Jumat, 02 November 2012

"Sejarah Singkat Guru Zen Master Sheng Yen Pendiri Dharma Drum Mountain"


MASTER ZEN SHENG YEN lahir pada tahun 1930, ditahun kuda, tanggal 4 bulan 12 penanggalan Imlek, Master Sheng Yen terlahir kurus dan sakit-sakitan dari keluarga miskin di sebuah desa dekat Shanghai. Menurut ibunya, ia kecil seperti anak kucing, tapi banyak orang menganggap ia lebih mirip tikus. Sehingga ia diberi nama Zhang Bao Kang (senantiasa sehat). Semasa kecil, bungsu dari 6 bersaudara ini setiap paginya bekerja menyerok kotoran ternak untuk pupuk. Kemudian sarapan paginya jagung atau gandum. Acapkali tanpa garam karena tak sanggup membeli.

Diusia 13 tahun, Master Sheng Yen telah menjadi seorang biarawan di vihara Gunung Srigala. "Biara lokal yang saya masuki, seperti kebanyakan biara lain di China disebut kuil Chan/Zen. Tapi kenyataannya, teori dan praktek hampir tak pernah dibahas. Latihan kami hanyalah terdiri dari disiplin ketat dan menghafal Sutra."
"Saya saat itu tidak tahu apa-apa tentang Buddhisme, namun saya merasa bahwa Buddhisme sedang menuju kepunahan. Kebanyakan orang China mempunyai sedikit saja pengertian tentang Dharma. Guru jarang terdapat, dan apa yang saya ketahui hanyalah berasal dari menghafal kitab-kitab suci. Saya berikrar untuk belajar lebih banyak tentang Buddha Dharma sehingga suatu hari saya dapat mengajarkannya kepada orang lain."

"Karena tentangan kaum Komunis, para rahib kami pindah ke Vihara Dasheng, Shanghai. Disana kehidupan kami hanya bergantung pada sumbangan dari penyelenggaraan upacara kematian." Merasa tidak cocok dengan situasi Vihara Dasheng yang boleh menghidangkan masakan daging dan alkohol untuk umat yang memesannya, serta adanya sebagian rahib yang menyukai narkoba, tahun 1947 Master Sheng Yen minta ijin pindah ke Biara Jing An yang mendidiknya lebih baik. Karena invasi Komunis ke Shanghai, tahun 1949 Master pindah ke Taiwan dan menjadi perwira. (Ketika kembali tahun 1988, Biara Dasheng telah menjadi pabrik). Meskipun bergabung dengan para perwira, Master Sheng Yen tetap vegetarian. Ketika sayuran dimasak dengan daging (termasuk daging anjing), Master hanya makan sayurannya saja. Bhiksu China adalah vegetarian tulen karena memakan daging baginya tidaklah welas asih.

Saat cuti militer, Master Sheng Yen selalu menyempatkan diri mengunjungi vihara. Kemudian dia bertemu dengan Master Ling Yuan (1902-1988) yang membuat hidupnya berubah. 1960, dengan susah payah dan dibantu oleh Master Dongchu dan istri atasannya, Master Sheng Yen berhasil keluar dari kemiliteran. Master Dongchu mencukur kepalanya dan memberinya nama Huikong Sheng Yan. Master Dongchu adalah pewaris tradisi Chan Lin-chi maupun Tsao-tung. "Masa tinggal saya bersama Master Dhongchu ternyata merupakan salah satu periode paling berat dalam hidup saya. Ia terus menerus mengerjai saya. Ini mengingatkan saya pada perlakuan yang diterima Milarepa (1025-1135) dari gurunya Marpa. Contohnya, ia selalu saja menyuruh saya pindah-pindah kamar, atau menyuruh saya menutup pintu lalu membuka pintu lain. Mengangkat bata dari pembakaran dengan berjalan kaki. Memotong kayu bakar meskipun punya kompor. Kayu dipotong kecil salah, dipotong besar salah. Dalam berpraktek juga salah terus. Bermeditasi salah. "Kamu tidak dapat membuat cermin dengan menggosok bata, dan kamu tidak dapat menjadi Buddha dengan duduk." Lalu ia menyuruh saya menjalankan namaskara (sujud). Kemudian setelah beberapa hari, ia akan mengatakan, "Ini gombal, cuma seperti anjing makan tahi di lantai. Ayo baca Sutra!". Setelah beberapa minggu, ia mencela lagi dengan mengatakan bahwa para Patriakh menganggap Sutra hanya bagus untuk membersihkan koreng. Lalu menyuruh saya membuat esai. Setelah selesai, ia merobek-robeknya, "Ini semua ide-ide colongan!" Kemudian ia menantang saya untuk menggunakan kebijaksanaan saya sendiri dan menyatakan hal-hal yang orisinil. Semua hal yang sewenang-wenang ini (memakai selimut juga tidak boleh), sesungguhnya adalah cara beliau melatih saya.

