1. Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera;
2. Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri diatas Naga;
3. Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu;
4. Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri;
5. Kwan Im Berdiri Membawa Anak;
6. Kwan Im Berdiri diatas Batu Karang/Gelombang Samudera;
7. Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu;
8. Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua.
Selain perwujudan Beliau yang beraneka bentuk dan posisi, nama atau julukan Kwan Im (Avalokitesvara) juga bermacam-macam, ada Sahasrabhuja Avalokitesvara (Qian Shou Guan Yin), Cundi Avalokitesvara, dan lain-lain
Yang dimaksud dengan Sahasrabhujasahasrahetra Alovakitesvara adalah Bodhisatva Avalokitesvara bertangan seribu.
Adapun CD tersebut isinya kalau tidak salah adalah MAHA KARUNA DHARANI (TA PEI COU).
Maha Karuna Dharani Sutra
Maha Karunikacitta Dharani Sutra
Nilakantha Dharani Sutra
--------------------------------------------------------------------------------
(Nama lengkap Sutra ini
Sutra tentang Dharani Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung, nan Luas, Sempurna, Tak Terbatas dari Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata
(Thousand-Handed and Thousand-Eyed Avalokitesvara Bodhisattva's Vast, Perfect, Unimpeded, Great-Compassionate Heart Dharani Sutra)
(Tsin Sau Tsin Ngarn Gwun Syde Yarm Poe Sard Gworng Dhye Yiun Moon Moe Ngoy Dhye Bey Sum Tor Lor Ney Ging)
(Qian Shou Qian Yan Guan Shi Yin Pu Sa Guang Da Yuan Man Wu Ai Da Bei Xin Tuo Luo Ni Jing)
(Tripitaka No. 1060)
(* Bodhisattva Avalokitesvara juga dikenal dengan nama: Kwan Shi Yin Pu Sha atau Kwan Im Pu Sha.)
Sutra ini diterjemahkan pada jaman Kerajaan Tang oleh Shramana Bhagavat-Dharma dari India Barat.
Sutra ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Silfong Tsun.
--------------------------------------------------------------------------------
Demikian yang telah ku dengar, suatu ketika Sang Buddha Sakyamuni Tathagataya berada di gunung Potalaka, di istana berhiasan beragam permata, kediaman Bodhisattva Avalokitesvara, Beliau duduk bersila di atas mahkota kebesaran singgasana berhiasan beragam batu permata. Ratusan kibaran bendera warna-warni yang sangat berharga terpasang menghiasi sekelilingnya.
Saat itu, Sang Tathagata, di atas mahkota singgasananya, bermaksud memberi ajaran Dharma tentang Mantra yang tak terlupakan, beliau dikelilingi oleh tak terhingga banyaknya Bodhisattva-Mahasattva, mereka adalah: Bodhisattva Dharani-Raja, Bodhisattva Ratna-Raja, Bodhisattva Bhaisajya-Raja, Bodhisattva Bhaisajya-Samudgate, Bodhisattva Avalokitesvara, Bodhisattva Mahastamaprata, Bodhisattva Avatamsaka, Bodhisattva Great-Sublime, Bodhisattva Precious-Deposit, Bodhisattva Virtue-Store, Bodhisattva Vajragarbha, Bodhisattva Akasagarbha, Bodhisattva Maitreya, Bodhisattva Samantabhadra, Bodhisattva Manjushri dan Bodhisattva-Mahasattva yang lainnya. Semuanya adalah para Pangeran Agung Dharma yang telah di-Abhiseka.
Sang Buddha juga dikelilingi oleh tak terhingga banyaknya Arahat yang telah mencapai kesepuluh tingkatan Arahat, dipimpin oleh Arya Maha-Kasyapa.
Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Brahma, dipimpin oleh Brahma Sinza;
Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Kamaloka, dipimpin oleh Dewa Gopaka;
Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Caturmaharajaloka, dipimpin oleh Dewa Dhritarastra;
Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa, Naga, Yaksha, Gandharva, Asura, Garuda, Kimnara, Mahoraga, Manusia, Amanusya, dipimpin oleh Maharaja Naga Agung nan Mulianya Surgawi;
Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewi dari Surga Kamaloka, dipimpin oleh Dewi Mata Kesucian;
Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Sunyata, Dewa sungai dan lautan, Dewa sumber mata air, Dewa danau, Dewa obat-obatan, Dewa hutan, Dewa tempat kediaman, Dewa api, Dewa bumi, Dewa angin, Dewa tanah, Dewa pegunungan, Dewa batu-batuan, Dewa istana, dan para Dewa yang lainya.
Semuanya datang dan berkumpul bersama dalam Persamuan Agung ini.
Pada saat itu dalam Persamuan Agung, Bodhisattva Avalokitesvara secara diam-diam memancarkan Cahaya Agungnya, sehingga seluruh dunia di sepuluh penjuru, bersamaan dengan sistem dunia tiga-ribu-maha-ribu alam semesta ini, semuanya bersinar berkilauan keemasan. Istana-istana surgawi, istana-istana para Naga, dan istana-istana para Dewata semua bergetar. Sungai-sungai, lautan, gunung-gunung cincin-besi (Cakravada-parvata), gunung-gunung Sumeru, gunung-gunung bumi, dan gunung-gunung kegelapan juga ikut bergetar. Cahaya berbagai matahari, berbagai bulan, berbagai mutiara, api, dan perbintangan semuanya menjadi lenyap.
