhuan
Apabila bangsa Tiongkok kuno menyembah arwah leluhur, mustahil hanya anak sulung yang boleh menyembahyangi leluhur. Mustahil setelah generasi ke 5 leluhur tidak boleh disembahyangi lagi.
Tian Di 天地 Ayah Bunda Berlaksa Ada
Tian Di 天地 berpadu, maka sulung dari berlaksa ada pun jadi. Laki-laki dan wanita bersetubuh sesuai Li 禮 maka berlaksa pun dimulai. Liji IX:III:7 – Jiao tesheng
Pada hakekatnya manusia adalah hati Tian Di 天地. Yang paling mulia di antara wuxing 五行 (lima tubuh – air, tanah, tanaman, binatang, manusia). Mencicipi berbagai makanan, menikmati berbagai nada dan berpakaian berbagai warna seumur hidupnya. Liji VII:III:7 – Liyun
Hanya Tian Di 天地 Ayah Bunda berlaksa ada (wanwu 萬物), hanya manusialah yang memiliki ling 靈 (jiwa) di antara berlaksa wujud. Orang yang paling tulus, cerdas dan bijaksana dijadikan pemimpin. Pemimpin adalah ayah bunda rakyat jelata. Shujing V:IA:3 – Taishi shang
Tian Di 天地 adalah Ayah Bunda berlaksa ada. Manusia adalah berlaksa ada. Itu sebabnya Tian Di adalah Ayah Bunda manusia. Tian 天 bukan langit yang nampak ketika kita mendongak dan Di 地 bukan bumi yang kita pijak. Kenapa demikian? Langit yang nampak ketika kita mendongak dan bumi yang kita pijak adalah berlaksa ada, bukan Ayah Bunda berlaksa ada. Langit yang nampak ketika kita mendongak dan bumi yang kita pijak namanya Tianxia 天下 (kolong langit). Semua manusia berasal dari sepasang manusia. Sepasang manusia pertama adalah berlaksa ada. Itu sebabnya Tian Di mustahil arwah sepasang manusia pertama. Tian 天 mewahyukan berbagai peta. Di 地 mewujudkan berlaksa ada. Tian adalah Allah yang mahatinggi sementara Di adalah Tuhan Yang mahakuasa. Itulah kebenaran Tiongkok kuno yang tidak dipahami lagi dari generasi ke generasi. Bangsa Tiongkok kuno menyembah Tian Di (Tuhan Allah) sebagai mahaleluhur. Menuduh bangsa Tiongkok kuno menyembah alam (langit dan bumi) sama sekali tidak benar.
Sistem kasta Tiongkok kuno sangat tegas dan gamblang. Ciptaan dikelompokkan menjadi lima tubuh atau wujud (wuxing) yaitu: air, tanah, tanaman, binatang, manusia. Di antara wuxing manusia adalah yang paling mulia. Menyembah alam, tanaman dan binatang yang kastanya rendah berarti memuliakan yang kurang mulia sebagai yang lebih mulia alias menjilat. Selain melanggar Li 禮 (kesusilaan) juga melanggar Yi 義 (kebenaran). Menuduh bangsa Tiongkok kuno menyembah alam, tanaman dan binatang benar-benar mengada-ada. Di luar wuxing tidak ada lagi ciptaan lain. Itu sebabnya, menuduh bangsa Tiongkok kuno menyembah dewa-dewi sama sekali tidak masuk akal.
Setelah mati, orang-orang saleh akan ke nirvana. Orang-orang saleh yang menunda masuk nirvana karena ingin membantu manusia lainnya disebut Bodhisattva (dewa-dewi). Dewa-dewi memiliki kuasa ilahi. Itulah ajaran Agama Budha Mahayana yang masuk ke Tiongkok antara 1 SM – 1 M. Agama Dao (Daojiao 道教) baru lahir di Tiongkok abad 1 Masehi. Daojiao merupakan sikretisme (percampuran) ajaran Budha dan ajaran Tiongkok kuno serta berbagai ajaran lainnya. Agama Dao mengajarkan penyembahan leluhur sebagai dewa-dewi (Bodhisattva). Pada umumnya, umat Dao meyakini bahwa agama Dao adalah penyempurnaan dari agama Tiongkok kuno. Keyakinan demikian sama sekali tidak masuk akal karena Tiandao 天道 (jalan suci – ajaran agama Tiongkok kuno) bertolak belakang dengan Daojiao (ajaran agama Dao). Daojiao adalah agama yang menyembah dewa-dewi sementara bagi Tiandao, menyembah dewa-dewi namanya menjilat.
