Minggu, 05 Februari 2012

Liturgi dasar Satya Buddha I

Liturgi dasar Satya Buddha
1.
Penjelasan Catur Sarana

Penjelasan Catur Sarana :

Pengertian Sarana adalah mencari perlindungan atau bersandar atau memperoleh penyelamatan.
Penyelamatan disini melingkupi tumimbal lahir di alam brahma / dewa, asura, manusia, binatang, hantu kelaparan dan neraka, agar terbebas dari roda samsara dan kilesa.

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian Esoteris di perkenalan Buddha Tantrayana - esoteris depan, "Dalam esoteris, sebuah kegiatan sadhana merupakan hal yang amat sakral dan penting sehubungan dengan adanya kemungkinan pencapaian Nibbana atau tubuh ke-Buddha-an secara sekejab, dan hal pencapaian ini sangat berhubungan erat dengan keberadaan seorang guru spiritual Tantrayana yang ahli dan yang diyakini mampu untuk memberikan pertolongan dan bimbingan ajaran secara jelas kepada seorang sadhaka pemula melalui sebuah ritual pemberkatan khusus pada tahap awal memulai pelajaran esoteris (biasa disebut : inisiasi / abhiseka / anuttement / visudhi abhisecani).
Pentingnya sebuah ritual pemberkatan khusus ini didasarkan pada kepercayaan tentang adanya perbedaan tingkatan pencapaian spiritual yang dimiliki oleh seorang guru dengan seorang calon murid, yang pada umumnya tingkat spiritual seorang guru adalah dianggap "lebih menguasai dan suci" jika dibandingkan dengan tingkat spiritual seorang murid. Sehingga atas dasar inilah seorang guru dalam tradisi Tantrayana memiliki tanggung jawab maksimal untuk menyelamatkan dan menanggung seluruh karma-karma buruk yang dimiliki oleh murid tersebut.
Dikarenakan seorang guru memiliki tanggung jawab berat seperti diatas, maka perlindungan utama di dalam aliran esoteris didasarkan pada 4 (empat) mustika yaitu : berlindung kepada Guru - berlindung kepada Buddha - berlindung kepada Dharma - berlindung kepada Sangha, biasa disebut sebagai Catur Sarana.
" maka di dalam aliran esoteris ini memiliki Catur Sarana yang diucapkan :
Namo Guru Bei atau Namo Ku Lu Pei
Namo Buddhaya atau Namo Pu Ta Ye
Namo Dhammaya atau Namo Ta Mo Ye
Namo Sanghaya atau Namo Seng Kia Ye

Ada orang yang berpendapat, apabila kita dapat menjaga pikiran dengan baik atau memiliki keyakinan kepada Buddha dengan menyebut nama-Nya dan bernamaskara dihadapan-Nya maka tidak perlu bersarana (berlindung) lagi. Sebenarnya yang terjadi adalah, hal tersebut hanya merupakan latihan bagian luar dari pengertian tentang Buddhisme, seandainya ingin benar-benar memahami ajaran Buddha Dharma maka harus melakukan latihan bagian dalam dengan melakukan Sarana diatas.
Terlebih-lebih lagi, aliran esoteris sangat menjunjung tinggi adanya sebuah silsilah antara seorang Guru dengan seorang murid, yang mencerminkan kemampuan bimbingan dari Guru tersebut yang telah memiliki pengalaman spiritual dengan kondisi alam semesta.

Sebenarnya, makna dari Sarana adalah "keyakinan". Dengan adanya keyakinan seseorang baru dapat melakukan Sarana, setelah itu melaksanakan pelatihan diri menurut metode keyakinannya masing-masing dalam hal ini esoteris, sehingga baru dapat memperoleh makna Sarana yang sesungguhnya.

