Minggu, 05 Februari 2012

Pemikiran-pemikiran dasar umum Satya Buddha I

1.
Siapakah Yidam dan Dharmapala saya ?
Siapakah Yidam dan Dharmapala saya saat ini ?

Bagi para sadhaka pemula, pertanyaan mengenai siapakah Yidam Buddha saya atau siapakah Dharmapala yang berjodoh adalah hal yang biasa ditanyakan. Dan jawabannya biasanya adalah sama, yaitu berlatihlah dahulu Sadhana Catur Prayoga sampai muncul kontak batin (kecuali dalam kasus-kasus tertentu, seperti reinkarnasi, jodoh yang tetap dan beberapa hal khusus lainnya).

Sedangkan bagi sadhaka yang memiliki keinginan kuat untuk tetap ingin mengetahui hal tersebut bisa memilih delapan Yidam utama yaitu Amitabha Buddha, Bhaisajyaguru Buddha, Budha_Bunda Cundi Bhagavati, Padma Kumara Bodhisattva, Avalokitesvara Bodhisattva, Ksitigarbha Bodhisattva, Padmasambhava atau Jambhala Kuning. Dan hal-hal pemilihan tersebut harus disesuaikan dengan karakter dan keinginan pribadi yang utama milik sadhaka tersebut.
Dan mengenai Dharmapala, sadhaka tersebut biasanya harus menjadikan Sang Vajrasattva sebagai Dharmapala utama pada tahap permulaan, walaupun mungkin dengan berjalannya waktu, Dharmapala tertentu yang berjodoh dengan sadhaka selain Sang Vajrasattva pasti akan memunculkan dirinya. Baru pada saat itulah sadhaka tersebut benar-benar telah mencapai kontak batin yang sebenar-benarnya di tahap awal latihan esoteris.

Jadi sebaiknya, bagi para sadhaka pemula, tidak usah bingung untuk memilih Yidam terlebih dahulu karena Sang Yidam akan mendatangi sadhaka tersebut bila memang telah tiba waktunya (kontak batin terjadi). Dan memilih Sang Vajrasattva sebagai Dharmapala utama.

2.
Sarira / Relics sebagai bukti pencapaian Dharma esoteris tertentu
Sarira / Relics sebagai bukti pencapaian Dharma esoteris tertentu

Surat kabar "The Hwa Yu Post" no. 27, tanggal 14 Agustus 1992 menggemparkan dunia Buddhisme di seluruh dunia dengan berita penemuan butiran Sarira para sadhaka Satya Buddha (Zhen Fo Zong) saat dikremasi.
Hal yang membuat gempar bukan karena penemuan butiran Sarira tersebut, tapi "kepemilikan" dari butiran Sarira tersebut yang berasal dari para terpidana hukuman mati di penjara Chang-Yi, Singapura.
Para terpidana tersebut telah mengangkat Maha Guru Lu sebagai guru akar mereka di dalam penjara sejak tahun 1988.

Informasi kuantitas Sarira yang ditemukan di penjara Chang-Yi dari masing-masing terpidana hukuman mati adalah sebagai berikut :
1.
Lian Hua Ah Lin He, melatih Sadhana Catur Prayoga, dihukum mati pada tanggal 6 September 1991, Sarira yang ditemukan sebanyak 12 butir.
2.
Lian Hua Ching Wen He, melatih Sadhana Catur Prayoga, dihukum mati pada tanggal 15 November 1991, Sarira yang ditemukan sebanyak lebih dari 30 butir.
3.
Lian Hua Bao Seng He, melatih Sadhana Yidam Yoga - Buddha_Bunda Cundi Bhagavati, dihukum mati pada tanggal 28 Maret 1992, Sarira yang ditemukan sebanyak 3 butir dan keesokan harinya, 3 butir Sarira awal tersebut melahirkan satu butir Sarira lagi.
4.
Lian Hua You Ching He, melatih Sadhana Guru Yoga - Padma Kumara Bodhisattva, dihukum mati pada tanggal 3 April 1992, Sarira yang ditemukan sebanyak lebih dari 20 butir, juga ada beberapa Sarira Mahkota.
Hal yang aneh bukan ... ??? Mengapa yang bersangkutan tidak terkena stroke saat hidup karena adanya penyumbatan pembuluh darah, ataukah ..., mungkin mengidap penyakit kencing batu, ginjal atau lain-lainnya yang disebabkan oleh "benda-benda" tersebut ?

