Selasa, 06 Desember 2011

I Kuan Tao dan Mi Le Ta Tao (Maitreya Great Tao)

Ikuanisme, I Kuan Tao atau Yi Guan Dao (一貫道) adalah aliran agama baru yang bermula dari Tiongkok awal abad ke-20. "I Kuan" berarti persatuan atau kesatuan, sementara Tao berarti jalan, kebenaran atau juga ketuhanan. Ajaran Ikuanisme menekankan ajaran moral, menggabungkan aliran Konfusianisme, Taoisme and Buddha Ikuanisme bukan aliran atau kepercayaan Taoisme. Aliran ini berkembang di Indonesia berasal dari Taiwan sekitar tahun 1950-an

SEJARAH

Aliran Ikuanisme menyatakan bahwa pencipta alam semesta, bumi dan seluruh mahluk hidup adalah Tuhan. Lingkaran hidup bumi dan alam semesta adalah 108 000 tahun, dan kita berada dalam zaman terakhir (kiamat) dimana manusia telah hidup 60 000 tahun. Anak-anak Tuhan karena telah terlalu lama di bumi, tersesat dalam hidup duniawi, terjerumus dalam dosa menyebabkan mereka hidup dalam roda reinkarnasi. Tuhan mengutus 10 Buddha untuk menyelamatkan anak-anaknya di bumi. 7 Buddha pertama telah datang saat bermulanya kebudayaan manusia, dan 3 Buddha terakhir mengemban tugas penyelamatan.

Sehingga dibagi 3 zaman: Zaman Hijau, Merah, dan Putih. Buddha Dipamkara diutus saat Zaman Hijau (sekitar 3000 SM) sampai lahirnya Siddharta Buddha. Zaman Merah bermula dengan diutusnya Siddharta Gautama. Zaman Putih bermula saat Buddha Maitreya datang sebagai Budha terakhir. Memang Budha Maitreya belom dating sebagai SammaSamBudha tapi beliau telah berkali-kali di titiskan (inkarnasi) ke dunia karena cinta kasih Beliau.

Pra zaman Sakyamuni, beliau di lahirkan sebagai seorg pertapa, zaman Sakyamuni, beliau di lahirkan sebagai Ajitta, dan pasca zaman Sakyamuni, beliau di lahirkan sebagai bhiksu gemuk/gendut dengan tawa lebar membawa kantong spt rupang di kebanyakan vihara di gambarkan/dibuat. Beliau membawa cinta kasih universal ke dunia ini Memang Maitreya blom dtg ke dunia dlm sbg SammaSamBudha tapi beliau telah berkali-2 inkarnasi ke dunia ini, dan membawa ajaran-2 Nya setiap dlm inkarnasi beliau.

Sejarah resmi Ikuanisme membagi perkembangan Tao dalam 3 periode. Periode pertama disebut sebagai 18 Sesepuh Pertama dari Timur, yang bermula dari awal adanya manusia. Sesepuh pertama adalah Fu Shi, tokoh mistis dari Tiongkok, pencipta pa kwa (8 triagram). Kemudian berlanjut ke tokoh mitos dan sejarah: Shen Nong (penemu pertanian), Huang Ti (Kaisar Kuning), diteruskan ke raja-raja Tiongkok, sampai Kong Hu Cu, dan terakhir Lao Tze (Penulis Tao Te Ching).

