Selasa, 10 April 2012

Tiga Pusaka TAO

Tiga Pusaka

Mencari TAO harus menemukan Guru Penyeberang / Penerang

Sejak jaman dahulu kala, para suci, orang-orang bijak dan para Cen Ren, para Sheng Ren, para Buddha, para Avatar, para Nabi dsb di dalam usaha mereka mencari TAO haruslah menempuh jalan jauh dan menghadapi banyak rintangan untuk mencari guru penerang, mendapatkan kata-kata suci guna membina diri sampai terkumpul akumulasi kebajikan yang mencukupi untuk menumbuhkan kecerdasan guna memahami rahasia alam semesta. Di tradisi Tiongkok dikatakan bahwa seseorang harus melakukan 3000 macam jasa dan 800 hasil budi luhur, baru dapat mengharukan Yang Maha Kuasa untuk mengutus Guru Penerang menurunkan ajaran sejati.

Berbagai macam agama sebetulnya mengarah pada satu tujuan, yaitu mencapai suatu titik kemurnian tertinggi dimana manusia terlepas dari tiga akar beracun: keserakahan, kebencian dan kebodohannya (tan 贪,chen 嗔, che ) sehingga mencapai moksa / nirwana / naik ke surga, dsb. Meskipun demikian, ajaran yang diturunkan untuk orang awam seringkali dibungkus sedimikian rupa sehingga rahasia intinya tak nampak keluar. Atau juga karena telah melampaui jangka waktu yang lama sekali maka terjadi penyimpangan-penyimpangan dan kesalah mengertian. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu Guru yang bersilsilah yang mendapat pewarisan ajaran / tradisi lisan yang rahasia secara tak terputuskan.

Di dalam kitab suci agama Buddha tertulis : Meskipun membaca kitab suci "Cing Kang Cing" (Sutra Intan) dan "Ta Pei Cou" (Mahakaruna Dharani) beribu-ribu kali, bila tidak mendapat guru penerang akan tetap tidak terlepas dari hukum tumimbal lahir.

Di dalam sebuah sajak agama Konghucu tertulis : Meskipun anda lebih cerdas dari Yen dan Ming (dua orang murid Nabi Kong Hucu yang paling cerdas), bila tidak menemukan guru penerang, janganlah coba menerka yang di dapat hanya kitab-kitab suci,  tiada mengerti makna tersembunyi dalam kitab-kitab suci, bagaimana anda dapat mencapai Kesempurnaan?

Dengan demikian jelaslah sudah untuk mendapatkan TAO haruslah menemukan guru penyeberang dan  penerang. Seumpama kita belajar membuat baju, haruslah berguru dulu, belajar mengendarai mobil juga harus berguru dulu. Kwee Lak Kwa juga berguru kepada seorang Tosu barulah beliau mencapai kesempurnaan dan menjadi Zhen Ren (真人). Maka sekarang jikalau kita ingin mendapatkan TAO, haruslah mencari guru penerang. Siapakah guru penerang kita? Guru penerang kita adalah para sesepuh Tao yang memiliki silsilah generasi ke generasi semenjak Taishang Laojün (太上老君) menjelma jadi Laozi kemudian menurunkan ke Yinxi dan seterusnya hingga Lü Dong Bin (salah satu dari Ba Xian) yang menjadi guru langsung dari Wang Chong Yang (sesepuh pertama). Kita akan mendapatkan pengajaran dari guru-guru penerang melalui guru penyeberang (渡师Tu she) kita yaitu adalah Lee Zhiwang  Daoshi. Karena kita sudah menjadi muridnya, maka kita cukup memanggil beliau dengan sebutan "Shefu".

Pada saat kita menjalani upacara Kuei Yi (San Bao Guiyi 三宝归依) maka kita secara simbolis sudah menerima 3 Pusaka dari guru penyeberang kita. Pusaka itu memiliki aspek eksternal dan aspek internal. Bagaimanakah penjelasannya?

