Minggu, 02 September 2012

Membangkitkan Bodhicitta, Berguru pada Sila

Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng pada Upacara Agung Kalacakra di Chin Yin Buddhist Temple, Kanada pada 18 Agustus 2012


Pertama-tama kita sembah sujud pada Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada adinata homa Buddha Kalacakra, sembah sujud pada adinata homa Kalacakra Vidyaraja, sembah sujud pada adinata homa Buddha Kalacakra.

Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, dan tamu agung yang hadir hari ini, Wakil Gubernur Alberta, Kanada Bpk. Thomas Lukaszuk, Presiden International Buddhist Association Dr Wang Chaoqun, penasehat hukum Chin Yin Buddhist Temple Zhang Chuanxu, dr. Cui Shiyi, istri Dubes Liao di Houston. Selamat siang semuanya.

Sadhana Kalacakra sudah pernah saya sebarkan di berbagai pelosok dunia. V.A. Lianzhi dan segenap pengurus Chin Yin Buddhist Temple, mereka mengundang Mahaguru ke Edmonton, sekali lagi menggelar upacara homa Kalacakra dan memberikan abhiseka Kalacakra pada Anda semua. (Hadirin tepuk tangan) Kita harus berterima kasih pada Acarya Lianzhi dan segenap pengurus, pengawas, anggota dewan Chin Yin Buddhist Temple, terima kasih pada mereka.

Setelah Chin Yin Buddhist Temple berdiri, saya ingat saya pernah datang. Saya sudah 14 tahun lamanya tidak ke Chin Yin Buddhist Temple, Edmonton. Saya ada satu kesan terhadap Edmonton, dulu Acarya Shengfa pernah mengajari mereka menarikan tarian dewi, terasa para dewi agak tua. Waktu cepat sekali berlalu, saya sekarang hampir tidak mengenal yang mana dewi. Kemarin, menyaksikan pertunjukan muda-mudi, muda-mudi ada yang menabuh gendang, barongsai, dewi di dalam kesan saya, saya perhatikan lama, lihat! Lihat! Ke mana dewi-dewi tersebut? Waktu cepat sekali berlalu. Pagi ini, di hotel saya bercermin, diri saya berubah menjadi tua sekali. Tiba di Chin Yin Buddhist Temple, melihat Lianfan, Lianfan tidak berubah! Lianfan dalam kesan saya sama dengan Lianfan yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Sebenarnya Anda menelan pil dewa apa? (Kemampuan bersabar.) Saya pikir benar juga, Anda coba bayangkan, 10 kontributor Alberta, 10 orang mendapatkan penghargaan, seratus orang mendapatkan penghargaan, Acarya Lianzhi mendapatkan penghargaan, mengapa Lianfan tidak mendapatkan penghargaan? Tentu saja, banyak hal harus bersabar! Kalian di atas tulis Lianzhi, di bawah juga tulis Lianfan, keduanya mendapatkan penghargaan. Ada sebuah cerita lucu, ada sepasang suami istri sudah lama menikah, sang putra berkata pada sang ayah, "Saya melihat saat mempelai pria melamar mempelai wanita, mereka berlutut sambil menggenggam bunga. Ayah, saat itu kamu berlutut, memegang bunga, dan mempersembahkan bunga pada ibu?" Ayah berkata, "Saat itu tidak, karena ibu berkata, kelak kesempatan berlutut masih banyak." Saya pikir, ksanti-paramita Lianfan sangat tepat.

