ULAMBANAPATRA SUTRA
Demikian yang telah kudengar:
Pada suat ketika,Hyang Buddha tinggal di Sravasti,di hutan jeta di Taman Anathapindika.Pada saat itu,di kota Sravasti terdapat seorang siswa Buddha bernama Maha Maudgalyayana.Demi menyelamatkan orang tuanya yang telah meninggal dunia,maka beliau datang kepada Hyang Buddha dan belajar Dharma luhur dengan tekun,Berkat ketekunannya menghayati ajaran-ajaran Hyang Buddha maka beliau dapat memperoleh 6 macam Tenaga Batin (sat Abhijna).Dengan kepandaian itu beliau berhasrat membbaskan kedua orangtuanya dari kesengsaraan sebagi balas-budi atas jasa-jasa orangtanya.
Kemudian beliau ber-samadhi,lalu dengan mata-batinnya mengamati seluluh alam semeseta,dan melihat ibunya berada di alam Setan-kelaparan.oleh karena ibunya terlalu lama tidak dapar makan dan minum,maka tubunya tinggal tulang dan kulit yang kering,kurus,dam pucat.Melihat kondisi ibunya sedemikian buruk,sedilah hati Maha Maudgalyayana sehingga pikirannya terganggu dan tidak tenang.Dengan amat tergesa-gesa beliau mengisi patrnya dengan nasi,dan dengan daya-gaib nasi itu dikirimkannya kepada ibunya yang malang itu.
Karena ia merasa sangat lapar serta khawatir nasinya direbut oleh setan-setan lain,maka setelah nasi itu diterima ibunya cepat-cepat menutupi nasi tersebut dengan telapak tangan kiri dengan serapat-serapatnya.Kemudian dengan tangan kanan ia mengambil segenggam nasi untuk meringankan rasa laparnya,tetapi,betapa malangnya,begitu nasi itu sampai di depan mulutnya berubah menjadi arang yang membara dan iapun tak dapat memakannya dan tetap kelaparan.
Melihat nasib ibunya yang malang itu,Maha Maudgalyayana sebagai seorang anak yang sangat cinta kepada orang tuanya,tiba-tiba berteriak sekeras-kerasnya serta menangis sejadi-jadinya.Karena tidak jalan lain terpaksalah beliau dengan perasaan dukacitta kembali ke vihara dan menyampaikan apa yang telah dialaminya kepada Hyang Sakyamuni Buddha.
Hyang Buddha menerangkan kepada Maha Maudgalyayana:
,"oh, Maha Maudgalyayana yang berbudi,apa sebannya hingga daya kegaibanmu tidak dapat berbuat sesuatu terhadap seseorang yang bertubuh setan kelaparan?Ketahuilah,sebabnya adalah dosa-dosa yang perna ditimbun oleh ibumu pada masa silam itu akarnya terlalu dalam,tentu saja kamu sendiri tidak dapat mencabut akar itu hanya dengan gaya gaib tampa disertai kebajikan.Dan akar kejahatan itu tidak dapat kamu cabut seorang diri dengan mengandalkan daya gaib saja.walaupun kamu bermaksud baik,bercita-cita luhur,sampai sampai teriakanmu yang mengharukan bisa mengguncankan langit dan bumi,tetap saja para Dewata,para Dewa bumi dan Sorga,para orang suci,bahkan Raja Adikuasa dari Surga Catur Maharajakayika,dan sebagainya,tidak dapat berbuat apa-apa:kesemuanya kehilangan cara untuk membantumu dan semu maksud baik dan segala keinginanmu itupun sia-sia,"
Hyang Buddha melanjutkan sabda-nya:"Ketahuilah oh Maha Maugalyayana yang berbudi!jika segala keinginan dan cita-citamu ingin terwujud,undanglah para Bhikkhu dan bhiksuni dari Sravaka-Sangha yang berada di 10 penjuru:berbuatlah suatu kebaktian bersama dan bautlah juga kebajikan-kebajikan untuk dianugerahkan kepada ibumu.Demikian segala belenggu dan kesengsaraan yang menimpa ibumu akan lepas semu,"
Sekarang akan kuuraikan cara untuk menyelamatkan para umat yang sedang mengalami siksaan di alam Samsara kepada anda sekalian,"