Apakah arti dari kemunculan sebuah Sarira ? Hal tersebut menunjukkan kondisi apa ?
Untuk wilayah Jakarta, kita bisa melihat Sarira yang nyata di Vihara Dharma Hastabrata di Jl. Tubagus Angke, Komplek Duta Mas blok A 6 no. 35 - 36 - Jakarta Barat, hasil kremasi dari seorang sadhaka Satya Buddha yang bernama Ibu Susan Kumala (Beliau meninggal dunia pada pertengahan tahun 2005).

Juga ada Sarira hasil pengkremasian tubuh seorang sadhaka Satya Buddha yang bernama Lian Xuan (lihat gambar).

Sebenarnya, apakah Sarira itu ?
Sarira merupakan sebuah bukti otentik tentang tingkat pencapaian Dharma yang ditekuni oleh insan yang bersangkutan. Sarira merupakan pendukung tentang apa yang dikatakan oleh Yang Mulia Sakyamuni Buddha yaitu "Semua insan memiliki sifat Buddha". Dan hal yang tidak bisa dipungkiri adalah keberadaan Sarira / Relics hasil kremasi Sang Sugata dan para murid-murid-Nya pula.
  3.
Ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang ditinjau dari kacamata esoteris
Ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang ditinjau dari kacamata esoteris

Di dalam ajaran agama Buddha Tantrayana, istilah tentang pencapaian ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang menunjuk pada pencapaian ke-Buddha-an secara mendadak dalam tubuh yang saat ini sedang melewati kehidupannya di alam manusia, tanpa harus melewati alam bardo, juga tanpa bersandarkan pada bimbingan roh di dalam alam bardo.

Ke-Buddha-an lewat alam bardo akan terjadi bila seseorang tidak dapat mencapai ke-Buddha-annya selama masih hidup. Setelah seseorang tersebut meninggal dunia dan rohnya meninggalkan tubuhnya lalu memasuki alam bardo, dan berjumpa dengan Amitabha Buddha yang membimbingnya ke alam Sukhavati. Lalu di alam Sukhavati dia meneruskan latihannya dan menjadi berpengetahuan, sampai dia memenuhi persyaratan-persyaratan untuk menjadi seorang Buddha, maka ini disebut sebagai pencapaian ke-Buddha-an lewat alam bardo.

Untuk mencapai ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang, seseorang harus belajar dan berlatih dalam dunia ini apa yang harus dia pelajari di alam Sukhavati. Cara yang diajarkan di alam Sukhavati untuk mencapai ke-Buddha-an harus dilatih di kehidupannya saat ini. Setelah mengambil bimbingan kelas di alam manusia ini, dia bisa langsung naik ke alam Amitabha Buddha di Sukhavati. Meskipun Amitabha Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva dan Mahasthamaprapta Bodhisattva tidak datang menjemput saat seseorang tersebut meninggal, dia sudah tahu arah jalan-Nya mencapai Sukhavati. Inilah yang dimaksud dengan pencapaian ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang.

Bila Amitabha Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva dan Mahasthamaprapta Bodhisattva datang untuk menjemput seseorang ke alam Sukhavati, maka itu adalah kasus dari pencapaian ke-Buddha-an lewat alam bardo. Sedangkan, bila Amitabha Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva dan Mahasthamaprapta Bodhisattva tidak datang menjemput seseorang tersebut ke alam Sukhavati, tetapi orang tersebut mampu sampai di alam Sukhavati dengan kekuatannya sendiri, maka itu adalah kasus dari pencapaian ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang. Karena sewaktu kita sudah mampu berdiam di dalam sifat Buddha, maka kita sendiri juga bisa segera sampai di alam Buddha atau Sukhavati atau alam Tertinggi lainnya, Negeri Sinar Abadi dan sebagainya dengan kekuatan sendiri. Ini adalah ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang.