Tiga Pusaka yang eksternal (nyata) adalah TAO , Cing (Kitab suci) dan She (Guru dan para sesepuh).  Ketiga hal tersebut sudah disertakan dalam ritual kita yang ditulis dalam kuiyi-cang yang dimasukan dalam su-pao dengan suatu stempel Chüancen untuk kemudian dibakar.
.
1. Perlindungan Badan

Pada saat anda menjalani upacara San Pao KuiYi dengan tulus, berarti anda sudah diseberangkan oleh Shefu menuju  Thai Shang Wuji Ta Tao (太上无极大道). Nama anda sudah tercatat di surga. Dengan kata lain, anda sudah separuh jalan menjadi Ta Luo Shen Sien.
Yang setengahnya lagi adalah usaha anda sendiri untuk mengolah dan menyempurnakan diri. Tanpa melalui penyeberangan ini, kita tidak akan dapat berhubungan langsung kepada guru penerang kita yaitu Lu Tong Pin dan para sesepuh lainnya yang telah moksa. Dengan demikian, bila tidak diseberangkan untuk ditanami benih Tao dan bergabung pada silsilah spiritual ini maka sangat sulit bagi anda untuk sampai pada TAO yang Maha Agung. Oleh karena itu, hargailah pusaka pertama yaitu TAO yang sangat berharga ini.

2. Perlindungan Jiwa

Karena anda sudah diseberangkan, maka anda akan diberikan sejumlah kitab-kitab suci resmi untuk dipelajari (三十六部尊经). Banyak sekali kitab-kitab suci yang dikatakan merupakan kitab Taoism. Akan tetapi, hanya kitab yang terdapat di dalam Tao Cang (kanon Tao) yang dapat dikatakan sebagai kitab Taois sejati. Dengan anda mendapatkan kuiyi ini, berarti anda telah mendapat berkah untuk dapat membuka kuncian-kuncian rahasia yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut untuk memahami ajaran Dharma yang lurus (得闻正法). Oleh karena itu, dikatakan bahwa pusaka kita yang kedua adalah Cing (Kitab-kitab suci).

3. Perlindungan Hidup

Setelah anda diseberangkan, maka kini pencapaian kepada TAO secara mutlak tinggallah tergantung dari pembinaan diri anda sendiri masing-masing. Untuk menuju kesana maka kita sangat membutuhkan bimbingan dari guru-guru yang terlihat maupun tak terlihat. Ketika anda menerima kuiyi maka anda mendapat Guru Dharma Agung yang Misterius,  Sien cung Ta Fa Shi (玄中大法师). Pembimbing langsung kita adalah Li Shefu yang akan menunjukkan kepada kita kuncian-kuncian dalam kitab-kitab suci, mengajarkan kita metode-metode latihan rahasia yang akan diturunkan secara bertahap. Oleh karena itulah maka disebut bahwa pusaka ketiga ini adalah She (Guru). She (Guru) ini bukanlah sembarang guru, tetapi guru yang menyeberangkan kita dan ia memiliki kewenangan menurunkan silsilah yang tak terputuskan. Berlindung kepada She (Guru) ini dapat diartikan sebagai berlindung kepada para suci yang menjadi sesepuh Tao semenjak jaman dulu. Banyak sekali sesepuh terdahulu kita yang telah mencapai TAO dan mengetahui rahasia kitab-kitab suci yang ribuan jumlahnya. Dengan melalui Guru Silsilah maka kita diturunkan intisari dari ribuan kitab itu.  Para sesepuh itu bolehlah kita anggap sebagai She (Guru) kita semua. Semua ini dikatakan mewakili penurunan ajaran lisan yang tak terputuskan dari generasi ke generasi.

Seperti telah diuraikan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa kita telah mendapatkan Tao, Cing dan She melalui suatu transmisi langsung dari silsilah yang tak terputuskan dari Gerbang Naga (Lung Men) Chüan Cen Taociao (龙门全真道教). Artinya, dalam setiap kesulitan dan marabahaya yang ditemui dalam kehidupan ini, anda sudah berlindung kepada Tiga Pusaka ini untuk menjaga anda senantiasa dan memberkahi dengan keberuntungan-keberuntungan (material dan spiritual) yang tak terkatakan.