Hari ini bicara tentang ksanti-paramita. Saya mengulas Sadhana Kalacakra di berbagai pelosok dunia, juga telah banyak berceramah, setiap kali upacara Kalacakra selalu ada sebuah topik. Setelah tiba di sini, saya pikir seharusnya sudah saatnya mengulas tentang "Sila". Sadhana Kalacakra terdapat banyak Sila, antara lain: Sila umum, berbagai macam Sila yang dibutuhkan dalam Agama Buddha, Sila Tantra, Sila Sadhana Kalacakra, semua ada, kelak upacara Kalacakra atau homa Kalacakra, seharusnya mengulas tentang Sila, Sila itu sangat penting. Saat Buddha Sakyamuni parinirvana, semua murid bertanya pada Buddha, "Buddha parinirvana, kita harus berguru pada siapa?" Buddha Sakyamuni bersabda, "Berguru pada Sila." Yakni harus menaati Sila Agama Buddha. Jadi, yang tidak menaati Sila, kita sebut "Bhiksu yang Melanggar Sila". Sila upasaka/sika: ada 5 Sila, ada Bodhisattva Sila. Sila bhiksu/ni: ada Sila Samanera, Sila Bhiksu, dan Sila Bodhisattva adalah Sila yang harus ditaati bhiksu/ni. Agama Buddha pada awalnya harus menaati 5 Sila, pertama, Sila yang harus ditaati semua umat Buddha, tidak membunuh, ini sangat penting. Apa yang dimaksud membunuh, apa yang dimaksud tidak membunuh? Yang namanya membunuh adalah membunuh jiwa makhluk 6 alam kehidupan, itu adalah pembunuhan luar. Bagaimana dengan pembunuhan dalam? Membunuh jiwa kebijaksanaan insan adalah pembunuhan dalam. Dulu, setelah Y.A. Atisa menguasai beragam Sutra dan Sastra, Beliau naik perahu dari India ke Simhalauipa, kemudian ke Sumatera, tibalah di tempat yang sekarang dikenal dengan Jambi, Indonesia. Saat itu, di sana menetaplah seorang mahasidddha bernama Y.A. Serlingpa, Y.A. Atisa memohon Dharma pada Y.A. Serlingpa, Dharma paling utama yang diturunkan Y.A. Serlingpa kepada-Nya adalah membangkitkan Bodhicitta, ini paling penting. Salah satunya disebut "Tonglen", bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, tidak hanya mengacu pada manusia, tetapi mengacu pada makhluk 6 alam kehidupan. Setiap umat Buddha wajib membangkitkan Bodhicitta, Y.A. Atisa memperoleh silsilah membangkitkan Bodhicitta, ia berasumsi bahwa seluruh umat Buddha wajib membangkitkan Bodhicitta.

Ada 7 jenis cara membangkitkan Bodhicitta, salah satunya adalah "Tonglen". "bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain", mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan, karena banyak orang menggeluti profesi pembunuhan. Sebenarnya, ada beberapa profesi yang tidak boleh digeluti oleh umat Buddha, pertama adalah profesi prostitusi, jangan geluti, karena bisa membangkitkan keserakahan manusia; kedua, profesi pejagalan, pejagalan adalah profesi pembunuhan, membunuh sapi, membunuh babi, membunuh kuda, membunuh kambing, membunuh ayam, profesi demikian jangan digeluti; ketiga, profesi perjudian, jangan digeluti juga, karena bisa menyebabkan kerserakahan manusia, juga telah membunuh jiwa kebijaksanaan manusia. Karma pembunuhan di dalamnya, kita bayangkan saja, memakannya tidak melanggar hukum, namun, jika saat Anda mau menjagal seekor babi, bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, jika Anda adalah babi, datanglah seorang penjagal babi, bagaimana perasaan Anda? Ketika Anda jagal seekor sapi, Anda adalah penjagal sapi, bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, Anda berubah menjadi sapi, dan ia menjadi penjagal Anda, bagaimana dengan Anda? Jadi, berpikir sebentar seperti ini, Anda pun akan menjadi seorang yang memiliki welas asih; kita harus memupuk cara bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain seperti ini. Orang lain memaki Anda dengan kejam, hati Anda sangat kesal, Anda memikirkannya 3 hari 3 malam, memaki orang tersebut dengan kata-kata yang lebih kejam lagi, orang tersebut juga akan berpikir 3 hari 3 malam, kembali lagi memaki Anda, inilah bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain. Begitulah bersabar, semua orang memaki Anda, Anda bersabar, karena Anda memakinya, ia juga akan tidak tahan. Jadi, bersabar itu kedua pihak harus bersabar, belajar Bodhicitta maka harus bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain. Kita berpikir sejenak, orang lain mengatai Anda, Anda tidak tahan lagi, namun, Anda mengatai orang lain, orang lain bagaimana tahan? Bayangkan sebentar bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, jadi, Anda akan timbul hati welas asih terhadap orang lain.

