Minggu, 15 Juli 2012

API HOMA 2

API HOMA 2


Peralatan Homa

Menurut peraturan kuno Tantrayana, perlengkapan homa, jenisnya banyak sekali. Santika, Paustika, Wasikarana dan Abhicaruka, peralatanya tidak sama, cara penggunaanyapun masing-masing berbeda.

Aliran Satyabuddha adalah Tantrayana yang paling cocok untuk orang-orang zaman sekarang. Bilal perlengkapan homa Tantrika Satyabuddha dapat sesuai dengan perlengkapan kuno tentu saja baik sekali. Tetapi bila tidak dapat sepenuhnya mengikuti peraturan kuno, harus melakukan penyesuaian, tidak perlu meniru cara kunko secara kaku, disesuaikan agar sebanyak mungkin siswa Satyabuddha dapat memparaktekkannya.

Perlengkapan Homa Tantrika Satyabuddha harus memperhatikan dua prinsip utama:

1. Yang diuatmakan adalah praktis, tidak melenceng dari fungsinya.

2. Elok dan luwes, tidak melupakan keanggunan.

Umumnya, perlengkapan dasar yang dipakai dalam pelaksanaan homa Tantrika Satyabuddha meliputi:

* Meja homa----digunakan sebagai altar homa(paling baik menggunakan bahan anti api).

* Tungku homa----untuk pembakaran bahan persembahan homa(terbuat dari tembaga atau besi cor).

* Wadah homa (mangkuk, piring, nampan)-----digunakan untuk menampung bahan persembahan (terbuat dari tembaga atau produk stainless-steel, atau produk keramik yang tahan terhadap suhu tinggi).

* Sepit homa, cedok(sauk) homa------untuk menjepit atau mencedok bahan persembahan lalu dimasukkan ke dalam tungku (terbuat dari tembaga atau produk stainless-steel).

* Tongkat Wajra----untuk melakukan sima-badhana dengan mengetuk ke-empat penjuru.

* Wajraghanta dan Wajra.

Bahan Persembahan Homa

Cakupan jenis bahan persembahan homa luas sekali. Yang utama adalah kayu homa, madu, susu, minyak nabati, daun the, dupa, serbuh cendhana, parfum, wijen putih, wijen hitam, gula putih, lima jenis padi-padian, kacang aneka warna, berbagai jenis biskuit, aneka kembang dan buah-buahan.

Bahkan semua bahan makanan dan busanapun dapat dijadikan bahan persembahan.

Pakaian----memberi persembahan kepada tubuh Adhinatha.

Makanan-----memberi persembahan kepada mulut Adhinatha.

Urapan Wangi-----memberi persembahan tubuh Adhinatha.

Kembang-----memberi persembahan kepada tangan Adhinatha.

Teh dan minuman ---memberi persembahan pada seputar Adhinatha.

Ini hanya sekedar contoh bahan persembahan yang berbeda-beda.

Pemilihan kayu homa, termasuk hal yang cukup penting. Dalam peraturan kuno, banyak sekali batasan-batasan terhadap kayu homa, cukup ketat. Santika (Si), Paustika (Cen), Wasikarana ( Huai) dan Abhicaruka (Shu), keempat Karman, kayu homa dari setiap jenis Karman ini ditetapkan menggunakan bahan yang tidak sama, tempat penghasilnya tidak sama, warnanya tidak sama dan lain sebagainya.

Misalnya menurut peraturan kuno, Santika harus menggunakan kayu cendana putih, atau kayu yang menghasilkan getah putih yang ditanam di tempat kelahiran orang suci. Paustika menggunakan kayu yang menghasilkan getah kuning yang ditanam di istana kerajaan. Wasikarana menggunakan kayu cendana merah atau kayu yang menghasilkan getah merah. Abhicaruka menggunakan kayu cendana hitam, atau kayu hitam produk pohon yang mati mengering atau yang ditanam di bekas medan perang atau pejagalan.

Kalau mau menuruti peraturan kuno ini, kebanyakan sangat sulit diperoleh.

Dalam menyiapkan kayu homa kita berusaha memenuhi peraturan kuno, tetapi dengan penyesuaian dengan zaman modern, kita menerapkan cara-cara yang memudahkan agar lebih banyak lagi Tantrika Satyabuddha dapat mempraktekkan homa.

Asal menghasilkan getah, teksturnya bersih, tidak bengkok, tidak retak tidak cacat tidak berlubang, tidak lapuk digerogoti ulat, memilki panjang 23 cm (7 chun). Ujung dan pangkal memiliki lebar yang sama. Ketebalan tidak dibatasi.

Dalam Santika, digunakan kayu yang agak putih, dicelupkan dalam susu ( atau madu ) yang berwarna putih.

Dalam Paustika, digunakan kayu yang agak kuning, dicelupkan dalam madu berwarna kuning.

Dalam Wasikarana, digunakan kayu yang agak merah, dicelupkan dalam minyak nabati (atau madu) berwarna merah.

Dalam Abhicaruka, digunakan kayu yang agak hitam, dicelupkan dalam tinta hitam atau cairan anggur berwarna ungu kehitaman.

Yang demikian sudah dianggap sesuai dengan peraturan.