Di dalam Tantrayana, yang paling diutamakan adalah pikiran yang terkonsentrasi, dimana pikiran yang paling penting adalah "Saya dan Yidam Buddha adalah satu dan sama" (tentunya selain penjapaan mantera dan pembentukan mudra).
Diakui, memang banyak sadhaka yang meragukan bahwa mereka adalah Buddha. Bagi mereka, jarak antara Buddha dan manusia sangat besar dan berbeda jauh.
Karena pertama, Buddha adalah seorang insan yang telah mencapai pencerahan dan maha mengetahui dan mampu berdiam stabil dimanapun Beliau berada, sedangkan manusia adalah seorang insan yang tidak memiliki kebijaksanaan yang sempurna, tidak stabil dan belum tercerahkan.
Namun harap diingat, bahwa dalam setiap latihan ber-sadhana mulai dari Sadhana Catur Prayoga sampai Sadhana Vajra Dharma Yoga, aliran esoteris Tantrayana selalu menganjurkan bahwa setiap sadhaka harus selalu memvisualisasikan Yidam Buddha mereka, karena pada dasarnya, setiap insan di dunia ini memiliki sifat dan benih ke-Buddha-annya masing-masing (biasa disebut sebagai Calon Buddha).
Ajaran agama Buddha Tantrayana memiliki banyak kandungan rahasia kegaibannya terkait dengan masalah olah batin yang bisa dicapai oleh seorang insan manusia secara maksimal, salah satunya adalah "Aku adalah Buddha". Ini memang memerlukan latihan visualisasi dan pemahaman yang mendalam.
Kedua, tidaklah mudah untuk memvisualisasikan Buddha sewaktu kita tidak sedang berlatih secara formal. Kita tidak memiliki kewibawaan sebagai seorang Buddha saat kita makan atau buang air besar ataupun hal-hal umum lainnya. Tidak banyak sadhaka yang mampu memvisualisasikan seorang Buddha sedang duduk di atas toilet. Dianggapnya, visualisasi seperti itu adalah sangat tidak sopan, dan saat tersebut bukanlah saat yang tepat untuk melakukan visualisasi.
Tetapi sebenarnya, kita dapat memvisualisasikan bahwa kita sedang duduk diatas bunga teratai dan sedang melakukan postur samadhi teratai penuh saat kita sedang duduk atau jongkok diatas toilet. Dan kita harus memvisualisasikan bumi terbelah saat apa yang sedang kita "buang" berjatuhan, lalu roh-roh dari seluruh alam samsara (binatang, hantu, penghuni neraka ataupun setan kelaparan) berdatangan untuk memakan kotoran tersebut. Wangi dan bau adalah satu dan sama. Ubahlah apa yang kita "buang" menjadi banyak dan memenuhi alam semesta. Ini adalah salah satu cara memberikan persembahan kepada mahkluk-mahkluk yang berada di alam yang lebih rendah. Apa yang kita "buang" sebenarnya sangat dibutuhkan oleh mahkluk-mahkluk tingkat rendah di alam lain. Jadi kita harus bervisualisasi bahwa kita adalah seorang Buddha dan apa yang kita "buang" sebenarnya memiliki manfaat bagi para insan lainnya.

Jadi, karena hal-hal diataslah ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang dapat dicapai lewat banyak latihan, khususnya dalam tingkat Anuttara Tantra dan Maha Dzogchen yang memungkinkan seseorang untuk berdiam secara langsung di dalam sifat pikiran yang murni dan cemerlang.
 
  4.
Berlatih Ilmu Duniawi
Berlatih Ilmu Duniawi

Untuk mencegah pengejaran kesaktian, semua aliran tradisional Buddhisme jarang, bahkan tidak pernah membicarakan tentang penggunaan Dharma untuk tujuan-tujuan Duniawi seperti penyembuhan penyakit, menolak bala, menghapus nasib sial, mendapatkan kesuksesan ataupun pengundangan kekayaan.
Semua aliran tradisional Buddhisme menjadikan "pembebasan para insan" sebagai satu-satunya tujuan utama. Semuanya setuju bahwa penyakit, nasib, bencana maupun kekayaan adalah hasil dari tumpukan karma (buruk atau baik) masing-masing insan tersebut sejak masa lampau. Namun, demi untuk menolong lebih banyak insan lagi, mungkin ada baiknya bila kita memiliki pengetahuan tentang bagaimana Dharma non-tradisional itu bekerja. Kita tidak perlu merasa bersalah jika kita dapat menggunakan Dharma non-tradisional tersebut untuk menolong insan lain dalam pengembangannya, seperti ramal meramal, tolak bala, penyembuhan penyakit, penyeberangan mahkluk, penaklukan, pengundangan kekayaan dan sebagainya.