Selanjutnya, anda akan bertanya lagi, lalu apakah yang dimaksud dengan Tiga Pusaka internal (rahasia) yang terdapat diterima oleh diri kita pada saat menerima Kuei Yi tersebut? Marilah kita bahas satu persatu di bawah ini.

1. Pusaka Hati

Di dalam Tao Te Cing bab 6 dikatakan demikian:
Lembah Jiwa (Gu Shen)   tak akan pernah mati,
Itu disebut sebagai Bunda Mistikal.
Rahim dari Bunda Mistikal,
Disebut sebagai akar dari  Langit dan Bumi.

Ratusan para ahli sastra, sejarawan, cendekiawan dan filsuf mencoba meneliti Taoism untuk mengerti apa makna Gu Shen (谷神) seperti apa yang dirahasiakan oleh Laozi itu, tetapi mereka semua menjadi bingung dan tidak dapat memahami maknanya. Hal itu tidak mengherankan, karena seperti ditulis dalam Tao Tek Cing bab 1 dikatakan : Xuan zhi you xuan, zhong miao zhi men (玄之有玄,众妙之门), yang artinya: Dalam rahasia terdapat rahasia, itulah pintu dari segala misteri.

Men (gerbang) itu artinya  pintu utama. Di dalam Tao Tek Cing bab 6 disebut juga sebagai Gu Shen.  Kata Shen disini berarti nyawa atau roh, sedangkan kata Gu berarti lembah yang dalam dan sempit atau lebih tepatnya disebut ngarai. Pintu ini juga berarti pusat pengendalian yang misterius. Orang-orang yang menuju surga akan berjalan melalui jalan sempit itu, sedangkan orang kebanyakan memilih suatu jalan yang luas tapi menuju kebinasaan. Dimanakah letaknya pintu itu?
Agama Buddha mengatakan : Pintu Dharma yang tiada duanya.
Agama Konghucu mengatakan : Pintu Kebenaran.
Yesus mengajarkan seperti yang terdapat pada Matius 7 : 13-14
7:13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
7:14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.


Pintu yang sempit itu adalah suatu kondisi hati yang harus dilatih dengan metode tertentu. Seloka Ta ji jing yün (大启请韵) mengatakan : Cen sin jingcing dao wei cung, bipi cung thian pao yue thung ( 真心清静道为宗, 譬彼中天宝月同). Cen Sin (真心 ) ini adalah menunjukkan sifat dasar manusia (pen sing本性). Kitab Lingpao Wuliang Turen Shang Ching Ta Fa mengatakan : fanyü ting cung sin wu sin nai she censin凡于定中观心无心乃是真心。Pada saat kita merealisasi dimana seakan melihat hati tiada hati, itulah disebut kita telah jingcing (清静) , konsep paling mendasar dari agama Tao. Hal itu bukan sekedar duduk meditasi mengosongkan pikiran (hal ini termasuk pandangan yang salah), tapi akan tercermin dalam laku batin maupun sikap luar terhadap kemasyarakatannya. Hal ini mengandung maksud menjernihkan hati mengatasi nafsu-nafsu, suatu sikap wuwei yang bening (无为恬静) Untuk mencapai hal itu perlu metode latihan. Sifat inilah yang disebut kesejatian yang asali atau disebut Wu Shang Ta Tao te Pensing ( 无上大道的本性). Pada saat merealisasikan kesunyataan inilah barulah kita disebut Wu () Untuk menuju kesana kita perlu mengolah unsur-unsur dalam tubuh kita (cing, chi, shen 精气神) dalam sebuah latihan neitan (内丹) untuk menghasilkan cingtan Ta Tao (金丹大道) dalam tubuh kita