Ada seorang bhiksu menetap di dalam pedalaman gunung, si bhiksu tentu saja punya hati welas asih, melihat pemburu membunuh seekor rusa dengan senapannya, "Karma! Kelak Anda akan berubah menjadi rusa." Si pemburu tidak peduli, ia tembak seekor burung, "Karma! Kelak Anda akan berubah menjadi burung." Ia pun kembali lagi ke pedalaman gunung, melihat babi hutan, "Phong!" babi hutan pun tertembak mati, "Karma! Kelak Anda akan menjadi babi." Si pemburu ini pun menodongkan senapan ke arah bhiksu, bhiksu berkata, "Anda mana boleh menembak saya?" Pemburu berkata, "Lebih baik kelak saya menjadi bhiksu daripada menjadi babi." Tentu saja, karma bukan demikian, lain halnya dengan karma yang dikatakan oleh si bhiksu ini. Sebenarnya, karma sangat rumit, karma tidak terbayangkan, karma akan muncul beragam fenomena yang tidak terbayangkan. Anda baik terhadap seseorang, Anda berjodoh dengannya, kelak, ia akan membalas budi; Anda membenci seseorang, ia juga akan berubah menjadi keluarga Anda, kelak balas dendam. Karma itu beda, tidak boleh sembarang mengatakan karma.

Saya pernah berkata, karma tidak terbayangkan. Namun, Anda mesti membangkitkan hati welas asih, tidak hanya mengacu pada mahluk hidup, tetapi semua makhluk 6 alam kehidupan. Sebenarnya, tidak hanya 6 alam kehidupan, dewa, manusia, asura, neraka, pretta, hewan, selain itu, tumbuhan, mineral. Kalian akan bertanya, "Mahaguru mengatakan seperti itu, kalau begitu, saya makan apa?" Bukan makhluk 6 alam kehidupan, melainkan makhluk 8 alam kehidupan. Jangan meremehkan sebongkah berlian, sebongkah batu permata, ia memiliki medan magnet, japamala giok yang dikalungkan di badan Mahaguru, ia memiliki medan magnet, ini adalah mineral, tidak ada gejala biologis, namun ia memiliki daya hidup, tetap merupakan salah satu dari makhluk 8 alam kehidupan. Tumbuhan itu hidup, ia dapat menyerap gizi, naik ke batang, sampai ke ranting, sampai ke daun, sampai ke bunga, sampai ke buah, semuanya hidup. Orang China punya sebuah peribahasa, "menumbuhkan semai dengan menariknya ke atas", artinya petani setiap hari melihat tunas tumbuh seperti itu, namun, jika ia ditegakkan, ia pun mati. Sebenarnya ia sedang tumbuh setiap hari, hanya saja Anda tidak melihatnya. Tumbuhan itu hidup, ia tumbuh setiap hari. Jika Anda menebang batang pohon, keesokan harinya daunnya menguning, perlahan-lahan berubah menjadi ranting layu, daun layu. Apakah ia tidak hidup? Tentu saja hidup. Sekali Anda tebang, benar-benar sangat sakit, ia merintih kesakitan, Anda tidak mendengarnya, "Aduh!" Seperti tangan manusia, Anda menebang sebatang ranting, ia akan merintih kesakitan. Lantas, kita makan apa? Demi membangkitkan Bodhicitta, sekalian tidak makan saja. Sebenarnya, hidup ada yang lebih berharga, seperti spiritual manusia mengerti melatih diri. Seperti setiap hari mengajari gagak melatih diri, gagak juga bisa japa mantra, terbang ke sini "A", terbang ke sana "A", ia pun japa "A". Anda mengajari bebek melatih diri, ia tidak mengerti. Anda mengajari snake (ular) melatih diri, jangankan melatih diri, ia tidak menggigit Anda saja sudah bagus. Bebek tidak bisa melatih diri, ayam juga tidak bisa melatih diri, angsa juga tidak bisa melatih diri, cacing juga tidak bisa melatih diri, semua makhluk hidup, satu-satunya manusia yang paling berharga, hanya manusia barulah mengerti melatih diri. Mari kita semua bayangkan, sekarang sering terjadi kasus penembakan di berbagai tempat di Amerika, ada kasus penembakan di sekolah, di bioskop juga ada kasus penembakan, di New York Times Square juga ada kasus penembakan, Anda bertukar posisi, Anda mana boleh bunuh orang? Apakah Anda lebih rela dibunuh? Apakah Anda sudi dibunuh? Saya dengar konon Edmonton ada banyak umat Malaysia, banyak umat dari Brunei, di Johor Bahru, akhir-akhir ini terdengar acarya datang ke Seattle Ling Sheng Ching Tze Temple, mereka mengatakan jika Mahaguru mengenakan cincin berlian ini, ruby, safir, ruby dan safir, coba jalan-jalan di Johor Bahru, jari tengah bisa hilang. Bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, Anda sudi barang Anda dirampok orang? Anda sudi jari tengah Anda dipotong? Jika Anda tidak sudi, Anda jangan lakukan, beginilah asal mulanya membangkitkan Bodhicitta.