Alam semesta ini penuh dengan kejutan dan hal-hal yang bersifat luar biasa, terutama di dalam dunia roh. Karma buruk kita bisa berkurang bila kita dengan tulus memohon kepada para Buddha dan Bodhisattva. Dengan memohon kepada Buddha dan Bodhisattva secara tulus, maka banyak persoalan bisa diselesaikan dengan baik dan sepantasnya.
Namun sejujurnya, sangat sulit untuk mengetahui dengan pasti, apakah bantuan-bantuan tersebut benar-benar berasal dari para Buddha atau Bodhisattva itu sendiri ?

Pertolongan-pertolongan dari dunia roh bisa dibagi menjadi empat kategori, yaitu :
1.
Pertolongan yang berasal dari mahkluk-mahkluk suci atau dewata tingkat tinggi
2.
Pertolongan yang berasal dari hantu atau dewa-dewa tingkat rendah, seperti dewa bumi, dewa gunung, dewa pohon, dewa sungai dan sebagainya
3.
Pertolongan yang berasal dari yaksa atau asura sakti yang masih suka menolong insan manusia
4.
Pertolongan yang berasal dari roh-roh binatang.
Meskipun tingkat pengolahan batin atau kesaktian dari hantu atau dewa bumi tidak dapat dikatakan tinggi, biar bagaimanapun juga, mereka dapat membantu seseorang insan dalam masalah penyembuhan penyakit, tolak bala, ramal meramal dan sebagainya, walaupun dengan daya kemampuan yang terbatas.
Banyak kenyataan yang membuktikan bahwa pertolongan-pertolongan dari hantu, dewa-dewa tingkat rendah, yaksa bahkan roh-roh binatang bisa membuat seseorang insan manusia menjadi sukses besar dalam kehidupannya. Jadi jangan heran bila seseorang insan yang mampu melakukan penyembuhan gaib secara nyata dan manjur ternyata dibantu oleh hantu, dewa-dewa tingkat rendah, yaksa bahkan roh-roh binatang, dan bukan oleh Buddha atau Bodhisattva.

Di dalam aliran esoteris Tantrayana, tingkat pencapaian kita akan menentukan, apakah kita bisa mengundang dewa dari alam yang tinggi atau bahkan Buddha dan Bodhisattva untuk menolong kita. Bila latihan esoteris kita masih rendah, maka akan lebih sering hantu atau dewa tingkat rendah yang datang untuk membantu kita.
Misalnya dalam hal ramal meramal, tingkat kesaktian para penolong dari alam roh itu menentukan ketepatan ramalannya. Bila si penolong memiliki tingkatan yang agak tinggi, maka segala sesuatunya akan terjadi sesuai dengan ramalannya. Sebaliknya, bila si penolong berasal dari tingkatan yang lebih rendah seperti hantu, dewa tingkat rendah, yaksa ataupun roh-roh binatang, maka mungkin akan ada banyak kesalahan dalam ramalannya. Meskipun adakalanya ramalan tersebut benar, kita harus menyadari bahwa para penolong tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas.
Adalah sangat penting bahwa kita mengabdikan diri pada pembinaan rohani (bhavana). Semakin tinggi tingkat pencapaian bhavana kita, maka semakin tepat ramalannya sehingga akan lebih banyak insan yang dapat kita bantu.

Bagi mereka yang berkeinginan menggunakan Dharma-dharma non-tradisional ini untuk menolong insan lain, satu-satunya anjuran yang terbaik adalah "bebaskan diri dari segala macam kemelekatan, jangan melekat". Dharma-dharma non-tradisional ini seharusnya digunakan hanya sebagai Upaya Kausalya saja untuk melakukan misi penyelamatan. Kita harus tetap bersikap non-Duniawi, dengan demikian, kita bisa menyelamatkan lebih banyak insan sambil membabarkan Dharma yang sejati.

Bila kita bergaul dan hanya mengandalkan kemampuan para hantu, dewa-dewa tingkat rendah, yaksa atau roh-roh binatang, maka bhavana kita tidak akan mencapai kemajuan.
Bila kita ingin mempelajari Dharma-dharma non-tradisional ini, kita harus bertekad untuk menolong insan lain. Jadi untuk menjalankan misi penyelamatan insan dengan memanfaatkan Dharma-dharma non-tradisional tersebut, tingkat pencapaian bhavana kita harus diusahakan mencapai tahap yang cukup memadai terlebih dahulu.
Bila kita hanya memperdalam diri dalam ramal meramal dan konsultasi spiritual sehingga melupakan bhavana, maka kita tidak akan bisa mencapai pencerahan. Tingkat pencerahan kita maksimal akan sama dengan hantu, dewa-dewa tingkat rendah, yaksa atau roh-roh binatang tersebut, tidak lebih.