Hyang Buddha bersabda kepada Maha Maudgalyayana lagi,"
Dengarlah baik-baik oh Maha Maudgalyayana yang berbudi! Pada setiap tanggal 15 bulan 7(menurut penanggalan candrasangkala)adalah Pravarana Sangha Pada saat inilah para Bhikkhu yang berada di 10 penjuru berlibur,dan pada saat itu pulalah mereka sering mengadakan perbincangan untuk pertobatan,"
Pada saat itu,kamu bisa mengambil kesempatan untuk mengadakan sesuatu upacara berdana makanan kepada pada orang suci bhikkhu,yakni upacara Ulambana namanya.Dan gunanya khusus untuk menyelamatkan orang tua si pemuja baik mereka yang masih hidup maupun yang telah meninggal atau yang sedang tertimpa malapetaka,Demikian pula untuk orangtua sebanyak 7 turunan yang hidup pada masa silam dan berada di alam Samsara,di mana mereka belum mendapat kesempatan untuk membebaskan dirinya,juga dapat diselamatkan,"
"Tepat pada waktunya sediakan nasi dan bermacam=macam sayur-mayur,wewangian,minyak gurih,pelita,dan lain-lainnya:boleh disertai alat-alat untuk mengambil air,untuk mandi dan minum,boleh juga disertai perabot rumah.Dan bahan untuk sajian itu boleh dipilih dari barang yang bagus,sesuai dengan kemampuan si pemuja,"
Kemudian sajian-sajian tersebut setelah disiapkan diletakan pada suatu tempat suci khusus untuk upacara Ulambana,lalu semu sajian itu dipersembahkan kepada para tokoh bijak dan para orang suci,"
Sebelum upacara itu diadakan,beritahukanlah keseluluh penjuru,sehingga tepat ketika upacara diadakan,rombongan Arya akan datang untuk ikut bergembira dan merayakan upacara Ulambana yang diadakan oleh para pemuja.Para Arya tersebut adalah mereka yang sedang melakukan Samadhi di gunung-gunung:Para suci yang telah mencapai 4 Macam pahala Buddha dengan indentitas bertingkat Arahat yang Sedang berkelana dari bawah pohon ke pohon:atau yang telah memperoleh sad Abhijana,kemudian mereka yang sedang menjalankan kewajiban mengajarkan Dharma luhurkepada para Sravaka atau para Pratyekabuddha di berbagai daerah:
Dan Bodhisattva-Mahasattva yang bersatatus Dasa-Bhumiya(Sepuluh Tingkat Bhumi)yang mana mereka dapat menjemalkan dirinya sebagai Bhiksu,Bhiksuni dan berbaur di dalam kelompok Sravaka-Sangha,menjadikan rombongan Arya sangat meriah,'
"Ketahuilah,rombongan Arya tersebut datang ke tempat suci itu,bukan hanya berniat mengambil sedekah makanan atau sajian belaka,tetapi mereka akan mempergunakan kewajiban,kemampuan dan kebajikan yang telah diperoleh dari prilaku sila-suci mereka.Dan jasa-jasa yang maha agung itu mereka limpakan kepada leluhur atau kedua orang tua si pemuja baik yang masi hidup maupun telah meninggal,"
"Ketahuilah,oh, Maha Maudgalyayana yang berbudi ! barang siapa yang mengadakan upacara ini pada hari Pravarana Sangha,maka orangtuanya yang masih hidup akan mendapatkan umur panjang,cukup sandang dan pangan,serta hidup mereka akan bahagia.Dan leluhurnya yang telah meninggalpun akan mendapatkan berkat yaitu jika leluhurnya berada di 3 alam Samsara maka akan dibebaskan,bahkan dititiskan di alam kebahagiaan dengan cara yang bebas,dan apabila akar kejahatannya tidak berat,leluhurnya itu bisa mendapatkan tubuh yang bersinar dan disinari dari sinar Buddha Mandarawa Sorga,"
Setelah mendengar uraian Hyang Buddha,lalu Maha Maudgalyayana bertekat untuk mengadakan upacara Ulambana untuk orangtuanya (ibunya)yang malang itu.
