Makna dari Namaskara adalah kita
mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Kenapa kita
melakukan perlindungan ke Buddha, Dharma, dan Sangha? Oleh karena
samsara adalah samudra penderitaan yang dahsyat dan kita tidak
menginginkan hal tersebut. Kita lihat bahwa yang lain tidak mampu
diandalkan dalam hal memberikan perlindungan kepada kita, hanya Buddha,
Dharma dan Sangha yang mampu melindungi kita dari Samsara. Apabila dalam
batin kita yang terdalam kita memiliki keyakinan dan bhakti yang kuat
kepada Buddha, Dharma dan Sangha maka semua perbuatan salah, karma buruk
dan halangan-halangan kita akan terpurifikasi.
Ada sebuah kisah tentang seorang raja di India yang bernama Makeda. Makeda juga melakukan perbuatan yang negatif. Dia membunuh ayahnya sendiri. Dan dia merasa sangat bersalah karena sudah membunuh ayahnya. Setelah itu dia mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Setelah meninggal, dia terlahir di alam neraka tapi hanya berdiam disana selama 7 hari dan kemudian terlahir kembali di alam yang tinggi. Karena dia sudah berlindung ke Buddha, Dharma dan Sangha. Bahkan Buddha juga memberikan prediksi bahwa ia akan menjadi seorang Pratyeka Buddha kelak di masa yang akan datang.
Ada seorang Mara bernama Lejin yang selalu mengganggu sang Buddha dan setelah Lejin melihat bahwa ketika dia meninggal, dia akan terlahir di alam “neraka penderitaan terdalam”, maka terbangkitlah rasa penyesalan yang mendalam dalam dirinya dan akhirnya sang mara pergi berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Sang Buddha meramalkan bahwa setelah Lejin meninggal, dia akan terlahir menjadi Pratyeka Buddha.
Jasa kebajikan dari melakukan perlindungan kepada Buddha, Dharma dan Sangha jika dibentuk maka angkasa pun tidak cukup karena jasa kebajikan dari melakukan perlindungan lebih besar dari angkasa.
Adapun cara memvisualisasikan Buddha, Dharma dan Sangha :
Ada sebuah kisah berkenaan dengan keyakinan, seorang wanita di Pakistan yang memiliki devosi dan keyakinan yang sangat besar terhadap Sang Buddha. Wanita tesebut mempunyai seorang anak yang pekerjaannya adalah berdagang. Anak tersebut sering melakukan perjalanan bolak balik dari Pakistan ke India. Wanita itu berkata kepada anaknya : “Oleh karena Sang Buddha telah wafat, tolong carikan gigi Sang Buddha dan berikanlah kepada Ibu”. Akan tetapi anaknya selalu lupa untuk membawa gigi Sang Buddha. Kemudian untuk terakhir kalinya, wanita itu meminta kepada anaknya agar membawa gigi Sang Buddha, apabila ia tidak membawa pulang gigi tersebut, maka ibunya akan bunuh diri. Akan tetapi dalam perjalanan pulang, anak tersebut kembali melupakan pesan ibunya. Sesampai di rumah, sang anak baru ingat akan pesan ibunya. Dan saat itu ia mencari dan melihat disekelilingnya untuk mencari pengganti gigi Sang Buddha. Kemudian ia melihat ada seekor anjing yang sudah meninggal di jalan. Dan dia pun berpikir untuk mengambil gigi anjing tersebut sebagai pengganti gigi Sang Buddha dan lalu membungkusnya dengan kain 5 warna. Sesampainya di rumah, ia langsung memberikan bungkusan tersebut kepada Ibunya dan berkata, “ Inilah gigi Sang Buddha”. Ibunya menerima dengan suka cita dan segera meletakkan gigi Sang Buddha tersebut di altar. Setiap hari ia melakukan namaskara dan memberikan persembahan untuk gigi tersebut. 3 tahun telah berlalu, karena keyakinan dan kepercayaan wanita tersebut gigi anjing yang ia percayai sebagai gigi Sang Buddha, mengeluarkan cahaya 5 warna dan merefleksikan figur Sang Buddha dalam cahayanya. 3 tahun kemudian wanita tersebut meninggal dan tubuhnya bertransformasi menjadi pelangi.
Dari cerita tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa dengan keyakinan dan kepercayaan itulah inti dari namasakara bukan karena objeknya.