Menyadari kejadian yang sangat langka ini, Bodhisattva Dharani-Raja menjadi sangat tertegun bercampur kagum, sehingga Beliau bangkit dari tempat duduknya, bersikap anjali (merangkap kedua tangan) dan bertanya kepada Sang Buddha dengan lanunan syairnya;
“Siapakah yang telah mencapai tingkat ke-Buddhaan saat ini,
Memancarkan Sinar Suci terang benderang ke segala penjuru?
Seluruh dunia di sepuluh penjuru berkilauan keemasan,
Demikian pula dengan sistem Tiga-ribu-maha-ribu dunia alam semesta ini.
Siapakah yang telah mencapai kebebasan sempurna saat ini,
Menunjukkan Kekuatan Suci nan langka?
Tak terhingga dunia Tanah Suci Buddha semua bergetar,
Demikan pula dengan istana-istana para Naga dan Dewata.
Saat ini semua persamuan ikut bertanya,
Tak tahu, siapakah yang memiliki kekuatan ini.
Apakah Beliau Sang Buddha, Sang Bodhisattva, atau Arya Arahat,
Atau Dewa Brahma, Dewa Mara, para Dewa Surgawi, ataukah Dewa Sakra Sang Raja Langit.
Kami memohon kepada Bhagavate, welas asihNya,
Untuk memberitahu kami asal dari Kekuatan Suci nan Agung ini.”
Sang Buddha kemudian berkata kepada Bodhisattva Dharani-Raja; “Orang budiman, engkau semua seharusnya tahu bahwa di persamuan ini ada seorang Bodhisattva-Mahasattva yang bernama Avalokitesvara, makhluk agung yang tak ada batasnya. Beliau telah mencapai tingkatan welas asih dan kasih sayang yang agung nan sempurna sejak dulu, tak terhitung banyaknya Kalpa-Kalpa sebelumnya, dan telah sempurna mencapai ajaran tak terbatas dari Pintu-Pintu Dharma berdasarkan kemantraan. Untuk memberikan ketenangan dan kebahagian kepada semua makhluk, Beliau memancarkan kekuatan sinar agungnya.”
Setelah Sang Buddha selesai berkata demikian, Bodhisattva Avalokitesvara bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya dan bersikap anjali kepada Sang Buddha sambil berkata:
“Bhagavate, saya memiliki sebuah mantra yang berasal dari Dharani Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung dan ingin segera memberitahukannya, untuk memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada semua makhluk; untuk menyembuhkan semua penyakit; untuk memberikan usia yang panjang; untuk menggapai kekayaan; untuk menghapuskan semua karma buruk dan dosa-dosa berat; untuk menghindari bahaya dan malapetaka; untuk menghasilkan pahala dari ajaran Dharma; untuk menyempurnakan akar kebajikan dan kemuliaan; untuk melenyapkan rasa takut; untuk mencapai semua keinginan yang baik. Bhagavate, mohon berikan welas asih anda, ijinkan saya untuk berucap.”
Sang Buddha berkata: ”Orang budiman, engkau memiliki welas asih dan kasih sayang yang sempurna, untuk memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada semua makhluk, engkau ingin mengulas Mantra yang Agung ini, saat ini adalah waktu yang tepat, silahkan membeberkannya, Tathagata sangat berbahagia dan menyetujuinya, demikian pula dengan semua Para Buddha.”
Bodhisattva Avalokitesvara kemudian berkata kepada Sang Buddha; ”Bhagavate, saya ingat ketika dulu, sejak tak terbayangnya jutaan kalpa-kalpa yang lampau, Seorang Buddha, yang bernama Raja Ribuan Sinar Tak Bergeming Tathagataya, telah muncul di dunia. Berkat welas asih dan kesadaran agungnya terhadap saya dan seluruh makhluk, Sang Buddha, Tathagataya mengucapkan Mantra yang sangat luas, sempurna, tak terbatas, Mantra Mahakaruna ini, kemudian mengusap kepalaku dengan tangan emasnya dan berkata: ’Orang budiman, engkau harus selalu ingat Mantra Agung ini, agar dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan sempurna kepada semua makhluk pada jaman kejahatan masa mendatang.’. Saat itu saya masih berada pada tingkatan Bhumi pertama (tingkatan Bodhisattva bejumlah 10 tingkatan), setelah mendengar mantra tersebut, saya melampaui tingkatan Bhumi kedelapan. Saya sangat berbahagia, kemudian saya bertekad: ’Jika saya dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada seluruh makhluk di masa mendatang, biarlah saya mendapatkan seribu tangan dan seribu mata di badanku.’. Setelah mengucapkan tekadku, saya mendapatkan sepenuhnya seribu tangan dan seribu mata di tubuhku, kemudian dataran di dunia sepuluh penjuru bergetar secara enam cara, ribuan Para Buddha dari sepuluh penjuru memancarkan sinarnya ke tubuhku dan menyinari dunia-dunia tak terbatas dari sepuluh penjuru. Sejak itu, dari Para Buddha dan Persamuan Agungnya, saya selalu mendengar, menerima dan mengingat selalu Mantra Agung ini, dan kegembiraan selalu terulang kembali dari hati yang paling dalam, membuatku sangat bahagia. Sehingga, saya bisa melampaui tak terhitung jutaan kalpa rantai kelahiran dan kematian. Sejak itu pula, saya selalu mengingat dan melafalnya, dan tidak pernah melupakannya. Karena selalu mengingatnya, saya selalu terlahirkan secara spontan dari bunga-bunga Teratai Suci di hadapan Para Buddha, dan tidak pernah lahir sekalipun dari kandungan. ”
0 komentar:
Posting Komentar