Menjelang Hari Ptavarana Sangha dan Ulambana yang diadakan oleh Maha Maudgalyayana,Hyang Buddha lantas mengumumkan dan memerintakan kepada para Bhiksu,bhiksuni dan para Sravaka-Sangha yang berada di berbagai daerah agar semu berkumpul guna mengadakan persembahyangan,agar para leluhur atau orang tua si pemuja,baik yang masih hidup maupun yang sudah meniggal beserta para leluhuririnya sebanyak 7 turunan dan familinya mendapat kesempatan untuk membebaskan dirinya dari alam Samsara secepat mungkin.
Setelah para suci berkumpul,mereka langsung mengadakan upacara persembahyangan serat mengucapkan mantra-mantra penting,kemudian melakukan meditasi dengan suasana yang amat khidmat,Setelah meditasi selesai barulah para hadirin menerima dana dan makanan berserta sajian lain,semuanya diletakkan di altar Buddha rupang atau dikelilingkan pada Stupa Buddha dan para hadirin mengucapkan mantra lagi.setelah selesai barulah dimakan dengan cara biasa.
Pada saat upacara Ulambana itu selesai,Maha Maudgalyayana bersama para bhikksu,bhiksuni,para Bodhisattva-Mahasattva semu merasa amat senag dan gembira.Dan mulai saat itu perasaan dukacita dan keluh-kesah Maha Maudgalyayana hilang total.
Berkat kepahalaan dari upacara Ulambana tersebut,ibu Maha Maudgalyayana tersebebas dari alam Setan kelaparan,dan masa hukuman yang seharusnya dijalani sampai satu kalpa dihapuskan.
Sewaktu Maha Maudgalyayana menyaksikan ibunya membebaskan dirinya dari Alam Samsara itu,tiba-tiba dalam hati beliau timbul perasaan iba terhadap para makhluk yang masih berada di alam Setan kelaparan,yang masih menjalani hukuman dialam tersebut.lalu beliau dengan berat hati menanyakan kepada Hyang Buddha:"oh lokanatha yang termulia1 Sekarang ibu saya bersyukur karena diberkati oleh kekuatan maha-jasa dari Triratna beserta kewibawaan dan kebajikan para sravaka Sangha,....tetapi apakah para putra -putri yang berbudi atau siswa-siswa Buddha di masa yang akan datang dapat menggunakan cara Ulambanapatra ini untuk menyelamatkan orangtua atau ayah-ibunya dalam 7 turunan yang telah meniggal pada masa silam?sudilah kiranya Hyang lokanatha menjelaskanya!,"
Sadhu!..Sadhu!..Sadhu!...siswaku yang berbudi!"Hyang Buddha memuji Maha Maudglayayana,"Bagus sekali pertanyaanmu!Sesungguhnya hal-hal yang demikian penting itu telah siap kuuraikan kepada para umat sekalian,akan tetapi perhatikan telah mendahului-ku Sekarang dengarlah baik-baik,o,Putra-putri yang berbudi! Apabila terdapat bhiksu,bhiksuni,para raja,pangeran,pejabat-pejabat kerajaan,serat para rakyat jelata yang berada di masa sekarang atau di masa yang akan mandatang berhasrat ingin melaksanakan bakti,membalas budi mendatang berhasrat ingin melaksanakan bakti,membalas budi kepada orang tuanya:iba-hati kepada makhluk sengsara,mereka boleh menyediakan berbagai macam makanan serta sajian lain pada hari Pravarana Sangha itu,dan mengadakan upacara Ulambana di suatu tempat suci dengan maksud berdana makanan kepada orang suci yang datang dari 10 penjuru,sehingga ayah bunda mereka yang masih hidup mendapatkan umur panjang dan senantiasa menikmati hidup yang sejatera,Sedangkan orangtua mereka yang telah meninggal beserta Ayah-bunda dalam tujuh turunan dari masa yang lampu itu dapat keluar dari alam setan kelaparan atau alam sansara lain,dan mereka dapat dilahirkan di alam Manusia atau dialam kebahagian,agar mereka dapat berbahagi selama-lamanya,'