Saya bertanya pada Acarya Lianzhi, "Apakah Edmonton ada maling?" Saya melihat warga Edmonton sangat jarang, lahan sangat luas, kehidupan setiap orang seharusnya lebih baik, keamanan akan lebih baik. Acarya Lianzhi mengatakan masih ada maling. Umat Buddha tidak boleh menjadi maling. Anda sudi barang Anda dicuri? Tidak sudi, kan! Anda sudi uang Anda, perhiasan Anda dicuri? Tidak sudi! Bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, karena tidak sudi, mengapa Anda mau mencuri milik orang lain? Anda sudi dibunuh? Tidak sudi, bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, Anda pun tidak boleh membunuh, Ini adalah suatu cara membangktikan Bodhicitta. Ketika Anda menjadi seekor babi, apakah Anda sudi dibunuh? Tidak sudi. Kalau begitu, Anda pun jangan menggeluti profesi pejagalan. Banyak umat membuka restoran, bagaimana? Karena Chinese come to new country, many Chinese open restaurant (banyak Orang China datang ke negara baru, semua buka restoran), buka restoran apakah membunuh dengan tangan sendiri? Jarang. Anda sudi diri sendiri menjadi udang, menjadi kepiting, menjadi lobster, menjadi fish (ikan), dibunuh orang? Tidak sudi, maka Anda pun jangan membunuh. Bagaimana dengan buka restoran? Anda pun harus menguasai penyeberangan. Tantra justru mengajari kita sadhana penyeberangan, Anda makan tumbuhan, juga harus mempersembahkan.

Seperti siang ini, restoran menyediakan makanan vegetarian untuk kami, mentraktir Mahaguru, Gurudhara, dan beberapa acarya, lebih dulu dihidangkan sepiring sayuran, dihidangkan semangkuk sup labu kuning, kemudian dihidangkan lagi sepiring tumis sayuran, tumis tahu, tumis hioko, semua yang ditumis adalah vegetarian. Saya berdiri dan melihat-lihat apa yang dimakan umat lain, di sana ada makanan Indonesia Lasa, ada bakso ikan, ada chicken, babi panggang! Dan masih banyak lagi. Saya keliling satu putaran, tuan rumah yang mentraktir kami berkata, "Kami kira Mahaguru makan vegetarian." Namun, masakannya sangat enak, saya tidak pernah makan makanan vegetarian. Setiap kali saya di Taiwan, atau tempat yang lebih banyak umat Buddha, makanan yang mereka pesan, ada sebagian orang menghampiri dan melihat, "Hah? Kalian bhiksu juga makan daging?" Namun, di luar dari saya bervegetarian atau tidak, vegetarian hari ini sangat enak, kacang pinus juga sangat enak, sup labu kuning juga sangat enak, tumis sayuran, tahu, semua sangat enak, masakannya lezat sekali. Mahaguru juga melakukan persembahan, juga melakukan penyeberangan, ada persembahan, ada penyeberangan, itu barulah kepercayaan Tantra.