Dikatakan bahwa karena perang saudara di daratan Tiongkok, menyebabkan Lao Tze membawa Tao ke India dan meneruskan ke Siddharta Gautama. Di sini bermula periode ke-2 yang disebut 28 Sesepuh dari Barat, bermula dari Siddharta Gautama, diteruskan ke Mahakasyapa, dan menurut aliran Zen sampai terakhir Bodhidharma. Bodhidharma dikatakan membawa Tao kembali ke Tiongkok, dan bermulalah periode ke-3: 18 Sesepuh Terakhir dari Timur.
Bermula dari Bodhidharma sampai sesepuh ke-6 Hui Neng. Dan dari sana di teruskan ke Sesepuh ke 7, 8. Guru ke-9 yang bernama Huang Te Hui 黃德輝 (1624-1690) adalah juga pendiri sekte "Shien Thien Tao" 先天道 (atau Jalan Surga Pertama). Aliran Shien Thien Tao masih ada di Indonesia dalam bentuk kelenteng kelenteng yang dipegang oleh Bhiksuni (Chai Ma). Sehingga disebutlah Ikuanisme bercabang dari Shien Thien Tao. Dokumen dinasti Ching yang ditemukan belakangan ini menunjukkan bahwa Wang Cue Yi 王覺一, sesepuh ke-15, mendirikan aliran "I Kuan Ciao" (Agama I Kuan) di zaman dinasti Ching (sekitar tahun 1850). Sejarah Ikuantaoisme menunjuk ke sesepuh ke-17 Lu Chong I 路中一 sebagai inkarnasi Bodhisatva Maitreya, merupakan awal Zaman Putih di tahun 1905.
Ikuanisme mulai berkembang pesat saat sesepuh ke-18 Chang Thien Ran 張天然 memegang pemimpin. Chang lahir tahun 1889 pada tanggal Imlek 19 bulan 7, di Ji Ning, propinsi Shan Tong. Guru agung ini bernama Kui Sheng atau sering disebut sebagai Zhang Guang Bi. Pada hari klahirannya terjadi banyak pertanda. Pertama, altar nirwana di Beijing yang merupakan tempat ritual kerajaan zaman dulu terbakar dan langit sebelah utara berwarna merah. Kedua, sungai kuning yang selalu keruh karena Lumpur airnya berubah menjadi jernih. Kejadian ini menurut sejarah di anggap sbg kemujizatan, perubahan sungai ini merupakan pertanda kelahiran orang suci. Dari sinilah nama Zhang Thien Ran di berikan oleh penduduk setempat sebagai nama resmi di Ikuanisme. Beliau mempunyai penampilan yang unik, kepala yang rata dan dahi persegi dan dua pupil pada kedua matanya
Chang mengikuti aliran I Kuan Tao sejak tahun 1914. Sesepuh ke-17 Lu Zhong I melihat talenta Chang. Dan setelah meninggalnya sesepuh ke-17 tahun 1925, Chang diangkat menjadi sesepuh ke-18 tahun 1930. Chang dikatakan sebagai inkarnasi Ci Kung atau disebut Buddha Hidup. Chang Thien Ran disebut sebagai Se Cun 師尊 (Bapak Guru Agung). Chang dikatakan atas mandat Tuhan, bersama Sun Su Chen 孫素真 yang disebut sebagai inkarnasi Bodhisatva Yek Huei 月慧菩薩 (Bodhisatva Bulan Bijaksana). Sun Su Chen besama Chang Tien Ran menjabat sebagai sesepuh ke-18 I Kuan Tao. Sun dihormati sebagai Se Mu 師母(Ibu Guru Suci).
Ikuanisme menyebar pesat dari tahun 1930 sampai 1936. Dari tahun 1937-1947 selama kekuasaan Jepang, Ikuanisme juga berhasil menarik penganut dari utara, tengah sampai selatan Tiongkok. Chang Tien Ran meninggal tahun 1947 saat komunis mulai berkuasa di Tiongkok. Tahun 1947 bulan 8 tanggal 15 penanggalan imlek, bulan purnama musim gugur, Bapak Guru Agung mencapai kesempurnaan pada usia 59 karena kelelahan. Langit dan bumi ikut bersedih, ditandai dengan hujan badai dan guntur, dan She Cun di puja sebagai Thien Ran Gu Fuo (Budha Thien Ran/Alam) di IKuanisme
Dengan meninggalnya Chang, dan berkembangnya Komunis di China, Ikuanisme tidak dalam keadaan yang bersatu. Para muridnya secara tersendiri melarikan diri ke Hong Kong dan Taiwan. Sun Su Cen (Se Mu) mengambil alih kedudukan dan membawa ajaran Ikuanisme ke Hong Kong dan Taiwan. Dari Taiwan I Kuan Tao berkembang pesat dan menyebar ke Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand). Sementara itu, para murid Chang secara individual menyebarkan ajaran I Kuan Tao, sehingga muncul kelompok-kelompok Ikuanisme dengan sesepuh atau pemimpin yang berbeda-beda. Di Taiwan, Ikuanisme mulai resmi diakui pemerintah sejak tahun 1987.