"lagi,jika para siswa-siswa Buddhis yang berhasrat ingin mengabdikan dirinya kepada leluhurnya serta kedua orang tua yang masih hidup atau pun yang sudah meniggal dunia,mereka seyogynya senantiasa merenungkan kondisi kedua orangtua yang masih hidup bahagia atau tidak.Bilamana keadaan para siswa-siswi Buddhis mengijinkan sebaiknya setiap tahun pada tanggal 15 bulan 7(penangalan candrasangkala),mengadakan upacara Ulambana untuk berdana kepada Buddha dan Sangha,guna menbalas budi kedua orangtuanya yang berjasa kepada anak-anaknya,"
Demikianlah semoga semua siswa-siswi Buddha dapat menghayati Dharma yang sangat berarti ini,"Hyang Buddha mengakhiri khotbahnya.
Pada saat itu, Bhiksu Maha Maudgalyayana beserta keempat kelompok siswa-siswi Buddha merasa gembira setelah mendengarkan khotbah Hyang Buddha,dan mereka bertekat menghayati Dharma-nya.Kemudian mereka bersikap anjali dan menghormati kepada Hyang Sakyamuni Buddha,lalu pergi.
Demikian yang telah kudengar:
Pada suat ketika,Hyang Buddha tinggal di Sravasti,di hutan jeta di Taman Anathapindika.Pada saat itu,di kota Sravasti terdapat seorang siswa Buddha bernama Maha Maudgalyayana.Demi menyelamatkan orang tuanya yang telah meninggal dunia,maka beliau datang kepada Hyang Buddha dan belajar Dharma luhur dengan tekun,Berkat ketekunannya menghayati ajaran-ajaran Hyang Buddha maka beliau dapat memperoleh 6 macam Tenaga Batin (sat Abhijna).Dengan kepandaian itu beliau berhasrat membbaskan kedua orangtuanya dari kesengsaraan sebagi balas-budi atas jasa-jasa orangtanya.
Kemudian beliau ber-samadhi,lalu dengan mata-batinnya mengamati seluluh alam semeseta,dan melihat ibunya berada di alam Setan-kelaparan.oleh karena ibunya terlalu lama tidak dapar makan dan minum,maka tubunya tinggal tulang dan kulit yang kering,kurus,dam pucat.Melihat kondisi ibunya sedemikian buruk,sedilah hati Maha Maudgalyayana sehingga pikirannya terganggu dan tidak tenang.Dengan amat tergesa-gesa beliau mengisi patrnya dengan nasi,dan dengan daya-gaib nasi itu dikirimkannya kepada ibunya yang malang itu.
Karena ia merasa sangat lapar serta khawatir nasinya direbut oleh setan-setan lain,maka setelah nasi itu diterima ibunya cepat-cepat menutupi nasi tersebut dengan telapak tangan kiri dengan serapat-serapatnya.Kemudian dengan tangan kanan ia mengambil segenggam nasi untuk meringankan rasa laparnya,tetapi,betapa malangnya,begitu nasi itu sampai di depan mulutnya berubah menjadi arang yang membara dan iapun tak dapat memakannya dan tetap kelaparan.