Jika Anda hanya menganut kepercayaan Eksoterik, semua orang bersama-sama makan vegetarian. Jika Anda adalah kepercayaan Tantra, Anda terserah, Anda boleh makan vegetarian, juga boleh makan daging, semua boleh, Anda makan apa yang dipersembahkan orang lain pada Anda. Namun, ingat satu gatha dari Sang Buddha, "Seteguk air bersih, terdapat 84000 kuman, jika tidak menyeberangkan, sama halnya membunuh makhluk." Penting sekali. Oleh karena itu, setiap kali kita melihat makanan daging, lebih dulu visualisasi Buddhata asalnya, kemudian, membersihkannya dengan mantra yang bersih, menyeberangkannya dengan mantra penyeberangan. Demi kelanjutan hidup kita, kita harus makan tumbuhan, juga harus makan hewan. Bahkan, karena kita menekuni sadhana vidyaraja, vidyaraja adalah vajra yang dahsyat, Anda tidak boleh makan vegetarian, jika makan vegetarian, Anda akan berkata, "Saya mau menaklukkan 4 mara." Kemudian, Anda menggunakan ujung jari Anda membentuk jari vajra, tidak bertenaga, tidak berhasil menaklukkan, karena Anda makan vegetarian. Harus sedahsyat vajra, bisa menyemburkan api, bisa memancarkan kekuatan yang sangat dahsyat, bertangan banyak, menaklukkan 4 mara harus dahsyat, harus memiliki Dharmbala, tubuh mesti sehat. Sehingga, tidak ada masalah dengan vegetarian dan non vegetarian, inilah Tantra. Namun, bagaimana pun, Anda harus belajar mempersembahkan, belajar menyeberangkan. Saat menyeberangkan, apakah Anda mempersembahkan, apakah Anda menyeberangkan, apakah Anda dengan serius mengundang yidam Anda memberkati, apakah Anda menjelmakan menjadi awan persembahan, seperti lautan awan, seperti persembahan demikian, Anda mesti lakukan. Anda tidak boleh asal-asalan, asal baca sebuah mantra, meniup udara, lalu makan. Anda mesti menggunakan kekuatan hati Anda, benar-benar menyeberangkannya dengan hati welas asih, kemudian persembahkan kepada Buddha Bodhisattva dan para arya, mempersembahkan kepada dakini, mempersembahkan kepada Mahaguru, mempersembahkan kepada 4 makhluk suci, mempersembahkan kepada vajra, dengan demikian, Anda baru boleh makan. Baik makan vegetarian maupun makan daging, semua sama, karena semua adalah kehidupan.

Saya ingat dulu Hashimoto Ken, Beliau adalah seorang doctor Jepang, ia menemukan sejenis alat, ia menaruh alat tersebut di ranting pohon, menggunakan alat tersebut untuk menginduksi getaran ranting, misalnya, denyut jantung biasanya seperti ini. Namun, begitu ranting pohon ditebang, angka di alat induksi akan kacau, berubah menjadi bergetar, artinya pohon pada saat itu sangat kesakitan. Biasanya getaran pohon tersebut berada pada frekuensi yang sama, namun, begitu ranting pohon ditebang, alat induksi pun kacau, artinya pohon sangat kesakitan. Dharma bertukar posisi antara diri sendiri dan makhluk lain, jika Anda sebatang pohon, apakah Anda sudi ditebang? Jika Anda adalah sebatang padi, apakah Anda sudi ditebang? Jadi, hewan, tumbuhan, semua sama, semua harus japa pujian persembahan, mantra penyeberangan, "OM. A BEI LA HUM. KAN ZHA LA. SUOHA." kita harus japa mantra penyeberangan Bodhisattva Manjushri, atau japa, "NAMO AMIDUOPOYE. DUOTAQIEDUYE. DUODIYETA. AMILIDOUPOPI. AMILIDUO. XIDANPOPI. AMILIDUO. PIJIALANDI. AMILIDUO. PIJIALANDUO. QIEMINI. QIEQIENA. ZHIDUOJIALI. SUOPOHE." (Mantra penyeberangan) Anda harus menjapa dengan sungguh-sungguh, benar-benar sedang menyeberangkan, dengan demikian tidak akan berdampak.