Meskipun teori dasarnya sederhana demikian, namun pada prakteknya membutuhkan metode pelatihan yang kompleks dan bertahap sehingga perlu adanya bimbingan langsung dari seorang guru penyeberang. Letak kesunyataan dalam hati itu tidak bisa diterangkan dengan kata-kata. Yang mengerti hanya akan bisa diam mengaguminya saja kala sudah menemukannya. Seperti Sang Buddha memegang sekuntum teratai di depan mukanya dan menanyakan kepada murid-muridNya, "Apakah intisari Dharma?", beberapa orang muridnya berlomba menjawab menjelaskan, tapi Maha Kasyapa hanya diam sambil tersenyum indah dan mukanya bersinar. Sang Buddha mengatakan, "Maha Kasyapalah yang mengerti rahasia itu".
Oleh karena itu, apabila anda  rajin datang ke dalam pertemuan, maka anda pasti akan mengetahui rahasia berharga tersebut. Karena yang diberikan adalah seperti potongan mozaik, anda harus merangkainya sendiri untuk mengetahui gambar apakah itu. Kalau keping mozaiknya hilang satu tentu tidak akan melihat gambaran itu.

a. Gerbang Hati

Apakah setiap orang memiliki hati nurani? Dimanakah letaknya? Coba kita raba, manusia memiliki dua macam hati, yang satu adalah hati yang terdiri dari darah dan daging, dan yang satu lagi adalah hati nurani yang mendapatkan sinar Ilahi. Hati yang terdiri dari darah dan daging adalah salah satu dari kelima organ tubuh kita, bukanlah hati nurani.

Dimanakah letak hati nurani kita? Pernah kita saksikan dua orang saling memaki, yang satu menuding hidung lawannya sambil berkata: Kamu ini tidak punya liang sim (hati nurani), yang seorang lagi balas menuding : kamulah yang tidak punya liang sim.
Lalu apakah yang dimaksud dengan hati nurani itu? Dapatkah hati nurani itu menjadi hilang?

Setiap orang memiliki hati nurani, akan tetapi tidak setiap orang tahu letak pintu gerbang dalam hati nurani itu untuk menuju penyatuan dengan TAO. Di dalam Taosime dikenal adanya suatu teknik pengembangan diri untuk mendapatkan Tao Sin 道心 (hati Tao) yang sebetulnya adalah sifat sejati kita. Di dalam agama Buddha dikenal dengan Buddha Nature (Sifat Kebuddhaan). Dalam sebuah kitab suci agama Buddha tercatat:
Di dalam sanubariku terdapat seorang Buddha, Buddhaku itu adalah Buddha Sejati, kalau aku sendiri tidak memiliki hati Buddha, kemanakah akan kucari Buddha Sejati itu?

Memang Buddha terdapat didalam hati nurani kita yang terdalam, tapi terselimuti / tertutupi oleh kekotoran batin kita, sehingga kita tidak tahu lagi dimanakah Ia berada.


Sang Buddha pernah berkata :
Manusia awalnya adalah Buddha, setiap manusia memiliki hati Buddha, tapi sayang hati itu telah lenyap.

Buddha pernah juga berkata :
Buddha berada di gunung roh, janganlah jauh-jauh dicari. Gunung roh itu berada di ujung hatimu, setiap orang memiliki pagoda roh. Lebih baik kita membina diri dibawah pagoda roh kita.

Pada saat anda nanti menginjak pada latihan neitan (内丹internal alchemy) maka disitu akan diterangkan tentang adanya 6 pagoda (六塔) dan cara membukanya. Tapi hal itu bukan tempatnya untuk dibahas disini. Silakan saja anda rajin saja belajar dan menggali.
Mengtze mengatakan juga : Jalan mencari ilmu tiada lain hanyalah untuk mencari Jiwa Sejati.


b. Roh

Apakah hati () dan roh ( ) itu sama? Bagaimanakah hubungan keterkaitan antara hati dan roh?
Misalnya seseorang mengatakan: rohnya melayang (bengong, tercengang). Sukmanya melayang, tidak tahu apa yang haru ia perbuat. Ada juga yang mengatakan bahwa roh itu bisa buyar bila tidak menjadi sukma. Apakah makna dari semua itu?

