Selasa, 23 Oktober 2012

Apakah Anda percaya pada kelahiran kembali?

Jawaban: Ya, saya percaya. Tapi, saya membutuhkan waktu lama untuk mencapai titik itu. Kepercayaan pada kelahiran kembali tidak datang begitu saja. Sebagian orang mungkin berasal dari latar belakang yang memiliki kepercayaan pada kelahiran kembali sebagai bagian dari budayanya. Ini terjadi di banyak negara Asia, dan dengan demikian, karena orang telah mendengar tentang kelahiran kembali sejak masa kecil, kepercayaan ini datang dengan sendirinya. Namun, bagi kami yang berasal dari budaya Barat, kepercayaan ini awalnya tampak aneh. Kami biasanya tidak meyakini kelahiran kembali secara tiba-tiba, dengan pelangi dan musik di belakang kami lalu berseru, “ Alleluya! Sekarang aku percaya!” Umumnya tidak terjadi seperti itu.
Sebagian besar orang butuh waktu lama untuk terbiasa dengan gagasan akan kelahiran kembali. Saya melalui banyak tahap dalam proses meyakininya. Pertama, saya harus bersikap terbuka terhadap gagasan itu dengan berpikir, “Saya tidak begitu memahami kelahiran kembali.” Mengakui bahwa kita tidak memahaminya adalah penting, karena kadang kita menolak kelahiran kembali padahal apa yang kita tolak adalah gagasan akan kelahiran kembali yang juga ditolak oleh ajaran Buddha. Seseorang mungkin berpikir, “Saya tidak percaya pada kelahiran kembali karena saya tidak berpikir bahwa ada jiwa memiliki sayap yang bisa terbang keluar dari raga dan memasuki raga lain.” Ajaran Buddha setuju, “Kami juga tidak percaya pada jiwa yang memiliki sayap.” Untuk memutuskan apakah saya meyakini kelahiran kembali, saya harus memahami konsep Buddha tentang kelahiran kembali, dan konsep ini tidak sederhana. Konsepnya sangat rumit, seperti yang bisa Anda lihat dari penjelasan saya tentang kesadaran dan energi yang paling halus, serta naluri yang menyertainya. 
Selanjutnya, saya memutuskan untuk mempertimbangkan kelahiran kembali. Sebagai perkiraan, sebut saja kelahiran kembali itu ada. Sekarang, apa langkah selanjutnya jika kita memandang kehidupan kita dari sudut itu? Kita bisa melakukan semua latihan bodhisattwa, kita bisa menyadari bahwa setiap orang pernah menjadi ibu kita sehingga kita bisa merasakan hubungan dengan semua orang. 
Itu juga bisa menjelaskan alasan terjadinya hal-hal yang terjadi dalam kehidupan saya. Mengapa seseorang dari latar belakang saya sangat tertarik mempelajari bahasa Cina? Mengapa saya tertarik pergi ke India dan belajar bersama orang Tibet? Mempertimbangkan minat keluarga saya dan lingkungan tempat saya tumbuh, tidak masuk akal bahwa saya tertarik pada hal-hal seperti itu. Namun, saat saya berpikir dalam kerangka kelahiran kembali, ada penjelasannya. Saya pasti pernah memiliki hubungan dengan India, Cina, dan Tibet di masa kehidupan yang lain. Hal ini membuat saya tertarik dengan tempat-tempat itu, termasuk bahasa dan budayanya. Kelahiran kembali mulai menjawab banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab melalui cara lain; bila tak ada kehidupan lampau dan karma, apa yang telah terjadi dalam kehidupan saya menjadi tidak masuk akal. Kelahiran kembali juga bisa menjelaskan mimpi-mimpi yang berulang terjadi dalam tidur saya. Dengan cara ini, saya perlahan-lahan mulai lebih dekat dengan kelahiran kembali.  
Saya telah belajar di India selama 19 tahun terakhir dan telah memiliki keistimewaan serta kesempatan besar untuk belajar bersama beberapa guru yang sangat tua. Banyak dari mereka telah meninggal dunia lalu kembali, dan sekarang saya menemui mereka lagi sebagai anak kecil. Saya mengenal mereka dalam dua masa kehidupan mereka. 