Walaupun sulit untuk menganggap perlakuan ini sebagai welas asih, namun sesungguhnya memang demikianlah adanya. Jika saya tidak dilatih dengan disiplin seperti ini, saya tidak akan mencapai banyak kemajuan. Dari dia saya juga diinsyafkan bahwa belajar Buddha Dharma adalah sebuah aktivitas yang keras, dan bahwa orang harus mengendalikan diri sendiri dalam berpraktek." Dua tahun bersama Master Dongchu, kemudian Master Sheng Yen pergi mengasingkan diri ke pegunungan selama 6 tahun. Ia makan 1 hari sekali dengan daun-daunan dari kentang liar. Disana Master Sheng Yen banyak banyak membaca buku-buku Nikaya, Sutra-sutra Buddhisme awal, sekaligus Sutra-sutra Mahayana yang muncul belakangan. Juga membaca 450 buku Vinaya, 300 buku Agama Sutra. Membaca karya-karya tulis yang sangat luas tentang Chan dan 8 macam mazhab dalam Buddhisme China serta membaca 600 buku sejarah dan biografi Buddhisme.

Diusia 39 tahun Master Sheng Yen pergi ke Jepang. 6 tahun kemudian ia mendapat gelar doktor dalam literatur Buddhist. Masa 6 tahun itu Master mengalami kesulitan keuangan. Dosen pembimbingnya mengatakan, "Didalam sandang dan pangan, tiada pikiran untuk jalan; Tetapi dengan pikiran dan jalan, bakalan selalu ada pangan dan sandang." Setelah mendengar ini, Master Sheng Yen melakukan namaskara harian. Cukup aneh, tak lama kemudian ia mulai menerima sumbangan tahunan dari seseorang di Swiss yang lumayan untuk menutup ongkos kuliah serta biaya penerbitan disertasinya. Namun hingga kini, ia tak tahu siapa sebenarnya penyumbang itu. "Selama periode ini, saya banyak mengunjungi berbagai Master Zen dan Buddhisme esoteris. Saya menerima pengaruh paling besar dari Bantetsugu Roshi, seorang murid dari Harada Roshi. Saya menghadiri beberapa retret sepanjang musim dingin di kuilnya di Tohoku. Berada di Jepang utara, kuil tersebut mempunyai lingkungan yang sangat keras. Terlebih lagi, sang Master nampaknya cenderung memberi saya masa-masa yang sangat sulit dan terus menerus menyuruh para asistennya memukul saya dengan tongkat hsiang-pan.

Dari orang-orang disana, sayalah yang sejauh ini mempunyai pendidikan tertinggi, dan ia mengatakan, "Kamu para cendikiawan punya banyak kekesalan serta kemelekatan mementingkan diri sendiri. Hambatan kalian sungguh berat." Takala akhirnya saya meninggalkannya, ia berkata, "Pergilah ke Amerika, dan mengajarlah disana." "Tapi Master, saya tidak bisa bahasa Inggris." Kata saya. Ia berkata, "Zen tidak bersandar pada kata-kata. Mengapa kuatir tentang kata-kata?" 1975, Master Sheng Yen tiba di New york. Altar pertama mereka dibuat disebuah apartemen di Woodside, Queens, dengan biaya sewa $350 sebulan. Setelah muridnya bertambah banyak, mereka mampu membeli sebuah bekas pabrik di Corona Avenue dan membangun Pusat Budaya Buddhist Chung Hua. Setelah organisasinya mantap, Master Sheng Yen mulai menawarkan kelas dan retret meditasi Chan dengan gayanya sendiri.

Tahun 1995, Dharma Drum Retret Centre didirikan di Pine Bush, tempat yang sungguh indah, punya danau, hutan maple serta jalan setapak sendiri. Ditinggali banyak hewan termasuk burung, marmot tanah, rusa, dan beruang hitam. Sungguh merupakan tempat yang cocok dengan jarak hanya 2 jam dari New york. Setelah itu, Master Sheng Yen mendirikan Dharma Drum Mountain (DDM) di Taiwan. "Upaya-upaya kami telah membuat DDM menjadi satu dari empat organisasi Buddhis terbesar di Taiwan. Yang terbesar adalah Tzu-Chi, yang kedua adalah Foguang Shan, ketiga DDM dan keempat Zhongtai Shan. Empat organisasi ini sering dijuluki empat gunung Buddhisme di Taiwan, tapi mereka tidak berselisih satu sama lain. Malahan kami saling berinteraksi. Pendiri Zhongtai Shan, Master Weijue, dan saya mempunyai guru yang sama, Master Lingyuan. Master Xingyun, pendiri Foguang Shan, adalah murid Master Dongchu, jadi kami juga merupakan saudara Dharma dan sahabat yang sangat baik. Master Cheng Yen, pendiri Tzu-Chi adalah murid Yinshun, yang merupakan murid dari Taixu. Almarhum guru saya Master Dongchu adalah saudara Dharma Master Yinshun, jadi kami juga bagian dari silsilah keturunan yang sama.

Sumber : Jejak Langkah di Atas Salju, Otobiografi Chan Master Sheng Yen, penerbit Suwung, Jogja.

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;