Seorang suci pada dahulu kala yang bernama Liu Cu pernah mengatakan :
Langsung membuka hati manusia sehingga hatinya menjadi terang dan dapat menemukan jiwa sejatinya. Setelah menemukan jiwa sejatinya ia akan menjadi Buddha.
Beliau berkata:
Tidak dapat mengenal jiwa sejati semua ilmu tiada berguna.
Agama Konghucu mengatakan :
Hati teguh dapat memelihara jiwa sejati.
Agama Buddha mengatakan :
Hati yg jernih dapat memunculkan sifat sejati (Buddha Nature 佛性).
Agama Kristen dalam kitab Roma 2 mengatakan :
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi.
Agama Islam mengatakan :
Wa Naĥnu 'Aqrabu 'Ilayhi Min Ĥabli Al-Warīdi : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (Qs Al Qaaf:16)

Dari sini terbukti bahwa pada taraf ajaran yang tinggi dan mendalam, sebetulnya kelima agama itu berbicara tentang hal yang sama walaupun caranya berbeda-beda. Informasi yang bermacam-macam ini adalah bertujuan agar anda bisa menghormati agama lain, dan mengembangkan semangat religiositas [1] yang pluralis [2] tapi bukan sinkretisme [3] (lihat catatan kaki). Menurut pendapat kami, inti dari setiap agama adalah ajaran menuju pengalaman Ketuhanan. Untuk mencapai pengalaman Ketuhanan tersebut maka kita melakukan pembinaa jiwa sejati (道性). Di dalam Taoisme, bila kita tidak dihantarkan oleh Guru Penyeberang maka kita akan sulit untuk dapat mengenal secara langsung apa hati nurani kita dan menembusinya hingga mencapai kesunyataan (TAO). Guru Penyeberanglah yang akan membukakan kecerdasan sejati kita untuk mengetahui rahasia dalam rahasia itu.

Sang Buddha pernah mengatakan : Semua Dharma muncul dari hati, juga punah dalam hati. Semua hal tergantung dari hati kita. Pada saat menerima Sanpao Kuiyi, Guru Penyeberang telah menyeberangkan kita, membukakan jalan kita.  Kalau anda melihat gambar Sang Buddha atau Dewi Kwan Im dan para Buddha dan Boddhisattva lainnya, maka akan melihat satu titik di dahi. Titik itu menggambarkan kesucian yang telah mereka peroleh, yaitu tertembusnya lubang hati / pikiran (mind). Tapi itu hanyalah sebuah simbolisasi saja,  sebetulnya titik rahasia itu bukanlah disitu letaknya. Seperti dikatakan diatas bahwa titik itu adalah abstrak, meskipun demikian, kita sering mensimbolikannya dengan suatu titik yang letaknya berada di Shang Tan Thian 上丹田 (simpul meridian atas). Hal ini semua berkaitan dengan metode pelatihan nei-tan yang akan dijabarkan pada waktu pelajaran-pelajaran nanti.

 
2. Pusaka Ucapan

Setiap kali kita memasuki rumah tentu kita mengetok pintunya terlebih dahulu. Kita tentu akan mengucapkan kata salam ataupun suara untuk memberitahukan kehadiran kita. Demikian pulalah kita dalam menempuh perjalanan spiritual ini, maka ada mantra-mantra yang merupakan sarana membuka pintu-pintu gerbang selama perjalanan itu. Pada tahap awal ini, kita diberikan Pak Ta Shen Cou (八大神咒)  sebagai suatu cara untuk mengundang para Dewa dan mendapatkan pengajaran dari para Sesepuh guna melatih diri kita menjadi Sien (Immortals). Cou ini untuk dibaca setiap hari di depan altar kita. Meskipun demikian, didalam mantra itu sebetulnya adalah kode-kode yang nantinya akan ditunjukkan kuncinya dan dijelaskan bagaimana memakainya. Dalam tradisi Taoisme, ijin penggunaan suatu mantra haruslah melalui suatu transmisi lisan secara langsung. Orang luar boleh saja mencuri mantra itu, tapi hal itu tidak akan berguna banyak bagi dirinya. Ia tentu saja akan tetap mendapat sedikit manfaat kala membaca mantra itu, tetapi rahasia kegaibannya akan tetap tersimpan selama Guru Penyeberang tidak membukakan kunciannya. Mantra ini berguna bagi kita untuk berhubungan langsung dan mendapatkan pengajaran dari Guru Penerang dan dari para silsilah sesepuh lainnya. Kita sebagai murid harus bisa menjaga rahasia ini.