Aliran Buddha Maitreya di Indonesia

Aliran Ikuanisme bermula di Indonesia di tahun 1949 di Malang oleh seorang pengikut I Kuan Tao dari Taiwan bernama Tan Pik Ling (Hokkian) atau Chen Po Ling (Mandarin) atau dikenal sebagai Maitreyawira (Indonesia). Tan adalah seorang dokter gigi, pertama sekali datang ke Indonesia sejak tahun 1930. Beliau dikatakan diutus oleh Se Mu (Ibu Guru Suci) dan Pan Hua Ling 潘華齡 pemimpin Kelompok Pau Kuang 寶光組.. Vihara pertama didirikan di Malang bernama Chiao Kuang di tahun 1950. Vihara ini adalah Fo Tang 佛堂 pertama yang berdiri di luar China dan Taiwan. Di bawah pimpinan Tan, Ikuanisme berkembang pesat ke Surabaya, Jakarta, Medan, Pontianak dan seluruh Indonesia.

Se Mu 師母(Ibu Suci) sewaktu di Taiwan berada di bawah asuhan Wang Hao Te 王好德(atau sesepuh Ong) selama 11 tahun, Wang sendiri adalah pengikut kelompok Pao Kuang 寶光組. Dengan meninggalnya Se Mu 4 April 1975, Wang Hao Te mendapat andat sebagai penerus asli Ikuanisme yang diangkat oleh Se Mu. Hanya melalui Beliau Kuasa Firman Tuhan Tien Ming dapat diberikan, Sesepuh Wang adalah penerus Benang Emas yang sejati. Banyak kelompok I Kuan Tao yang menolak karena mereka menginginkan jabatan sebagai pengganti Se Mu (gila hormat/jabatan berarti lobha dan lobha tidak akan membawa kepada keterbebasan samsara). Jadi mereka tidak menuruti mandat Se Mu yang menunjuk Wang Hao Te sebagai penerusNya sehingga Wang Hao Te membentuk aliran sendiri yang disebut Mi Le Ta Tao (Maitreya Great Tao) 彌勒大道. Tan Pik Ling di Indonesia yang juga pengikut kelompok Pao Kuang memutuskan untuk bergabung dengan Wang Hao Te.

I Kuan Tao membentuk organisasi sendiri dengan kantor pusat di El Monte, California, pada tahun 2000 membentuk organisasi I Kuan Tao Indonesia. I Kuan Tao tidak mengakui Maitreya Great Tao dan sebaliknya juga. Namun aliran Maitreya Great Tao jauh lebih pesat dan lebih banyak pengikutnya daripada I Kuan Tao. 

Dari sinilah Maitreya Great Tao pecah/berpisah dari I Kuan Tao karena satu-2nya yang mendapat mandat meneruskan benang emas Firman Tuhan hanyalah Wang Hao Te (Maha sesepuh yang sangat di agungkan di Maitreya Great Tao). Pembawaan beliau sangatlah cinta kasih, rendah hati serta mengasihi seluruh kehidupan termasuk alam. Karena mengasihi alam berarti mengasihi diri sendiri.

Aliran Buddha Maitreya (Maitreya Great Tao) berkembang sebagai agama unik Indonesia. Aliran ini mengadopsi istilah-istilah Indonesia dan Sansekerta Buddha. Vihara Maitreya di Indonesia juga unik, berciri khas tercantum kalimat "Tuhan Yang Maha Esa" dan mengikuti perayaan Buddha seperti Waisak, Kathina. dan menggantungkan gambar Siddharta Buddha. 