Melihat nasib ibunya yang malang itu,Maha Maudgalyayana sebagai seorang anak yang sangat cinta kepada orang tuanya,tiba-tiba berteriak sekeras-kerasnya serta menangis sejadi-jadinya.Karena tidak jalan lain terpaksalah beliau dengan perasaan dukacitta kembali ke vihara dan menyampaikan apa yang telah dialaminya kepada Hyang Sakyamuni Buddha.
Hyang Buddha menerangkan kepada Maha Maudgalyayana:
,"oh, Maha Maudgalyayana yang berbudi,apa sebannya hingga daya kegaibanmu tidak dapat berbuat sesuatu terhadap seseorang yang bertubuh setan kelaparan?Ketahuilah,sebabnya adalah dosa-dosa yang perna ditimbun oleh ibumu pada masa silam itu akarnya terlalu dalam,tentu saja kamu sendiri tidak dapat mencabut akar itu hanya dengan gaya gaib tampa disertai kebajikan.Dan akar kejahatan itu tidak dapat kamu cabut seorang diri dengan mengandalkan daya gaib saja.walaupun kamu bermaksud baik,bercita-cita luhur,sampai sampai teriakanmu yang mengharukan bisa mengguncankan langit dan bumi,tetap saja para Dewata,para Dewa bumi dan Sorga,para orang suci,bahkan Raja Adikuasa dari Surga Catur Maharajakayika,dan sebagainya,tidak dapat berbuat apa-apa:kesemuanya kehilangan cara untuk membantumu dan semu maksud baik dan segala keinginanmu itupun sia-sia,"
Hyang Buddha melanjutkan sabda-nya:"Ketahuilah oh Maha Maugalyayana yang berbudi!jika segala keinginan dan cita-citamu ingin terwujud,undanglah para Bhikkhu dan bhiksuni dari Sravaka-Sangha yang berada di 10 penjuru:berbuatlah suatu kebaktian bersama dan bautlah juga kebajikan-kebajikan untuk dianugerahkan kepada ibumu.Demikian segala belenggu dan kesengsaraan yang menimpa ibumu akan lepas semu,"
Sekarang akan kuuraikan cara untuk menyelamatkan para umat yang sedang mengalami siksaan di alam Samsara kepada anda sekalian,"
Hyang Buddha bersabda kepada Maha Maudgalyayana lagi,"
Dengarlah baik-baik oh Maha Maudgalyayana yang berbudi! Pada setiap tanggal 15 bulan 7(menurut penanggalan candrasangkala)adalah Pravarana Sangha Pada saat inilah para Bhikkhu yang berada di 10 penjuru berlibur,dan pada saat itu pulalah mereka sering mengadakan perbincangan untuk pertobatan,"
Pada saat itu,kamu bisa mengambil kesempatan untuk mengadakan sesuatu upacara berdana makanan kepada pada orang suci bhikkhu,yakni upacara Ulambana namanya.Dan gunanya khusus untuk menyelamatkan orang tua si pemuja baik mereka yang masih hidup maupun yang telah meninggal atau yang sedang tertimpa malapetaka,Demikian pula untuk orangtua sebanyak 7 turunan yang hidup pada masa silam dan berada di alam Samsara,di mana mereka belum mendapat kesempatan untuk membebaskan dirinya,juga dapat diselamatkan,"
"Tepat pada waktunya sediakan nasi dan bermacam=macam sayur-mayur,wewangian,minyak gurih,pelita,dan lain-lainnya:boleh disertai alat-alat untuk mengambil air,untuk mandi dan minum,boleh juga disertai perabot rumah.Dan bahan untuk sajian itu boleh dipilih dari barang yang bagus,sesuai dengan kemampuan si pemuja,"
Kemudian sajian-sajian tersebut setelah disiapkan diletakan pada suatu tempat suci khusus untuk upacara Ulambana,lalu semu sajian itu dipersembahkan kepada para tokoh bijak dan para orang suci,"