Camkan hal ini : dengan mengumpulkan pahala dengan cara Duniawi ini, kita hanya bisa terlahir di alam dewa di surga (maksimal Rupa Dhatu) dan tidak akan bisa menjadi seorang Bodhisattva apalagi seorang Buddha.
  5.
Empat Hal Penting dalam berlatih esoteris
 
Empat Hal Penting dalam berlatih esoteris

Tantrayana memiliki sejarah yang cukup panjang serta berliku-liku, dan dikenal akan penekanannya terhadap praktek atau latihan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya patriach masa lalu yang berhasil mencapai keberhasilan rohani yang diharapkan. Seperti Naropa yang berguru pada Vajradhara, lalu Tilopa berguru kepada Naropa, lalu Marpa berguru kepada Tilopa, lalu Milarepa berguru kepada Marpa, kemudian Gampopa berguru kepada Milarepa dan seterusnya. Juga ada Tsongkapa yang berguru pada Choskyabzanpo atau Amoghavajra berguru pada Vajrabodhi maupun Kobo Daishi yang berguru pada Hui Ko patriarch ke - 4 dan sebagainya.
Perhatikan jalur-jalur silsilah tersebut, kata kuncinya adalah silsilah dan keyakinan atas pengetahuan yang dilatih. Tanpa adanya silsilah dan keyakinan, maka usaha pelatihan diri dalam ajaran agama Buddha Tantrayana esoteris adalah sia-sia.

Ada empat hal penting dalam mempelajari esoteris, yaitu :
1.
Hal pertama adalah : memiliki keyakinan penuh yang tidak tergoyahkan.
Mengapa harus yakin ? Karena esoteris, dalam hal ini Tantrayana Satya Buddha menawarkan jalan pencapaian Nibbana atau Ke-Buddha-an dalam Tubuh sekarang, mampu memasuki samadhi vajra kapan saja, mencapai tubuh pelangi, dan berbagai efek samping dari hasil samadhi seperti kekuatan batin, penembusan hal-hal metafisika dan sebagainya.
Semua latihan dalam esoteris menekankan pada pikiran yang tenang dan terkonsentrasi (samadhi), karena pikiran yang tenang dan terkonsentrasi menimbulkan pengetahuan, pengetahuan menimbulkan pemahaman, pemahaman menimbulkan keyakinan, dan keyakinan ini merupakan keyakinan penuh yang tidak tergoyahkan karena telah munculnya sebuah pengertian yang benar. Serta hal-hal ini telah dibuktikan oleh para patriarch diatas lewat banyak observasi / eksperimen dan analisa yang mendalam, kita hanya tinggal melanjutkannya saja.
2.
Hal kedua adalah : kumpulan pengalaman dalam berlatih.
Implementasi esoteris sangat berbeda dengan eksoteris, karena esoteris sangat menekankan banyaknya latihan (sadhana). Sebenarnya banyak patriarch yang telah membagi pengalaman latihannya kepada kita. Dengan menggunakan pengalaman-pengalaman mereka, kita bisa bereksperimen bagaimana caranya memasuki samadhi. Setelah banyak bereksperimen, maka kita akan mempunyai cara tersendiri untuk memasuki samadhi. Kita bisa mencoba-coba melakukan eksperimen memasuki samadhi lewat pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Maha Guru Lu, lalu lakukan perenungan dan gabungkan pengalaman kita sendiri dengan pelajaran tersebut sampai kita menemukan kunci dan menguasainya. Jadi, lewat eksperimen (berlatih), kita bisa menemukan sebuah cara yang lebih sesuai dengan tingkat kemampuan pengolahan batin kita sendiri.
3.
Hal ketiga adalah : mengetahui tingkat pencapaian bhavana diri sendiri.
Semua sadhaka Tantra bisa mengetahui tingkat pencapaian bhavana dirinya sendiri. Bila sadhaka tersebut tidak merasakan apapun sama sekali, maka sebaiknya sadhaka tersebut berlatih Sadhana Catur Prayoga terlebih dahulu serta banyak menjapa mantera hati Guru atau mantera Sata-Aksara. Setelah mengalami kontak batin yang jelas, maka sadhaka tersebut pasti akan mengetahui tingkat pencapaian bhavana dirinya sendiri.
4.
Hal keempat adalah : selalu mengingat ketiga hal diatas.