Ciri-ciri ini jarang ditemukan di aliran I Kuan Tao, karena I Kuan Tao mengajarkan bahwa agama Buddha Sakyamuni telah ketinggalan zaman, dan sekarang adalah zaman Buddha Maitreya. Sedangkan Maitreya Great Tao sangat menghormati Budha Sakyamuni, ini satu perbedaan yang cukup mencolok. Vihara Maitreya sekarang lebih bebas mengekspresikan sebagai aliran Maha Tao Maitreya, bentuk umum Vihara yaitu Buddha Maitreya di tengah, di kiri dan kanan foto "Se Cun" and "Se Mu" dengan tambahan gambar Sang Buddha (Siddharta Gautama) di beberapa Vihara Maitreya.

Berbagai doktrin dan filosofi dipelajari serta diajarkan kepada umatnya, termasuk falsafah Konfusius dan filosofi/akhlak kehidupan seperti San Zi Jing (三字经/三字經). Pengikutnya ditekankan untuk menghormati kepercayaan dan penganut Agama lainnya.

Aliran Maitreya berkembang paling pesat di antara aliran Buddha lainnya di Indonesia. Para pengikut aliran Maitreya dianjurkan tetapi tak di paksakan untuk menjadi vegetarian, dan menyebarkan ajaran ini dengan membawa teman atau saudara untuk memohon jalan ketuhanan tapi tidak dengan cara memaksa bagi orang yang tidak menginginkannya.

Di Indonesia Buddha Maitreya muncul sebagai aliran agama Buddha, membentuk Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI) dan bernaung di bawah Walubi.

Para pengikut Maitreya Great Tao diyakinkan bahwa mereka akan terbebas dari roda samsara sewaktu meninggal dengan bukti bahwa mayat orang yang telah di-dhiksa (chiu tao) akan lemas, tidak kaku memiliki muka yang lemas atau tidak pucat persis seperti orang yang sedang tidur.



Perbedaan – perbedaan I KUAN TAO dan MI LE TA TAO :

1.Pandita I Kuan Tao harus berwarga negara Taiwan, warga negara yang lain tidak di perbolehkan menjadi Pandita sedangkan Mi Le Ta Tao semua suku bangsa bisa terpilih menjadi Pandita karena semua manusia apapun suku dan warna kulitnya tapi hati tetap satu yaitu HATI NURANI.
2.Istilah pendhiksaan di I Kuan Tao disebut KHAI KUANG sedangkan di Mi Le Ta Tao disebut CHIU TAO.
3.Kesurupan menggunakan raga kasar seseorang untuk berceramah di perbolehkan di I Kuan Tao sedangkan di Mi Le Ta Tao DILARANG KERAS.
4.Vihara I Kuan Tao tak bertuliskan TUHAN YANG MAHA ESA di atas altar utama kebaktian sedangkan Vihara Mi Le Ta Tao bertuliskan TUHAN YANG MAHA ESA.
5.I Kuan Tao tidak di akui oleh Walubi sedangkan Mi Le Ta Tao di akui Walubi dan sering mengikuti Walubi melakukan kegiatan sosial ke tempat terjadinya bencana alam dsb
6.Sesuatu hal yang aneh-2/gaib di ajarkan di I Kuan Tao tapi di Mi Le Ta Tao sangat di larang karena segala sesuatu yang berbentuk magic adalah TIDAK BENAR
7.Vihara I Kuan Tao hanya memiliki nama vihara mandarin sdgkan vihara Mi Le Ta Tao selain memili nama mandarin juga memiliki nama Indonesia yang selalu ada nama Maitreya pada nama vihara tsb. Contoh : Maha Vihara Duta Maitreya, Vihara Pahala Maitreya, Vihara Agung Maitreya dsb
8.Berhubung I Kuan Tao tidak di akui oleh Walubi maka vihara mereka cenderung lebih tertutup, biasa di dlm rumah-2 umat dan jarang melakukan kegiatan yang terlalu ramai/meriah sdgkan vihara Mi Le Ta Tao di buka lebar-2 sehingga orang-2 mengetahui ini adalah bangunan sebuah vihara. Mi Le Ta Tao sering merayakan acara-2 seperti Waisak, dan di bulan Agustus ini akan diadakan Tarian Kasih Alam (sebagai bentuk kebudayaan) di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran. Acara ini di meriahkan oleh umat Mi Le Ta Tao dari 18 negara dan Jakarta menjadi tuan rumahnya dan di hadiri oleh Menteri Agama, Gubernur DKI Jakarta, Walubi, Duta Besar ke-18 negara tersebut, para Sesepuh dan para Pandita.