Sebelum upacara itu diadakan,beritahukanlah keseluluh penjuru,sehingga tepat ketika upacara diadakan,rombongan Arya akan datang untuk ikut bergembira dan merayakan upacara Ulambana yang diadakan oleh para pemuja.Para Arya tersebut adalah mereka yang sedang melakukan Samadhi di gunung-gunung:Para suci yang telah mencapai 4 Macam pahala Buddha dengan indentitas bertingkat Arahat yang Sedang berkelana dari bawah pohon ke pohon:atau yang telah memperoleh sad Abhijana,kemudian mereka yang sedang menjalankan kewajiban mengajarkan Dharma luhurkepada para Sravaka atau para Pratyekabuddha di berbagai daerah:
Dan Bodhisattva-Mahasattva yang bersatatus Dasa-Bhumiya(Sepuluh Tingkat Bhumi)yang mana mereka dapat menjemalkan dirinya sebagai Bhiksu,Bhiksuni dan berbaur di dalam kelompok Sravaka-Sangha,menjadikan rombongan Arya sangat meriah,'
"Ketahuilah,rombongan Arya tersebut datang ke tempat suci itu,bukan hanya berniat mengambil sedekah makanan atau sajian belaka,tetapi mereka akan mempergunakan kewajiban,kemampuan dan kebajikan yang telah diperoleh dari prilaku sila-suci mereka.Dan jasa-jasa yang maha agung itu mereka limpakan kepada leluhur atau kedua orang tua si pemuja baik yang masi hidup maupun telah meninggal,"
"Ketahuilah,oh, Maha Maudgalyayana yang berbudi ! barang siapa yang mengadakan upacara ini pada hari Pravarana Sangha,maka orangtuanya yang masih hidup akan mendapatkan umur panjang,cukup sandang dan pangan,serta hidup mereka akan bahagia.Dan leluhurnya yang telah meninggalpun akan mendapatkan berkat yaitu jika leluhurnya berada di 3 alam Samsara maka akan dibebaskan,bahkan dititiskan di alam kebahagiaan dengan cara yang bebas,dan apabila akar kejahatannya tidak berat,leluhurnya itu bisa mendapatkan tubuh yang bersinar dan disinari dari sinar Buddha Mandarawa Sorga,"
Setelah mendengar uraian Hyang Buddha,lalu Maha Maudgalyayana bertekat untuk mengadakan upacara Ulambana untuk orangtuanya (ibunya)yang malang itu.
Menjelang Hari Ptavarana Sangha dan Ulambana yang diadakan oleh Maha Maudgalyayana,Hyang Buddha lantas mengumumkan dan memerintakan kepada para Bhiksu,bhiksuni dan para Sravaka-Sangha yang berada di berbagai daerah agar semu berkumpul guna mengadakan persembahyangan,agar para leluhur atau orang tua si pemuja,baik yang masih hidup maupun yang sudah meniggal beserta para leluhuririnya sebanyak 7 turunan dan familinya mendapat kesempatan untuk membebaskan dirinya dari alam Samsara secepat mungkin.
Setelah para suci berkumpul,mereka langsung mengadakan upacara persembahyangan serat mengucapkan mantra-mantra penting,kemudian melakukan meditasi dengan suasana yang amat khidmat,Setelah meditasi selesai barulah para hadirin menerima dana dan makanan berserta sajian lain,semuanya diletakkan di altar Buddha rupang atau dikelilingkan pada Stupa Buddha dan para hadirin mengucapkan mantra lagi.setelah selesai barulah dimakan dengan cara biasa.
Pada saat upacara Ulambana itu selesai,Maha Maudgalyayana bersama para bhikksu,bhiksuni,para Bodhisattva-Mahasattva semu merasa amat senag dan gembira.Dan mulai saat itu perasaan dukacita dan keluh-kesah Maha Maudgalyayana hilang total.