Beragam jenis namaskara dilakukan dari berbagai negara dan aliran-alirannya. Kita dapat menjumpai cara namaskara Theravada, Mahayana, dan Vajrayana. Dalam tradisi Tibetan sendiri juga dijumpai beragam cara bernamaskara : ala Gelug, Nyingma, Kagyu,dll. Akan tetapi makna semua jenis namaskara tersebut adalah sama. Tujuan dari namaskara yaitu untuk pemurnian / membersihkan karma negatif tubuh, ucapan dan pikiran kita. Dalam Buddhism terdapat banyak metode untuk membersihkan halangan / karma buruk, salah satunya adalah dengan namaskara.
Kalau kita sudah mengambil perlindungan kepada Buddha maka kita tidak boleh mengambil perlindungan kepada dewa-dewa yang lainnya. Beberapa orang mengambil perlindungan ke pohon besar/matahari/naga tapi kita tidak boleh melakukan hal tersebut karena mereka juga di alam samsara. Kadang-kadang kita merasa sedih maupun senang tetapi kita hanya boleh mengambil perlindungan kepada sang Buddha karena sang Buddha bisa membantu kita untuk lepas dari alam penderitaan. Dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang sang Buddha bisa membantu memberikan kebahagiaan kepada kita. Setidaknya kita memberikan hormat dan mengambil perlindungan kepada Tsa-tsa karena ini juga merupakan gambaran dari sang Buddha.
Tata tertib dari Namaskara kepada Dharma
Kita mengambil perlindungan kepada Dharma maka kita tidak boleh menyakiti semua mahkluk. Kita harus menghormati semua kata-kata dari ajaran sang Buddha walau sekecil apapun kata-kata tersebut. Dan juga semua huruf-huruf dari dalam buku teks ajaran sang Buddha. Pada jaman sekarang ini (jaman besi) sang Buddha berkata bahwa ajaran-ajarannya akan dijadikan buku teks maka kita semua harus menghormati buku teks dari ajaran sang Buddha karena buku tersebut juga merupakan gambaran dari Buddha.
Tata tertib dari Namaskara kepada Sangha
Kita mengambil perlindungan kepada Sangha maka kita tidak boleh mengikuti teman yang jahat. Kalau kita mengikuti teman yang jahat maka kita juga akan menjadi jelek. Kondisi yang jelek, pandangan yang salah, jalan yang salah, Dharma yang salah maka kita tidak akan bisa mencapai pencerahan. Jika kita berlatih di jalan yang salah maka kita akan terlahir kembali di alam Neraka. Semua ini bisa terjadi jika kita berteman dengan orang yang salah Contohnya jika kita ingin melihat matahari tetapi kita menutup mata kita dan mencoba melihat matahari kita tidak bisa melihat matahari.
Jika kita bisa melakukan namaskara maka ini sangat bagus tetapi jika tidak bisa maka kita bisa merapalkan mantra dan pada waktu kita melakukan namaskara/merapalkan mantra maka jangan melakukan kebiasaan yang buruk.
Setelah itu kita melakukan puja aspirasi dan mendedikasikannya.
Terdapat 3 obyek dalam bernamaskara, yaitu : Buddha, Dharma dan Sangha.
Ada sebuah kisah tentang seorang raja di India yang bernama Makeda. Makeda juga melakukan perbuatan yang negatif. Dia membunuh ayahnya sendiri. Dan dia merasa sangat bersalah karena sudah membunuh ayahnya. Setelah itu dia mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Setelah meninggal, dia terlahir di alam neraka tapi hanya berdiam disana selama 7 hari dan kemudian terlahir kembali di alam yang tinggi. Karena dia sudah berlindung ke Buddha, Dharma dan Sangha. Bahkan Buddha juga memberikan prediksi bahwa ia akan menjadi seorang Pratyeka Buddha kelak di masa yang akan datang.
Ada seorang Mara bernama Lejin yang selalu mengganggu sang Buddha dan setelah Lejin melihat bahwa ketika dia meninggal, dia akan terlahir di alam “neraka penderitaan terdalam”, maka terbangkitlah rasa penyesalan yang mendalam dalam dirinya dan akhirnya sang mara pergi berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Sang Buddha meramalkan bahwa setelah Lejin meninggal, dia akan terlahir menjadi Pratyeka Buddha.
Jasa kebajikan dari melakukan perlindungan kepada Buddha, Dharma dan Sangha jika dibentuk maka angkasa pun tidak cukup karena jasa kebajikan dari melakukan perlindungan lebih besar dari angkasa.
Hakikat Namaskara
Adapun cara memvisualisasikan Buddha, Dharma dan Sangha :
- Di angkasa di atas depan kepala kita terdapat sebuah singgasana yang ditopang oleh 4 singa putih.
- Di atas singgasana tersebut, bertahtalah Sang Buddha.