Perkabungan Dan Sembahyang Arwah
Ketika orang tuanya meninggal, orang Tionghoa berkabung. Walaupun telah menguburkannya, namun perasaan dukacita itu sama sekali tidak hilang. Itu sebabnya perkabungan pun dilanjutkan. Perkabungan paling singkat lamanya 3 bulan (sixiaobao 緦小宝), perkabungan menengah lamanya 9 bula (jiuyue 九月) dan perkabungan paling panjang lamanya 3 tahun (sanniansang 三年喪). Hanya anak sulung yang boleh melakukan perkabungan 3 tahun.
Penguburan (zhang 葬) tidak boleh dihentikan walaupun hujan. Tidak ada tanda dan tidak ada pohon. Perkabungan tidak ada cara keduanya. Berlaku dari Tianzi 天子 (raja) sampai shuren 庶人 (rakyat jelata). Liji III:III:2 – Wangzhi
Cengzi berkata, “Seorang teman dikuburkan. Setelah ditumbuhi rumput tidak ditangisi lagi.” Liji IIA:I:8 – Tangong shang
Kuburan tidak boleh ada pusara dan nisannya. Setelah tumbuh rumput, tidak boleh dikunjungi lagi. Kenapa demikian? Karena bangsa Tiongkok kuno percaya bahwa ketika seseorang mati, tubuhnya membusuk menjadi tanah sementara arwahnya kembali kepada penciptanya. Kenapa seseorang mengunjungi kuburan? Karena kangen dan ingin berjumpa dengan almarhum. Bukan karena almarhum tinggal di kuburan. Perasaan kangen kepada almarhum harus dikendalikan dan pelampiasannya harus dibatasi. Pertumbuhan rumput di atas kuburanlah yang dijadikan batas waktunya.
Melakukan sembahyang (ji 祭) berarti meneruskan untuk merawat dan terus berbakti (xiao 孝), sebab berbakti berarti merawat. Taat kepada jalan suci (dao 道) tidak berani mengingkari hubungan keluarga, itulah yang disebut merawat. Itu sebabnya dikatakan seorang anak berbakti akan mewujudkan baktinya kepada orang tua melalui tiga jalan suci yaitu: Ketika orang tuanya hidup, dia merawatnya (yang 養). Ketika orang tuanya meninggal, dia berkabung (sang 喪). Setelah masa perkabungan berlalu dia menyembahyanginya (ji 祭). Ketika merawat dia patuh (shun 順), ketika berkabung dia sedih (ai 哀), ketika sembahyang dia hormat (Jing 敬) dari waktu ke waktu. Dengan menggenapi ketiga jalan suci tersebut dia memenuhi seluruh kewajiban baktinya (xiao 孝). Liji XXII:3 – Jitong
Kematian sama sekali tidak menghapus ikatan cinta kasih dan hormat. Walau pun seseorang telah mati namun perasaan cinta dan hormat kepadanya sama sekali tidak berkurang apalagi hilang. Itulah yang menjadi dasar tradisi perkabungan dan sembahyang arwah bangsa Tiongkok kuno sejak purbakala. Tradisi demikian terus berlangsung dari generasi ke generasi hingga lahir generasi yang merasa kurang puas dengan tradisi demikian. Mereka ingin memberi dan melakukan lebih banyak lagi bagi almarhum bahkan mereka ingin memperlakukannya seolah masih hidup di antara manusia. Orang-orang demikianlah yang mengembangkan tradisi penguburan mewah.
Apa yang mendatangkan kemakmuran di kolong langit (Tianxia 天下)? Apa yang menolak bencana di kolong langit? Apa yang membuat negari dan keluarga serta beratus marga (baixin 百姓) tidak damai sejahtera? Sejak purbakala hingga hari ini, sama sekali tidak ada pengetahuan tentang hal itu. Dari mana kita tahu bahwa yang kita ketahui itu benar? Saat ini, di kolong langit, para ilmuwan (shi) dan susilawan (junzi 君子) sama-sama mempertanyakan dengan sungguh-sungguh, “Apakah tradisi penguburan mewah (Houzang 厚葬) dan perkabungan lama (Jiusang 久喪) di Tiongkok membawa kemakmuran atau justru mendatangkan bencana?” Tentang hal itu, Guru Mozi berkata, “Aku sudah melakukan penyelidikan dengan seksama. Hingga hari ini, tidak ada hukum yang mengharuskan penguburan mewah dan perkabungan lama walaupun hal itu dilakukan oleh negeri dan rumah tangga. Bagi raja (wang 王), pangeran (gong 公) dan pembesar (daren 大人), inilah perkabungannya. Dikatakan: Peti mati harus rangkap dua, peti mati luar (guo 槨) dan peti mati dalam (guan 棺). Penguburan harus mewah. Pakaian dan jubah harus banyak. Buku, lukisan dan sulaman harus aneka macam. Pusara dan makamnya harus besar dan luas. Demi melayani seorang rakyat jelata yang mati, harus menguras gudang harta keluarga. Demi melayani seorang rajamuda (zhuhou 諸侯) yang mati, harus menghentikan seluruh roda pemerintahan. Emas, batu giok, batu permata dan mutiara digunakan untuk mempercantik tubuh. Pakaian-pakaian sutra untuk berbagai acara dan musim. Kereta-kereta dan kuda-kuda untuk berbagai medan berbeda juga berbagai jenis tenda. Bejana, genderang, meja kecil, meja panjang dan mangkok, tidak boleh pilih-pilih. Tombak, pedang, hiasan bulu, panji-panji, kereta tempur, baju jirah, sarung tangan, semuanya dikuburkan secara lengkap. Untuk melayani Tianzi 天子 (raja) disertakan Shaxun 殺殉 (orang hidup yang dikubur untuk melayani orang mati) yang terdiri dari beberapa ratus pelayan dan puluhanjandanya.Untuk jiangjun 將軍 (jenderal) dan dafu 大夫 (pembesar) disertakan Shaxun yang terdiri dari beberapa puluh pelayan dan jandanya beberapa orang.Mengenai perkabungan apa yang diharuskan oleh ajaran ini? Disebutkan: Menangislah dengan sedu-sedan tidak terkendali seperti suara orang tua. Kenakan pakaian kabung rami dan ikat kepala putih. Air mata dan ingus tidak boleh diseka. Tinggal di gubuk dan tidur di atas tikar dengan bantal tanah. Berusaha untuk tidak makan agar nampak kelaparan. Menanggalkan pakaian agar nampak kedinginan. Matanya dipicingkan seolah takut melihat sinar. wajahnya gelap dan pucat. Telinganya nampak seolah agak tuli. Tangan dan kaki seolah tak bertenaga dan sulit untuk digerakkan. Juga dikatakan: Jika ilmuwan masyhur (shangshi 上士) berkabung, dia harus dibantu ketika hendak berdiri dan dia menggunakan tongkat ketika berjalan. Semuanya dilakukan hingga genap tiga tahun. Hukum demikian, ajaran demikian, dijadikan sebagai jalan (Dao 道) dan mengharuskan raja, pangeran dan pembesar menaatinya. Tidak boleh pergi ke pengadilan, kantor lima pelayanan publik dan enam kantor pemerintahan, memerintah pekerja di sawah dan kebun, menghitung hasil panen dan memasukkannya ke lumbung. Mengharuskan para petani menaatinya. Demi menaatinya, tentu saja tidak boleh pergi dan pulang malam-malam untuk mengurusi sawah dan kebun serta pekerjaan lainnya. Mengharuskan beratus tukang menaatinya. Karena menaatinya, tentu saja tidak boleh memperbaiki perahu, kereta serta barang-barang teknik lainnya. Mengharuskan para istri menaatinya. Karena menaatinya, tentu saja tidak boleh bangun pagi-pagi dan tidur larut malam untuk menenun kain dan menjahit pakaian. Demi penguburan mewah, banyak harta yang ikut dikuburkan. Demi perkabungan lama, banyak pantangan yang harus ditaati dan banyak sembahyang yang harus dijalankan. Harta yang telah terkumpul dikuburkan sementara hasil yang akan didapat kemudian tertunda karena menaati pantangan. Mencari kemakmuran dengan cara demikian ibarat melarang orang bercocok tanam namun menuntut panen. Dengan ajaran demikian, mustahil meningkatkan kemakmuran.” Mozi – Jiezang xia 4
Yang ditulis oleh Mozi (471-391 SM) sangat mengerikan. Menguburkan harta benda bersama jenasah adalah pemborosan namun menguburkan orang-orang hidup untuk melayani orang mati (Shaxun 殺殉) benar-benar kejam dan tidak berperikemanusiaan. Penemuan arkeologi membuktikan bahwa penguburan mewah yang ditentang oleh Mozi memang benar-benar terjadi. Walaupun bukan Tiandao (jalan suci) agama Tiongkok kuno namun hal itu dilakukan baik oleh bangsa Tiongkok kuno.