30 komentar:

Anonim mengatakan...

Membingungkan.... Sungguh membingungkan.... Lalu adakah penganut Mi Le Ta Tao di negara lain, dan asal usul Mi Le Ta Tao itu dari mana? Ini benar-benar membingungkan karena agama Buddha dari India sana telah tercampur dengan ajaran tradisional Cina... Inilah sebabnya saya meninggalkan keyakinan Vihara...

Anonim mengatakan...

terlalu bodoh meninggalkan vihara bukan karena iman, tapi karena kebingungan tampak dari luar. Semua agama di dunia mempunyai perjalanan hidup sendiri sendiri.

Juan mengatakan...

Sebenarnya agama Buddha memang dari India semua kitabnya juga dari India cuman setelah di bawa dan dipelajari di Tiongkok . Mereka mulai mengembangkan agama Buddha . Taiwan juga ikut memperkenalkanaliran Maitreya sesuai dengan kata Buddha Gotama yang pernah saya baca bahwa " jika Aku memiliki murid yang jumlahnya beratus - ratus maka Maitreya akan memiliki jumlah murid yang beribu - ribu . Maitreya pun memang saat ini berkembang pesat . Riwayat Buddha Gotama yang pernah saya baca pun banyak yang sudah menceritakan ttg Buddha Maitreya sebelumnya Maitreya memang sudah terlahir berkali kali sebagai umat Buddha yang penuh cinta kasih dan saya sudah pernah baca ttg Maitreya ; seorang bhikkhu yang sedang berDhamma dimana Buddha Gotama dan anaknya Rahula sedang menjelma menjadi kelinci ( yang itu lho ) ....... saya aliran Maitreya saya suka aliran ini . Menurut saya aliran ini agak unik . Kalian boleh coba mengikuti sembahyang di salah satu Vihara pasti bagi orang awam yang baru pertama kali mengikuti sembahyang ala umat Maitreya pasti agak agak bingung ......��

Unknown mengatakan...

Salah satu dari 5 dosa besar yaitu , memecah belah sangha , mi le ta tao , memecah diri dari yi guan dao , maka , mi le ta tao sendiri telah melakukan salah satu 5 dosa besar , dan saya penganut dari yi guan dao , vihara saya telah diakui oleh walubi , dan sudah ada pandita dari warga negara lain , kalau gak tw , gak sah sok tau makanya

MastahAdmin mengatakan...

Banyak poin yang salah di artikel ini. Saya merupakan umat dari I Kuan Tao. Ingin menjelaskan :

Pertama untuk poin no 1 -> Pandita I Kuan Tao dari tahun 1990 telah banyak yang berasal dari warga negara Indonesia.

No 2 : ini juga salah, sebenarnya istilah lengkapnya adalah Khai Kuang Jiu Tao, biasa disingkat menjadi Jiu Tao

No 3: Di I Kuan Tao peminjaman raga adalah hal yang terpaksa dilakukan dimana manusia masih terikat kepada wujud, maka meminjam wujud untuk menyampaikan ajaran kebenaran. Namun hal ini bukanlah satu hal yang wajib ada, dan I Kuan Tao juga menegaskan bahwa pembinaan diri tidak boleh terikat kepada hal Gaib, dan menegaskan peminjaman raga adalah hal terpaksa dilakukan. Langit dan Bumi tidak dapat berbicara, maka dengan terpaksa meminjam manusia untuk menyampaikan kehendak Yang Kuasa. Perlu diketahui disetiap ada peminjaman raga yang di bicarakan adalah hakekat kebenaran, sopan santun, sila pantangan , bakti dan kaidah kehidupan, dll bukanlah suatu hal ajaran yang mistis. Dan banyak umat yang mengakui bahwa apa yang disampaikan dari peminjaman raga cocok dengan dengan kekurangan dan kondisi mereka ( umat yang hadir ).