Tidak membunuh, tentu saja termasuk jiwa kebijaksanaan, ada orang mau menjadi bhiksu. Anda menyarankannya, "Anda jangan menjadi bhiksu!" Berarti telah membunuh jiwa kebijaksanaannya. Ada orang mau meyakini Zhenfo Zong, "Jangan meyakini Zhenfo Zong!" Telah membunuh jiwa kebijaksanaannya, ini juga membunuh, apalagi bunuh diri? Bunuh diri adalah menebas jiwa kebijaksanaan diri sendiri. Oleh karena itu, tidak boleh bunuh diri, umat Buddha tidak boleh bunuh diri, Anda bunuh diri berarti membunuh jiwa kebijaksanaan sendiri. Tadinya Anda memiliki tubuh yang bisa melatih diri, karena sakit hati, pria putus cinta, jangan bunuh diri! Wanita, juga jangan bunuh diri, di dunia ini rumput wangi ada di mana-mana, mengapa harus mencintai sebatang bunga, di dunia ini rumput wangi ada di mana-mana, pria baik banyak sekali, jadi, jangan sekali-kali bunuh diri.

Ada sebagian orang harus mendapatkan juara satu di sekolah, mendapatkan juara kedua, ia pun sedih dan meneteskan air mata, depresi, terakhir menempuh jalan bunuh diri, sayang sekali! Anak muda punya masa depan tak terhingga. Seperti dulu Mahaguru tinggal kelas 2 kali, ketiga kali hampir tinggal kelas lagi, apa boleh buat, secepatnya pindah sekolah, akhirnya datang ke tempat berkumpulnya semua siswa yang tinggal kelas, saya pun menjadi juara satu, ada peluang. Dulu saya dapat juara satu, sekarang rapor, penghargaan juara satu, semua dibakar, tidak ada gunanya. Ketika Anda sudah menginjak usia seperti saya, prestasi di sekolah dulu yang dianggap sebagai juara satu kejayaan, juara satu siswa teladan, juara satu penghargaan siswa paling rajin, semua penghargaan ini saya bakar, semua bohong, yang penting lulus. Naik SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, kelak ketika Anda menginjak usia seperti Mahaguru, ada orang berkata, akan memberikan Mahaguru sebuah gelar doktor Buddhisme, yang belajar Buddhisme banyak sekali, namun tidak ada yang bergelar doktor. Saya berkata, tidak usah, orang yang berumur 60-70 tahun, buat apa gelar doktor, sudahlah, nama saja sudah cukup, ditambah DR. Grandmaster Sheng-yen Lu, apa artinya? Tidak mau! Saya menolak, menolak gelar ini, Grandmaster Sheng-yen Lu sudah cukup, tidak mau gelar Doktor Kehormatan, atau gelar Doktor Akademik, saya tidak mau semuanya.

Manusia harus mengerti menaati Sila, jangan menjadi sadhaka palsu, jadilah sadhaka sejati. Pertama, Anda jangan membunuh, welas asih pada makhluk, jangan membunuh, lebih aktif melepas satwa. Namun, melepas satwa, sekarang juga ada sebuah masalah, yaitu kadang-kadang melepas satwa tidak mengerti caranya, juga tidak baik, seperti hukum lingkungan, Anda tidak mengerti melepas satwa, dalam segi lingkungan, berdampak pada makanan makhluk lain, Anda melepas ikan air asin di air tawar, ikan air tawar dilepas di air asin, lepas satwa menjadi membunuh satwa. Jadi, lepas satwa juga harus mengerti caranya. Yang terpenting bagi umat Buddha, harus welas asih, tidak bunuh semua makhluk, harus menyeberangkan, harus japa mantra, harus mempersembahkan. Dulu, guru sesepuh Tantra sedang pancing ikan, "Hah? Anda adalah umat Buddha, mengapa Anda pancing ikan?" Si pak tua berkata pada orang tersebut, "Kamu adalah hasil pancingan saya." Ini artinya Ia dapat menyeberangkannya, menyeberangkan ikan, kelak bereinkarnasi menjadi manusia.