3. Pusaka Perbuatan / Mudra (Shou Yin / Pao Jien  抱拳 )

Mudra ini barangkali sering kita sebut sebagai cara pai, dalam hal ini melambangkan tindakan kita. Jadi, 3 pusaka menyatu , antara hati, ucapan dan perbuatan haruslah menyatu suci. Meskipun demikian, dalam semua tradisi Taoisme baik mazhab Chuan Cen maupun Ceng Ie menggunakan cara pai yang sama. Oleh karena itu dikatakan bahwa Pao Jien ini adalah suatu tanda pengenal. Suatu tanda agar orang lain mengenal kita sebagai seorang Taois. Tanda pengenal ini adalah juga suatu mudra (shou yin 手印) yang fungsinya bagaikan sebuah stempel suci dimana kalau seorang pejabat memiliki stempel jabatan, maka menandakan bahwa ia memiliki suatu kewenangan tertentu. Dalam Taoisme terdapat banyak mudra-mudra dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing.

Kalau di agama Buddha kita mengenal sikap anjali yang berupa dua belah tangan dikatupkan secara vertikal membentuk mudra bagaikan sebuah kuncup teratai, maka kita sebagai Taois menyimbolkan Pao Jien itu sebagai buah teratai itu. Maka dikatakan bahwa teratai yang berkuncup itu kini telah berbuah. Hal ini bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa agama Buddha lebih rendah atau inferior, tetapi ini hanyalah suatu tata cara saja yang dihasilkan dari sebuah perenungan tradisi dalam sebuah jaman. Tinggi rendahnya tingkat batin seseorang bukan ditentukan oleh agamanya, tetapi tergantung dari bagaimana cara dia merealisasi rahasia kesunyataan yang tersembunyi dalam ajaran agamanya. Bahkan seseorang Suci tidak akan peduli lagi akan tinggi dan rendah. Bagi dia, tidak ada tinggi dan rendah ataupun dualisme lainnya, karena ia tidak lagi membedakan karena telah menyatu dengan alam Wucik (yang Maha Tunggal). Kala menembusi dualisme itulah maka dikatakan ia telah berbuah. Maka dengan menggunakan simbol itu, diharapkan bahwa seorang Taois juga akan 'berbuah' dalam tindakannya yang santun dan bertata krama dalam menghasilkan karya-karya kemanusian dan cinta kasih di dalam masyarakat.

Setiap tanda, tentu memiliki arti filosofis dan latar belakang sejarahnya yang digunakan untuk menerangkan artinya. Demikian pulalah Pao Jien ini. Marilah kita ketahui kisahnya.

Usia jagat raya ini dapat digambarkan dalam sebuah lingkaran patkwa. Patkwa dibagi menjadi dua belas masa. Tze (     ) adalah titik permulaan diciptakannya jagat raya. Hai (    ) adalah titik akhir musnahnya jagat raya. Tze adalah titik awal dari sebuah masa positif (Yang  ). Unsur Yang yang mendominasi ini disimbolkan sebagai langit, bapak, pria, siang,  dsb. Hai adalah suatu titik akhir dari masa negatif (Yin   ). Unsur Yin yang mendominasi artinya bumi, ibu, wanita, malam hari, dsb.

Patkwa juga merupakan suatu kesatuan dari hati nurani, hati semula yang kita dapat dari Ta Luo Shen Sien, sering kita sederhanakan menjadi Thian. Ini melambangkan lurusnya hati kita yang menembusi kebersatuan antara Langit dan Bumi. Karena kita hidup dalam alam ragawi yang memiliki dualisme Yin dan Yang, maka dua titik digambarkan di tengah kekosongan yang tertembusi garis yg menghubungkan Langit dan Bumi (Thian - Ti).