Berkat kepahalaan dari upacara Ulambana tersebut,ibu Maha Maudgalyayana tersebebas dari alam Setan kelaparan,dan masa hukuman yang seharusnya dijalani sampai satu kalpa dihapuskan.
Sewaktu Maha Maudgalyayana menyaksikan ibunya membebaskan dirinya dari Alam Samsara itu,tiba-tiba dalam hati beliau timbul perasaan iba terhadap para makhluk yang masih berada di alam Setan kelaparan,yang masih menjalani hukuman dialam tersebut.lalu beliau dengan berat hati menanyakan kepada Hyang Buddha:"oh lokanatha yang termulia1 Sekarang ibu saya bersyukur karena diberkati oleh kekuatan maha-jasa dari Triratna beserta kewibawaan dan kebajikan para sravaka Sangha,....tetapi apakah para putra -putri yang berbudi atau siswa-siswa Buddha di masa yang akan datang dapat menggunakan cara Ulambanapatra ini untuk menyelamatkan orangtua atau ayah-ibunya dalam 7 turunan yang telah meniggal pada masa silam?sudilah kiranya Hyang lokanatha menjelaskanya!,"
Sadhu!..Sadhu!..Sadhu!...siswaku yang berbudi!"Hyang Buddha memuji Maha Maudglayayana,"Bagus sekali pertanyaanmu!Sesungguhnya hal-hal yang demikian penting itu telah siap kuuraikan kepada para umat sekalian,akan tetapi perhatikan telah mendahului-ku Sekarang dengarlah baik-baik,o,Putra-putri yang berbudi! Apabila terdapat bhiksu,bhiksuni,para raja,pangeran,pejabat-pejabat kerajaan,serat para rakyat jelata yang berada di masa sekarang atau di masa yang akan mandatang berhasrat ingin melaksanakan bakti,membalas budi mendatang berhasrat ingin melaksanakan bakti,membalas budi kepada orang tuanya:iba-hati kepada makhluk sengsara,mereka boleh menyediakan berbagai macam makanan serta sajian lain pada hari Pravarana Sangha itu,dan mengadakan upacara Ulambana di suatu tempat suci dengan maksud berdana makanan kepada orang suci yang datang dari 10 penjuru,sehingga ayah bunda mereka yang masih hidup mendapatkan umur panjang dan senantiasa menikmati hidup yang sejatera,Sedangkan orangtua mereka yang telah meninggal beserta Ayah-bunda dalam tujuh turunan dari masa yang lampu itu dapat keluar dari alam setan kelaparan atau alam sansara lain,dan mereka dapat dilahirkan di alam Manusia atau dialam kebahagian,agar mereka dapat berbahagi selama-lamanya,'
"lagi,jika para siswa-siswa Buddhis yang berhasrat ingin mengabdikan dirinya kepada leluhurnya serta kedua orang tua yang masih hidup atau pun yang sudah meniggal dunia,mereka seyogynya senantiasa merenungkan kondisi kedua orangtua yang masih hidup bahagia atau tidak.Bilamana keadaan para siswa-siswi Buddhis mengijinkan sebaiknya setiap tahun pada tanggal 15 bulan 7(penangalan candrasangkala),mengadakan upacara Ulambana untuk berdana kepada Buddha dan Sangha,guna menbalas budi kedua orangtuanya yang berjasa kepada anak-anaknya,"
Demikianlah semoga semua siswa-siswi Buddha dapat menghayati Dharma yang sangat berarti ini,"Hyang Buddha mengakhiri khotbahnya.
Pada saat itu, Bhiksu Maha Maudgalyayana beserta keempat kelompok siswa-siswi Buddha merasa gembira setelah mendengarkan khotbah Hyang Buddha,dan mereka bertekat menghayati Dharma-nya.Kemudian mereka bersikap anjali dan menghormati kepada Hyang Sakyamuni Buddha,lalu pergi.
0 komentar:
Posting Komentar