Hidup ini terdapat banyak penderitaan: penderitaan lahir, penderitaan mati, penderitaan sakit, beragam kerisauan, di antaranya ada semacam penderitaan, disebut "penderitaan sebelum meninggal dunia". Menurut saya, mati tidak menderita, hidup adalah diperbudak, mati adalah pembebasan. Mari kita jelaskan, penderitaan sebelum meninggal dunia, pasti sangat menderita; manusia juga sama, penderitaan sebelum meninggal dunia, sangat menderita. Baik Anda membunuh, buka restoran seafood, atau apapun, pasti lebih dulu mempersembahkan, lebih dulu japa mantra penyeberangan. Karena, sebenarnya, ia juga akan mati. Jika kita tidak bunuh semua, atau tidak makan tumbuhan apapun, tumbuhan kelak juga akan tua dan mati, juga akan layu. Semua yang berjalan di darat, semua adalah sapi tua, kuda tua, kambing tua, bebek tua, ayam tua, babi tua, juga tidak bisa seperti ini. Lalu bagaimana? Oleh karena itu, satu hal yang terpenting dari tidak membunuh, yaitu harus mempersembahkan, harus melakukannya dengan pikiran yang sangat welas asih, ini paling penting.

Manusia paling pintar! Ada sebuah cerita lucu, ada seorang bodoh sedang berjalan sambil membawa keranjang, di dalam keranjang terisi 12 butir telur ayam, tiba-tiba si bodoh bertemu seorang dungu, si bodoh mengira si dungu masih pintar, sehingga menghadang jalannya, berkata, "Uji sebentar kecerdasan Anda, asalkan Anda dapat menebak apa yang ada di dalam keranjang saya, saya pun berikan Anda 6 butir telur ayam, jika Anda dapat menebak berapa telur ayam di dalamnya, saya pun berikan Anda keseluruhan dari 12 butir telur ayam." Selesai bicara, ia terbahak-bahak dengan puas, si dungu agak merendahkan si bodoh, "Bukankah Anda ini menyulitkan saya? Bolehkah Anda berikan saya petunjuk lagi?" Petunjuk sudah banyak. Kita yang menyakini Agama Buddha lebih pintar lagi, sama sekali tidak bodoh. Ada sebuah sekolah detektif mengadakan ujian kelulusan, ada sebuah pertanyaan: ada sebuah bus sedang melaju pesat, tidak menyalakan lampu. Tiba-tiba, ada seorang pemabuk yang berpakaian hitam berjalan ke tengah jalan raya, saat itu tidak ada lampu jalan, juga tidak ada bulan, mata melihat orang itu hampir tertabrak bus. Namun, bus tiba-tiba rem, mengapa? Ada orang menjawab, "Mata si pemabuk tiba-tiba bercahaya." Juga ada orang menjawab, "Si pemabuk tiba-tiba berteriak." Sebenarnya, semua jawaban itu tidak benar, jawaban yang benar adalah, "Saat itu adalah siang." Oleh karena itu, kita belajar Buddha sangat pintar, tidak membunuh, tidak sudi menjadi bodoh, juga tidak sudi menjadi dungu. Saat siang, orang Malaysia menyebut selamat petang, orang Indonesia menyebut selamat siang. Kita sebagai seorang manusia, harus pintar, harus bijaksana, harus mengerti belajar Buddha, harus mengerti tidak membunuh, jangan menjadi bodoh dan dungu.

Xiaoming sehabis ujian keluar dari tempat ujian. Ada orang bertanya padanya bagaimana ujiannya, dengan gusar ia berkata, "Ujian sejarah tentang peristiwa yang terjadi sebelum saya lahir, ujian geografi tentang tempat yang belum pernah saya datangi, pertanyaan seperti ini saya tidak bisa jawab." Kedengarannya seperti masuk akal. Sebenarnya, ia juga bodoh. Kita orang yang belajar Buddha tahu ada sebuah Sukhavatiloka, pernahkah Anda pergi? No, karena orang yang pergi tidak kembali lagi. Benar tidak? Namun, benar-benar ada Sukhavatiloka Barat, kita percaya apta-agama, yaitu kita yakin pada kata-kata Sang Buddha, Sang Buddha mengatakan Sukhavatiloka Barat, kita yakin pada Sang Buddha, maka yakin pada Sukhavatiloka Barat, apalagi ada orang yang setelah ke sana dan kembali lagi, Mahaguru justru kembali lagi setelah ke sana. (Hadirin tepuk tangan) Anda mengatakan meyakini Agama Kristen? Meyakini Agama Kristen juga boleh, bisa ke surga. Namun, pernahkah Anda ke surga? Tidak, karena yang sudah ke surga, tidak kembali lagi. siapapun tidak tahu apakah ada surga atau tidak. Namun, apta-agama, karena dikatakan oleh Yesus, dikatakan oleh Tuhan, mereka memiliki surga mereka, kita memiliki Buddhaloka kita, semua sama. Hanya saja tingkatan belajar mereka agak beda dengan tingkatan belajar kita, selebihnya sebenarnya boleh diyakini, pergi ke negeri mana pun boleh.