Semua metode Dharma bertujuan mengembangkan Upaya Kausalya (metode yang mudah dilaksanakan agar mampu menuntun para insan untuk memulai perjalanan pelatihan spiritual bagi dirinya sendiri, hal ini terkait dengan adanya 84.000 kemungkinan upaya Dharma). Perlindungan yang paling utama adalah "berlindung pada Diri Sendiri", ini adalah metode yang dilaksanakan oleh para sadhaka / tantrika, dan setelah mampu menghancurkan avidya (kebodohan), maka akan kembali pada sifat sebenarnya dari inti sari batin dan mampu merealisasikan secara benar Tubuh Dharmakaya yang murni.
2.
Pengertian Pemberkatan Khusus didalam Satya Buddha (biasa disebut : inisiasi / abhiseka / anuttement / visudhi abhisecani)

Penjelasan Abhiseka (pemberkatan khusus / inisiasi / anuttement / visudhi abhisecani) :

Pada umumnya, Abhiseka di dalam aliran esoteris terbagi menjadi empat kategori, yaitu :
1.
Abhiseka yang merupakan perkenalan awal dengan ajaran Buddha Tantrayana
2.
Abhiseka tentang pelajaran Dharma
3.
Abhiseka tentang pengenalan ajaran Buddha Tantrayana yang mendalam, ini berarti seseorang telah mengenal baik metode esoteris dan telah berkontak batin dengan Yidam-Nya
4.
Abhiseka Vajra Acarya, yaitu seseorang yang telah dianggap mampu menyampaikan dan mentransformasikan pelajaran Buddha Dharma kepada khalayak umum
Perbedaan antara metode esoteris dan non-esoteris bukan dalam hal Abhiseka saja, tetapi juga dalam hal keberhasilan dari setiap tahap latihan. Setiap sadhaka / tantrika yang melakukan latihan esoteris harus memahami hal-hal tersebut secara mendalam.

Pengertian Abhiseka adalah sesuai dengan cara dan penggunaannya pada dahulu kala. Saat itu di India, setiap ada penobatan raja maka seorang pendeta agung kerajaan akan menggunakan air laut dari empat penjuru untuk menyirami kepala raja dari atas hingga ke bawah sebagai pernyataan rasa suka cita dan pujian dari empat penjuru lautan, yang kelak akan mengarah / menuju ke-empat lautan lagi.

Di dalam aliran esoteris, Abhiseka memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi, karena setelah menerima Abhiseka, berarti para Buddha, Bodhisattva telah berkenan mentransformasikan sesuatu kekuatan yang mempertajam kesadaran sejati seseorang umat awam sebagai siswa-Nya (dipercaya, pada saat transformasi kekuatan dilakukan, maka pada saat itu juga, umat awam tersebut akan langsung dilindungi oleh 16 mahkluk suci yang akan langsung mengelilingi dan menjaga umat awam tersebut. Adapun para mahkluk-mahkluk suci tersebut antara lain : Empat Maha Raja Langit (Virudhaka, Virupaksa, Vaisravana & Dhrtarastra), Ganapati, Deva Saha, Vajrapanibalin, Vajra Yaksa, Guhyapada, Dewa Naga dan sebagainya).

Untuk dapat melakukan sebuah Abhiseka, khususnya Abhiseka bersarana jarak jauh, hanya seorang Guru Spiritual Sejati yang telah mencapai tingkat kemahiran tertentu dalam bhavananya saja yang mampu melakukan hal-hal tersebut, karena Guru tersebut harus sudah menguasai teknik langkah-langkah gaib dan kemampuan mengasimilasi indra-indra dan sinar dari seluruh Yidam Buddha secara nyata. Kemampuan langkah-langkah gaib diperlukan agar Guru tersebut dapat mendatangi umat yang ber-Sarana dimanapun umat tersebut berada, dan kemampuan mengasimilasi indra-indra dan sinar dipergunakan untuk penguatan seluruh indra-indra umat yang ber-Sarana serta pengubahan sinar kolektif dari para Buddha dan Bodhisattva untuk memancarkan cahaya-Nya secara terfokus kepada umat yang ber-Sarana.
Bantuan visualisasi secara internal di pihak umat yang ber-Sarana mengenai arti dari warna sinar yang berbeda-beda saat Abhiseka dilakukan, antara lain :
1.
Sinar Putih, untuk menghilangkan karma-karma buruk.
2.
Sinar Merah, untuk cinta kasih.
3.
Sinar Kuning, untuk pengumpulan kesejahteraan duniawi.
4.
Sinar Biru, untuk kekuatan atau penundukkan Mara.