Para penganut ajaran penguburan mewah (houzang 厚葬) dan perkabungan lama (jiusang 久喪) mengatakan, “penguburan yang mewah dan perkabungan yang lama, walaupun tidak dapat membuat orang miskin menjadi kaya, menjadikan yang sendirian menjadi kumpulan orang, menolak bencana dan malapetaka serta menjadikan negeri yang kacau menjadi damai, namun ini adalah ajaran para Raja Suci (shengwang 聖王).” Guru Mozi berkata,”Tidak benar! Dahulu kala, Raja Yao meninggal ketika melakukan perjalanan ke utara untuk mendidik kedelapan suku Di 狄. Dia lalu dikuburkan di lembah gunung Qiong, ia mengenakan baju dan jubah, semuanya tiga potong. Peti matinya terbuat dari kayu lunak yang diikat dengan tali rami, peti matinya lalu diturunkan ke liang lahat diiringi tangisan kesedihan, liang lahatnya hanya ditutupi dengan tanah, tanpa nisan. Setelah penguburannya, lembu dan kuda bebas berkeliaran di atasnya. Raja Shun meninggal dalam perjalanan ke Timur untuk mendidik ketujuh suku Rong 戎. Ia dikuburkan di kota Nanji, mengenakan baju dan jubah, semuanya tiga potong. Peti matinya terbuat dari kayu lunak yang diikat dengan kain rami. Setelah penguburannya, masyarakat bebas berlalu lalang di atasnya. Raja Yu meninggal dalam perjalanan ke Barat untuk mendidik kesembilan suku liar (Jiuyi 九夷). Dia dikuburkan di gunung Huiji, mengenakan pakaian dan jubah tiga potong, peti matinya dibuat dari kayu Tong yang tebalnya tiga 3 inci yang diikat dengan kain rami. Peti matinya tidak menutup sempurna ketika diikat dan tidak terkubur penuh ketika diturunkan ke liang lahat. Bagian bawahnya tidak dalam agar tidak mengenai mata air sehingga bagian atasnya tidak cukup tebal untuk menahan baunya menyebar, maka di atasnya ditimbun dengan tanah membentuk pusara yang tingginya tiga kaki. Berdasarkan kisah ketiga Raja suci tersebut, bila memikirkannya baik-baik, maka dapat disimpulkan bahwa penguburan mewah (houzang 厚葬) dan perkabungan lama (jiusang 久喪) bukanlah ajaran ketiga Raja Suci ini. Ketiga Raja Suci ini adalah Tianzi 天子 (Anak Tian) yang agung, penguasa bawah langit ini, Bagaimana mungkin merasa kuatir atau tidak mampu untuk membiayai (penguburan mewah)? Pastilah karena inilah ajaran yang benar tentang penguburan orang mati. Mozi Jie – Zang Xia 10
Barang-Barang Sembahyang
Kongzi berkata, “Memperlakukan orang mati sebagai bangkai itu tidak manusiawi. Karena itu, jangan dilakukan. Memperlakukan orang mati sebagai orang hidup itu tidak bijaksana. karena itu jangan dilakukan. Dikatakan: Bambu tidak dianyam dengan sempurna, keramik tidak dibakar hingga matang, kayu tidak dipotong dengan sempurna. Kecapi dan biolanya bersenar, namun nadanya rancu. Serulingnya dibuat secara lengkap tetapi suaranya tidak harmonis. Lonceng dan batu musik dibuat tanpa rak dan kuda-kuda. Semua itu disebut barang rohani (Mingqi 明器) untuk melayani makluk roh (Shenming 神明). Liji IIA:III:3 – Tangong shang
Kongzi mengatakan bahwa orang yang mengajarkan penggunaan barang rohani (mingqi 明器) adalah orang yang benar-benar memahami jalan suci perkabungan (shangdao 喪道). Barang-barang tersebut nampak asli, namun tidak dapat digunakan. Ah..! Menggunakan barang-barang asli bagi orang mati, hal itu dapat mendorong orang untuk menguburkan orang hidup. Liji IIB:I:44 – Tangong xia
Youzi 有子 sedang berdiri bersama Ziyou 子游 ketika melihat seorang anak sedang melampiaskan emosinya. Youzi lalu berkata kepada Ziyou, “Aku tidak dapat memahami orang dewasa yang menyatakan kesedihan karena kematian dengan menangis sambil menghentak-hentakan kakinya. Sejak lama aku ingin menghapus kebiasaan itu. Menurutku, dalam berkabung, cukup asal menyatakan kesedihan yang mendalam.” Ziyou berkata, “Kesusilaan (Li 禮) dimaksudkan untuk meredam emosi, juga dimaksudkan untuk membangkitkan emosi. Suku Rong 戎 dan Di 狄 memiliki tradisi untuk membiarkan emosi meluap bebas tanpa kendali. Hal itu tidak sesuai dengan jalan suci kesusilaan (Lidao 禮道). Seseorang yang