6.
Empat penyebab Kegagalan Utama dalam berlatih esoteris
Empat penyebab Kegagalan Utama dalam berlatih esoteris

Bila seorang sadhaka hendak mulai menjalani latihan esoteris, sebaiknya tidak melakukan empat kesalahan dibawah ini yang akan menghambat pelatihan Dharmanya, yaitu :
1.
Kesalahan pertama adalah "tidak memiliki keyakinan penuh".
Jika kita tidak yakin dengan Tantra esoteris, maka sebaiknya kita tidak berlatih Tantra sama sekali. Hanya insan-insan yang memiliki keyakinan penuh yang sangat kuat yang dapat menembus makna mendalam dari mantera. Adalah membuang-buang waktu belaka bila kita tidak mempercayai kekuatan mantera dari awalnya, karena keyakinan penuh yang sangat kuat adalah kunci utama untuk membuka misteri esoteris.
2.
Kesalahan kedua adalah "bersikap dan berpikir ragu-ragu".
Bila kita tidak yakin, maka kita tidak akan memiliki iman yang kuat, sehingga kita akan selalu meragukan apakah kita bisa mencapai ke-Buddha-an dengan berlatih Tantra esoteris. Keraguan tersebut akan membuat kita kehilangan tujuan sehingga latihan bhavana kita akan sia-sia belaka.
3.
Kesalahan ketiga adalah "tidak mengikuti urutan latihan".
Ini merupakan kesalahan paling umum yang dibuat oleh banyak siswa esoteris. Dengan mencoba melakukan "lompat kelas", kita tidak akan bisa mendapatkan kontak batin yang diperlukan. Mengapa ? karena tidak memiliki kekuatan dasar batin yang memadai.
Analoginya adalah sebagai berikut, sebagian sadhaka begitu bersemangat untuk mencoba belajar Dharma kontak batin tingkat tinggi seperti Dharmapala Yoga atau Vajra Yoga tanpa mempunyai pondasi yang kuat. Perbuatan itu sama seperti orang yang akan membangun rumah dengan 3 tingkat tanpa pondasi lantai dasar yang kokoh.
Pahamilah bila kontak batin tidak dapat dicapai dalam waktu yang sangat singkat, tetapi semuanya ada urut-urutan latihan dan jodoh karma masa lampau yang mengikutinya. Bila kita masih merasa kecewa karena dimarahi, maka kita pasti belum mencapai tahap awal kontak batin yang diharapkan.
4.
Kesalahan keempat adalah "tidak membuat Sumpah Bodhi".
Esoteris sebagai cabang dari Mahayana, sangat menjunjung tinggi pembuatan prasetya (sumpah atau ikrar). Karena semua insan dianggap satu dan sama, adalah wajar bila kita sebaiknya membuat Sumpah Bodhi. Tetapi, esoteris juga memaklumi bila banyak insan manusia termasuk juga para sadhaka yang tidak mampu melakukan Sumpah Bodhi karena masih belum bisa melepaskan sebagian besar kemelekatannya pada duniawi.
Apa alasan utama bagi seorang sadhaka yang telah mencapai tingkat pencapaian tertentu harus membuat Sumpah Bodhi ? Supaya sadhaka tersebut mau menolong insan-insan lainnya secara aktif dan simpati dengan tanpa membeda-bedakan segala sesuatunya, apakah dia agama anu, atau apakah dia dari kelompok anu, ataukah dia orang miskin atau kaya dan sebagainya. Latihan yang paling fundamental dalam esoteris adalah mengorbankan dirinya sendiri bagi kepentingan insan lain, apapun statusnya, apapun kelompoknya, apapun agamanya, apapun bentuk fisiknya, apapun tingkat pemahamannya, apapun konsekwensi duniawinya dan lain-lainnya.
Tanpa membuat Sumpah Bodhi, tidak akan tercapai keberhasilan rohani yang besar karena adanya dinding kemelekatan yang masih merintangi kemajuan spiritual kita.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;