Ada titik tertentu dalam jalan Buddha yang Anda bisa mengendalikan kelahiran kembali Anda. Anda tidak harus menjadi seorang Buddha, atau bahkan makhluk yang telah terbebaskan, seorang arhat, untuk melakukan ini. Namun, Anda perlu untuk menjadi seorang boddhisattwa. Anda juga perlu melangkah hingga tingkat tertentu dalam jalan tantra dan memiliki kebulatan tekad untuk lahir kembali dalam bentuk tertentu yang dengannya Anda bisa menolong setiap orang. Terdapat visualisasi dan cara tertentu yang memungkinkan Anda mengubah kematian, keadaan antara, dan kelahiran kembali. Bila Anda sudah menguasai tingkat ini, Anda bisa mengendalikan kelahiran kembali Anda. Ada sekitar seribu orang Tibet yang sudah mencapai tingkat itu dan ketika mereka meninggal, mereka bisa ditemukan lagi. Dalam sistem Tibet, mereka disebut tulku. Seorang tulku adalah seorang lama yang lahir kembali, yang mendapat gelar Rinpoche. Namun, gelar Rinpoche tidak hanya diperuntukkan bagi para tulku, atau lama yang lahir kembali. Gelar itu juga digunakan untuk biksu kepala atau mantan biksu kepala di suatu wihara. Tidak setiap orang yang dipanggil Rinpoche adalah seorang lama yang lahir kembali. 
Selain itu, cara kata lama digunakan oleh satu aliran Tibet berbeda dengan aliran Tibet lainnya. Dalam beberapa aliran, lama mengacu pada guru rohani dengan tingkat sangat tinggi, seperti geshe—seseorang yang setara dengan Ph.D. dalam studi Buddha—atau lama yang lahir kembali. Di aliran-aliran lainnya, lama digunakan untuk seseorang yang bertindak seperti halnya pendeta komunitas. Orang ini telah melakukan perasingan selama 3 tahun dan mempelajari beragam upacara. Ia (laki-laki atau perempuan) lalu pergi ke desa-desa dan melakukan upacara di rumah warga. Gelar lama bisa memiliki arti yang berbeda-beda. 
Sekali lagi, terdapat sekitar seribu lama yang lahir kembali, atau tulku, yang telah dikenali. Mereka dikenali melalui beragam tanda yang mereka berikan atau tanda-tanda lain seperti ahli nujum atau tanda penting di lingkungan tersebut. Para pengawal dari lama sebelumnya akan mencari reinkarnasi barunya. Mereka akan membawa alat-alat upacara dan benda pribadi dari lama sebelumnya bersama dengan barang-barang serupa lainnya. Anak yang menjadi reinkarnasi baru itu akan bisa mengenali benda-benda apa yang menjadi miliknya di kehidupannya sebelumnya. Sebagai contoh, Yang Hadir Tertinggi, Yang Mulia Dalai Lama, mengenali orang-orang yang datang mencari dirinya. Ia memanggil nama-nama mereka dan mulai berbicara dengan mereka dalam dialek Lhasa, yang bukan merupakan bahasa dari wilayah tempat ia dilahirkan. Melalui tanda-tanda semacam itu, mereka bisa mengenali si anak. 
Menemui lagi guru-guru saya di kehidupan mereka selanjutnya juga sangat mengesankan. Contoh yang paling luar biasa adalah Ling Rinpoche, guru senior Yang Mulia Dalai Lama. Ia juga kepala tradisi Gelug. Ketika ia meninggal, ia tetap dalam meditasi selama hampir dua minggu, meskipun napasnya telah berhenti dan menurut ilmu kedokteran ia telah dianggap mati. Namun, kesadaran halusnya tetap berada di dalam raganya: ia terserap dalam meditasi yang sangat mendalam bersama cita yang paling halus. Wilayah di sekitar jantungnya tetap agak hangat, dan ia duduk dalam posisi meditasi tanpa raganya membusuk. Saat ia menyelesaikan meditasi, kepalanya bergerak menyamping dan ada sedikit darah yang keluar dari lubang hidungnya. Pada saat itu, kesadarannya telah meninggalkan raganya. 
Di Dharamsala, tempat saya tinggal, hal seperti itu terjadi dua, tiga, empat kali dalam setahun. Itu bukan hal langka, meskipun seseorang harus berada pada tingkat latihan batin yang tinggi untuk bisa melakukannya. Kemampuan ini bisa dicapai. 
Reinkarnasi Ling Rinpoche dikenali saat ia berusia satu tahun sembilan bulan. Biasanya, anak-anak tidak dikenali di usia semuda itu, karena saat usia mereka bertambah—s ekitar tiga atau empat tahun—mereka bisa berbicara dan memberikan tanda sendiri. Anak reinkarnasi Ling Rinpoche dibawa kembali ke rumahnya yang dahulu. Diadakan upacara yang sangat besar untuk menyambutnya. Beberapa ribu orang berjajar di jalan, dan saya beruntung menjadi salah satu di antaranya. Mereka mengenakan pakaian istimewa dan bernyanyi. Itu adalah sebuah peristiwa yang menggembirakan. 
Pertanyaan: Bagaimana anak itu dikenali? 