sedang merasa bahagia akan merasa gembira. Karena merasa gembira, ia terdorong untuk menyanyi, ketika menyanyi ia terdorong untuk menari, ketika menari ia akan membiarkan emosinya meluap, setelah emosinya menguap ia akan merasa sedih, untuk mengungkapkan kesedihannya ia akan berkeluh-kesah, ketika berkeluh-kesah ia akan terdorong untuk meluapkan kesedihannya dengan memukul-mukul dada, ketika memukul-mukul dada ia terdorong untuk menghentak-hentakkan kakinya. Yang mengendalikan semua itu adalah kesusilaan (Li). Ketika menghadapi jasad orang mati, muncul perasaan takut dan tidak berdaya yang dapat membuat orang putus asa. Kebiasaan untuk menutup jenasah dengan kain, memasang tabir dan menghias peti mati dimaksudkan agar orang tidak merasa takut. Ketika seseorang meninggal, disajikan dendeng kering seolah akan melakukan perjalanan jauh. Ketika dikubur, kepadanya disajikan bermacam-macam sajian. Setelah dikuburkan, kepadanya disajikan berbagai makanan. Orang yang mati itu tidak ikut makan semua makanan yang disajikan baginya, namun kebiasaan ini dilakukan dari generasi ke generasi tanpa perbantahan. Semua itu dimaksudkan agar orang tidak merasa putus asa ketika menghadapi kematian. Itulah makna dibalik tata cara penguburan dan perkabungan. Menurutku, kecamanmu karena engkau salah dalam memahami tradisi.” Liji IIB:II:8 – Tangong xia
Melayat Dan Berdukacita
hidup adalah masa depan
mati itu masa lalu
Liji IA:IV:7:35 Quli shang
Yang mengerti hidup,
melayat
yang memamahami mati,
berkabung
Yang mengerti hidup
namun tidak memahami mati,
melayat
namun tidak berkabung
Yang memahami mati
namun tidak mengerti hidup
berkabung
namun tidak melayat
Liji IA:IV:7:36 Quli shang
Melayat
namun tak mampu menyokong,
jangan bertanya
berapa biayanya?
membesuk
namun tak mampu memberi oleh-oleh,
jangan bertanya
apa yang dirindukan?
berjumpa pengelana
namun tak mampu memberi tumpangan,
jangan bertanya
di mana akan menginap?
Liji IA:IV:8:37 Quli shang
Kerabatku sekalian, kenapa melayat? Anda melayat untuk menghibur orang yang kematian namun tidak berdukacita sama sekali atas kematian tersebut. Apabila berdukacita karena memiliki ikatan dengan almarhum maka anda tidak melayat namun berkabung. Melayat dan berkabung namanya mengerti hidup dan memahami mati. Mengerti hidup maka melayat untuk menghibur yang kematian. Memahami mati maka merasa empati dengan yang berkabung. Mengerti hidup maka merasa sedih dan kehilangan. Memahami mati maka mengendalikan perasaan.
Apa yang dibawa ketika melayat? Anda membawa uang dan bunga dengan ucapan turut berdukacita. Uang untuk menyokong biaya perkabungan dan penguburan. Bunganya untuk siapa? Karena ucapannya “Turut berdukacita” maka kita tahu bahwa bunga itu untuk yang berkabung. Bila untuk yang mati, ucapannya mungkin, “Selamat jalan!” atau “Hati-hati di jalan!” Bunganya untuk apa? Kenapa bunga? Kenapa bukan buah? Kenapa tidak bulu? Kenapa bukan burung?
Orang Kristen umumnya meletakkan sebuah Alkitab di samping jenasah. Untuk apa Alkitab diletakkan di sana? Untuk dibaca oleh almarhumkah? Selain Alkitab, juga ada barang-barang lain yang disertakan ke dalam peti mati. Apa yang dilakukan orang Kristen ketika tutup peti mati? Handai taulan dan pelayat memercikkan minyak wangi ke tubuh almarhum, bukan? Untuk apa memercikkan minyak wangi? Untuk mencegah bau busukkah? Kenapa minyak wangi? Kenapa bukan minyak angin? Kenapa tidak minyak goreng? Kenapa bukan minyak tanah? Kenapa mengadakan kebaktian penghiburan? Kenapa harus kebaktian? Kenapa menyanyi?
Bagaimana dengan kuburan Kristen? Tubuh yang telah mati akan membusuk jadi tanah, bukan? Kenapa jenasah dimasukkan ke dalam peti mati? Kenapa tidak dibungkus seperti lemper saja? Untuk apa membangun pusara dan mendirikan nisan? Apakah orang mati tinggal di kuburan? Kenapa menziarahi kuburan? Kenapa membersihkan kuburan lalu menaburkan bunga? Apakah almarhum hadir waktu handai taulannya berkunjung?