Ada seseorang naik surga, Santo Petrus melarangnya masuk ke surga, ia berkata, "Saya tidak melakukan kejahatan apapun di dunia manusia! Saya percaya ada surga, mengapa saya tidak boleh masuk?" "Apa pekerjaan Anda di dunia manusia?" "Saya adalah pengacara." "Saya tetap tidak memperbolehkan Anda masuk." Sang Pengacara berkata, "Saya mau meminta pengacara yang lebih handal untuk menuntut Anda karena tidak memperbolehkan saya masuk. Apakah di surga ada pengacara?" Santo Petrus berkata, "Di surga tidak ada pengacara, semua pengacara ada di neraka." Cerita lucu ini menertawai pengacara. Saya bukan mengatai pengacara kita. Pengacara juga ada yang baik. Namun, pengacara sulit dikatakan, pengacara di Amerika atau Kanada itu berharap Anda mengajukan perkara di pengadilan. Ada sebatang sungai, banyak orang sedang menyeberangi sungai, di dalam sungai ada buaya -- alligator, yang bisa menggigit orang. Setiap orang menyeberangi sungai tersebut digigitnya. Ada seseorang menyeberangi sungai, namun buaya tidak menggigitnya, semua orang heran, "Mengapa hanya Anda tidak digigitnya?" Karena saat ia menyeberangi sungai, ketika buaya buka mulutnya, ia pun berkata, "Baik, asalkan Anda buka mulut, saya mau hitung biaya, bahkan setengah menit, setengah detik pun dihitung." Ini adalah biaya pengacara. Jadi, buaya tidak akan mengigit pengacara, karena begitu ia buka mulut harus hitung biaya.

Kita setiap orang memiliki profesi, ada orang yang memiliki profesi yang lebih baik, ada yang memiliki profesi buruk. Namun, profesi apapun itu, boleh membangkitkan Bodhicitta, profesi apapun bisa menolong orang. Namun, profesi apapun, mungkin bisa mencelakai orang. Apalagi yang menjadi pejabat, ia bisa menolong orang, juga bisa mencelakai orang. Ada sebuah cerita lucu, ada seorang tokoh politik ikut serta dalam pemilu, ia pergi ke dusun di tengah gunung untuk berkampanye, sialnya, mobilnya terbalik, banyak orang tewas. Petani tua melihat mereka sangat kasihan, lalu mengubur mereka satu per satu. Polisi China datang dan bertanya, "Anda telah mengubur mereka semua?" Ia berkata, "Ya. Mereka sudah tewas, saya pun menguburkannya. Namun, salah satunya berkata, "Saya tidak meninggal, saya tidak meninggal." "Tidak meninggal? Mengapa Anda menguburnya?" Ia berkata, "Ucapan tokoh politik masih bisa dipercaya?" Ini menyindir tokoh politik. Sebenarnya, tokoh politik juga bisa menolong orang, namun, juga bisa membunuh orang. Tokoh politik harus hati-hati, ia bisa membunuh, juga bisa tidak membunuh. Jadi, profesi apapun yang kita geluti, ada sisi baik, dengan sendirinya juga ada sisi jahat. Namun, ingatlah, kita semua tidak boleh membunuh, harus ada hati welas asih, welas asih pada makhluk, tidak membunuh.

Hari ini mengulas Sadhana Kalacakra, yaitu tentang Sila, saya hanya menjelaskan satu Sila saja, "Tidak membunuh", tidak membunuh jiwa luar, tidak membunuh jiwa dalam, jiwa dalam adalah jiwa kebijaksanaan, jangan sekali-kali bunuh diri, karena bunuh diri adalah membunuh Buddhata Anda, dosanya lebih berat. Om Mani Padme Hum.

0 komentar:

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;