Ingat, semua latihan dalam esoteris harus mendapatkan Abhiseka terlebih dahulu agar proses akhir dari latihan tersebut membuahkan hasil yang diharapkan.
3.
Peraturan Sila-sila dalam Satya Buddha

Peraturan Sila-sila dalam Satya Buddha :

Bagi para sadhaka Satya Buddha, setelah menerima Abhiseka, maka diwajibkan untuk mentaati peraturan sila yang tertera pada sertifikat bersarana, dengan demikian di dalam latihannya akan memperoleh perlindungan dari para mahkluk suci yang menyertai sadhaka serta memperoleh dukungan kekuatan spiritual yang sebenarnya.
Seandainya melanggar peraturan sila dan melakukan karma buruk, maka akan ditinggalkan oleh para mahkluk suci tersebut dan dengan demikian, segala macam penekunan dharma esoteris yang dilakukan akan menjadi tidak bermanfaat, dan mungkin akan terjatuh ke dalam kondisi semula yang lebih buruk.

Seperti yang tertera di dalam surat sertifikat bersarana "Berdasarkan petunjuk dari Sang Buddha, dengan pikiran yang mantap dan sepenuh hati berlindung kepada Buddha, juga berlindung pada Maha Mula Vajra Acarya Lian Sheng hingga akhir hayat untuk melaksanakan kebajikan serta selama hidup akan mentaati sila, patuh pada negara, berbakti pada kedua orang tua, menghormati guru dan para sesepuh. Semoga para Buddha dan Bodhisattva menjadi saksi dan berkenan membimbing". Yang dimaksud dengan hingga akhir hayat adalah selamanya melaksanakan Dharma dan mentaati Pancasila yaitu :
1.
Tidak membunuh.
Agar selalu hidup dengan penuh welas asih, tidak membunuh mahkluk hidup serta mau aktif dalam melepaskan mahkluk hidup lainnya.
2.
Tidak minum minuman yang ber-alkohol, juga sebaiknya tidak merokok.
Agar selalu mawas diri dan menjaga kestabilan pikiran, jangan sampai lupa diri.
Sedangkan himbauan untuk tidak merokok adalah karena akan menghambat kelancaran jalannya prana di jalur Avadhuti di tulang belakang saat melakukan tahap awal di Sadhana Vajra Dharma Yoga.
3.
Tidak berjinah.
Selain hubungan suami istri, semua tindakan dan pemikiran yang menyimpang tentang seks diluar hubungan suami istri digolongkan sebagai perjinahan.
4.
Tidak Berbicara Palsu.
Selalu mengatakan hal-hal yang benar, tidak berbohong, tidak memfitnah dan tidak menyerang perbuatan atau pemikiran atau ucapan orang lain.
5.
Tidak Mencuri.
Tidak mengambil sesuatu hak atau barang yang bukan milik sendiri.

Juga memahami 14 sila pokok Tantrayana dan 50 syair Tata Krama Tantrayana, serta melaksanakan Sepuluh Karma Baik (Dasa Kusala Karma) dan menjauhi Sepuluh Karma Buruk (Dasa Akusala Karma).
Karma buruk yang paling berat hukumannya adalah melakukan pembunuhan terhadap orang tua kandung, melukai atau memfitnah Tubuh Buddha atau seorang Arahat, merusak pagoda atau arama atau pratima atau Kitab Suci, mencuri barang milik vihara, menghujat Buddha Dharma serta mengintimidasi para pelaksana Buddha Dharma dan memecah belah perkumpulan Sangha.

Seorang siswa yang tidak mentaati sila-sila tidaklah sesuai dengan hukum ke-Buddha-an, bahkan bila seseorang telah bersarana kepada Satya Buddha, pengabaian sila-sila ini akan membuat "Sertifikat ber-Sarana" tidak berguna dan menjadikan sertifikat itu tidak lebih dari sepotong kertas belaka.

Karena semua insan manusia di dunia tidak sempurna, tentu saja ada yang akan melanggar sila. Orang yang melanggar sila tersebut harus menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Dengan melakukan penyesalan (lihat Sadhana Pertobatan), maka lama kelamaan orang yang menyesali segala perbuatan buruknya atau pikiran buruknya maupun ucapan buruknya, akan memperoleh berkah dari para Buddha serta dapat dipastikan akan memperoleh kebahagiaan dan dapat menyingkirkan akibat-akibat dari karma buruknya.
4.
Teori Latihan Pemberkatan Khusus dari Tiga Rahasia
Penjelasan teori untuk melakukan Latihan Pemberkatan Khusus dari Tiga Rahasia :

Tiga bagian rahasia dari badan jasmani, pikiran dan ucapan dari para Buddha dan Bodhisattva yang kemudian memberkati badan jasmani, pikiran dan ucapan sadhaka. Dengan melakukan pembersihan karma buruk dan memupuk karma baik lewat latihan (lihat Sadhana Pertobatan) dan dengan pemberkatan tiga rahasia dari mudra, visualisasi dan mantera, semua itu dimaksudkan agar memperoleh kontak batin.