No 4 : Salah besar, biasanya di I Kuan Tao ada tulisan bahasa mandarin Ming Ming Shang Di yang berarti Tuhan Yang Maha Esa juga, diambil dari istilah mandarin.

No 5 : Saat ini I Kuan Tao telah banyak di akui di berbagai daerah.

No 6 : Hal gaib yang ada di I Kuan Tao adalah sifatnya tidak wajib/terpaksa, itu adalah salah satu kemujizatan dan keistimewaan dari I Kuan Tao, tetapi di ajarkan untuk tidak terikat kepada hal gaib. Hal ini sama dengan penjelasan poin no 3.

No 7 -> Ini juga salah, saya banyak mengetahui bahwa vihara I Kuan Tao telah lama banyak yang memiliki nama mandarin juga.

No 8 : Salah juga, saat ini banyak vihara I Kuan Tao banyak yang megah didirikan di mana-mana. Ada yang hingga 3 hektar bahkan lebih. Vihara rumah juga ada karena disesuaikan dengan budget yang ada.

Komentar ini bukan bermaksud untuk menyudutkan penulis, saya hanya ingin meluruskan pandangan yang salah dari artikel ini. Seperti prinsip yang diajarkan BUddha -> Ehipassiko, Datang dan Buktikan. Penulis apabila tidak keberatan dapat bertemu dan saya ajak keliling vihara2 I Kuan Tao, dan melihat secara jelas apa yang di ajarkan, bukanlah menulis sebuah artikel tanpa menelaah/meneliti terlebih dahulu dan hanya berdasarkan gosip.

Terima kasih, apabila ada yang kurang berkenan mohon maaf.

Unknown mengatakan...

Haiii, boleh minta informasi ttg vihara ikuantao yg trdekat dr daerah cirebon jawa barat???

antiaging jeunesse mengatakan...

Yg terpenting kita bisa aktif di vihara,yg mempunyai benang emas firman Tuhan.

Unknown mengatakan...

agak bingung ya , vihara yang dari gw bayi dibawa sama org tua yaitu vihara maha karunia maitreya di Pontianak , dialtar nya ada patung maitreya ditengah samping kanannya ada buddha ci kung kalau samping kirinya ada dewi kwan im dan samping dewi kwan im ada kuan kong ,dsb. dan di pojok kanan dan kiri hanyalah foto se mu dan se cun . adakah yang sama denganku atau tau ???

Juliarwon Putra mengatakan...

Sama, vihara saya juga begitu. Vihara Eka Dharma Manggala di Makassar

Unknown mengatakan...

Dimana tuh viharanya hehe

apin mengatakan...

Katak dibawah tempurung buat apa diladeni, pengetahuan sempit dapat ilmu satu sumber saja akan membuat orang cendrung fanatik terhadap apa yg diyakini benar.

apin mengatakan...

Yi guan dao , dan mi le da dao adalah satu barang dua nama . Sdh ciri khas dari ajaran ini (xian tian da dao nama aslinya) untuk selalu berubah nama tergantung suka sukanya sesepuh sekte tertentu untuk menamainya,bukan hanya di pasar ada persaingan tapi dalam penyebaran tian dao jg sersaing sengit .

Jurnalis Humanis mengatakan...

Tulisan tidak berimbang. Pasti hanya wawancara orang Pao Kwang saja. hahaha... Ya gak pa pa... semoga bahagia..

Kartono_tonn mengatakan...

Kesalahan mgkn ada pada sesepuh yang tak kompak atau mgkn maaf boleh di katakan gila jabatan ... sebagai pengikut tidak salah kalau merasa bingung dengan tulisan2 spt ini karna tak jelas mana kebenaran sesungguhnya ... seperti saling menuding siapa yang paling benar ... semoga Se Cun Se Mu memaafkan kesalah yang terbesar yang menyebabkan terjadinya perpecahan 2 kubu seperti ini ...