Mengirim bunga duka cita, meletakkan Alkitab di samping almarhum, memercikkan minyak wangi waktu tutup peti, mengadakan kebaktian penghiburan, membersihkan dan menaburkan bunga waktu ziarah kuburan. Siapa yang menentukan tata-cara demikian? Kenapa melakukannya? Apa maknanya? Apakah anda tahu maknanya? Pernahkah mencari tahu? Pernahkah mempertanyakannya? Karena banyak yang melakukannya maka menganggapnya kebenaran. Karena sering dilakukan maka menyangka itulah hal yang benar untuk dilakukan. Anda tidak pernah mempertanyakannya, bukan? Melakukannya tanpa mempertanyakannya artinya melakukannya karena tradisi. Bagaimana bila ada yang menuduh anda menyembah arwah karena melakukan semua itu? Anda pasti menyebutnya gila. Kenapa demikian? Karena anda melakukan semua itu bukan untuk menyembah arwah. Bila demikian, kenapa anda melakukannya? Ha ha ha ha ha …. Semua orang Kristen yang saya tanyai mengaku melakukan semua itu untuk menyatakan cinta kasih dan menghormati almarhmum. Namun, sampai hari ini, walaupun banyak yang pandai mengarang jawaban namun tidak ada satu pun yang mampu menjelaskan dengan gamblang, kenapa mengungkapkan cinta kasih dan hormat harus dilakukan dengan cara demikian?
Orang Tionghoa tidak menggunakan bunga namun mengucapkan turut berduka cita dengan menuliskannya pada kain berwarna biru tua dan hitam. Di rumah duka kain-kain itu lalu di pajang dengan digantung. Orang Tionghoa tidak menggunakan minyak wangi. Untuk wangi-wangian mereka menggunakan dupa (hio). Orang Tionghoa tidak menyertakan Alkitab dan barang-barang lainnya ke dalam peti mati karena meyakini bahwa memberikan barang-barang orang hidup untuk melayani orang mati itu melanggar kesusilaan dan kebenaran. Mereka membakar mingqi (barang-barang tiruan) dan menyajikan makanan. Orang Tionghoa tidak mengadakan kebaktian penghiburan dengan dengan liturgi Kristen namun menurut tata ibadah mereka. Ketika ziarah ke kuburan, orang Tionghoa tidak menaburkan bunga namun menyajikan makanan dan membakar mingqi (barang-barang tiruan). Kebanyakan orang Tionghoa generasi ini, sama seperti orang Kristen generasi ini, melakukan semuanya karena tradisi, tanpa memahami maknanya dengan sempurna. Sama-sama melakukannya karena tradisi. Sama-sama tidak tahu maknanya dengan sempurna. Sama-sama menyatakan melakukan semua itu bukan untuk menyembah arwah. Sama-sama menyatakan melakukan semua itu mengungkapkan cinta kasih dan hormat kepada almarhum. Karena caranya berbeda maka anda menuduh mereka menyembah arwah?
Handai taulanku sekalian, tahukah anda bahwa semua yang dilakukan oleh orang hidup baik ketika berkabung, menguburkan maupun menziarahi kuburan sama sekali tidak berguna bagi almarhum? Namun, itulah cara orang hidup melampiaskan dukacita dan mengungkapkan cinta kasih sseta hormat kepada almarhum. Kita melakukan semua itu karena merasa nyaman ketika melakukannya. Kita melakukannya karena hal itu biasa dilakukan. Kita melakukannya karena menganggap hal itu baik untuk dilakukan. Itu bukan menyembah arwah juga bukan memuliakan jenasah.
Kerabatku sekalian, salah satu adik perempuan saya sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Dia adalah kesayangan keluarga kami. 17 tahun kami menemaninya menjalani hidup dengan penyakit lupus. 6 kali kami menemaninya bertarung menghadapi maut dan menang. Kali ke 7, dia memutuskan untuk rela pulang ke seberang langit biru bila memang sudah waktunya. Kami pun memutuskan rela melepasnya pulang ke rumah Bapa.
Sampai hari ini saya masih merindukannya. Namun, sejak menguburkannya, saya tidak pernah menziarahi kuburannya. Banyak handai taulan Kristen yang menganggap perilaku demikian kurang baik karena tidak mencerminkan kasih. Mereka tidak tahu bahwa alasan saya tidak menziarahi makamnya bukan karena tidak merindukannya lagi atau sudah berhenti menyayanginya namun karena merasa tidak tega mengunjungi kuburannya lalu membayangkan jasadnya terkubur di sana sendirian, kesepian dan membusuk menjadi tanah. Namun, percayalah, bila suatu saat nanti mengunjungi makamnya, maka saya pasti membawa nasi padang kesukaan kami lalu menyajikannya dan makan seolah-olah dia ikut menikmatinya. Ketika penyakitnya menjadi sangat berat, di rumah sakit, dua hari sebelum pulang ke seberang langit biru, pada malam itu adik saya menyatakan kepada saya keinginannya untuk makan nasi padang. Saya belum memenuhi keinginannya itu sampai hari ini. Tidak akan pernah mampu memenuhi keinginannya lagi.
hanya nasi padang
nasi
sambel
daun singkong
telur bulat
rendang ayam
hanya
tak mampu memenuhinya
About these ads
Share this:
Facebook76
Related
Bengcu Menggugat Perayaan Peh Cun Di Mata Seorang Tionghoa Kristen
In "Agama Tionghoa"
Bengcu Mengungkap Kisah Penciptaan Tiongkok Kuno dan Alkitab 1
In "Agama Tionghoa"
Bengcu Menggugat Meja Sembahyang Leluhur Di Mata Seorang Tionghoa Kristen
In "Agama Tionghoa"
02/04/201125 Replies« PreviousNext »
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name*
Email*
Website
Comment
Notify me of new comments via email.