Latihan-latihan tersebut adalah sebagai berikut :
1.
VISUALISASI.
Yang dimaksud dengan visualisasi adalah merenung dan membayangkan. Visualisasi merupakan bagian terpenting dalam latihan yang melambangkan nilai esoteris yaitu kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran yang terlatih menghasilkan sebuah kekuatan dan menjadi sumber dari tenaga yang tidak terhingga, yang dapat memperoleh kekuatan luar biasa besarnya serta dapat mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi dan mengubah keadaan-keadaan yang buruk menjadi baik.
Bila mampu melakukan visualisasi dengan memusat / terfokus hingga pada titik akhirnya, maka akan merealisasikan "tubuh ke-Buddha-an dalam waktu sekejab".
Visualisasi dalam aliran esoteris pada umumnya terbagi menjadi lima macam :
a.
Visualisasi tentang Dharmasala.
b.
Visualisasi tentang Cakra Chandra.
c.
Visualisasi tentang Bijah Mantera.
d.
Visualisasi tentang Yidam Buddha.
e.
Visualisasi tentang Aku Memasuki-Nya dan sebaliknya.
Bagi para sadhaka, harus dapat melakukan kelima macam visualisasi tersebut, maka baru dapat dikatakan telah sesuai dengan metode latihan esoteris.
2.
MUDRA.
Mudra melambangkan badan jasmani yang bisa juga disebut "Penyucian Badan Jasmani" dalam aliran esoteris. Di saat membentuk mudra, hal tersebut melambangkan nilai esoteris dari Badan Yidam Buddha atau Bodhisattva yang bersangkutan. Semua mantera dan mudra akan disesuaikan dengan bentuk visualisasi yang tepat secara rahasia.
Pada saat bervisualisasi, tangan membentuk mudra yang mempunyai banyak arti gaib. Mudra dalam aliran esoteris memiliki banyak ragam dan arti yang khusus.
Ketika kita melihat sebuah pratima dari Buddha atau Bodhisattva, kita dapat mengenalinya dari bentuk mudra dan alat yang digenggamnya, karena masing-masing bentuk pratima memiliki tujuan dan makna yang berbeda-beda.
3.
MANTERA.
Mantera melambangkan kata-kata rahasia. Mantera merupakan perubahan suara batin para Buddha atau Bodhisattva dalam melakukan Upaya Kausalya terhadap seluruh insan. Bagi sadhaka yang mendalami pembacaan mantera akan dapat menjelaskan makna esoteris dan pembuktiannya secara mantap serta bukti pencapaian Sidhi-nya.
Mantera bisa terdiri dari mantera panjang atau mantera pendek. Mantera panjang ada kalanya ditambah dengan gatha pemujaan, sedangkan mantera pendek merupakan mantera hati dari Yidam Buddha yang bersangkutan secara langsung. Makna dan manfaat / pahala dari pembacaan salah satu dari kedua mantera tersebut adalah sama, tergantung dari ketersediaan waktu yang ada.
Membaca mantera tergantung pada jodoh seseorang terhadap Yidam Buddha atau Bodhisattva yang cocok dengan kehidupannya saat ini, dengan demikian dapat menggunakan satu mantera saja dan tidak menggunakan banyak mantera lainnya. Bila di dalam suatu latihan menggunakan lebih dari lima macam mantera, maka kekuatan mantera tersebut akan terpencar sehingga sulit untuk memperoleh konsentrasi yang dibutuhkan.
Dalam aliran esoteris, setiap mantera memiliki masing-masing bijah aksara (huruf suci) dari mantera yang bersangkutan, karena dari pengenalan bijah mantera tersebut dapat menghasilkan semua Cakra Aksara. Dengan demikian, melalui hal ini baru dapat diperoleh hasil yang nyata secara maksimal.

 






















0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;