Unknown mengatakan...

Aku bingung ngung ngung ngung

Unknown mengatakan...

Aku bingung ngung ngung ngung

Joe fz mengatakan...

Sesungguhnya penulis artikel ini memecah belah umat, gak tau kebenarannya bikin asumsi sendiri kata siapa mengangkat pandita hanya boleh dari warga negara Taiwan?? Sekarang pandita dan dari dulu juga ada dari warga negara indonesia dan sebagainya. Anda jangan buat asumsi sendiri dengan keinginan memecah belah umat dengan menjelekkan aliran lain. Coba lihat aliran i kuan tao sudah berkembang pesat. Dan buat keributan, dan jangan membuat nama Tao jadi jelek dengan demikian anda tidak menghargai jerih payah para pendahulu!

Asiat6650 mengatakan...

Yg menulis artikel ini adl yg kearifannya krg. Membuat bnyk org bingung, jika artikel anda salah makan anda hrs bertanggung jwb di dpn Tuhan. Apakah anda berani??? Pandita I kuan Tao tdk hrs berwarna Taiwan, ttp ada juga yg lokal begitu ciang she nya ada juga yg lokal. Apa bedanya Chiu tao dng khai kuang. Cuma sebutan saja bedanya, tp artinya sama yaitu memohon unk membuka jln ketuhanan. Khai kuang diambil dari kata khoi Kong krn org jaman dulu tdk tau apa itu Chiu tao tp mrk cm tau khai kuang. Soal mslh cetya, maupun pau kuang cu atau i kuan tao setiap yg punya jodoh ada buka fothang. Contohnya klrg adek iparku, mrk pau kuang cu tp ada cetya malah mrk blg sama sahabat kalo gurunya adl secun, semu, cikung lao she. Siapa blg nama fothang i kuan tao pakai nama Mandarin saja? Buka mata Anda lebar2 & kelilingi seluruh Indonesia yg punya fothang tao. Jgn asal sebut. Siapa blg lampu tengah tdk bertuliskan laumu.matamu yg gak beres, tuh artinya anda tdk pernah bertanya pd org lain. Hanya asumsi anda sendiri yg benar. Tdk perlu lg saya bicara bnyk, berarti penilaian saya ke anda adl: org yg krg membina diri, tdk punya kearifan, hanya memikirkan diri sendiri yg benar. Ingat ya, cikung laut she mengatakan: tao ku tdk perlu diperdebatkan, tentang kebenaran akan diketahui seiring waktu. Jd belajarlah krn wawasan anda bnyk kekurangan. Sekedar anda tau, klrg besar kami ada yg pau kuang cu & i kuan tao tp tdk prnh berasumsi spt anda. Ttg point Anda yg lainnya, tdk perlu saya jlskan lg. Unk apa capek2 kalo asumsi anda spt itu.

Unknown mengatakan...

namo maitreya, kalau boleh tahu nih, kenapa pemimpin ik kwan tao tidak mau mengakui sesepuh wang hao te sebagai penerus wadah ketuhanan yang di berikan ibu guru suci ( she mu ta jen) ya? bukankah ik kwan tao yang telah putus kan hubungan dari sien thien ta tao? mohon penjelasan nya! setelah sesepuh wang hao te, yang di beri mandat oleh she mu ta jen wafat, kini mandat di pimpin oleh sesepuh yen dan sesepuh wang!

Unknown mengatakan...

Ia benar sekali tidak perlu diperdebatkan tapi bagaimana cara membina diri yg benar. Pada masing masing kepercayaan. Dan fokus pada ketuhanan. Dan jalan kebenaran sesuai hati nurani. Kita. Mana yg baik dan mana yg benar orang bisa menilai kita dari perbuatan diri kita masing masing!!salam namo budhaya

Unknown mengatakan...

benar sekali tidak perlu diperdebatkan tapi bagaimana cara membina diri yg benar. Pada masing masing kepercayaan. Dan fokus pada ketuhanan. Dan jalan kebenaran sesuai hati nurani. Kita. Mana yg baik dan mana yg benar orang bisa menilai kita dari perbuatan diri kita masing masing!!salam namo budhaya

Anonim mengatakan...

wo men tou se ie jia ren....jangan utamakan perbedaan....carilah persamaan....

admin mengatakan...