Notify me of new posts via email.
advocaat88 on 15/03/2012 at 3:49 pm
0
0
Rate This
Menanggapi penggunaan kata “pewaris”
Shuzi 庶子 (bukan anak sulung) tidak melakukan sembahyang korban (ji 祭) meskipun dia adalah penerus (zong 宗). Shuzi tidak boleh melakukan perkabungan anak sulung (zhangzi 長子) tiga tahun karena dia bukan pewaris leluhur (zu 祖). Liji XIV:13 – Dazhuan
Pewaris dalam artian ini berarti orang yang mewarisi, padahal tidak demikian. Hal ini merupakan kesalahan dalam penggunaan bahasa, yang bahkan secara global dipakai oleh media pers nasional pada umumnya, misalnya tentang berita pernikahan Kate Middleton dan Pangeran William, pada umumnya pers menyatakan bahwa Pangeran William merupakan pewaris. Yang benar seharusnya ahli waris.
Secara tata bahasa Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut, menurut KBBI :
pe·wa·ris: n orang yg mewariskan;
me·wa·ris·kan: v 1 memberikan harta warisan kpd; meninggalkan sesuatu kpd: gurunya ~ ilmu silat kepadanya; 2 menjadikan orang lain menjadi waris;
wa·ris: n orang yg berhak menerima harta pusaka dr orang yg telah meninggal;
wa·ris·an: n sesuatu yg diwariskan, spt harta, nama baik; harta pusaka: ia mendapat ~ yg tidak sedikit jumlahnya;
Secara hukum, dalam hukum perdata pada prakteknya orang yang mewarisi itu dinamakan ahli waris, jadi seiring dan sejalan dengan definisi yang dibuat oleh KBBI. Jadi tidak akan ada anak yang disebut sebagai pewaris harta dari orang tua kandungnya, ataupun janda disebut sebagai pewaris atas harta yang ditinggalkan oleh suaminya.
Merujuk contoh tentang Pangeran William di atas, dia seharusnya disebut ahli waris, sedangkan pewaris itu seharusnya neneknya Ratu Elizabeth.
Demikianlah sedikit kesalahan redaksional yang sangat fatal yang dipakai oleh hampir semua orang bahkan tidak terkecuali pers beserta koreksi atasnya.
Terima Kasih.
Reply
hai hai bengcu on 15/03/2012 at 6:52 pm
0
0
Rate This
@hai hai bengcu, terima kasih atas koreksinya. Sudah saya EDIT jadi benar.
Reply
Amelia on 09/08/2014 at 4:22 pm
0
0
Rate This
Maaf saya ingin bertanya bisa tidak? Saya ingin bertanya apakah jika ayah kandung meninggal belum genap 3 tahun, si anak boleh menikah tidak karena kata saudara saya hal itu tidak boleh. Terima kasih. Anak yg saya maksud anak bungsu laki-laki.
Reply
hai hai bengcu on 10/08/2014 at 4:01 am
0
0
Rate This
Amelia, agama Tiongkok kuno yang saya maksudkan adalah agama Tiongkok kuno yang ada sampai zaman Mengzi, murid dari cucu Khonghucu hidup. Setelah itu, kesusilaan tidak diajarkan secara lengkap lagi bahkan disesatkan. Perlu anda ketahui bahwa sembahyang arwah tidak pernah dikaitkan dengan REJEKI dan nasib BAIK. Sembahyang arwah adalah CARA orang hidup menyatakan CINTA KASIH dan HORMAT kepada orang MATI dengan alasan IKATAN kekeluargaan dan saling MENGENAL. BERKABUNG adalah cara untuk MELAMPIASKAN dukacita atau kesedihan karena ditinggal mati.
