Dalam sadhana tantrayana seorang sadhaka selain melatih diri dengan jalan membaca sutra dan menyebut nama Buddha (sadhana rutinitas) harus juga rajin melatih chi, nadi dan bindu.
Melatih chi, nadi dan bindu diolah dalam bermeditasi.
Setelah rutin menjapa mantera dan bermeditasi dalam bersadhana hingga dahi berasa padat.
tidak ada sadhana yang tidak mengharuskan pikiran untuk dikonsentrasikan. Jadi pikiran harus dikonsentrasikan ke satu titik untuk mencapai tahap kestabilan pikiran, Dari tahap “kestabilan pikiran” baru dapat memasuki tahap “tanpa pikiran” Asalkan sudah memasuki tahap “ tanpa pikiran semua ching akan berkumpul di dahi.
Pada saat itu pernbatasan antara dunia luar dan dunia diri sendiri hilang sehingga saya dapat menyatu dengan lautan sinar alam semesta. Dahi berasa padat. Kesadaran Roh sejati terbangunkan (istilah kundalini bangun (chiling) tapi apinya belum).

Mulai memasuki tahap melatih diri chi dan nadi dan bindu. Diawali dengan melatih pernapasan botol. Pernapasan botol adalah menggunakan perputaran napas untuk membangunkan api kundalini. Api kundalini diperlukan untuk membawa bindu yang akan naik seperti lift di nadi tengah (tulang punggung) membuka cakra-cakra dalam tubuh. Terbawanya bindu ke seluruh tubuh juga menghasilkan sinar terang benderang dalam tubuh.

Apakah bindu itu ?
Bindu adalah air mani (ching) pada pria dan sel telur (hsueh) pada wanita yang telah dipadatkan.
Ketika bindu bergabung dengan api kundalini dan bergerak naik melancarkan nadi tengah dan membuka kelima cakra,
Kelima cakra tersebut adalah
cakra dahi, cakra tenggorokan, cakra hati, cakra pusar (tan thien) dan cakra akar.

Ketika cakra pusar (tanthien) terbuka seorang siswa akan dapat mencapai keadaan samadhi .

Ketika cakra hati terbuka tubuh Sambhogakaya dari kebuddhaan akan muncul,

ketika cakra tenggorokan terbuka tubuh Nirmanakaya dari kebuddhaan akan muncul,

ketika cakra dahi terbuka tubuh Dharmakaya dari kebuddhaan akan muncul.

Ketika Cakra mahkota terbuka ia akan mencapai penyatuan dengan Buddha.

Pada saat itu cairan surgawi/nectar (bindu putih) di cakra dahi akan mencair dan turun mencapai bindu merah yang naik dari bawah dan bertemu di cakra hati.
Begitu keduanya menyatu hati akan berubah menjadi bunga teratai dan wujud tubuh dharma dari Buddha.
Pada saat itu Nadi tengah sadhaka akan terbuka dan akan memancarkan sinar.

Setelah ketiga tubuh Buddha telah muncul(sambhogakaya, Nirmanakaya, dharmakaya),
sadhaka dapat melanjutkannya dengan sadhana memunculkan ke lima Pelindung dharma di kelima cakra. Inilah tingkat ke-iv vajarayoga.
Lewat abhiseka (pemberkatan) dari kelima Vajra Buddha sang siswa akan mendapatkan kekuatan mistik (kesaktian) dan “ penguasaan diri”.

Setelah berhasil dalam Vajrayoga.
Seorang sadhaka melanjutkan ke tingkat sadhana Maha tantra yoga (Annutara Yoga) dan
selanjutnya lagi tingkat Dzogchen.
Tingkat Maha tantra yoga dan tingkat Dzogchen disebut dalam tahap penyelesaian.

Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaiaan di Tibet biasanya dikenal dengan istilah “trekcho” dan “togal”

Seorang sadhaka harus langsung memotong apa yang menutupi pikiran biasa dan langsung masuk ke keadaan “pencapaian spontan dari sifat pikiran”. Apakah yang dimaksud dengan “pencapaian spontan dari sifat pikiran” itu ?