- Di sekeliling Sang Buddha terdapat para Sangha.
- Di belakang Sang Buddha terdapat Buku teks Dharma.
- Di angkasa di sekeliling mereka semua, terdapat para Bodhisattva dan para Buddha di sepuluh penjuru.
Ada sebuah kisah berkenaan dengan keyakinan, seorang wanita di Pakistan yang memiliki devosi dan keyakinan yang sangat besar terhadap Sang Buddha. Wanita tesebut mempunyai seorang anak yang pekerjaannya adalah berdagang. Anak tersebut sering melakukan perjalanan bolak balik dari Pakistan ke India. Wanita itu berkata kepada anaknya : “Oleh karena Sang Buddha telah wafat, tolong carikan gigi Sang Buddha dan berikanlah kepada Ibu”. Akan tetapi anaknya selalu lupa untuk membawa gigi Sang Buddha. Kemudian untuk terakhir kalinya, wanita itu meminta kepada anaknya agar membawa gigi Sang Buddha, apabila ia tidak membawa pulang gigi tersebut, maka ibunya akan bunuh diri. Akan tetapi dalam perjalanan pulang, anak tersebut kembali melupakan pesan ibunya. Sesampai di rumah, sang anak baru ingat akan pesan ibunya. Dan saat itu ia mencari dan melihat disekelilingnya untuk mencari pengganti gigi Sang Buddha. Kemudian ia melihat ada seekor anjing yang sudah meninggal di jalan. Dan dia pun berpikir untuk mengambil gigi anjing tersebut sebagai pengganti gigi Sang Buddha dan lalu membungkusnya dengan kain 5 warna. Sesampainya di rumah, ia langsung memberikan bungkusan tersebut kepada Ibunya dan berkata, “ Inilah gigi Sang Buddha”. Ibunya menerima dengan suka cita dan segera meletakkan gigi Sang Buddha tersebut di altar. Setiap hari ia melakukan namaskara dan memberikan persembahan untuk gigi tersebut. 3 tahun telah berlalu, karena keyakinan dan kepercayaan wanita tersebut gigi anjing yang ia percayai sebagai gigi Sang Buddha, mengeluarkan cahaya 5 warna dan merefleksikan figur Sang Buddha dalam cahayanya. 3 tahun kemudian wanita tersebut meninggal dan tubuhnya bertransformasi menjadi pelangi.
Dari cerita tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa dengan keyakinan dan kepercayaan itulah inti dari namasakara bukan karena objeknya.
Beragam jenis namaskara dilakukan dari berbagai negara dan aliran-alirannya. Kita dapat menjumpai cara namaskara Theravada, Mahayana, dan Vajrayana. Dalam tradisi Tibetan sendiri juga dijumpai beragam cara bernamaskara : ala Gelug, Nyingma, Kagyu,dll. Akan tetapi makna semua jenis namaskara tersebut adalah sama. Tujuan dari namaskara yaitu untuk pemurnian / membersihkan karma negatif tubuh, ucapan dan pikiran kita. Dalam Buddhism terdapat banyak metode untuk membersihkan halangan / karma buruk, salah satunya adalah dengan namaskara.
Tata Tertib Namaskara
Tata tertib dari Namaskara kepada BuddhaKalau kita sudah mengambil perlindungan kepada Buddha maka kita tidak boleh mengambil perlindungan kepada dewa-dewa yang lainnya. Beberapa orang mengambil perlindungan ke pohon besar/matahari/naga tapi kita tidak boleh melakukan hal tersebut karena mereka juga di alam samsara. Kadang-kadang kita merasa sedih maupun senang tetapi kita hanya boleh mengambil perlindungan kepada sang Buddha karena sang Buddha bisa membantu kita untuk lepas dari alam penderitaan. Dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang sang Buddha bisa membantu memberikan kebahagiaan kepada kita. Setidaknya kita memberikan hormat dan mengambil perlindungan kepada Tsa-tsa karena ini juga merupakan gambaran dari sang Buddha.
Tata tertib dari Namaskara kepada Dharma
Kita mengambil perlindungan kepada Dharma maka kita tidak boleh menyakiti semua mahkluk. Kita harus menghormati semua kata-kata dari ajaran sang Buddha walau sekecil apapun kata-kata tersebut. Dan juga semua huruf-huruf dari dalam buku teks ajaran sang Buddha. Pada jaman sekarang ini (jaman besi) sang Buddha berkata bahwa ajaran-ajarannya akan dijadikan buku teks maka kita semua harus menghormati buku teks dari ajaran sang Buddha karena buku tersebut juga merupakan gambaran dari Buddha.