Karena alasan tersebut di ataslah maka dilakukan PEMBATASAN agar TIDAK berlebihan.
berkabung tiga tahun HANYA boleh dilakukan oleh ANAK SULUNG atau PEWARIS. Yang bukan anak sulung dan bukan pewaris TIDAK boleh melakukannya. alasan ditetapkannya TIGA tahun adalah ANAK-ANAK tidak berdaya dan bergantung sepenuhnya kepada orang tuanya selama TIGA tahun usianya. Berkabung TIGA tahun HANYA dijalankan 2 tahun saja. Sama seperti orang Tionghoa menghitung UMUR. Begitu lahir, bayi BERUMUR 1 tahun. Begitu meninggal, itulah TAHUn pertama berkabung.
Pertanyaan anda saya sempurnakan menjadi, “Bolehkah keluarga yang sedang melakukan perkabungan 3 tahun melaksanakan pernikahan?” Tentu saja BOLEH. Kenapa demikian? Karena BERKABUNG 3 tahun bukan KEHARUSAN namun PEMBATASAN. Artinya orang Tionghoa HANYA boleh BERKABUNG paling LAMA 3 tahun. Bila anda memiliki JIWA yang besar sehingga TIDAK BERDUKA CITA lagi, untuk apa BERLAGAK masih berkabung? Bila anda TIDAK berkabung lagi namun BERLAGAK berkabung itu namanya MENJILAT.
Reply
← Older Comments
Blog Stats1,920,824 hitsEmail Subscription
Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.
Join 301 other followers
Categories Select Category Adidas (18) Agama Tionghoa (25) Alkitab (5) Anak (14) Anjing (3) Apologetika (29) Baptis dan Sabat (11) Blog Review (2) Buddha (8) Budi Asali (12) BUKU (11) Cerpen dan Lucu (29) Cinta dan Sex (28) Daud Tony (18) Dukunisme (16) Eskatologi (4) GBI (3) Gereja JKI (6) GKI Yasmin (51) HIpnoterapi (12) Iman (1) Ioanes Rakhmat (6) Katolik (10) Kematian (11) Keselamatan (31) Kisah Indah (37) Kristen (1) Kristologi (44) Lucu (1) Mujizat (10) Mujizat Palsu (16) Narkoba (2) Olahraga (4) Paskah (9) Penciptaan (18) Penipuan Oen Tay Joeng (21) Politik (37) Roh Kudus (7) Satanologi (14) Sesat (19) Syair (13) Tokoh (3) Tritunggalisme (14) YHWH (29) Top Posts & PagesPenipuan Philip Mantofa Tentang Jamahan Roh KudusBengcu Menggugat Karena Philip Mantofa Nabi PalsuBuku Bengcu Menggugat Teologi Alam Roh Di Mata Seorang Tionghoa KristenBengcu Menggugat Karena Philip Mantofa Bersaksi PalsuBengcu Menggugat Meja Sembahyang Leluhur Di Mata Seorang Tionghoa KristenRecent PostsPenipuan Philip Mantofa Tentang Jamahan Roh KudusYang Jadi Menjadi Yang Dijadikan MenjadikanMembongkar Kedok YHWH Di Gunung SinaiIman Pengalaman PengetahuanKatolik Membodohi Umat Kristen Membodohi AllahArchives Select Month March 2015 (5) February 2015 (15) January 2015 (5) December 2014 (9) November 2014 (2) October 2014 (6) September 2014 (6) August 2014 (1) July 2014 (8) June 2014 (8) May 2014 (4) April 2014 (6) March 2014 (7) February 2014 (6) January 2014 (14) December 2013 (10) November 2013 (11) October 2013 (4) September 2013 (8) August 2013 (5) July 2013 (5) June 2013 (4) May 2013 (8) April 2013 (3) March 2013 (5) February 2013 (7) January 2013 (8) December 2012 (8) November 2012 (5) October 2012 (4) September 2012 (5) August 2012 (7) July 2012 (6) June 2012 (12) May 2012 (4) April 2012 (2) March 2012 (2) February 2012 (1) January 2012 (12) December 2011 (4) November 2011 (4) October 2011 (4) September 2011 (7) August 2011 (6) July 2011 (2) June 2011 (3) May 2011 (7) April 2011 (3) March 2011 (7) February 2011 (265) Blogrolla house in the middle of nowhere 0Beautiful Blog of Merry Min 0Biblos Online Bible 0BLOSAS 0Catatan Arie Saptaji 0Corat-coret Bahasa 0jennydewriter 0Kamus Bahasa Indonesia 0Kamus Bahasa Inggris 0Kamus Bahasa Mandarin 0paulus miki sucahyo open mind.com weblog 0Purnawan Kristanto All about writing minister 0Purnawan Kristanto Comunicate Good News in Good Ways 0Purnawan Kristanto Ngudarasa Ngalor Ngidul 0Sabda Alkitab 0Samuel Franklyn Best blog 0Samuel Franklyn Fighting the Good Fight 0The elegance Juliamt's Weblog 0
View Full Site
Blog at WordPress.com.
Now Available! Download WordPress for Android