Itu adalah keadaan dimana seseorang dikaruniai dengan kekuatan tembus pandang, persepsi dan rekoleksi (suatu keadaan”penguasaan diri”). Intinya didalam sadhana
Dzogchen adalah “memotong” dan pencapaian spontan (trekcho dan togal). Seseorang yang mempunyai kebijaksanaan tinggi begitu ia mendengar “memotong”, akan segera memotong segala kecacatan yang berkaitan dengan pikiran biasa dan mengubah diri dari tingkat orang biasa menjadi tingkat orang suci.
Bila seseorang “memotong” pikiran biasa dan terbebaskan dari batasan-batasan dan keinginan, maka ia segera menjelma menjadi orang suci.
Namun banyak orang yang kelihatannya sudah mencapainya tapi ternyata belum.
Sebenarnya sadhana Zen merupakan sadhana “tahap penyelesaian”. Tidak seperti orang awam, Seorang yang berbakat istimewa dan mempunyai kebijaksanaan tajam dapat langsung “memotong” langsung di awal tahap penyelesaian ini.

Misalnya Bodhidharma ( Ta Mo)
Sebagai Pendiri aliran Zen Di China berhasil “memotong”. Ketika Hui Ko (Pewaris kedua Zen) mengunjungi Bodhidharma .

Ia langsung ditanya “ Mengapa kau datang kemari”

Hui Ko menjawab : “Saya ingin pikiran saya ditenangkan”

Bodhidharma lalu berkata : “Berikan pikiranmu, maka aku akan menenangkannya untukmu”.

Huiko menjawab : “Bagaimana saya mendapatkan pikiranku ? saya tidak dapat menemukan pikiranku”.

Bodhidarma menjawab : “Saya telah menenangkan pikiranmu untuk mu”

Ini merupakan sebuah “Koan” dari Zen.
Huiko merupakan seorang yang sangat cerdas dan tajam.
Begitu mendengar jawaban dari Bodhidharma bahwa beliau telah menenangkan pikirannya untuknya. Pada saat itu juga mencapai pencerahan. Pencerahan ini disebut Dzogchen = Penerangan sempurna yang datang mendadak.

Metode-metode tersebut diatas di gambarkan sebagai metode rahasia sadhana tantrayana

Dalam pelaksanaannya memerlukan Abhiseka seorang guru yang telah mencapai keberhasilan pula.
Diceritakannya tahapan-tahapan tersebut oleh maha guru adalah untuk membangkitkan semangat dan menambah motivasi bersadhana semoga semua sadhaka akan rajin berlatih dan mengetahui tahap-tahap bersadhana yang akan dicapai.

Apabila belum mencapai tahap tiap tingkat tersebut, tidak boleh meminta abhiseka tersebut mendahului tingkat yang belum waktunya.
Menurut sutra “ Vajra roda waktu” bila metode rahasia ini diajarkan terlalu awal badi seorang sadhaka yang belum waktu tingkatannya dan mengerti tingkatan pembinaan diri dalam tantrayana, Guru yang mengajarkan akan mengalami tiga macam bencana.

Pertama ia akan menjadi gila,
kedua ia akan dirasuki setan ular,
ketiga akan banyak mendapat bencana dan kesialan.

Jadi pelajaran seperti ini dapat dikatakan abhiseka dan pelajaran yang sangat rahasia , Yang menyebabkan aliran tantrayana dikenal dengan ajaran rahasia (esoteric).

Yang harus diingat cara membina diri yang terbaik adalah secara alamiah tidak

dalam bentuk penyiksaan diri dan harus merawat tubuh jangan sampai lemah

dan sakit-sakitan.

Bila belum waktunya tidak usah terlalu tergesa-gesa/terlalu memaksa diri bila didalam diri kita sudah ada kemampuan untuk melaksanakan sadhana itu baru boleh dijalankan.

Dan juga sangat penting adalah lokasi meditasi harus di tanah yang mempunyai hongsui yang baik. Bila tidak akan susah mencapai kemajuan.