Kedua aliran hanya mengajarkan moral dan perbuatan baik di alam manusia serta menjalin jodoh bajik dengan Sammasambuddha Maitreya nantinya.

Lucunya, kenapa tidak dari sekarang saja langsung bina diri mencapai berakhirnya penderitaan dan malah hanya berhepi-hepi ria menunggu Buddha ?

Emang ada satu orang di dunia ini yang mampu menjamin masa depan akan bertemu Buddha jika masa hidupnya berbuat baik saja?


Unknown mengatakan...

Ikuan Dao atau mile tadao itu bukan agama Buddha tapi hanya mendompleng nama agama Buddha.
Ini sungguh bisa menyesatkan pandangan orang awam terhadap agama Buddha
Kalau agama Buddha pasti mengajarkan tentang
4 kesunyataan mulia
Tilakhana
Patticasamupada
Kamma dan punabhava

Aliran agama Buddha ada
Theravada
Mahayana
Tantrayana

Sedangkan miletadao dan ikuandao itu bukan agama Buddha, hanya mendompleng nama agama Buddha saja

Anonim mengatakan...

Ikuan Dao atau mile tadao itu bukan agama Buddha tapi hanya mendompleng nama agama Buddha.
Ini sungguh bisa menyesatkan pandangan orang awam terhadap agama Buddha
Kalau agama Buddha pasti mengajarkan tentang
4 kesunyataan mulia
Tilakhana
Patticasamupada
Kamma dan punabhava

Aliran agama Buddha ada
Theravada
Mahayana
Tantrayana

Sedangkan miletadao dan ikuandao itu bukan agama Buddha, hanya mendompleng nama agama Buddha saja

Anonim mengatakan...

Maaf,tapi dari pandangan saya kami tidak terlalu menunggu Buddha,konsepnya sama membina diri dgn baik,mewujudkan hati nurani,berbuat baik dan menghindari yg buruk ya agar bisa membantu misi Buddha Maitreya,walaupun suatu saat generasi kami yg sekarang belum bisa bertemu dengan Buddha setidaknya sudah menjalin jodoh dgn Buddha Maitreya.Anda salah pandangan,tidak ada berhepi hepi ria menunggu Buddha peimikiran ini agak- ya gtulah.Lalu untuk masalah berbuat baik seumur hidup,menurut saya tentu saja perlu dilakukan,walau sebagian besar umat pastinya tetap ada yg berbuat dosa/buruk itu tergantung kesadaran mereka,yang penting menghindari perbuatan dosa dan mengembangkan diri menjadi lebih baik.Namun untuk apa diperdebatkan jika anda sudah bersikeras memiliki pandnagan seperti itu.Jika ada kesalahn saya mohon maaf karena ini hanya pandangan saya dan ajaran yg saya resapi,kebijaksanaan saya kurnag tinggi untuk menjelaskan lebih,Terima Kasih.

indrasudarthio #tahususupabrik mengatakan...

ajaran sesat... u tae for mile berak di altar patung obesitas...

indrasudarthio #tahususupabrik mengatakan...

ajaran sesat u tae for mile... bukan ajaran budha... bodoh bodoh bodoh

Anonim mengatakan...

diajarkan untuk menjadi Buddha untuk melepaskan roda reinkarnasi, namun Buddha yang bersangkutan masih reinkarnasi berkali-kali. hahaha

Tuhan yang tidak maha segalanya, menangisi anak-anaknya yang tersesat di dunia yang fana ini.

Di vihara maitreya pada umumnya, lebih mementingkan pembinaan keluar, bukan pembinaan ke dalam. intinya ke vihara, ke vihara dan ke vihara. haha

Anonim mengatakan...

Untuk perbedaan pertama kali di poin 1 seperti yang saya sangat kurang Karena sekarang semua orang sudah bisa menjadi pandita atau menjadi Tien Chuan se

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;