Hati yang lurus yang mengharukan Langit dan Bumi ini pada jaman kini telah menjadi bengkak-bengkok atau tidak lurus lagi. Hal ini menggambarkan sifat manusia yang semakin bertambah-tambah kejahatan dan kerakusan serta nafsu-nafsu rendah lainnya. Oleh karena itulah, maka kita sebagai Taois seharusnya bergerak berlawanan arah dari arus kebinasaan ini. Kita seharusnya menemukan kembali hati semula yang lurus seperti hati anak yang masih suci, dan tulus. Raja-raja jaman dahulu mengaku sebagai anak Tuhan. Sebetulnya kita semua ini juga adalah anak Tuhan. Apakah maksudnya?

Banyak orang menggantungkan gambar Patkwa di atas pintu rumah dengan maksud menangkal marabahaya. Dengan melalui san pao kuiyi ini maka seluruh tubuh kita sudah berubah menjadi Patkwa yang tak terlihat, merupakan suatu cerminan makrokosmos dalam mikrokosmos. Pusaka Pao Jian ini disebut juga shou pao thay ci (手抱太极) yang berarti bahwa kita memeluk alam dualisme ini (thay cik). Nah, Pao Jian itu adalah merupakan sebuah simbol untuk menggenggam alam semesta tiada batas dalam 12 masa perputarannya yang tiada henti. Artinya: segenap kekuatan alam dan para roh suci, malaikat, para Thian Cun dari 12 jaman akan berada dalam hati kita dan melindungi dan membimbing kita setiap saat. Kekuatan Yin dan Yang akan saling mengisi dan memperkuat satu dengan yang lain , karena dikatakan : ku yang pu chang, du yin pu sheng 菰阳不张,独阴不生。 Satu siklus dari Tze dan Hai itu bila menyatu maka akan memunculkan kata baru yaitu Hai   (anak). Dengan Pusaka Genggam kita letakkan di depan hati kita maka berarti bahwa kita menggenggam sifat asali bagaikan seorang anak yg tulus dan polos. Hal ini jelas sekali tercantumkan dalam perkataan Yesus pada Matius 18:3:
Yesus lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini (waktu itu beliau sedang memeluk seorang anak kecil), kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Jari permulaan tangan Yang menunjuk pada masa tze 子,sedangkan salah  jari tangan Yin menunjuk pada ruas wu yang menunjukkan periode masa kini. Hal ini maka disebut juga shou cü tze wu cüe (手据子午诀 ) yang mengartikan bahwa kita sedang mengarungi separuh dari masa dunia ini hingga kita sampai pada jaman dimana pintu gerbang Dharma dibuka lebar sehingga banyak orang bisa terselamatkan. Hal itu juga mengandung maksud pada titik-titik meridian yang nantinya dipergunakan dalam latihan chikung kita. Seperti halnya juga pada khek-thou (叩头), sebenarnya difungsikan untuk membuka titik-titik meridian tertentu guna mengalirkan Chi untuk menembusi meridian Ren dan Tuk.


[1] Religiositas : Sikap hatinurani, batin dan pikiran manusia yang selalu diarahkan kepada perbuatan baik, kasih sayang, kebenaran dan keadilan. Religiositas adalah setingkat lebih tinggi dari agama. Religiositas dapat diperoleh tanpa melalui agama, ia diperoleh terutama dari pengalaman hidup.
[2] Pluralisme : Dapat diumpamakan dalam penganut teologi inklusif bahwa agama adalah sebagai cahaya-cahaya tapi yang paling terang adalah cahaya agamanya. Sementara seorang pluralis beranggapan bahwa semua agama bercahaya. Untuk menjadi pluralis, seseorang harus mempelajari agama-agama lain dengan sikap yang adil.. Pluralisme tidak pernah berupaya menyamaratakan semuanya, pluralisme justru menerima dan menghargai keragaman, malah mau merayakan dan merawat keragaman yang merupakan buah-buah kehidupan.
[3] Sinkretisme : Menyatukan ajaran yang berbeda-beda menjadi satu aliran baru.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Good sulit dipahami juga

Anonim mengatakan...

Abstrak

Posting Komentar

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;