Bahan persembahan yang lain, dalam Santika, Paustika, Wasikarana, dan Abhicaruka, juga dibedakan berdasarkan warna:

Santika¡ªdiutamakan yang berwarna putih. Misalnya wijen putih, biji sawi (mustard) putih, susu putih, kembang putih, madu putih, gula putih, beras putih, kacang berwarna putih, kuaci putih, buah berwarna putih, biskuit/kue yang agak putih dan lain sebagainya. Dalam homa untuk tujuan pengobatan, boleh memberi persembahan obat-obatan.

Paustika----diutamakan yang berwarna kuning. Misalnya kacang berwarna kuning, madu kuning, gula kuning, dupa berwarna kuning, serbuk cendana (berwarna kuning), kembang kuning, biskuit berwarna kuning, gandum, jelai(barli), malt-sugar (maltosa/mai-ya-thang), minyak kacang tanah, roti, buah berwarna kuning dan sebagainya.

Wasikarana---diutamakan yang berwarna merah. Misalnya kacang merah, beras merah, dupa merah, minyak goreng berwarna merah, kembang merah, buah berwarna merah, semua makanan berwarna merah seperti bakso/ronde merah dan sebagainya.

Abhicaruka-----diutamakan yang berwarna hitam. Misalnya kacang hitam, wijen hitam, beras hitam, jus warna ungu kehitaman, dupa hitam, serbuk cendana hitam, kembang warna ungu atau biru, buah berwarna hitam (misalnya pir berwarna hitam, anggur hitam), kembang berduri (misalnya mawar), semua makanan berwarna hitam (misalnya cincau, pasta wijen dan sebagainya).

Pilihan bahan persembahan luas sekali, asal makanan atau barang yang bermakna dapat dipersembahkan.

Waktu sedang membakar homa, semua bahan persembahan, setiap macam harus dibayangkan berubah banyak sekali laksana samudra, memenuhi alam semesta. Bahan persembahan yang dapat terbakar diusahakan semua dimasukkan ke tungku. Setiap bahan bersembahan yang dimasukkan ke tungku, sebelumnya harus divisualisasikan seperti yang telah disinggung terdahulu.

p> Setiap jenis buah-buahan atau roti, setelah divisualisasi, diiris sehelai kemudian dimasukkan ke tungku untuk dibakar.

Semua cairan yang tak dapat terbakar, (misalnya susu, anggur, madu, jus) kecuali untuk celupan kayu homa, semuanya tak boleh dimasukkan ke tungku, untuk mencegah padamnya api homa. Kalau tetap mau ditungkukan, cukup menuangkan sedikit di luar tungku.

Setiap pelaksanaan homa, bahan persembahan yang utama adalah kayu homa, dupa, kembang, pelita, daun the, madu, susu, parfum, buah-buahan, minyak goreng (minyak nabati). Ini merupakan bahan persembahan yang selalu harus ada.

Penataan Altar Homa

Penataan altar (mandala) homa, dibedakan berdasarkan empar jenis Karman yakni Santika, Paustika, Wasikarana dan Abhicaruka, dibeda-bedakan berdasarkan warna dan bentuk.

Berdasarkan warna: Santika menggunakana warna putih, Paustika menggunakan warna kuning, Wasikarana menggunakan warna merah, Abhicaruka menggunakan warna hitam.

Berdasarkan bentuk : Santika berbentuk bulat, Paustika berbentuk persegi, Wasikarana berbentuk setengah lingkaran, Abhicaruka berbentuk segi tiga.

Kalu perlu, untuk sementara boleh menyusun mandala atau tungku dengan batu bata. (Misalnya di luar ruangan, atau saat penyelenggaraan upacara homa). Menata menurut bentuk di dalam atau bentuk di luar semuanya boleh.

Umumnya, meja homa yang berbentuk persegi empat sudah mewakili Paustika, tungku homa yang berbentuk bulat sudah mewakili Santika.

Tepat di depan meja homa, disemayamkan Adhinatha dan Dharmapala, boleh diletakkan lima bahan persembahan atau delapan bahan persembahan. Keempat tiang dari meja homa melambangkan Catur Maharajakayika. Keempat sudut meja homa harus diletakkan persembahan pelita atau lilin. Warna dari semua bahan persembahan serta lilin pelita teratai harus dibedakan berdasarkan Santika, Paustika, Wasikarana dan Abhicaruka.

Bila ingin menyemayamkan Panca Tathagata di mandala, posisinya harus tepat:

Tengah-----Wairocana (putih)

Barat----Amitabha (merah)

Selatan----Ratnasambhawa (hijau)

Timur-----Aksobhya (kuning)

Utara------Amoghasiddhi (hitam)

"Pintu Langit" melambangkan mulut dewa, bahan persembahan diberikan kepada para dewa melalui pintu langit.

Tali Panca-Warna melambangkan sima-bandhana (pembatasan lokasi) dan kesucian, juga untuk membuat mandala tampak anggun dan agung.

Bahan persembahan utama diletakkan di sekeliling tungku homa. Bahan lain berturut-turut mengitarinya. Bila meja homa tidak cukup besar untuk menampung bahan persembahan, boleh menambahkan meja kecil.

Penataan perlengkapan upacara dan bahan persembahan dapat dilihat pada gambar di halaman berikut.

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;