Jawaban: Melalui ahli nujum dan cenayang, termasuk kemampuannya untuk mengenali beragam benda dari kehidupan lampaunya. Selain itu, ia menunjukkan sifat-sifat ragawi tertentu. Misalnya, pendahulunya selalu memegang mala (karangan manik-manik) dengan dua tangan, dan si anak ini pun melakukan seperti itu. Ia juga mengenali orang-orang di dalam rumahnya. 
Namun, yang paling meyakinkan bagi saya adalah perilaku si anak selama upacara. Anak itu dibawa masuk ke dalam rumah. DI rumah itu, terdapat sebuah kursi singgasana yang diletakkan di dekat pintu masuk dan menghadap serambi luas, dengan dua hingga tiga ribu orang berkumpul di halaman. Sebagain besar anak berusia di bawah dua tahun akan sangat takut di keadaan semacam itu. Tapi anak itu tidak takut. Ia didudukkan di kursi singgasana. Umumnya, seorang anak ingin turun dan akan menangis bila keinginannya tak terpenuhi. Tapi, anak itu duduk dengan kaki disilangkan tanpa bergerak selama satu jam setengah, sementara orang-orang melakukan puja (ritual) umur panjang untuknya. Ia sepenuhnya tertarik pada apa yang tengah terjadi, dan berada di tengah kerumuman besar itu sama sekali tidak menjadi masalah baginya. 
Salah satu bagian dari upacara adalah pemberian persembahan kepada lama dan doa umur panjang untuknya. Terdapat perarakan orang-orang, dengan masing-masing memegang persembahan—patung Buddha, naskah kitab, stupa, seperangkat jubah biksu, dan banyak hal lain. Saat seseorang memberinya persembahan, ia harus menerimanya dengan dua tangan dan memberikannya ke seseorang yang duduk di sebelah krinya. Ia melakukan hal ini secara sempurna dengan setiap benda. Itu sungguh mengagumkan! Bagaimana Anda bisa mengajarkan hal itu kepada seorang anak berumur setahun sembilan bulan? Anda tidak bisa. 
Saat upacara berakhir, semua orang berbaris untuk menerima berkah tangannya. Seseorang memegang si anak, dan ia memberikan berkah tangan dengan memegang tangan orang itu dalam posisi yang tepat. Dengan penyerapan penuh, dan tanpa kehilangan minat atau menjadi lelah, si anak lalu memberikan berkah tangan kepada dua atau tiga ribu orang. Selanjutnya, Yang Hadir Tertinggi, Yang Mulia Dalai Lama, makan siang bersamanya dan mereka melewatkan waktu berdua. Satu-satunya peristiwa saat si anak menangis dan rewel adalah ketika Dalai Lama akan pergi. Ia tak menginginkannya pergi. 
Bahkan, anak itu memberikan berkah tangan sebelum ia dikenali sebagai Ling Rinpoche. Ia dan kakak lelakinya hidup di panti asuhan karena si ibu meninggal sesaat setelah melahirkan dan si ayah sangat miskin sehingga harus menitipkan keduanya di panti. Ia biasa memberikan berkah tangan kepada orang-orang di panti. Kakaknya, yang berusia tiga atau empat tahun, kadang berkata kepada orang-orang, “Adikku sangat istimewa. Ia seorang lama. Ia seorang Rinpoche. Jangan berbuat buruk kepadanya. Perlakukan ia istimewa.” 
Ling Rinpoche-Ling Rinpoche sebelumnya merupakan guru dari tiga Dalai Lama berturut-turut. Ling Rinpoche pertama adalah guru Dalai Lama keduabelas, Ling Rinpoche selanjutnya adalah guru Dalai Lama ketigabelas, dan setelahnya adalah guru untuk Dalai Lama keempatbelas. Tentu saja, orang-orang melihat Ling Rinpoche ini sebagai guru bagi Dalai Lama selanjutnya. 
Contoh-contoh semacam itu memberi saya kesan mendalam tentang kemungkinan kehidupan masa depan. Sehingga, dengan berpikir, dengan mendengarkan kisah, dan dengan melihat hal seperti itu, perlahan-lahan seseorang menjadi lebih yakin akan keberadaan kehidupan lampau dan masa depan. Bila Anda sekarang bertanya kepada saya, “Apakah Anda percaya pada kehidupan masa depan?” Ya, saya percaya. 
Pertanyaan: Apakah lama yang lahir kembali hanya ditemukan di antara orang Tibet? 
Jawaban: Tidak, sekitar tujuh lama telah dikenali di negara-negara Barat. Salah satunya, Lama Osel, reinkarnasi dari Lama Thubten Yeshe, adalah seorang anak Spanyol. Bertemu Lama Osel memberi orang-orang yang telah mengenal Lama Yeshe keyakinan lebih besar akan kelahiran kembali.

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;