Tata tertib dari Namaskara kepada Sangha
Kita mengambil perlindungan kepada Sangha maka kita tidak boleh mengikuti teman yang jahat. Kalau kita mengikuti teman yang jahat maka kita juga akan menjadi jelek. Kondisi yang jelek, pandangan yang salah, jalan yang salah, Dharma yang salah maka kita tidak akan bisa mencapai pencerahan. Jika kita berlatih di jalan yang salah maka kita akan terlahir kembali di alam Neraka. Semua ini bisa terjadi jika kita berteman dengan orang yang salah Contohnya jika kita ingin melihat matahari tetapi kita menutup mata kita dan mencoba melihat matahari kita tidak bisa melihat matahari.
Jika kita bisa melakukan namaskara maka ini sangat bagus tetapi jika tidak bisa maka kita bisa merapalkan mantra dan pada waktu kita melakukan namaskara/merapalkan mantra maka jangan melakukan kebiasaan yang buruk.
Tata Cara Namaskara
Bagaimana cara bernamaskara yang benar ?- Tangan bersikap anjali ( telapak tangan dikatupkan manjadi satu),
- Kedua ibu jari ditekukkan ke dalam dan kita visualisasikan di dalamnya terdapat permata
- Visualisasikan disebelah kanan adalah Ayah. Di sebelah kiri adalah Ibu, di depan kita adalah semua musuh/orang yang membenci kita dan di belakang kita adalah semua makhluk-makhluk. Dan kita bayangkan mereka juga melakukan namaskara bersama kita.
- Kemudian visualisasikan Buddha, Dharma dan Sangha,
- Lalu melakukan namaskara dengan pelafalan dan caranya sebagai berikut :
- Tangan bersikap anjali dan disentuhkan ke dahi sambil mengucapkan (berpikir bahwa) “Kepada semua Buddha di sepuluh penjuru, saya bernamaskara kepada Tubuhmu, mohon murnikanlah halangan-halangan tubuh saya dan mohon berkahi tubuh saya”,
- Kemudian sentuhkan sikap tangan anjali tadi ke tenggorokan sambil mengucapkan “Saya bernamaskara kepada Ucapan dari seluruh Buddha yang ada di sepuluh penjuru, mohon berkahi ucapanku”.
- Lalu disentuhkan lagi ke ulu hati sambil mengucapkan “Saya bernamaskara kepada Pikiran dari seluruh Buddha yang ada di sepuluh penjuru, mohon berkahi pikiranku.”
- Dilanjutkan dengan bersujud dengan memperhatikan 5 titik penting dalam namaskara. Dari sini kita berlutut dengan kedua lutut, kedua telapak tangan dan dahi kita menyentuh tanah dengan membayangkan kita bernamaskara kepada Tubuh, Ucapan, Pikiran, Kualitas dan Aktivitas dari Sang Buddha. Manfaat yang dipetik dengan melkukan hal ini adalah untuk membersihkan 5 racun dalam diri kita. Yang dimaksud dengan 5 racun adalah keinginan, kebencian, kebodohan, keserakahan dan iri hati.
- Kita melakukan namaskara bisa banyak ataupun sedikit tetapi untuk visualisasi adalah tetap seperti ini.
- Setelah selesai namaskara maka akan dilanjutkan dengan meditasi untuk menvisualisasikan Buddha dari sepuluh penjuru:
- Dari dahi seluruh Buddha terdapat bija aksara OM putih yang memancarkan cahaya putih yang memancar masuk ke dahi kita. Dan kita berpikir bahwa semua karma negatif dari tubuh kita dipurifikasi menjadi murni sebagaimana tubuh sang Buddha dan kita memperoleh berkah dari Tubuh sang Buddha.
- Dari tenggorokan seluruh Buddha terdapat bija aksara AH merah yang memancarkan cahaya merah yang memancar masuk ke tenggorokan kita. Dan kita berpikir bahwa semua karma negatif dari ucapan kita dipurifikasi menjadi murni seperti Ucapan sang Buddha dan kita memperoleh berkah dari Ucapan sang Buddha.
- Dari ulu hati seluruh Buddha terdapat bija aksara HUNG biru yang memancarkan cahaya biru yang memancar masuk ke ulu hati kita. Dan kita berpikir bahwa semua karma negatif dari pikiran kita dipurifikasi menjadi murni seperti Pikiran sang Buddha dan kita memperoleh berkah dari Pikiran sang Buddha.
Setelah itu kita melakukan puja aspirasi dan mendedikasikannya.
0 komentar:
Posting Komentar